Anda di halaman 1dari 103

1

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)


PASAL 21 PEGAWAI TETAP
PADA PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA, Tbk. SUKABUMI

INDRA SETIAWAN
NIM : 021501097

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Ekonomi pada Sekolah Tinggi ilmu Ekonomi Kalpataru

PROGRAM STUDI MANAJEMEN/AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KALPATARU
2019 BOGOR

i
2

LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)


PASAL 21 PEGAWAI TETAP
PADA PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA, Tbk. SUKABUMI

Pembimbing Materi, Pembimbing Teknis,

Asep Sofwan Munandar, S.E, M.M Aan Sobian, S.E, M.M


NIDN : 0427057407 NIDN : 0428018302

ii
3

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)


PASAL 21 PEGAWAI TETAP
PADA PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA, Tbk. SUKABUMI

Pembimbing Materi, Pembimbing Teknis,

Ali Rahman, SE, MM Aan Sobian, S.E, M.M


NIDN : 0403116605 NIDN : 0428018302

Ketua Program Studi Akuntansi/Manajemen

Asep Sofwan Munandar, SE., MM


NIDN : 0427057407

iii
4

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Penanggung Jawab
Ketua STIE Kalpataru

Tata Suhendi, SE., MM


NIDN : 0406115401

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

1. ............................... …………………
NIDN Ketua Penguji . ………………….

2. ............................... …………………
NIDN Anggota Penguji . ………………….

3. ............................... …………………
NIDN Anggota Penguji . ………………….

Tanggal Lulus : ...............................

iv
5

Abstrak

Indra Setiawan, Program Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kalpataru


2019, Analisis Perencanaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap
pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara meminimalisir jumlah kewajiban
pajak terutang yang harus dibayarkan dan sesuai dengan undang-undang
perpajakan yang berlaku dan ingin melihat sejauh mana pengaruh perencanaan
pajak atas PPh 21 yang dibayarkan oleh PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
Sukabumi sehingga mendapatkan laba yang optimal.
Penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu observasi, wawancara dan
menghitung perencanaan pajak dengan menggunakan undang-undang perpajakan
yang berlaku dan membandingkannya dengan perencanaan pajak yang diterapkan
perusahaan. Data-data yang dikumpulkan yaitu SPT Masa Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 tahun 2009 (12 bulan) dan daftar gaji pegawai tetap PT. Sumber
Alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi tahun 2009.
Hasil yang didapatkan pada penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi telah melakukan
perencanaan pajak dengan baik karena adanya keuntungan yang didapat dengan
melakukan penghematan pajak dan peningkatan laba komersial karena dari segi
pajak, perencanaan pajak dikatakan berhasil jika pajak penghasilan yang harus
dibayar menjadi lebih kecil setelah diterapkannya perencanaan pajak tersebut.
Kata kunci : perencanaan pajak, PT. Sumber alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi,
Undang-undang perpajakan, pegawai tetap, gaji dan laba.

v
6

PERNYATAAN ORISIONALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan Karya asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di STIE Kalpataru maupun di

Perguruan Tinggi lain.

2. Skripsi ini belum dipublikasikan, kecuali secara tertulis dengna jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang

dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh, serta sanksi

lainnya sesuai dengna norma yang berlaku di STIE Kalpataru.

Cibinong, ......................2019

Yang membuat pernyataan

Indra Setiawan
NIM. 021501097

vi
7

KATA PENGANTAR

Tiada ungkapan yang paling indah selain puji syukur kehadirat Allah SWT

yang tiada hentinya melimpahkan rahmat dan kasih sayangNya sehingga atas izin

dan berbagai kemudahan yang diberikanNya, penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Perencanaan Pajak Penghasilan

(PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap Pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.

Sukabumi”. Skripsi ini merupakan tugas akhir guna memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Jurusan Akuntansi, Fakultas

Ekonomi, STIE Kalpataru. Shalawat dan salam juga senantiasa tercurah kepada

junjungan Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW, kelauarga, para sahabat dan

seluruh pengikutnya hingga akhir jaman.

Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari

dukungan dan bantuan serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan

banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan,

dukungan, maupun motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan, kepada yang

terhormat:

1. Bapak Dr. Ir. Thamrin Tandjung, MM., MBA selaku BPH STIE Kalpataru.

2. Bapak Asep Sofwan Munandar, SE., MM selaku Ketua STIE Kalpataru

sekaligus Pembimbing Materi.

3. Bapak Ali Rahman selaku Pembimbing Materi.

4. Ibu Dr. Eny Triastuti, SE., MM. selaku Pembantu Ketua I

5. Ibu Evalia Shufa Meilviyani, BS., M.Sf. Selaku Pembantu Ketua II

6. Bapak Ahmad Agustin, SE. selaku Pembantu Ketua III


8

7. Bapak Aan Sobian, SE., MM. selaku Pembimbing Teknis yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, mengoreksi dan memotivasi penulis.

8. Seluruh staff dosen di STIE Kalpataru.


vii
9. Kedua Orang Tua penulis, yaitu Ayahanda Karim dan Ibunda Atisah yang

telah mencurahkan kasih sayang dengan segenap hati tanpa tuntutan serta

selalu memberikan dorongan, baik moril maupun material, dalam kehidupan

penulis serta kakak penulis Naeni Aprianti, Aisah, Alex Kurniawan, Kakak

Ipar penulis A. Suhaerli, saudara penulis Evi Lia Irawan dan orang terdekat

saya Galuh Sekar Ambar Sari yang selalu memberi motivasi dan dukungan,

terima kasih atas do’a kalian.

10. Kepada Pimpinan beserta staff dan karyawan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk,

Sukabumi yang telah memberikan bantuan, kesempatan dan meluangkan

waktu kepada penulis selama melakukan penelitian sehingga dapat

mendukung terselesaikannya skripsi.

11. Kepada seluruh teman-teman STIE Kalpataru, store Set UP,

Karyawan/Karyawati Alfamart, Ikatan Mahasiswa Bersatu dan Gemer’s

Indonesia yang telah mendo’akan dan terus memberikan semangat kepada

penulis.

Dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

apa yang telah penulis susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik guna penyempurnaan penulisan dimasa

mendatang. Harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi penulis pribadi.

Cibinong, 28 April 2019


Penulis
9

INDRA SETIAWAN
10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI ............................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI ............................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah .................................... 5

C. Perumusan Masalah ............................................................... 5

D. Tinjauan Penelitian dan Kegunaan ........................................ 7

E. Kegunaan Penelitian .............................................................. 7

F. Metodoligi Penelitian ............................................................. 8

G. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................ 11

BAB II DESKRIPSI LANDASAN TEORI................................................ 12

A. Landasan Teori ........................................................................ 12

B. Studi Empiris .......................................................................... 22

ix
11

C. Kerangka Pemikiran ............................................................... 42

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ........................... 46

A. Sejarah Singkat Penelitian ...................................................... 46

B. Visi, Misi Objek Penelitian ..................................................... 47

C. Tugas dan Wewenang Jabatan ................................................ 49

D. Produk yang Dihasilkan .......................................................... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 68

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian .............................................. 68

B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 74

C. Pengujian Hipotesis ................................................................ 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 82

A. Kesimpulan ............................................................................. 82

B. Saran ....................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Nilai Rincian PPPh 21 Karyawan Ditangung Perusahaan

Lampiran II Rincian PPh 21 Karyawan Ditunjang Dengan Metode Grass Up

Lampiran III Rincian PPh 21 Karyawan Sebagian Ditunjang dan Sebagian lagi
Ditanggung Perusahaan

xi
13

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ....................................................................................................... 1

Tabel 2.1 ....................................................................................................... 39

Tabel 3.1 ....................................................................................................... 56

Tabel 3.2 ....................................................................................................... 57

Tabel 3.3 ....................................................................................................... 59

Tabel 3.4 ....................................................................................................... 61

Tabel 4.1 ....................................................................................................... 71

Tabel 4.2 ....................................................................................................... 72

Tabel 4.3 ....................................................................................................... 73

Tabel 4.5 ....................................................................................................... 74

Tabel 4.6 ....................................................................................................... 75

Tabel 4.7 ....................................................................................................... 76

Tabel 4.8 ....................................................................................................... 78

xii
14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1....................................................................................................... 44

Gambar 3.1....................................................................................................... 49

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Satu sumber penerimaan negara yang paling diandalkan selain minyak bumi

dan gas alam dalam tabel 1.1 terlihat kontribusi penerimaan pajak terhadap

pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun 2010, penerimaan dari sektor pajak

sebesar 743 triliun rupiah atau 75% dari seluruh penerimaan negara yang berarti

sektor pajak adalah penyumbang terbesar dalam penerimaan negara dibandingkan

dengan penerimaan negara bukan pajak dan hibah sebesar 249 triliun rupiah atau

25% dari seluruh penerimaan negara.

Tabel 1.1. Kontribusi Pajak terhadap Penerimaan Negara

Penerimaan Negara Penerimaa


Penerimaan Pajak
Bukan Pajak dan Hibah n Negara
Tahun
Triliun Kontribusi Triliun Kontribusi Triliun
(Rp) (%) (Rp) (%) (Rp)
2007 491 69% 217 31% 708

2008 659 67% 323 33% 982

2009 652 75% 221 25% 873

2010 743 75% 249 25% 992


Sumber : Data Pokok Kementerian Keuangan 2011

Fungsi pajak sebagai sumber penerimaan mempunyai peran yang sangat

penting dalam pembiayaan operasional pemerintah baik untuk pengeluaran rutin

maupun pengeluaran pembangunan. Sedangkan sebagai sumber pengatur,

penerimaan pajak dapat digunakan pemerintah sebagai alat percepatan

1
2

pertumbuhan ekonomi dengan memberikan rangsangan dan stimulus yang

kondusif bagi dunia usaha.

Bagi negara pajak adalah sumber penerimaan, sedangkan dilain pihak bagi

perusahaan, pajak merupakan salah satu kewajiban yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan sehingga perlu pengelolaan yang baik dan benaruntuk menghindari

kerugian yang timbul dikemudian hari. Menurut suandy (2008: 12), dari kedua

kepentingan tersebut dibuat cara agar keduanya dapat tercapai salah satunya

dengan perencanaan pajak (tax planning). Menurutnya, ada tiga syarat yang harus

diperhatikan agar perencanaan pajak dapat dijalankan dengan baik, yaitu:

“Pertama, tidak melanggar ketentuan perpajakan, bila suatu perencanaan

pajak yang dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan maka Wajib Pajak

menanggung resiko yang akan mengancam keberhasilan perencanaan pajak itu

sendiri. Kedua, secara bisnis masuk akal, perencanaan pajak merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari perencanaan perusahaan secara keseluruhan, baik

jangka panjang maupun jangka pendek, sehingga suatu perencanaan pajak yang

tidak baik akan mengakibatkan perencanaan secara keseluruhan tidak berjalan

dengan baik pula. Ketiga, terdapat bukti-bukti pendukung yang memadai,

misalnya adanya dukungan perjanjian (agreement), faktur (invoice), dan juga

perlakuan akuntansinya.”

Menurut Zain (2008: 23), perencanaan pajak (tax planning) adalah langkah

awal dari manajemen pajak yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

manajemen stratejik perusahaan secara keseluruhan. Sebab itu, tidak salah jiga

perencanaan pajak turut menentukan berhasil tidaknya manajemen stratejik yang

dibuat oleh perusahaan. Perencanaan pajak perlu dilakukan agar wajib pajak dapat
3

membayar pajaknya secara efektif dan efisien. Pengelolaan pajak dikatakan

efektif bila penafsiran Wajib Pajak mengenai hak dan kewajiban perpajakan tidak

berbeda dengan fiskus. Pengelolaan pajak dikatakan efisien bila pembayaran

pajak dilakukan sesuai dengan jumlah yang dibebankan dan dibayar tepat waktu,

sehingga terhindar dari denda atau bunga karena terlambat membayar atau kurang

membayar pajak atau kehilangan kesempatan memperloleh penghasilan

(opportunity loss) karena terlalu cepat membayar.

Menurut Suandy (2008: 13), perencanaan pajak dapat berupa penghindaran

pajak (tax avoidance) maupun penggelapan pajak (tax evasion). Tetapi dalam

pelaksanaan kewajiban perpajakan, yang dibolehkan berupa perencanaan pajak

yang tidak menyimpang dari ketentuan dan peraturan perpajakan yaitu berupa

penghindaran pajak.

Sedangkan penggelapan pajak tidak diperbolehkan karena tindakan ini

merupakan pelanggaran undang-undang perpajakan, tindakan pidana dan bersifat

melawan hukum.

Pada umumnya perencanaan pajak dilakukan dengan mengatur usaha Wajib

Pajak atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya baik

pajak penghasilan (PPh) maupun pajak-pajak lainnya berada pada posisi paling

minimal sepanjang itu dimungkinkan baik oleh peraturan perundang-undangan

perpajakan maupun secara komersial. Oleh sebab itu, perencanaan pajak yang

harus dibayar dengan tidak melanggar peraturan perpajakan yang berlaku.

Dalam menjalankan kegiatan usaha, perusahaan membutuhkan para

karyawan dimana karyawan tersebut akan memperoleh imbalan dalam bentuk

gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya. Imbalan tersebut


4

merupakan hasil dari hubungan kerja antara pemberi kerja dan karyawan.

Hubungan antara kedua belah pihak akan menimbulkan kewajiban pajak yaitu

Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21/26 untuk karyawan dan PPh pasal 25/29 untuk

pemberi kerja.

Dalam menghitung PPh pasal 21 karyawan, banyak hal yang perlu

diperhatikan. Salah satunya adalah berbagai kebijakan terkait dengan jenis pajak

penghasilan tersebut. Ini dikarenakan dampak pajak yang ditimbulkan dari setiap

kebijakan tersebut berbeda-beda, karena aspek pajaknya berbeda maka beban

pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan akan berbeda pula.

Penghasilan yang diterima menurut Mardiasmo (2007: 156), akan

menambah beban pajak penghasilan oleh karyawan dan menambah beban pajak

perusahaan apabila ditanggung sendiri dalam bentuk tunjangan, sedangkan

penghasilan yang bukan objek PPh pasal 21 tidak akan menambah PPh pasal 21

terutang. Demikian juga dengan suatu biaya yang dapat dibebankan dalam

menghitung PPh badan tentu akan mengurangi beban pajak yang ditanggung oleh

perusahaan, sedangkan suatu biaya yang tidak bisa dibebankan akan menambah

beban pajak perusahaan.

Setiap perusahaan menggunakan strategi perencanaan pajak yang berbeda-

beda. Hal tersebut dapat dilihat dari cara perhitungan Pajak Penghasilan (PPh)

Pasal 21 perusahaan tersebut apakah telah mengikuti Undang-undang Perpajakan

yang berlaku atau tidak, khususnya dalam penelitian terhadap perencanaan pajak

PPh Pasal 21 pada PT. Semen Tonasa. Hal tersebut memotivasi penulis untuk

memberi judul penelitian, yaitu “Analisis Perencanaan Pajak Penghasilan (PPh)

Pasal 21 Pegawai Tetap Pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi”.
5

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimana cara perhitungan Pajak Penghasilan dan (PPh) Pasal 21 dan

pelaporan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi?

2. Bagaimana perencanaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pegawai

tetap PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi?

3. Bagaimana cara perhitungan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.

Sukabumi dengan Undang-undang perpajakan yang berlaku?

C. Perumusan Masalah

Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian, yang umumnya disusun

dalam bentuk kalimat tanya, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah

kemana sebenarnya penelitian akan dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin

dikaji / dicari tahu oleh si peneliti. Masalah yang dipilih harus “researchable”

dalam arti masalah tersebut dapat diselidiki. Masalah perlu dirumuskan secara

jelas, karena dengan perumusan yang jelas, peneliti diharapkan dapat mengetahui

variabel-variabel apa yang akan diukur dan apakah ada alat-alat ukur yang sesuai

untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan rumusan masalah yang jelas, akan

dapat dijadikan penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Hal ini sesuai dengan

pandangan yang dinyatakan oleh Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen

(1990:23) bahwa salah satu karakteristik formulasi pertanyaan penelitian yang

baik yaitu pertanyaan penelitian harus clear. Artinya pertanyaan penelitian yang

diajukan hendaknya disusun dengan kalimat yang jelas, tidak membingungkan.


6

Dengan pertanyaan yang jelas akan mudah mengidentifikasi variabel-variabel apa

yang ada dalam pertanyaan penelitian tersebut, dan berikutnya memudahkan

dalam mendefenisikan istilah atau variabel dalam pertanyaan penelitian. Dalam

mendefenisikan istilah tersebut depat dengan (1) Constitutive definition, yakni

dengan pendekatan kamus (dictionary approach), (2), Contoh atau by example dan

(3) Operational definition, yakni mendefenisikan istilah atau variabel penelitian

secara spesifik, rinci dan operasional.

Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah penelitian, antara lain

adalah:

1. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna

Masalah perlu dirumuskan dengan singkat dan padat tidak berbelit-belit

yang dapat membingungkan pembaca. Masalah dirumuskan dengan kalimat

yang pendek tapi bermakna.

2. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat Tanya

Masalah akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat

pertanyaan, bukan kalimat pernyataan.

3. Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit

Rumusan masalah yang jelas dan kongkrit akan memungkinkan peneliti

secara eksplisit dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan

diselidiki, siapa yang akan diselidiki, mengapa diselidiki, bagaimana

pelaksanaannya, bagaimana melakukannya dan apa tujuan yang diharapkan.


7

4. Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional

Sifat operasional dari rumusan masalah, akan dapat memungkinkan

peneliti memahami variabel-variabel dan sub-sub variabel yang ada dalam

penelitian dan bagaimana mengukurnya.

5. Rumusan masalah hendaknya mampu member petunjuk tenang

memungkinkannya pengumpulan data di lapangan untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam masalah penelitian

tersebut.

6. Perumusan masalah haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga

memungkinkan penarikan simpulan yang tegas. Kalau disertai rumusan

masalah yang bersifat umum, hendaknya disertai penjabaran-penjabaran

yang spesifik dan operasional.

`
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara perhitungan PPh Pasal 21 (pegawai tetap)

dalam kaitannya dengan kepentingan pembayaran pajak secara efisien.

2. Untuk menganalisis perencanaan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21

pegawai tetap PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi.

3. Untuk membandingkan perhitungan dan pelaporan perusahaan dengan

undang-undang perpajakan yang berlaku.

E. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


8

1. Untuk meningkatkan pemahaman teori mengenai perlakuan pemberian

tunjangan PPh 21, menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-31/PJ/2009 dalam perhitungan PPh Pasal 21 serta alternatif

pemberian insentif/tunjangan kepada karyawan dan dampaknya bagi

perusahaan.

2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan tentang

perencanaan pajak.

3. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk pengembangan penelitian lebih

lanjut tentang perencanaan pajak.

F. Metodologi Penelitian

Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-langkah

dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atu ilmu. Jadi metode penelitian adalah

cara sistematis untuk menyusun ilmu pengetahuan. Sedangkan teknik penelitian

adalah cara untuk melaksanakan metode penelitian. Metode penelitian biasanya

mengacu pada bentuk-bentuk penelitian.

Mengacu pada bentuk penelitian, tujuan, sifat masalah dan pendekatannya

adalah empat macam metode penelitian:

1. Definisi Operasional Variable

Adalah penelitian untuk menguci apakah variabel-variabel eksperimen

efektif atau tidak. Untuk menguji efektif tidaknya harus digunakan variabel

kontrol. Penelitian eksperimen adalah untukmenguci hipotesis yang

dirumuskan secara ketat. Penelitian eksperimen biasanya dilakukan untuk


9

bidang yang bersifat eksak. Sedangkan untuk bidang sosial biasansya

digunakan metode survey eksplanatory, metode deksriptif dan historis.

2. Populasi dan Sampel (Jenis dan Sumber Data)

Yaitu untuk menguji sebesapa jaun tujuan yang sudah digariskan itu

tercapai atau sesuai atau cocok dengan harapan atau teori yang sudah baku.

Tujuan dari penelitian verifikasi adalah untuk menguji teori-teori yang

sudah ada guna menyusun teori baru dan menciptakan pengetahuan-

pengetahuan baru. Lebih mutakhirnya, metode verifikasi berkembang

menjadi grounded research, yaitu metode yang menyajikan suatu

pendekatan baru, dengan data sebagai sumber teori (teori berdasarkan data).

3. Instrumen Penelitian

Yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri,

sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data,

menganalisis data dan mengintreprestasikannya. Metode deskriptif dalam

pelaksanaannya dilakukan melalui: teknik survey, studi kasus (bedakan

dengan suatu kasus), studi komparatif, studi tentang waktu dan gerak,

analisis tingkah laku, dan analisis dokumenter.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan

metode pengambilan data berikut:

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pegawai PT. Sumber Alfaria Trijaya,

Tbk Sukabumi yang mngerti permasalahan pajak yang dibahas dalam

penelitian. Mengenai perencanaan pajak, peneliti akan mewawancarai


10

dosen perpajakan untuk mengetahui teknik-teknik dalam perencanaan

Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 sehingga menghasilkan beban pajak

yang minimum.

b. Studi Kepustakaan

Data kepustakaan yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini

adalah ketentauan peraturan perpajakan yang berlaku khususnya yang

mengatur tentang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Peneliti juga

menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit,

rekap gaji dan kompensasi pegawai tetap.

5. Teknik Analisis Data

Data yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Data Primer

Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil

wawancara yang dilakukan peneliti dengan pihak-pihak yang

mengetahui tentang ketentuan peraturan Pajak Penghasilan (PPh) pasal

21 dan perencanaan pajak seperti pegawai bagian PT. Sumber Alfaria

Trijaya, Tbk Sukabumi dengan dosen perpajakan.

b. Data Sekunder

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder yaitu

peraturan perundang-undangan Pajak Penghasilan (PPh) yang berlaku,

laporan keuangan yang telah diaudit, rekap gaji dan kompensasi

pegawai tetap pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk Sukabumi.


11

Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif-comparative, yaitu dengan menganalisis hasil perhitungan

pajak yang optimal berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian dan manfaat penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian pajak dan penghasilan,

perencanaan pajak, peraturan yang memungkinkan terjadinya perencanaan

pajak dan penelitian terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai objek penelitian, metode

pengumpulan data, jenis dan sumber data, metode analisis data dan

sistematika penulisan.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah singkat perusahaan, visi

dan misi perusahaan dan struktur organisasi perusahaan serta tugas-tugasnya

dan pembahasan dari hasil penelitian.

BAB V KSIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan dijelaskan hasil dalri bab sebelumnya, meliputi

kesimpulan dan saran.


12

BAB II

DESKRIPSI LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Akuntansi

a. Pengertian

Akuntansi adalah seni dari pencatatan, penggolongan dan

peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang

setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara setepat-tepatnya

dan dengan petunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran

terhadap hal-hal yang timbul daripadanya. Akuntansi adalah proses

mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi agar

memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi

mereka yang menggunakan informasi tersebut, S. Munawir (2002:15)

Akuntansi dari sudut proses adalah kegiatan pencatatan, penyortiran,

penggolongan, peringkasan dan penyajian transaksi keuangan perusahaan

dengan suatu sistem yang diakui. Akuntansi dari sudut ilmu adalah

Akunting, berarti keseluruhan pengetahuan yang bersangkutan dengan

fungsi menghasilkan informasi keuangan suatu perusahaan yang

diperlukan oleh pihak yang berkepentingan guna digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan.

1) Pengertian Sistem Akuntansi

Dalam memimpin usahanya, seorang pemimpin tentunya ingin

mengetahui keadaan perusahaannya. Bagi perusahaan yang usahanya

12
13

relatif kecil tentunya seorang pemimpin dapat turun langsung dalam

mengawasi tiap pekerjaan ditiap bagian, dengan kata lain bahwa

seorang pemimpin itu dapat mengetahui secara langsung keadaan

perusahaanya. Untuk perusahaan yang dibidang usahanya sudah luas

dan berkembang, tentunya pimpinan tidak dapat mengawasi

pekerjaan setiap bagian secara langsung tetapi ia harus

mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada orang lain.

Dalam hal pengawasan dan pengendalian yang baik, tidak

mungkin lagi bisa dilaksanakan secara efektif dengan panca indera

semata dan sebagai pelengkapnya, dibutuhkan perencanaan

mekanisme sistem yang baik dan tepat. sistem yang dimaksud disini

adalah sistem akuntansi yang merupakan bagian dari ilmu akuntansi.

untuk lebih jelasnya, maka penulis akan mengemukakan tetntang

pengertian sistem akuntansi dari beberapa ahli, antara lain :

Menurut Mulyadi (Sistem Akuntansi:1993), yang dimaksud

dengan Sistem Akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan

laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan

informasi keuangan yang dapat di butuhkan oleh manajemen guna

untuk memudahkan pengelolaan perusahaan.

Sedangkan menurut Howard F. Stettler dalam bukuna yang

berjudul : Sistem Based Independent Audits, yang dikutip oleh Zaki

Baridwan (Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan

Metode:1991), Sistem Akuntansi adalah fomulir-formulir, catatan-

catatan, prosedur-prosedur dan alat-alat yang digunakan untuk


14

mengolah data mengenai suatu usaha kesatuan ekonomis dengan

tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-

laporan yang diperlukan oleh manajemen untuk mengawasi

usahanya, bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti

pemegang saham, kreditur-kreditur dan lembaga-lembaga

pemerintah untuk menilai hasil operasi.

Sementara itu Marom (Sistem Akuntansi:2000), Sistem

Akuntansi adalah gabungan dari formulir-formulir, catatan, prosedur

dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah data dalam suatu

badan usaha, dengan tujuan untuk menghasilkan informasi-informasi

keuangan yang diperlukan oleh manajemen dalam mengawasi

usahanya atau untuk pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Sistem Akuntansi yang digunakan dalam suatu perusahaan

mempunyai umur yang terbatas, maksudnya bahwa kebutuhan

informasi dalam suatu perusahaan akan berkembang sesuai dengan

perkembangan kebutuhan informasi pihak-pihak yang

berkepentingan baik Intern/Ekstern. Disamping itu kemajuan

teknologi terutama alat-alat untuk memproses data dapat juga

mengakibatkan sistem akuntansi yang sekarang berlaku sudah tidak

efesien, Zaki Baridwan (1991:9-11)

2) Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Sistem Akuntansi Pokok yang digunakan untuk melaksanakan

Pengeluaran Kas adalah Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas dengan

menggunakan Cek dan Sistem Pengeluran Kas dengan menggunakan


15

uang tunai melalui Dana Kas Kecil Mulyadi (2001:509). Kas dapat

berupa uang kontan yang disimpan perusahaan, rekening Giro atau

rakening lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu jika

dibutuhkan. Kas dalam kegiatan operasionalnya diperlukan untuk

membiayai seluruh kegiatan operasional perusahaan sehari-hari,

mengadakan investasi baru dan lain-lain.

Jadi dapat disimpulkan, Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

adalah organisasi formulir, pencatatan dan laporan yang dibuat untuk

melaksanakan kegiatan pengeluaran baik dengan cek maupun

dengan uang tunai untuk mempermudah dalam setiap pembiayaan

pengelolaan perusahaan.

Tujuan umum penyusunan Sistem Akuntansi adalah :

a) Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha

baru.

b) Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang

sudah ada, baik mengenai mutu ketepatan penyajian maupun

struktur informasinya.

c) Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan

intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan informasi

akuntansi dan untuk menyediakan catatan mengenai

pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.

d) Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan

catatan akuntansi.
16

Beberapa elemen yang dibutuhkan agar tujuan dalam sistem

akuntansi tersebut dapat mencapai sasarannya dengan benar yaitu :

a) Fomulir

Yaitu tempat mencatat terjadinya transaksi-transaksi seperti

faktur yang digunakan sebagai bukti tertulis dan merupakan

dasar berikutnya didalam pencatatan yang lebih lanjut.

b) Buku Catatan

Yaitu seperti buku jurnal yang berisi bermacam-macam transaksi

yang terjadi.

c) Prosedur-prosedur

Yaitu tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang harus

dilaksanakan oleh suatu pencatatan transaksi agar dapat dihindari

adanya pengeluaran-pengeluaran maupun pembayaran yang tidak

sah.

d) Alat-alat

Yaitu berupa alat tulis, mesin-mesin kebutuhan, baik yang

sederhana maupun yang modern.

b. Pengertian Kas

Kas merupakan pos yang sering mengalami perputaran, hal ini

disebabkan karena hampir semua transaksi yang terjadi dalam

perusahaan selalu menggunakan kas. Sebelum menjelskan lebih jauh,

penulis mencoba menjelaskan tentang pengertian kas dari berbagai

sumber dan referensi. Soemarso (2004:299), Kas adalah segala sesuatu

(baik yang berbentuk uang maupun bukan uang) yang dapat tersedia
17

dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada

nominalnya.

Menurut Mulyadi (1992:427), Kas adalah kekayaan Perusahaan

yang sulit diidentifikasikan kepemilikannya. Sedangkan M. Munandar

(1993:29) mengemukakan Kas adalah semua mata uang kertas dan

logam, baik mata uang dalam negeri maupun valuta asing, serta semua

surat-surat yang mempunyai sifat seperti mata uang yaitu sifatnya dapat

segera dipergunakan untuk melakukan pembayaran-pembayaran pada

setiap saat dikehendaki.

Dari Ikatan Akuntansi Indonesia dalam buku Pedoman Standar

Akuntansi Keuangan mendefenisikan :

Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun valuta

asing yang masuk berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Termasuk

pada dalam kas adalah mata uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan

masih dalam masa tenggang untuk pertukaran ke Bank Indonesia

(PSAK 1994 No.31). Sementara itu kas terdiri dari Saldo Kas (Cash and

Hand) dan rekening giro, (PSAK 2004 No.2) Kas adalah alat

pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai

kegiatan umum perusahaan, (PSAK 2004 No.2).

Dari defenisi diatas, dapat diketahui kas merupakan alat pertukaran

dan pembayaran yang sangat diperlukan perusahaan. Kas diperlukan

untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari seperti pembayaran

gaji, pembayaran alat kantor, perjalanan dinas, pelunasan utang dan

tagihan-tagihan meliputi telepon, listik dan air.


18

2. Pengertian Pajak

Menurut Nurmantu (2005:1), definisi pajak adalah:

“…iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sector

partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)

yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran umum”

Menurut Mardiasmo (2007:20), pajak adalah:

“…kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”

Menurut Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008, pajak

merupakan:

“…iuran rakyat yang dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta

aturan pelaksanaanya” selanjutnya menurut Sumarsan (2010:4), definisi

pajak adalah:

“…suatu pengalihan sumber dari sector swasta ke sektor pemerintah

bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,

berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan lebih dahulu, tanpa

mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah

dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.”


19

Dari empat definisi yang telah disajikan dapat ditarik kesimpulan

tentang ciri-ciri yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain sebagai

berikut:

a. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari

sektor swasta (Wajib Pajak membayar pajak) ke sektor negara

(pemungut pajak/administrator pajak).

b. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum

pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik secara

rutin maupun pembagunan.

c. Tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh

pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para Wajib

Pajak.

d. Pajak digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat.

e. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah berdasarkan aas undang-undang serta aturan

pelaksanaannya.

f. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan

pelaksanaannya.

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. bila

terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu

rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang.

Menurut Sumarsan (2010:7), agar tidak menimbulkan masalah pemungutan

pajak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


20

a. Pemungutan pajak harus adil,

b. Pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian,

c. Pemungutan pajak harus efisien,

d. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

a. Fungsi Pajak

Fungsi pajak berarti kegunaan atau manfaat pokok dari pajak itu sendiri.

Menurut Nurmantu (2005:2) dikenal dua macam pajak, yaitu:

1) Fungsi budgetair

Fungsi budgetair disebut juga fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal

yaitu suatu fungsi dalam mana pajak dipergunakan sebagai alat untuk

memasukkan dana ke kas negara secara optimal berdasarkan undang-

undang perpajakan yang berlaku. Fungsi ini disebut fungsi utama karena

fungsi inilah yang mempunyai historis pertama kali timbul.

2) Fungsi regulerend

Fungsi regulerend atau fungsi mengatur disebut juga fungsi

tambahan yaitu fungsi dimana pajak digunakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan tertentu. Disebut sebagai fungsi tambahan karena

hanya sebagai fungsi pelengkap dari fungsi utama. Untuk mencapai

tujuan tertentu maka pajak digunakan sebagai alat kebijakan untuk

mencapai tujuan tersebut.

b. Jenis Pajak

Marsyahrul (2006:4) menyatakan bahwa perbedaan jenis pajak yang

dibagi dalam golongan-golongan dapat didasarkan atas sifat-sifat tertentu


21

yang ada dalam masing-masing pajak ataupun atas ciri-ciri tertentu yang ada

dalam masing-masing pajak ataupun atas ciri-ciri tertentu pada setiap pajak.

Ciri-ciri tertentu bersamaan dari setiap jenis pajak dimasukkan dalam satu

golongan sehingga dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Pajak Langsung dan Tidak Langsung

Pajak langsung adalah pajak-pajak yang harus dipikul sendiri oleh

wajib pajak yang bersangkutan, tidak dapat dilimpahkan kepada orang

lain, dan dikenalkan berulang-ulang pada waktu tertentu. Contoh dari

pajak ini adalah Pajak Penghasilan Pasal 25, Pajak Bumi dan

Bangunan, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan lain-lain.

Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak-pajak yang tidak

dikenakan berulang-ulang pada waktu tertentu dan pada akhirnya dapat

dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya dari pajak ini adalah Pajak

Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa.

2) Pajak Pusat (Negara)

Pajak Pusat (Negara) yaitu pajak-pajak yang wewenang

pemungutannya ada ditangan pemerintah pusat, dimana dari hasil

pemungutannya tersebut akan digunakan untuk kepentingan

pembiayaan negara pada umumnya. Yang termasuk dalam Pajak Pusat

(Negara) ini adalah Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai atas

Barang dan Jasa, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Bea Meterai.

3) Pajak Subyektif dan Pajak Obyektif

Pajak Subyektif yaitu pajak yang pemungutannya berpangkal kepada

diri orangnya, dimana keadaan diri Wajib Pajak yang bersangkutan


22

dapat mempengaruhi besar kecilnya pajak yang harus dibayar. Contoh

keadaan status perkawinan dan Wajib Pajak yang telah kawin atau

belum dan jumlah anak yang menjadi tanggungannya akan

mempengaruhi besar kecilnya pajak yang harus dibayar, sedangkan

Pajak Obyektif adalah pajak-pajak yang pemungutannya berpangkal

pada obyeknya, dimana pajak-pajak ini dipungut karena keadaan,

perbuatan-perbuatan, dan kejadian yang dilakukan atau yang akan

terjadi dalam wilayah negara dengan tidak mengindahkan tempat

kediamannya ataupun sifat subyeknya. Contoh dari pajak ini adalah

cukai rokok, pajak undian-undian berhadiah dan lain-lain.

B. Studi Empiris

1. Kajian Empiris Penelitian

Perencanaan pajak penghasilan telah diteliti oleh peneliti lain

diantaranya Wijayani (2006) dalam skripsi berjudul “Analisis Perencanaan

Pajak Penghasilan Pasal 21 Kantor Pusat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia

IV Makasar”, Harcrisnowo (2008) dalam Tesis yang berjudul “Perencanaan

Pajak Penghasilan (PPh) Dalam Upaya Meminimalisasikan Biaya Pajak

Pada PT. Bank Internasional Indonesia (BII)”, dan Gloritho (2008) pada

penelitian berjudul “pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak Biaya Pegawai

Pada PT. XYZ Untuk Meminimalkan Beban Pajak dan Hubungannya

dnegan Kinerja Perusahaan”.

Dalam penelitian Wijayani (2006) dan Harcrisnowo (2008), peneliti

menganalisis metode-metode yang tersedia dalam perencanaan pajak


23

dengan cara menghitung kembali pajak terhutang dengan metode-metode

tersebut kemudian menentukan metoda mana yang menghasilkan tax saving

yang paling baik. Dalam penelitian tersebut, adanya perbedaan tarif dan

lapisankena pajak terhadap Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi menjadi

salah satu pertimbangan untuk menyarankan pemberian tunjangan pajak

kepada pegawai tetap perusahaan dibanding menanggung PPh Pasal 21

terutang.

Penelitian Glaritho (2008) bertujuan untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dilakukan perencanaan pajak

dan setelah dilakukan perencanaan pajak dengan membandingkan jumlah

pajak terhutang. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah Undang-undang

yang digunakan sebagai dasar perencanaan pajak. Dalam penelitiannya,

Gloritho menyimpulkan bahwa setelah dilakukannya perencanaan pajak

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap jumlah pajak terhutang.

Penelitian Gloritho menggunakan Undang-undang Pajak Penghasilan

Nomor 17 tahun 2000 sebagai dasar perencanaan pajak.

Perbedaan mendasar antara penelitian terdahulu dan penelitian ini

adalah Undang-undang yang digunakan Penelitian terdahulu menggunakan

Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 17 tahun 2000 sedangkan

penelitian ini menggunakan Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh)

Nomor 36 tahun 2008 sebagai dasar perencanaan pajak dan Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER31/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis

Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh)


24

Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan

Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya menurut Scott (2000)

dalam Sunarto (2009) menyatakan bahwa earnings management is the

choice by a manager of accounting policies so as to achive some spesifik

objective. Artinya, manajemen laba merupakan sebuah keputusan manajer

mengenai pemilihan metode akuntansi untuk mencapai tujuan tertentu.

Perusahaan mempunyai beberapa teknik untuk melakukan manajemen

laba, yang diantaranya adalah mencatat pendapatan terlalu cepat, mencatat

pendapatan palsu, mengakui pendapatan lebih cepat satu periode, mengakui

biaya periode berjalan menjadi biaya periode sebelum ataupun sesudahnya,

tidak mengungkapkan semua kewajiban, mengakui pendapatan periode

berjalan menjadi pendapatan periode sebelumnya, dan mengakui pendapatan

masa depan menjadi penempatan periode berjalan.

Manajemen laba berhubungan dengan cara manajer untuk

meningkatkan atau mengurangi laba perusahaan karena mereka

mengharapkan imbalan atau manfaat atas tindakan yang dilakukan dan tidak

selalu dikaitkan dengan upaya untuk melakukan manipulasi data atau

informasi, tetapi lebih kepada pemilihan metode akuntansi yang mampu

mengatur keuntungan dan pilihan metode tersebut memang diperkenankan

oleh standar akuntansi.

Standar akuntansi berterima umum memberikan keleluasan bagi

perusahaan untuk memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan

kebutuhannya. Dengan kata lain, manajer diperbolehkan memilih kebijakan


25

akuntansi yang dianggap paling tepat untuk memaksimalkan nilai

perusahaan.

Dalam PSAK No. 19 revisi tahun 2009 tentang Aset Tidak Berwujud,

disebutkan terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat biaya penelitian

dan pengembangan, yaitu kapitalisasi dan pembebanan. Standar akuntansi

memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk menggunakan metode

kapitalisasi atau metode pembebanan. Adanya fleksibilitas ini kemudian

memicu manajemen untuk melakukan tindakan tindakan opportunis untuk

menguntungkan dirinya sendiri atau untuk memaksimalkan kepuasannya.

Kapitalisasi dan pembebanan adalah metode akuntansi untuk biaya

penelitian dan pengembangan. Standar akuntansi memberikan fleksibilitas

atas metode akuntansi yang digunakan, oleh karena itu perusahaan memiliki

keleluasaan dalam memilih salah satu dari metode tersebut.

Suharli dan Arisandi (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

pemilihan metode akuntansi merupakan hak perusahaan. Dari segi teori

akuntansi, metode yang paling baik adalah metode yang dapat

mempertemukan antara penghasilan dan beban sesuai dengan prinsip

akuntansi. Kebijakan akuntansi dapat dipengaruhi oleh kebijakan dan tujuan

efisiensi, dimana dengan upaya untuk mengeluarkan cost dengan efisien

mampu mengoptimalkan laba. Menurut Oswald dan Zarowin (2004)

keputusan perusahaan untuk mengkapitalisasi atau membebankan biaya

penelitian dan pengembangan mempengaruhi manajemen laba, baik melalui

nilai akrual maupun akun riil.


26

Adanya fleksibilitas dalam pemilihan metode akuntansi untuk biaya

penelitian dan pengembangan ini yang kemudian memicu manajemen untuk

melakukan tindakan-tindakan opportunis dimana manajer memilih

kebijakan akuntansi yang menguntungkan dirinya atau memaksimalkan

kepuasannya, hal inilah yang kemudian disebut dengan manajemen laba

(earnings management).

2. Penghasilan

Penghasilan menurut Hercrisnowo (2008:12) adalah:

“...jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan oleh

perorangan, badan dan bentuk usaha tetap yang digunakan untuk

aktivitas ekonomi seperti mengkonsumsi dan atau menimbun serta

menambah kekayaan”

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan (PPh) adalah:

“...kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam

bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban

yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari

kontribusi penanaman modal. Penghasilan (income) meliputi

pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain)”.

Mansyuri (2002:7) mengemukakan penghasilan untuk keperluan pajak

harus menekankan kepada kemampuan ekonomis yang dapat dipakai

sebagai konsumsi. Terdapat tiga hal penting dalam batasan

penghasilan, yaitu:
27

“a. menentukan bahwa suatu penghasilan adalah objek pajak

bertujuan agar wajib pajak mendapatkan kepastian apakah suatu

jenis penghasilan merupakan objek pajak sehingga tidak terdapat

keraguan-keraguan dalam menentukan suatu objek pajak.

b. mendefinisikan penghasilan adalah mencari benang merah dari

suatu pemahaman yang sama oleh setiap orang tentang definisi

dari penghasilan.

c. contoh-contoh penerimaan atau perolehan yang termasuk dalam

pengertian penghasilan kena pajak. Pemberian contoh merupakan

cara yang efektif agar wajib pajak tidak dirugikan dalam

melakukan pemotongan pajak, selain itu juga dapat memperkecil

celah loophole sehingga tidak ada lagi alasan wajib pajak untuk

menghindar dari pemotongan pajak”

a. Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Dalam peraturan pajak Nomor KEP-57/PJ/2009, yang termasuk

penghasilan kena pajak antara lain:

1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau

jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,

tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang

pensium atau imbalan dalam bentuk lainnya.

2) Hadiah dan undian atau pekerjaan atau kegiatan dan

penghargaan

3) Laba usaha

4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta


28

5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan

sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena

jaminan pengembalian uang.

7) Deviden, dengan nama dan bantuk apapun, termasuk deviden

dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan sisa hasil

usaha koperasi.

8) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan

harta.

10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan

jumlah tertentu

12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing

13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

14) Premi asuransi

15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dan

anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan

usaha atau pekerjaan bebas.

16) Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang

belum dikenakan pajak.

17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

18) Imbalan bunga.

19) Surplus Bank Indonesia.


29

Menurut Waluyo (2006:79), perihal penghasilan yang dapat

dikenakan pajak mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

1) Tambahan kemampuan ekonomis

Yang dimaksud dengan tambahan kemampuan ekonomis

adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan barang dan jasa

guna memenuhi kebutuhannya.

2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh.

Yang dimaksud penghasilan yang diterima terkait dengan

konsep akuntansi mengenai pengakuan pendapatan antara cash

basis (sudah diterima) dengan accrual basis (belum ada realisasi

baru dicatat saja).

3) Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia

Karena Indonesia menganut sistem world wide income maka

seluruh penghasilan yang diterima baik berasal dari dalam maupun

luar negeri wajib dikenakan pajak.

4) Untuk kepentingan konsumsi atau menambah kekayaan.

Penghasilan yang diterima atau diperoleh yang akan digunakan

untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib dikenakan pajak.

5) Dalam nama dan bentuk apapun.

Yang dimaksud dengan nama dan bentuk apapun adalah

hakekat ekonomis lebih penting dari jenis penghasilan tetapi jika


30

maksud dan tujuan dari nama tersebut adalah suatu penghasilan

maka wajib dikenakan pajak penghasilan.

Dasar pengenaan pajak dan pemotongan PPh Pasal 21 menurut

Diana (2009:423) adalah sebagai berikut:

1) Pegawai Tetap

PKP pegawai tetap dihitung dengan menggunakan PTKP dari

Penghasilan Netto (PN) sedangkan penghasilan netto dihitung

dengan mengurangkan biaya jabatan dan iuran yang terkait dengan

gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan (Iuran

Pensiun) dari Penghasilan Bruto (PB).

PKP = PB = Biaya Jabatan – Iuran Pensiun – PTKP

2) Penerimaan Pensiun Berkala

PKP penerimaan pensiun berkala dihitung dengan

mengurangkan PTKP dari Penghasilan Netto (PN) sedangkan

penghasilan netto dihitung dengan mengurangkan biaya pensiun

dari penghasilan Bruto (PB)

PKP = PB – Biaya Pensiun - PTKP

3) Pegawai Tidak Tetap

PKP dihitung dengan mengurangkan PTKP dari Penghasilan

Bruto (PB). PKP = PB-PTKP

4) Bukan pegawai, yang meliputi:

a) Distributor multilevel marketing atau direct selling


31

b) Petugas dinas luar asuransi yang tidak berstatus sebagai

pegawai

c) Penjaga barang dagangan yang tidak berstatus sebagai

pegawai.

d) Penerima penghasilan bukan pegawai lainnya yang

menerima penghasilan dari Pemotongan PPh Pasal 21

secara berkesinambungan dalam 1 tahun kalender.

PKP dihitung dengan mengurangkan PTKP yang dihitung

secara bulanan dari Penghasilan Bruto (PB).

PKP = PB-PTKP yang dihitung secara bulanan

b. Penghasilan dari Pekerjaan

Penghasilan yang diterima oleh wajib pajak dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu penghasilan dari menjalankan usaha (business

income) dan penghasilan dari kegiatan melakukan pekerjaan

(employment income). Penghasilan dari menjalankan usaha dapat

dilakukan oleh orang pribadi atau badan hukum, sedangkan penghasilan

dari kegiatan melakukan pekerjaan hanya dapat dilakukan oleh orang

pribadi.

Employment income merupakan penghasilan yang diperoleh orang

pribadi sehubungan dengan kegiatan dalam melakukan pekerjaan, jasa

dan kegiatan lain. Jenis employment income dapat dibagi menjadi dua;

1) Penghasilan sebagai pegawai atau penghasilan dari penyerahan jasa

orang pribadi tidak bebas atau penghasilan sebagai karyawan.


32

2) Penghasilan dari pekerjaan bebas, misalnya penghasilan dari jasa

profesional yang independen.

Dari pengertian tersebut terlihat bahwa perencanaan pajak melalui

penghindaran pajak merupakan satu-satunya cara legal yang dapat

ditempuh oleh wajib pajak dalam rangka mengefisienkan pembayaran

pajaknya. Ide dasarnya adalah usaha mengatur lebih dahulu semua

aktivias perusahaan guna menghindarkan dampak perpajakan sebanyak

mungkin, atau dengan kata lain peluang untuk perencanaan pajak yang

efektif, terdapat lebih besar kemungkonannya apabila ahal tersebut

dipertimbangkan sebelum transaksi tersebut dilaksanakan,

dibandingkan dengan apabila pertimbangannya dilakukan setelah

transaksi (Mangonting, 1999:43). Dalam hal ini tentunya sangat

tergantung kepada para manajer, sampai sejauh mana para manajer

tersebut mewaspadai secara konstan alternatif-alternatif penghematan

pajak pada setiap tindakan yang akan diambilnya. Dapat disimpulkan

bahwa suatu perencanaan pajak yang efektif tidak tergantung kepada

seorang ahli pajak yang profesional, akan tetapi sangat tergantung

kepada kesadaran dan keterlibatan para pengambil keputusan akan

adanya dampak pajak yang melekat pada setiap aktivitas

perusahaannya.

Perencanaan pajak berfungsi sebagai mengestimasi jumlah pajak

dimasa yang akan datang yang dibayar secara formal maupun material.

Dan melakukan efisiensi pajak tidak semata-mata dengan menghindari

pajak, tetapi juga menghindari sanksi-sanksi atas kesalahan dan


33

kelalaian atas pelaksanaan kewajiban pajak. Fungsi pelaksanaan pajak

dilakukan dengan melaksanakan hasil perencanaan pajak baik dari

aspek formal maupun material sebaik mungkin.

3. Langkah-Langkah Penting Perencanaan Pajak

Zain (2008:20) mengemukakan tindakan yang harus diambil dalam

rangka perencanaan pajak tersebut berupa tindakan penstrukturan yang

terkait dengan konsekuensi pajak, maka langkah-langkah yang harus

mendapatkan perhatian dalam penyusunan perencanaan pajak dan

merupakan komponen-komponen sistem manajemen adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan sasaran atau tujuan perencanaan pajak yang meliputi:

1) Usaha-usaha mengefisienkan beban pajak yang masih dalam

ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

2) Memahami segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari

pengenaan sanksi-sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi

pidana.

3) Melaksanakan secara efektif segala ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang terkait dengan pelaksanaan

pemasaran, pembelian dan fungsi keuangan, seperti pemotongan

dan pemungutan pajak.

b. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat tujuan,

yang terdiri dari:

1) Identifikasi faktor lingkungan perencanaan pajak jangka panjang.

Faktor ini umumnya memiliki sifat permanen yang secara


34

eksplisit terdapat dan melekat pada ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Faktor tersebut merupakan

parameter-parameter yang berpengaruh terhaap perencanaan

jangka panjang.

2) Etika kebijakan perusahaan dan ketentuan yang jelas mengenai

fungsi dan tanggung jawab manajemen perpajakan serta memiliki

manual tentang ketentuan dan tata cara perpajakan yang berlaku

bagi seluruh personil perusahaan.

3) Strategi dan perencanaan pajak yang terintegrasi dengan

perencanaan perusahaan, baik perencanaan perusahaan jangka

pendek maupun jangka panjang.

c. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai

tujuan, dilakukan antara lain dengan cara mengadakan:

1) Sistem informasi yang memadai dalam kaitannya dengan

penyampaian perencanaan pajak kepada para petugas yang

memonitor perpajakan dan kepastian keefektifan pengendalian

pajak penghasilan dan pajak-pajak lainnya yang terkait. Seperti

pencantuman masalah-masalah perpajakan dalam setiap bisnis,

sehingga tidak terjadi pelanggaran ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan. Hal-hal tersebut sangat erat

kaitannya dengan sistem akuntansi perusahaan.

2) Mekanisme monitor, pengendalian, dan penyesuaian sedemikian

rupa sehingga setiap modifikasi rencana dan tindakan dapat

dilakukan tepat waktu.


35

Agar perencanaan pajak dapat berjalan sesuai dengan tujuan menurut

Suandy (2008:18) diperlukan tahapan-tahapan terencana sebagai berikut:

a. Menganalisa informasi yang ada

Pada tahap ini perencanaan pajak harus menganalisa dan

mempertimbangkan semua aspek yang mungkin terlibat dalam

perencanaan pajak. Pertimbangan ini menimbang segala kemungkinan

keberhasilan maupun kegagalan dalam pelakasnaan perencanaan pajak.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain:

1) Fakta yang relevan

Dalam era globlalisasi serta tingkat persaingan yang semakin

ketat maka seseorang manajer pajak dalam merencanakan pajak

untuk suatu organisasi dituntut harus benar-benar menguasai

situasi yang dihadapi baik dari segi internal maupun eksternal dan

selalu mengamati perubahan-perubahan yang terjadi agar

perencanaan pajak dapat dilakukan secara tepat, menyeluruh

terhadap situasi maupun transaksi yang mempunyai dampak

perpajakan.

2) Faktor Pajak

Dalam melakukan pembuatan perencanaan pajak perlu

diperhatikan faktor-faktor pajak sebelumnya dari suatu negara

untuk menjamin berhasilnya suatu perencanaan pajak, sehingga

dapat dijadikan tolak ukur dalam menentukan perencanaan pajak

kedepannya.

b. Membuat satu model atau lebih rencana pajak


36

Model diperlukan untuk memberikan gambaran yang jelas

mengenai perhitungan perencanaan pajak. Sebaiknya model dibuatkan

lebih dari satu agar dapat dibandingkan dan lebih dapat terukur

keuntungan dan kerugiannya. Sehingga perencana pajak dapat

memilih alternatif-alternatif yang tersedia.

c. Evaluasi perencanaan pajak

Mengevaluasi dengan analisis keuangan suatu perencanaan pajak

misalnya bagaimana perencanaan pajak mempengaruhi beban pajak,

laba kotor atau pengeluaran lain jika alternatif-alternatif dipilih atau

dijalankan.

d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali keputusan dari

berbagai alternatif yang telah dibuat.

perencana pajak harus melihat potensi kerugian atau potensi

keuntungan yang akan diperoleh. Keputusan untuk menjatuhkan

pilihan satu alternatif kadang membawa kondisi pada potensi kerugian

yang akan diperoleh. Tugas dari perencana pajak adalah

meminimalkan potensi kerugian tersebut.

e. Memutakhirkan rencana pajak

Suatu undang-undang seringkali mengalami perubahan demikian

juga dengan undang-undang perpajakan. Perubahan ini akan

membawa dampak bagi perencana pajak secara keseluruhan. Tugas

dari perencana pajak untuk melihat kembali rancangan yang telah


37

dibuat untuk menyesuaikan dengan perubahan undang-undang

tersebut.

4. Peran Perpajakan Yang Memungkinkan Terjadinya Perencanaan

Pajak

a. Dasar Hukum dan Peraturan Pelaksanaan

Untuk menjamin terlaksananya fungsi pajak sebagai penghimpun

dana (budgetair) dari sektor pribadi kesektor umum diperlukan

perangkat pasti dan mengikat. Kepastian hukum diperlukan untuk

meminimalisasi perlawanan yang timbul pada saat pelaksanaan

pemungutan pajak. Dalam undang-undang diatur mengenai subjek

pajak dan bukan subjek pajak, objek pajak dan bukan objek pajak, tarif

pajak, pembayaran serta ketentuan lain yang diperlukan untuk Pajak

Penghasilan (PPh) pasal 21.

Sebagaimana diketahui bahwa transaksi pemotongan pajak

penghasilan (PPh) diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun

1983 tentang Pajak penghasilan (PPh). Khususnya untuk pemotongan

Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 pedoman yang digunakan antara lain:

1) Undang-undang No. 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat

atas Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan.

2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER31/PJ/2009

tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan


38

Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan/atau Pajak

Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan

Kegiatan Orang Pribadi.

b. Pengurang Yang Diperbolehkan

Penerima penghasilan yang berstatus sebagai karyawan tetap atau

penerima dana pensiun yang dibayar berkala dikenakan pajak

penghasilan pasal 21. Bagi golongan penerima penghasilan tersebut

berlaku pengurangan yang diperbolehkan untuk menghitung

penghasilan netto atau Penghasilan Kena Pajak (PKP). Untuk

mengetahui besarnya penghasilan netto pegawai tetap, penghasilan

bruto pegawai tersebut dikurangi dengan:

1) Biaya jabatan

Biaya jabatan adalah biaya untuk menagih, mendapatkan dan

memelihara penghasilan dari suatu pekerjaan, tanpa memandang

apakah pegawai tersebut memiliki jabatan atau tidak. Biaya jabatan

ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

250/PMK.03/2008 Tentang Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya

Pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pegawai

tetap atau pensiun sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-

tingginya Rp.6.000.000 atau Rp.500.000 sebulan.

2) Iuran pensiun

Iuran pensiun yang dibayarkan karyawan yang terkait pada gaji,

yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah


39

disahkan oleh menteri keuangan dapat dijadikan sebagai pengurang

penghasilan bruto.

3) Penghasilan tidak kena pajak (PTKP)

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) diatur dalam

undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 7

adalah sebesar tarif yang tercantum dalam tabel 2.1

Tabel 2.1 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

N
Keterangan Setahun Sebulan
o
1 Untuk diri Wajib Pajak Rp 15.840.000 Rp 1.320.000

2 Pribadi

Tambahan untuk wajib pajak Rp 1.320.000 Rp 110.000

3 Kawin

Tambahan untuk seorang istri

yang penghasilannya Rp 15.840.000 Rp 1.320.000

4 digabung dengan penghasilan

suami Rp 1.320.000 Rp 110.000

Tambahan untuk anak (paling

banyak 3 orang)
Sumber : Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008
40

Pengurang yang diperbolehkan bagi wajib pajak badan untuk

menentukan penghasilan netto sebagaimana yang diatur dalam Undang-

undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) adalah

sebagai berikut:

1) Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan

kegiatan usaha.

2) Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud

dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas

biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 9satu)

tahun.

3) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri keuangan.

4) Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki

dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk

mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan.

5) Kerugian selisih kurs mata uang asing.

6) Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di

Indonesia.

7) Biaya beasiswa, magang dan pelatihan.

8) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat

tertentu.

9) Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang

ketentuannya diatur dalam peraturan pemerintah.


41

10) Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur

dengan peraturan pemerintah.

11) Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan

peraturan pemerintah.

12) Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya

diatur dalam peraturan pemerintah.

c. Tarif Pajak

Tarif pajak adalah persentasi tertentu yang ditentukan oleh undang-

undang dalam rangka menentukan besarnya pajak terhutang.

Sehubungan dengan kewajiban untuk membayar pajak, dalam

menghitung besarnya pajak terhutang yang harus dibayarkan ditetapkan

tarif pajak bagi wajib pajak orang pribadi berdasarkan pasal 17 undang-

undang PPh tahun 2008.

Tabel 2.1 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

No Keterangan Tarif
1 Rp – s/d Rp 50.000.000 5%

2 Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 15%

3 Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000 25%

4 Rp 500.000.000 30%
Sumber : Undang-undang PPh Nomor 36 Tahun 2008

Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang tidak

memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), akan dikenakan

pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi 20% (dua
42

puluh persen) daripada tarif yang ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang

memiliki NPWP. Sehingga, jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong

adalah sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari jumlah PPh Pasal

21 yang seharusnya dipotong dan bersifat tidak final.

Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala, sebagai

penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif

yang lebih tinggi, disarankan untuk segara mendaftarkan diri untuk

memperoleh NPWP dalam tahun kalender yang bersangkutan paling

lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk masa pajak Desember.

PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar

20%. Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar

20% (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan

PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah

memiliki NPWP.

C. Kerangka Pemikiran

Laporan keuangan memuat berbagai informasi yang dibutuhkan oleh pihak

internal maupun eksternal. Pihak internal yang dimaksud adalah manajemen,

sedangkan pihak eksternal adalah pemegang saham. Laporan keuangan

menyajikan salah satu informasi penting yang menjadi fokus utama dalam

pengambilan keputusan oleh pemegang saham, yaitu laba. Secara umum,

keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari laba yang mampu dihasilkan oleh

perusahaan tersebut.

Kebutuhan akan informasi laba inilah yang kemudian membuat pihak

manajemen cenderung untuk membuat laporan keuangan menjadi terlihat lebih


43

baik. Hal ini dikenal dengan manajemen laba. Manajemen laba adalah proses

pengambilan keputusan kebijakan akuntansi yang disengaja dalam batas-batas

prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan

dari laba yang dilaporkan.

Manajemen laba ini berkaitan dengan teori akuntansi positif. Teori akuntansi

positif ini mempunyai asumsi bahwa manajer mempunyai sifat yang rasional,

sama halnya dengan investor, manajer juga akan memilih kebijakan akuntansi

yang memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri. Ada tiga hipotesis dari teori

akuntansi positif menurut Scott (2009; 287-288) yaitu the bonus plan hypothesis

yang menyatakan bahwa manajer perusahaan akan memilih prosedur akuntansi

yang mampu meningkatkan bonus bagi manajer itu sendiri, the debt convenants

hypothesis yang merupakan kecenderungan untuk melanggar perjanjian utang

yang akan menunda kewajiban utang piutang sampai dengan periode berikutnya,

dan the political cost hypotyhesis yang menyatakan bahwa perusahaan yang besar

dengan tingkat laba yang tinggi banyak dijadikan objek implementasi peraturan

dan kebijakan pemerintah.

Perusahaan mempunyai beberapa teknik untuk melakukan manajemen laba,

hal ini sejalan dengan hipotesis yang dipaparkan oleh teori akuntansi positif, yang

diantaranya adalah mencatat pendapatan terlalu cepat, mencatat pendapatan palsu,

mengakui pendapatan lebih cepat satu periode, mengakui biaya periode berjalan

menjadi biaya periode sebelum ataupun sesudahnya, tidak mengungkapkan semua

kewajiban, mengakui pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode

sebelumnya, dan mengakui pendapatan masa depan menjadi penempatan periode

berjalan.
44

Manajemen laba berhubungan dengan bagaimana cara manajer untuk

meningkatkan atau mengurangi laba perusahaan karena mereka mengharapkan

imbalan atau manfaat atas tindakan yang dilakukan. Manajemen laba tidak selalu

dikaitkan dengan upaya untuk melakukan manipulasi data atau informasi, tetapi

lebih kepada pemilihan metode akuntansi yang mampu mengatur keuntungan dan

pilihan metode tersebut memang diperkenankan oleh standar akuntansi.

General Accepted Accounting Principal memberikan keleluasan bagi

perusahaan untuk memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan

kepentingannya. Dengan kata lain, manajer diperbolehkan memilih kebijakan

akuntansi yang dianggap paling tepat untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

Dalam PSAK No. 19 revisi tahun 2009 tentang Aset Tidak Berwujud,

disebutkan terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat biaya penelitian dan

pengembangan, yaitu kapitalisasi dan pembebanan. Standar akuntansi

memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk menggunakan metode kapitalisasi

atau metode pembebanan. Oswald dan Zarowin (2004) yang menyatakan bahwa

keputusan perusahaan untuk mengkapitalisasi atau membebankan biaya penelitian

dan pengembangan mempengaruhi manajemen laba, baik melalui nilai akrual

maupun akun riil.

Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka pemikiran pada penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
45
46

Hipotesis disusun berdasarkan data, tetapi karena data tersebut dihasilkan dari

sampel yang mempunyai probabilitas, sehingga bisa saja benar atau salah. Oleh

sebab itu, sebuah hipotesis sebelum menjadi keputusan, harus diuji terlebih dahulu

dengan menggunakan data empiris.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas dan kerangka pemikiran

yang telah peneliti jelaskan, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini

adalah “Terdapat perbedaan tingkat manajemen laba yang signifikan antara

perusahaan yang menerapkan metode kapitalisasi dan metode pembebanan atas

biaya penelitian dan pengembangan”.


47

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. SEJARAH SINGKAT OBJEK PENELITIAN

1. Sejarah Singkat Alfamart

Alfamart adalah sebuah brand minimarket penyedia kebutuhan hidup

sehari-hari yang dimiliki oleh PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Pada tahun

1989 merupakan awal berdirinya alfamart, dengan dimulainya usaha dagang

rokok dan barang-barang konsumsi oleh Djoko Susanto dan keluarga yang

kemudian mayoritas kepemilikannya dijual kepada PT. HM Sampoerna

pada Desember 1989. Pada tahun 1994 struktur kepemilikan berubah

menjadi 70% dimiliki oleh PT. HM Sampoerna, Tbk dan 30% dimiliki oleh

PT. Sigmantara Alfindo (keluarga Djoko Susanto).

PT. Alfa Minimart Utama (AMU) didirikan pada tanggal 27 Juli 1999,

dengan pemegang saham PT. Alfa Retailindo, Tbk sebesar 51% dan PT.

Lancar Distrindo sebesar 49%. PT. Alfa Minimart Utama (AMU) ini

kemudian membuka Alfa Minimart pada tanggal 18 Oktober 1999 berlokasi

di jalan Beringin Raya, Karawaci Tangerang.

Pada tanggal 27 Juni 2002, PT. HM Sampoerna, Tbk. Secara resmi

merestrukturisasi kepemilikan sahamnya di PT. Alfa Retailindo, Tbk. Saham

HM Sampoerna di Alfa Retailindo yang semula 54.4% dikurangi menjadi

23.4%. disisi lain, perusahaan rokok terbesar kedua di Indonesia akan mulai

menggarap serius pasar mini market yang selam ini belum tergarap melalui

Alfa, pada tanggal 1 Agustus 2002, kepemilikan beralih ke PT. Sumber

46
48

Alfaria Trijaya dengan pemegang saham PT. HM Sampoerna, Tbk. Sebesar

70% dan PT. Sigmantara Alfalindo sebesar 30%. Kemudian nama Alfa

Minimart diganti menjadi Alfamart pada tanggal 1 Januari 2003. Pada tahun

2005 Jumlah gerai alfamart bertambah pesat menjadi 1.293 gerai hanya

dalam enam tahun. Semua toko berada di pulau Jawa.

Awal tahun 2006 PT. HM Sampoerna, Tbk. Menjual sahamnya,

sehingga struktur kepemilikan menjadi PT. Sigmantara Alfindo (60%) dan

PT. Cakrawala Mulia Prima (40%). Mendapat Sertifikat ISO 9001:2000

untukSistem Manajemen Mutu.

Pertengahan 2007 Alfamart sebagai Jaringan Minimarket Pertama di

Indonesia yang memperoleh Sertifikat ISO 9001:2000 untuk Sistem

Manajemen Mutu. Jumlah gerai mencapai 2.000 toko dan telah memasuki

pasar Lampung.

Awal 2009 menjadi perusahaan publik pada tanggal 15 Januari 2009 di

Bursa Efek Indonesia disertai dengan penambahan jumlah gerai mencapai

3.000 toko dan juga memasuki pasa Bali.

B. VISI, MISI OBJEK PENELITIAN

a. Visi

“Menjadi jaringan distribusi retail terkemuka yang dimiliki oleh

masyarakat luas, berorientasi kepada pemberdayaan pengusaha kecil,

pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen, serta mampu bersaing

secara global”.
49

b. Misi

1) Memberikan kepuasan kepada pelanggan/konsumen dengan

berfokus pada produk dan pelayanan yang berkualitas unggul.

2) Selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal yang dilakukan dan

selalu menegakkan tingkah laku/etika bisnis yang tertinggi.

3) Ikut berpartisipasi dalam membangun negara dengan menumbuh

kembangkan jiwa wiraswasta dan kemitraan usaha.

4) Membangun organisasi global yang terpercaya, tersehat dan terus

bertumbuh dan bermanfaat bagi pelanggan, pemasok, karyawan,

pemegang saham dan masyarakat pada umumnya.

c. Budaya

1) Integritas yang tinggi

2) Inovasi untuk kemajuan yang lebih baik

3) Kualitas & produktivitas yang tertinggi

4) Kerjasama team

5) Kepuasan pelanggan melalui standar pelayanan yang terbaik


50

2. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas

Gambar 3.1

Struktur Organisasi PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.

C. TUGAS DAN WEWENANG JABATAN

a. Board of Commisioners

1) Melakukan pengawasan atas jalannya usaha dan memberikan

nasihat kepada direktur

2) Dalam melakukan tugas dewan direksi berdasarkan pada

kepentingan perusahaan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

perusahaan
51

3) Kewenangan khusus dewan komisaris bahwa dewan komisaris

dapat diamanatkan dalam anggaran dasar untuk melaksanakan

tugas-tugas tertentu direktur.

4) Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan

salinan rapat.

5) Melaporkan kepada perusahaan kepada kepemilikan saham dan

saham-saham lainnya.

6) Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah

dilakukan.

b. Audit Commite

1) Melakukan penelaan terhadap informasi keuangan yang

diterbitkan perusahaan.

2) Penelan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan

perundang-undangan dibidang pasar modal dan dibidang lain

yang relevan.

3) Melakukan penelaan terhadap independensi dan objektivitas

akuntan publik.

4) Penelaan terhadap kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh

akuntan publik untuk memastikan semua resiko yang penting

telah dipertimbangkan.

5) Melakukan penelaan juka terdapat pengadduan yang berkaitan

dengan perusahaan.

c. Board of Directors
52

1) Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-

kebijakan perusahaan.

2) Memilih, menetapkan, mengawasi tugas-tugas dari karyawan

dan kepala bagian (manajer).

3) Menyetujui anggaran tahunan perusahaan.

4) Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja

perusahaan.

5) Mengurus dan mengelola perusahaan untuk kepentingan

perusahaan yang sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan.

6) Melaksanakan kepengurusan perusahaan sesuai dengan

kebijakan yang tepat (keahlian, peluang dan kelaziman) usaha

yang ditentukan dalam UU PT.

d. Corporate Audit

1) Menyediakan penipuan deteksi, investigasi dan pengalaman

forensik akuntansi dan keahlian untuk program monitoring.

2) Melakukan analisis data akun laporan keuangan (buku besar

umum), pengeluaran (hutang, waktu dan biaya), informasi dan

data lainnya.

3) Mengembangkan prosedur dan analisis untuk mengidentifikasi

tren yang tidak biasa atau pola dan anomali antara data-data.

4) Mengembangkan dan menerapkan prosedur investigasi dengan

tren yang tidak biasa atau pola dan anomali untuk disposisi.
53

5) Membuat rencana yang efektif, mengkoordinasi dan melakukan

audit berkala wilayah operasional dan keuangan sesuai dengan

rencana audit tahunan yang telah disetujui.

6) Berinteraksi dengan manajer senior.

7) Mendokumentasikan kertas kerja dan hasil audit dan

keterlibatan konsultan.

8) Menyediakan kepemimpinan yang tepat dan mentoring untuk

staf audit korporasi untuk mencapai tujuan edit.

e. Corporate Legal

1) Mengurusi urusan RUPS dan perubahan anggaran dasar.

2) Persiapan merger, akuisisi bila ada kemungkinan seperti itu.

3) Perpanjangan HGB-HGU aset tanah milik perusahaan.

4) Mengurus perizinan perpanjangan TDP, NPWP dan pembuatan

API.

5) Mengawal business development (berkaitan dengan perjanjian-

perjanjian)

6) Mereview usulan pembuatan/perubahan SOP.

7) Mengawal ketentuan dan peraturan yang baru.

f. Operation

1) Mengawasi kegiatan operasi.

2) Mengawasi keberadaan serta kondisi mesin dan peralatan.

3) Membuat rancangan produk yang dipesan.

4) Membuat keputusan harian sehubungan dengan kegiatan di

Alfamart.
54

g. Marketing

1) Bertanggung jawab terhadap bagian pemasaran.

2) Bertanggung jawab terhadap perolehan hasil penjualan dan

penggunaan dana promosi.

3) Sebagai koordinator manager produk dan manager penjualan..

4) Membina bagian pemasaran dan membimbing seluruh

karyawan dibagian pemasaran.

5) Membuat laoran pemasaran kepada direksi.

h. Merchandising

1) Memajang/mendisplay dan menata produk.

2) Menjaga kebersihan produk dan pajangan.

3) Menjalankan semua program promosi perusahaan.

4) Menjalankan tugas kunjungan sesuai dengan rencana kerja.

5) Merapikan, menata, membersihkan produk dengan standar

perusahaan.

6) Mengecek harga jual produk dan kompetitor.

7) Membuat laporan RDC dan laporan hasil kerja.

8) Mengganti produk yang rusak.

9) Mengecek dan merealisasikan program promosi.

10) Menyelesaikan masalah di gerai.

11) Menginformasikan perubahan planogram dan display.

12) Memberikan informasi tentang produk baru.

13) Property development.


55

14) Mengkoordinasikan kegiatan pengendalian properti dan

lingkungan di wilayah usaha perusahaan dan lingkungannya.

15) Menyusun program pengendalian properti sesuai dengan

rencana investasi serta melakukan evaluasi secara periodik.

16) Menyelenggarakan pengolahan data dan penyimpanan

dokumen asli properti.

17) Menyiapkan laporan kegiatan divisi secara benar dan tepat

waktu.

i. IT

1) Bertanggung jawab memelihara sistem jaringan.

2) Mengoptimalisasi perangkat IT atau server yang ada di

Alfamart.

j. Finance

1) Membuat, memeriksa dan mengarsip faktur, nota supplier,

laporan AP/AR untuk memastikan status hutang atau piutang.

2) Membuat, mencetak tagihan dan surat tagihan untuk

memastikan tagihan terkirim kepada pelanggan dengan benar

dan tepat waktu.

3) Menerima, memeriksa tagihan dari vendor dan membuat

rekapnya untuk memastikan pembayaran terkirim tepat waktu.

4) Memeriksa rangkuman kas kecil untuk memastikan

penggunaan dan ketersediaan kas kecil yang efektif.

5) Menginput penerimaan pembayaran dari pelanggan,

danpembayaran ke supplier dengan tepat waktu dan akurat


56

untuk memastikan ketepatan waktu dan keakuratan penerimaan

maupun pembayaran.

6) Memeriksa laporan rekonsiliasi untuk memastikan data terinput

dengan benar.

7) Mengarsip seluruh dokumen transaksi untuk menjaga ketertiban

administrasi dan memudahkan penelusuran dokumen.

8) Melakukan stock opname setiap akhir bulan untuk melihat ada

atau tidaknya selisih jumlah barang di gudang dan catatan

dikeuangan.

k. Human Capital

1) Memperbaiki dan memperhatikan mutu karyawan.

2) Menyediakan tenaga yang ahli dan sesuai dengan bidangnya

masing-masing.

l. Corporate Development

1) Bertugas merencanakan, merancang dan menyajikan presentasi

yang menarik dan proposal untuk pendekatan bisnis baru.

2) Memberikan bantuan mentoring kepada pejabat fundraising

perusahaan.

m. Franchise

1) Menyediakan tempat usaha dan modal sejumlah tertentu

bergantung pada jenis waralaba yang akan dibeli.

2) Menjaga image produk waralaba.

3) Membayar Franchise fee dan royalti fee.

n. Corporate Affair
57

1) Bertanggung jawab untuk semua komunikasi internal dan

eksternal.

2) Mengurus hal-hal seperti buletin karyawan, laporan bisnis

tahunan dan siaran pers.

3. Pembahasan

a. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan Pelaporan

Pegawai Tetap Pada PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi.

PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Menanggung semua kewajiban

pajak penghasilan karyawan, perusahaan sudah membayar beban pajak

sebagai berikut:

Tabel 3.1
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap Tahunan 2009
PT.Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi

JUMLAH JUMLAH
PPh YANG TANGGAL
BULAN PEGAWAI PENGHASILA
DIPOTONG SETOR
TETAP N BRUTO
JANUARI 1.759 19.669.140.489 3.197.110.618 10 FEB 09
10 MAR
FEBRUARI 1.763 11.539.485.585 605.857.404
09
MARET 1.765 10.617.113.013 701.971.412 10 APR 09

APRIL 1.737 10.332.656.530 643.592.789 10 MEI 09

MEI 1.772 15.816.631.449 1.758.661.865 10 JUN 09

JUNI 1.820 55.332.533.964 5.572.767.013 10 JUL 09

JULI 1.728 19.143.014.904 1.600.965.737 10 AGS 09

AGUSTUS 1.746 29.161.209.040 4.233.557.359 10 SEP 09


SEPTEMBE
1.750 22.580.332.690 2.085.053.060 10 OKT 09
R
OKTOBER 1.717 25.579.003.605 2.352.528.249 10 NOP 09
58

NOPEMBER 1.706 13.321.963.145 1.296.292.953 10 DES 09


26.809.142.76
DESEMBER 1.851 251.391.973.417 10 JAN 10
1
50.857.501.22
TOTAL 484.485.057.831
0
Sumber : diolah dari SPT PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk Sukabumi
tahun 2009 (lampiran1)

Terlihat pada Tabel 3.1, perusahaan telah menerapkan kebijakan

menanggung pajak penghasilan karyawan dengan cara memberikan

tunjangan pajak penghasilan kepada karyawan. Namun, karena

perusahaan dalam memberikan tunjangan pajak kepada karyawan hanya

berdasarkan penghasilan yang diterima oleh karyawan tiap bulannya,

maka peruashaan masih perlu membayar pajak penghasilan (PPh) pasal

21 karyawan yang masih kurang bayar akibat penghasilan karyawan yang

dihitung setahun dan kalikan tarif pajak berlaku. Sehingga pada akhir

tahun, perusahaan harus melakukan pembetulan, apakah lebih bayar atau

kurang bayar dan dibayar ditahun berikutnya.

b. Perencanaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pegawai Tetap PT.

Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Tangerang.

Tabel 3.2
Perhitungan PPh Badan Tahun 2009
(Mengacu Pada Penghasilan Karyawan Tiap Bulan)

KETERANGAN JUMLAH (RP)


Laba Bersih Sebelum Pajak 60.818.177.129
Koreksi Fiskal:
Perbedaan Temporer 71.182.188.632
Perbedaan Tetap
Koreksi Positif 41.788.756.195
Koreksi Negatif (37.593.582.589)
Laba Fiskal 679.195.539.366
Pajak Penghasilan Badan (28%) 190.174.751.022
59

Sumber : diolah dari PPh Badan PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
Sukabumi tahun 2009 (Lampiran 2)

Menghitung pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 pada perusahaan

umumnya menggunakan perhitungan yang sama sesuai dengan undang-

undang perpajakan yang berlaku. Tetapi bagaimana cara perusahaan

tersebut mengelolanya dengan efisien sehingga dapat melakukan

perencanaan pajak dengan efektif. PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.

Sukabumi memiliki banyak pegawai tetap dan tidak tetap dengan jumlah

tunjangan yang berbeda-beda berupa asuransi, THR dan bonus, dan

penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan pada umumnya

diberikan sekali dalam setahun. Transaksi pemotongan pajak penghasilan

(PPh) diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tebtabg

perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 1983 tentang

Pajak Penghasilan (PPh).

Perencanaan pajak yang efektif sangat tergantung kepada kesadaran

dan keterlibatan para pengambil keputusan akan adanya dampak pajak

yang melekat pada setiap aktivitas perusahaannya.

c. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Perusahaan dan

Perbandingannya dengan Undang-Undang Perpajakan yang Berlaku.

Berikut merupakan perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan

(PPh) Pasal 21 terhadap penghasilan berupa asuransi, THR dan bonus,

dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan pada

umumnya diberikan sekali dalam setahun dan membandingkannya


60

dengan menggunakan perhitungan menurut Peraturan Direktur Jenderal

Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21.

1) Abdul Hafid (tidak kawin) bekerja pada PT. Sumber Alfaria

Trijaya, Tbk. Sukabumi dengan memperoleh gaji sebesar

Rp.10.414.549 per tahun. Dalam tahun yang bersangkutan,

Abdul Hafid menerima THR dan bonus sebesar Rp.23.644.638,

asuransi Rp.115.731, dan tunjangan lainnya sebesar

Rp.19.720.920. setiap tahunnya, Abdul Hafid membayar iuran

THT sebesar Rp.550.546.

Tabel 3.3
Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap
Dengan Status Tidak Kawin

Nama : Abdul Hafid


Status : Tidak Kawin
PERUSAHAA UNDANG-
PENGHASILAN
N UNDANG
Gaji Pokok 10.414.549 10.414.549
Tunjangan PPh 1.889.274 1.740.525
Tunjangan Lainnya 19.720.920 19.720.920
Asuransi 115.731 115.731
THR dan Bonus 23.644.638 23..644.638
Total Penghasilan Bruto 55.785.112 55.636.363
PENGURANGAN
Biaya Jabatan 2.789.256 2.781.818
Iuran THT 550.546 550.546
Penghasilan Netto 52.445.311 52.303.999
PTKP 15.840.000 15.840.000
Penghasilan Kena Pajak
36.605.311 36.463.999
(PKP) 1.889.274 1.740.525
PPh 21 1.830.266 1.830.266
PPh 21 yang telah 59.009 (89.741)

dibayar
PPh kurang bayar
61

Sumber: Daftar Pajak Penghasilan Pegawai Tetap PT. Sumber


Alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi tahun 2009

Dalam tabel 3.3 terlihat bahwa Pajak Penghasilan Pasal 21

Abdul Hafid dengan status tidak kawin menurut Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009 sebesar

Rp.1.740.525 lebih baik dibandingkan dengan pajak Penghasilan

Pasal 21 menurut peruashaan yaitu sebesar Rp.1.889.274.

Perhitungan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 menurut

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009

adalah sebagai berikut:

Gaji Pokok : Rp. 10.414.549

Tunjangan Lainnya : Rp. 19.720.920

Asuransi : Rp. 115.731

THR dan Bonus : Rp. 23.644.638

Total Penghasilan Bruto : Rp. 53.895.838

Pengurangan

Biaya Jabatan : 5% x Rp.53.895.838 : Rp. (2.694.792)

Iuran THT : Rp. (550.546)

Total penghasilan Netto : Rp. 50.650.500

PTKP Wajib Pajak Orang Pribadi : Rp. (15.840.000)

PKP : Rp. 34.810.500

PPh 21 Terutang: 5% x Rp.34.810.500 : Rp. 1.740.525

2) Husain (kawin dan belum memiliki tanggungan) bekerja pada

PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi dengan memperoleh


62

gaji sebesar Rp.10.363.811 pertahun. Dalam tahun yang

bersagnkutan, Husain menerima THR dan bonus sebesar

Rp.23.905.255, asuransi Rp.115.731, dan tunjangan lainnya

sebesar Rp.17.840.921. setiap tahunnya, Husain membayar iuran

THT sebesar Rp.550.546.

Tabel 3.4
Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap
Dengan Status Kawin Tidak Memiliki Tanggungan

Nama : HUSAIN
Status : Ko
PERUSAHAA UNDANG-
PENGHASILAN
N UNDANG
Gaji Pokok 10.363.811 10.363.811
Tunjangan PPh 1.741.392 1.595.194
Tunjangan Lainnya 17.840.921 17.840.921
Asuransi 115.731 115.731
THR dan Bonus 23.905.255 23.905.255
Total Penghasilan Bruto 53.967.110 53.820.912
PENGURANGAN
Biaya Jabatan 2.698.355 2.691.046
Iuran THT 550.546 550.546
Penghasilan Netto 50.718.208 50.579.320
PTKP 17.160.000 17.160.000
Penghasilan Kena Pajak

(PKP) 33.558.208 33.419.320


PPh 21 1.741.392 1.595.194
PPh 21 yang telah 1.677.910 1.677.910
63.482 (82.716)
dibayar
PPh kurang bayar
Sumber: Daftar Pajak Penghasilan Pegawai Tetap PT. Sumber
Alfaria Trijaya, Tbk. Sukabumi tahun 2009

Dalam tabel 3.3 terlihat bahwa Pajak Penghasilan Pasal 21

Abdul Hafid dengan status tidak kawin menurut Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009 sebesar


63

Rp.1.740.525 lebih baik dibandingkan dengan pajak Penghasilan

Pasal 21 menurut peruashaan yaitu sebesar Rp.1.889.274.

Perhitungan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 menurut

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009

adalah sebagai berikut:

Gaji Pokok : Rp. 10.414.549

Tunjangan Lainnya : Rp. 19.720.920

Asuransi : Rp. 115.731

THR dan Bonus : Rp. 23.644.638

Total Penghasilan Bruto : Rp. 53.895.838

Pengurangan

Biaya Jabatan : 5% x Rp.53.895.838 : Rp. (2.694.792)

Iuran THT : Rp. (550.546)

Total penghasilan Netto : Rp. 50.650.500

PTKP Wajib Pajak Orang Pribadi : Rp. (15.840.000)

PKP : Rp. 34.810.500

PPh 21 Terutang: 5% x Rp.34.810.500 : Rp. 1.740.525

D. Produk Yang Dihasilkan

Suatu barang, produk yang ada di Minimarket Indomaret di Kota Semarang

yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan seorang pelanggan.

Yaitu yang berkaitan dengan kesesuaian produk dengan manfaat, produk memiliki

daya tahan yang baik, penampilan produk memadai.


64

Setiap gerai menyediakan lebih dari 5.000 produk food, nonfood, general

merchandise dan fresh product dengan harga hemat, untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari konsumen. Sistem distribusi Indomaret menerapkan teknologi yang

canggih dengan menggunakan digital picking sistem yang memungkinan

Indomaret menjalankan distribusi dengan andal, canggih, dan efisien. Dengan

dukungan sumber daya manusia yang ahli di bidangnya, distribusi ke seluruh

gerai dapat terlayani dengan baik sehingga pusat distribusi Indomaret menjadi

salah satu yang terbaik di Indonesia.

1. Harga

Harga (price) adalah harga barang yang terdapat di Minimarket

Indomaret di Kota Semarang yaitu meliputi harga yang ditawarkan,

kesesuaian harga, harga terjangkau, dan harga wajar dan kompetitif.

Harga yang dijual di Indomaret dan Alfamart mengalami perbedaan

namun selisihnya tidak terlalu jauh dan ini bisa jadi mempengaruhi pembeli.

Seperti pada produk Adidas DS Ice Drive Pure 150ml di Indomaret harga

Rp.34.500,00 sedangkan di Alfamart Rp 35.000,00., Bellagio Home 100ml

sama-sama menaruh harga Rp.42.900,00, kapak minyak angin 10ml di

Indomaret seharga Rp,18.500,00 sedangkan di Alfamart lebih rendah yaitu

dengan harga Rp.16.900,00, cap lang minyak telon plus 60ml di indomaret

harga Rp 18.400,00 sedangkan di Alfamart Rp 21.000,00.

2. Promosi

Target pasar Indomaret adalah semua kalangan masyarakat di

Indonesia. Strategi pemasarannya diintegrasikan dengan kegiatan promosi

yang dijalankan secara berkala dengan berbagai metode sesuai dengan jenis
65

produk dan fokus target pasarnya. Beberapa strategi jangka pendek yang

dijalankan oleh Indomaret antara lain :

a. Harga heboh; promosi mingguan yang memberikan harga sangat murah

untuk produk-produk kebutuhan sehari-hari.

b. Super hemat; leaflet edisi dua mingguan yang mempromosikan produk-

produk dengan harga hemat sebagai panduan bagi konsumen untuk

belanja hemat.

c. Promosi bulan ini; promosi bulanan atas produk tertentu dalam bentuk

pemberian hadiah langsung atau potongan harga.

Untuk strategi jangka panjang, Indomaretmenerapkan berbagai program

yang berkaitan denga loyalitas konsumen serta pembentukan komunitas.

Promosi yang dilakukan oleh Indomaret tiap bulan periode tanggal 1-15 dan

3. Lokasi

Lokasi berarti berhubungan dengan dimana Minimarket Indomaret di

Kota Semarang melaksanakan operasional perusahaan yaitu meliputi

konsumen membeli produk karena lokasi strategis, konsumen membeli

produk karena memiliki ruang tunggu yang nyaman, konsumen membeli

produk karena mudah dijangkau, dan lokasi mudah dijangkau oleh

transportasi umum.

Pada mulanya Indomaret membentuk konsep penyelenggaraan gerai

yang berlokasi di dekat hunian konsumen, menyediakan berbagai kebutuhan

sehari-hari, melayani masyarakat umum yang bersifat majemuk serta

memiliki luas toko sekitar 200 m2.


66

Seiring dengan perjalanan waktu dan kebutuhan pasar, Indomaret terus

menambah gerai di berbagai kawasan perumahan, perkantoran, niaga,

wisata dan apatemen. Dalam hal ini terjadilah proses pembelajaran untuk

pengoperasian suatu jaringan ritel yang berskala besar, lengkap dengan

berbagai pengalaman yang komplek dan bervariasi.

Di Indomaret cabang Genuk tepatnya di Jl. Wolter Monginsidi

Banjardowo Dan Jl. Karangroto Kudu gerai yang di bangun awalnya adalah

rumah yang sudah tidak dihuni dan letaknya sangat strategis dekat dengan

keramaian, dan dekat jalan raya.

Dengan parkir yang cukup luas dan dilengkapi dengan CCTV, dengan

ruangan yang nyaman dan berAC sehingga pembeli merasa senang dan

tidak jarang pembeli ingin berbelanja kembali ditempat yang dirasa nyaman

itu.

Adapun pemilihan lokasi untuk mendirikan minimarket adalah sebagai

berikut:

a. Jauh dari pasar (jarak 500M dari pasar tradisional)


b. Tidak ada selisih warga (ada persetujuan dari warga)
c. Tanah tidak terlibat sengketa (tanah sengketa)

Terkait ijin harus meminta persetujuan dari Rt Rw, camat lurah, dan

BPPT (Badan Pelayanan Perizinan Terpadu).

4. Pelayanan

Aspek pelayanan semakin hari semakin nyata perannya, secara umum

pelayanan tersebut meliputi bagaimana kecepatan melayani pelanggan

sebelum brbelanja dan pada saat berbelanja. Dengan demikian usaha eceran
67

harus mampu mencoba sedemikian rupa agar pelayanan yang dirasakan

pelanggan meningkat serta sesuai dengan kehendak pelanggan. Banyak

dijumpai karyawan Alfamart menyambut pembeli dengan kalimat “selamat

datang di Alfamart, selamat berbelanja”. Hal ini akan memberikan kesan

yang ramah kepada pembeli, karena yang dinilai pertama kali adalah

keramahan karyawan sehingga pembeli merasa nyaman.

Unsur pelayanan adalah unsur yang memiliki peranan penting dalam

persaingan non-harga dengan pengecer-pengercer lain. unsurunsur

pelayanan menjadi nyata bagi peusahaan dalam bersaing dengan para

pesaingnya karena unsur pelayanan sangat sulit ditiru oleh pesaing.Menurut

Kotler yang di alih bahasakan oleh AB. Susanto membagi pelayanan

menjadi dua bagian yaitu pelayanan primer dalam usaha eceran antara lain

adalah pembayaran kredit, pengantaran, penanganan kelhan, penanganan

parkir, ruang istirahat termasuk toilet. Sedangkan yang termasuk pelayanan

pendukung antara lain : pembungkusan, imformasi lokasi barang, konsultasi

dan informasi pembelian, tempat penitipan barang. Pelayanan adalah salah

satu faktor pembeli nilai tambah bagi periltel, atau peritel dapat memilih

kombinasi ragam produk dan tingkat pelayanan sebagai positioning.

Alfamart di Genuk Semarang pelayanan di buka 24 Jam, yang terbagi

menjadi 3 shift yaitu shift 1 mulai pukul 06.00 WIB sampai pukul 15.00

WIB, shift 2 mulai pukul 15.00 WIB sampai pukul 24.00 WIB, dan shift 3

mulai pukul 24.00 WIB sampai pukul 06.00 WIB dan karyawan sejumlah

11orang.
68
69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Objek Penelitian

Alfamart merupakan sebuah minimarket yang menyediakan kebutuhan

pokok dan kebutuhan sehari-hari yang dikelola oleh PT. Sumber Alfaria

Trijaya, Tbk. Alfamart didirikan oleh Djoko Susanto pada tanggal 18

Oktober 1999 yang waktu itu bernama Alfa Minimart. Toko pertamanya di

buka dijalan Beringin Raya Karawaci – Tangerang.

Kemudian pada tanggal 1 Januari 2003 nama Alfa Minimart diganti

menjadi Alfamart. Pada tahun 2005 jumlah gerai Alfamart bertumbuh pesat

menjadi 1.293 gerai hanya dalam enam tahun. Semua toko berada di Pulau

Jawa. Pertengahan 2007 Alfamart memperoleh Sertifikat ISO 9001:2000

sebagai Jaringan Minimarket pertama di Indonesia untuk Sistem

Manajemen Mutu. Jumlah gerai mencapai 2000 toko dan telah memasuki

pasar Lampung. Pada tanggal 15 Januari 2009 jumlah gerai mencapai 3000

toko dan juga memasuki pasar Bali.

Ketersediaan produk-produk yang berkualitas, pelayanan yang cepat

dan ramah disertai denganstore yang bersih dan suasana yang

menyenangkan memberikan nilai lebih minimarket Alfamart dibanding

minimarket lainnya. Dalam meraih keberhasilan yang dimiliki Alfamart,

pemilihan lokasi yang strategis sangat di utamakan oleh pihak Alfamart

dengan melakukan market analysis, site selection, sales forecasting model,

68
70

dan market strategy planning. Oleh sebab itu minimarket Alfamart mampu

memberikan desain toko yang menarik, dan fasilitas yang lengkap untuk

memberikan kepuasan bagi pelanggan yang berbelanja.

Alfamart sebagai jaringan minimarket pertama yang memiliki masa

operasi 24 jam dirasa sangat membantu konsumen. Alfamart memiliki

program marketing dan Sistem Manajemen Mutu yang kuat dalam

memenuhi kebutuhan pelanggan dengan mengerti pola pikir, perilaku, dan

pola kerja di Alfamart.

Penempatan barang di Alfamart mudah dicari sesuai kebutuhan.

Barang-barang yang disediakan Alfamart berkualitas/selalu yang terbaru dan

sesuai dengan manfaat produk. Tempat belanja selalu nyaman, bersih dan

tertata dengan baik. Selain itu, kerjasama yang erat dengan para supply

partner mampu memberikan harga yang menarik bagi pelanggan

minimarket Alfamart. Harga yang ditawarkan di Alfamart tidak berbeda jauh

dengan minimarket lainnya. Harga yang tertera di produk sama dengan

harga di nota. Sebagai upaya untuk menarik lebih banyak konsumen

Alfamart sering memberikan diskon berupa potongan harga.

Program pelatihan dan panduan operasional disediakan oleh Store

Manajer dan Customer Service Representative.Adapun fasilitas-fasilitas

harga yang diberikan Alfamart seperti: 1) Kartu Aku, yaitu fasilitas bagi

konsumen untuk mendapatkan diskon terhadap produk-produk tertentu. 2)

Kupon Undian, yaitu untuk setiap pembelian minimal produk tertentu maka

akanmemperoleh kupon undian berhadiah. 3) Bazar, yaitu berupa promosi

suatu produk tertentu dengan harga dibawah harga standar pasar. 4) Ronda
71

Store, yaitu dengan mendatangi setiap rumah-rumah penduduk, bagi setiap

rumah yang memiliki bukti pernah belanja di Alfamart maka akan mendapat

kupon belanja gratis.

Untuk memberikan pelayanan yang maksimal Alfamart menyediakan

fasilitas umum berupa tempat duduk dan tempat parkir yang luas. Karyawan

Alfamart ramah dan berpenampilan rapi serta menarik. Karyawan tanggap

dalam menangani masalah atau keluhan pelanggan. Karyawan Alfamart

selalu memberikan ucapan “Selamat berbelanja di Alfamart” setiap ada

pelanggan yang datang. Dalam hal keamanan kepada pelanggan saat

berbelanja, Alfamart memasang kamera CCTV di setiap sudut ruangan dan

pada tempat parkir.

2. Subjek Penelitian

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa subjek atau responden

adalah pelanggan/konsumen yang mengetahui dan pernah membeli di

Alfamartkota Yogyakarta. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

berjumlah 100.Kuesioner diberikan secara langsung kepada responden yang

sedang berbelanja di Alfamartkota Yogyakarta. Penyebaran kuesioner di

lakukan selama 6 hari berturut-turut, yakni pada tanggal 12-18 Februari

2016.Untuk kriteria responden dalam penelitian ini, yaitu berusia lebih dari

>12 tahun sampai 50 tahun.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai hasil penelitian ini, terlebih

dahulu akan dibahas mengenai gambaran dari responden yang berisi tentang

jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan pekerjaan responden.


72

a. Jenis Kelamin Responden

Responden yang menjadi pelanggan/konsumen di Alfamart

berdasarkan karakteristik jenis kelamin dapat ditampilkan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.1
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


1. Pria 42 42%
2. Wanita 58 58%
Total 100
Sumber: data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 100 responden

wanita lebih banyak dibandingkan responden pria yaitu 58% wanita dan

42% pria. Hal ini menunjukkan bahwa responden wanita lebih dominan

berdasarkan jenis kelamin.

b. Usia Responden

Responden yang menjadi pelanggan/konsumen Alfamart

berdasarkan karakteristik usia dapat ditampilkan dalam tabel sebagai

berikut:

Tabel 4.2
Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Persentase
No Usia Jumlah
(%)
1. 12 – 16 tahun 6 6%

2. 17 – 24 tahun 50 50%

3. 25 – 34 tahun 29 29%
73

4. 35 – 40 tahun 12 12%

5. 40 – 50 tahun 3 3%

Total 100
Sumber: data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 100 responden

yang tertinggi adalah responden yang berusia 17 sampai 24 tahun yaitu

sebanyak 50%, sedangkan yang terendah adalah responden yang

berusia 40 sampai 50 tahun yaitu sebanyak 3%. Hal ini menunjukkan

pada usia 17 sampai 24 tahun merupakan usia yang mempunyai

intensitas yang tinggi dalam melakukan pembelian.

c. Pendidikan Terakhir

Responden yang menjadi pelanggan/konsumen Alfamart

berdasarkan tingkat karakteristik pendidikan terakhir konsumen dapat

ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
No Jenjang Pendidikan Jumlah Presentase (%)
1. SD - -
2. SMP 6 -
3. SMA 62 62%
4. Diploma 4 4%
5. S1 23 23%
6. S2/S3 5 5%
Total 100
Sumber: data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 100 responden

yang tertinggi adalah responden yang mempunyai latar belakang


74

pendidikan SMA yaitu sebesar 62% persen, sedangkan yang terendah

adalah dengan latar belakang pendidikan SD, yaitu sebanyak 0 persen.

d. Status Pekerjaan Responden

Responden yang menjadi pelanggan/konsumen berdasarkan

karakteristik pekerjaan dapat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4
Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan
Persentase
No Pekerjaan Jumlah
(%)
1. PNS 6 6%
2. Pegawai Swasta 18 18%
3. Mahasiswa 47 47%
4. TNI/POLRI 2 2%
5. Wiraswasta 21 21%
6. Lain-lain 6 6%
Total 100
Sumber: data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 100 responden

yang tertinggi adalah responden yang berstatus sebagai mahasiswa yaitu

sebanyak 47%, sedangkan yang terendah adalah responden yang

berstatus sebagai TNI/POLRI, yaitu sebesar 2%.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Uji Validitas
75

Kuesioner atau instrument pengukur harus memenuhi dua syarat, yaitu

valid dan reliabel untuk membuktikannya digunakan beberapa alat uji

yaitu: Hasil uji validitas menggunakan teknik korelasi Pearson diuraikan

sebagai berikut.

Tabel 4.5
Hasil AnalisisUji Validitas Variabel Penelitian
Butir Nilai
Variabel Nilai Sig. Keterangan
Pertanyaan Korelasi
Kualitas 1 0,263** 0,008 Valid
Pelayanan (X1) 2 0,354** 0,000 Valid
3 0,432** 0,000 Valid
4 0,497** 0,000 Valid
5 0,586** 0,000 Valid
6 0,559** 0,000 Valid
7 0,508** 0,000 Valid
8 0,718** 0,000 Valid
9 0,484** 0,000 Valid
10 0,683** 0,000 Valid
11 0,567** 0,000 Valid
12 0,557** 0,000 Valid
13 0,469** 0,000 Valid
14 0,519** 0,000 Valid

Harga (X2) 1 0,727** 0,000 Valid


2 0,633** 0,000 Valid
3 0,747** 0,000 Valid
4 0,614** 0,000 Valid

Kepuasan 1 0,740** 0,000 Valid


Pelanggan 2 0,898** 0,000 Valid
(Y1) 3 0,834** 0,000 Valid
4 0,770** 0,000 Valid

Butir Nilai
Variabel Nilai Sig. Keterangan
Pertanyaan Korelasi
76

Loyalitas 1 0,705** 0,000 Valid


Pelanggan (Y2) 2 0,656** 0,000 Valid
3 0,715** 0,000 Valid
4 0,757** 0,000 Valid

Sumber : data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan hasil uji validitas dari 100 yang

telah dilakukan untuk menguji semua butir pertanyaan dari keempat

variabel, yaitu kualitas pelayanan (X1), harga (X2), kepuasan pelanggan

(Y1) dan loyalitas pelanggan (Y2). Berdasarkan hasil tersebut terlihat

bahwa nilai signifikansi < 0,05. Hal ini berarti semua butir pertanyaan yang

digunakan dalam penelitian ini valid. Karena nilai signifikansi hasil

korelasi dari setiap butir pertanyaan < 0,05.

2. Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas menggunakan teknik Cronbach’s Alpha dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6
Hasil Analisis Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan


Kualitas Pelayanan (X1) 0,790 Reliabel
Harga (X2) 0,613 Reliabel
Kepuasan Pelanggan (Y1) 0,827 Reliabel
Loyalitas Pelanggan (Y2) 0,670 Reliabel
Sumber: data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji relliabilitas dari 100 responden

menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha pada variabel kualitas pelayanan (X1)

sebesar 0,790; harga (X2) sebesar 0,613; kepuasan pelanggan (Y1) sebesar
77

0,827; dan loyalitas pelanggan (Y2) sebesar 0,670. Menurut Sekaran (2011)

suatu instrumen dinyatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s

Alpha> 0,6 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukuran masing-

masing variabel dari kuesioner adalah reliabel/handal.

C. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Hipotesis 1, 2 dan 3

Hasil analisis regresi berganda untuk pengujian hipotesis 1, 2 dan 3

disajikan pada tabel 4.7

Tabel 4.7
Ringkasan Hasil Uji Regresi Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga dan
Kepuasan Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan
Unstandardize
Variabel Standardized
d Se t stat Sig Keterangan
Penjelas Coefficients
Coefficients
Kualitas
Pelayanan (X1) 0,081 0,036 0,142 2,230 0,028 Signifikan
Harga (X2) 0,255 0,087 0,227 2,925 0,004 Signifikan
Kepuasan
Pelanggan (Y1) 0,513 0,069 0,587 7,430 0,000 Signifikan
Adj R-square 0,634

Sumber : data primer yang diolah, 2017

Hasil perhitungan regresi di atas diperoleh persamaan regresi sebagai

berikut:

Y1 = 0,142 X1 + 0,227 X2 + 0,587 Y1

Variabel kualitas pelayanan (X1) memiliki koefisien arah positif

sebesar 0,142, berarti semakin tinggi kualitas pelayanan maka loyalitas

pelanggan juga akan semakin tinggi.


78

Variabel harga (X2) memiliki koefisien arah positif sebesar 0,227,

berarti semakin sesuai harga maka loyalitas pelanggan juga akan semakin

tinggi.

Variabel kepuasan pelanggan (Y1) memiliki koefisien arah positif

sebesar 0,587, berarti semakin tinggi kepuasan pelanggan maka loyalitas

pelanggan juga akan semakin tinggi.

a. Uji ( t test)

1) Pengujian hipotesis pertama (H1)

Variabel kualitas pelayanan (X1) berpengaruh signifikan terhadap

loyalitas pelanggan (p=0,028). Hipotesis pertama (H1) diterima.

2) Pengujian hipotesis kedua (H2)

Variabel harga (X2) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas

pelanggan

(p=0,004). Hipotesis kedua (H2) diterima.

3) Pengujian hipotesis ketiga (H3)

Variabel kepuasan pelanggan (Y1) berpengaruh signifikan

terhadap loyalitas pelanggan (p=0,000). Hipotesis ketiga (H3)

diterima.

b. Analisis Koefisien Determinasi

Nilai adjusted R square sebesar 0,634 menunjukkan variabel-variabel

kualitas pelayanan, harga dan kepuasan pelanggan mampu

menjelaskan variasi loyalitas pelanggan sebesar 63,4%. Sedangkan

sisanya sebesar 36,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model.


79

2. Pengujian Hipotesis 4 dan 5

Hasil analisis regresi berganda untuk pengujian hipotesis 4 dan 5

disajikan pada tabel 4.8

Tabel 4.8
Ringkasan Hasil Uji Regresi Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga
terhadap Kepuasan Pelanggan

Standardize
Variabel Unstandardized
Se d t stat Sig Keterangan
Penjelas Coefficients
Coefficients
Kualitas
pelayanan 0,105 0,052 0,160 1,994 0,049 Signifikan
(X1)
Harga 0,747 0,103 0,581 7,223 0,000 Signifikan
(X2)
Adj R- 0,395
square
Sumber: data primer yang diolah, 2017

Hasil perhitungan regresi di atas diperoleh persamaan regresi sebagai

berikut:

Y1 = 0,160 X1 + 0,581 X2

Variabel kualitas pelayanan (X1) memiliki koefisien arah positif

sebesar 0,160, berarti semakin tinggi kualitas pelayanan maka kepuasan

pelanggan juga akan semakin tinggi.

Variabel harga (X2) memiliki koefisien arah positif sebesar 0,581,

berarti semakin sesuai harga maka loyalitas pelanggan juga akan

semakin tinggi.

a. Uji (t test)

1) Pengujian hipotesis keempat (H4)


80

Variabel kualitas pelayanan (X1) berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pelanggan (p=0,049). Hipotesis keempat

(H4) diterima.

2) Pengujian hipotesis kelima (H5)

Variabel harga (X2) berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan pelanggan (p=0,000). Hipotesis kelima (H 5)

diterima.

b. Analisis Koefisien Determinasi

Nilai adjusted R square sebesar 0,395 menunjukkan variabel-

variabel kualitas pelayanan dan harga mampu menjelaskan variasi

kepuasan pelanggan sebesar 39,5%. Sedangkan sisanya sebesar

60,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

model.

3. Pengujian Hipotesis 6 dan 7

Pengujian terhadap pengaruh mediasi antar variabel intervening

dengan variabel dependen dilakukan dengan perhitungan rumus Sobel.

a. Uji hipotesis 6

Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa kualitas pelayanan (X1)

dapat berpengaruh langsung ke loyalitas pelanggan (Y2) dan dapat

juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari kualitas pelayanan (X1)

ke loyalitas pelanggan (Y2) melalui kepuasan pelanggan (Y1). Nilai

koefisien regresi sebesar 0,142 menunjukkan besarnya pengaruh

langsung, sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung harus


81

dihitung dengan mengalikan koefisien regresinya yaitu 0,160*0,587=

0,094.

Selanjutnya untuk mengetahui signifikan ataupun tidak, diuji

menggunakan Sobel Test sebagai berikut:

P4 =0,160

P3 =0,587

Se4 =0,052

Se3 =0,069

Perhitungan standar error dari koefisien indirect effect (Se43):

Se 43= √ P 4 2 . Se 32+ P 3 2 . Se 42 + Se 4 2 . Se 32

= √(0.160)2 .(0.069)2+(0.587)2 . (0.052)2 +(0.052)2 .(0.069)2


= √ 0.0001+ 0.0006+0.0008
= √ 0.0015
= 0.0387

Dengan demikian nilai uji t diperoleh sebagai berikut :

P43 0.094
t= = = 2.428
Se 43 0.0387

Nilai t sebesar 2,428 tersebut lebih besar dari t tabel (1,96) yang

berarti bahwa parameter mediasi tersebut signifikan. Maka dengan

demikian model pengaruh tidak langsung dari variabel kualitas

pelayanan terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan

diterima. Dengan demikian hipotesis 6 diterima.

b. Uji hipotesis 7
82

Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa harga (X2) dapat

berpengaruh langsung ke loyalitas pelanggan (Y2) dan dapat juga

berpengaruh tidak langsung yaitu dari harga (X2) ke loyalitas

pelanggan (Y2) melalui kepuasan pelanggan (Y1). Nilai koefisien

regresi sebesar 0,227 menunjukkan besarnya pengaruh langsung,

sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan

mengalikan koefisien regresinya yaitu 0,581*0,587= 0,341.

Selanjutnya untuk mengetahui signifikan ataupun tidak, diuji


menggunakan Sobel Test sebagai berikut:
P5 =
0,581
=
P3
0,587
=
Se5
0,103
=
Se3 0,069
Se 53=√ P5 . Se 3 2+ P 32 . Se 52 + Se 52 . Se 32
2

= √(0.581)2 .(0.069)2 +(0.587)2 .( 0.103)2 +(0.103)2 .(0.069)2


= √ 0.0001+ 0.0034+0.0004
= √ 0.0039
= 0.0624

Dengan demikian nilai uji t diperoleh sebagai berikut :

P53 0.341
t= = = 5.464
Se 53 0.0624

Nilai t sebesar 5,464 tersebut lebih besar dari t tabel (1,96) yang
berarti bahwa parameter mediasi tersebut signifikan. Maka dengan
demikian model pengaruh tidak langsung dari variabel harga terhadap
83

loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan dapat diterima.


Dengan demikian hipotesis 7 diterima.
84

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan

sebelumnya, penulis menarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut:

1. Perhitungan PPh Pasal 21 sebelum dan sesudah UU Nomor 36 Tahun

2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.01/2015 terdapat

komponen penghasilan bruto, pengurang penghasilan yang

diperbolehkan, PTKP, dan tarif pajak.

2. Terdapat perbedaan jumlah PPh Pasal 21 terutang yang ditanggung

perusahaan antara sebelum dan sesudah Perhitungan PPh Pasal 21 UU

Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor

122/PMK.01/2015 mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini dapat

dilihat melalu imetode analisis yang digunakan. Berdasarkan hasil

perhitungan dengan menggunakan rumus uji beda rata-rata paired t-

test, maka H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0 berarti terdapat

penurunan yang signifikan antara besarnya PPh Pasal 21 sebelum

dengan sesudah UU Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 122/PMK.01/2015.

3. Kebijakan perusahaan adalah tetap menggunakan metode net atau

menanggung PPh terutang Pasal 21, sebagai beban bagi perusahaan.

82
85

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. telah

melakukan kebijakan menanggung pajak PPh Pasal 21 Pegawai dengan baik

karena dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor

122/PMK.010/2015 tentang penyesuaian besarnya PTKP ini beban pajak terutang

PPh Pasal 21 mengalami penurunan sehingga tidak terlalu memberatkan

perusahaan.

Namun sebaliknya perusahaan dalam perhitungan PPH Pasal 21 yang

terutang memasukkan tunjangan pajak yang dapat diperhitungkan dalam

perhitungan pajak penghasilan perusahaan, sehingga perusahaan dapat

menghemat pembayaran pajak penghasilan badan yang terutang. Pemberian

tunjangan pajak oleh perusahaan, dari pihak karyawan akan lebih diuntungkan

dalam membayar pajak penghasilan dan Perusahaan perlu melakukan perencanaan

pahak yang bisa mengurangi PPh Pasal 21 terhadap karyawan dengan

memberikan tunjangan dalam bentuk natura atau kenikmatan bagi karyawan

dimana tunjangan tersebut merupakan biaya bagi perusahaan.


86

DAFTAR PUSTAKA

Diana, Anastasia. 2009. Perpajakan Indonesia : Konsep, Aplikasi, dan Penuntun

Praktis. Jakarta: Penerbit Andi.

Gloritho. 2008. Pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak Biaya Pegawai Pada

PT XYZ Untuk Meminimalkan Beban Pajak dan Hubungannya Dengan

Kinerja Perusahaan. Skripsi. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Harcrisnowo. 2008. Perencanaan Pajak Dalam Upaya Meminimalkan Biaya

Pajak PT. Bank Internasional Indonesia (BII) Finance Center. Tesis.

Jakarta: Universitas Indonesia.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta Salemba

Empat.

Mangonting, Yenni. 1999. Tax Planning : Sebuah Penangar Sebagai Alternatif

Meminimalkan Pajak. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 1, No. 1,

Mei 1999: 43-53. Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Mansyuri. 2002, Panduan Konsep Utama Pajak Indonesia. Jakarta: PT. Bina

Karya.

Masyahrul, Toni, 2006, Pengantar Perpajakan. Jakarta: PT. Grasindo.

Mardiasmo. 2007. Perpajakan (Edisi Ketiga), Jakarta: Penerbit Anda.

Muljono, Djoko. 2009. Tax Planning – Menyiasati Pajak dengan Bijak,

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit.

84
87

Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

250/PMK.03/2008 Tentang Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun

yang Dapat Dikurangkan. Jakarta.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang

Pajak Penghasilan. Jakarta.

Republik Indonesia. 2009. Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER31/PJ/2009

Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan

Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21. Jakarta.

Republik Indonesia. 2009. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP

57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran

dan Pelaporan Pajak Penghasilan 21, dan atau Pajak Penghasilan Pajak

26 Sehubungan dengan Pekerjaan Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

Jakarta.

Suandy, Erly. 2009, Perencanaan Pajak (Edisi Keempat). Jakarta: Salemba

Empat.

Sumarsan, Thomas. 2010, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Indeks.

Waluyo, 2006, Perpajakan Indonesia : Pembahasan Sesuai dengan Ketentuan

Perundang-undangan Perpajakan dan Aturan Pelaksanaan Perpajakan

Terbaru. Jakarta : Salemba Empat.

Wijayani, Linda. 2006. Analisis Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Kantor

Pusat PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia IV Makasar, Skripsi, Makasar:

Universitas Hasanuddin.
88

Zain, Mohammad. 2008, Manajemen Perpajakan (Edisi Ketiga). Jakarta:

Salemba Empat.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini.

Nama : INDRA SETIAWAN

Tempat Tanggal Tahir : Jakarta 10 Agustus 1989

Alamat : Kp.selaawi hilir Rt 001/006 Desa Cibunarjaya

Kecamatan Ciambar Kab Sukabumi 43356

Agama : Islam

Setatus pernikahan : Belum menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Telephone : 085217054031

Pendidikan Formal

1994-2000 Sekolah Dasar Negeri Warung gombong

2000-2003 Sekolah Menengah Pertama 1 Parungkuda

2003-2006 Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bekasi

Pengalaman Kerja

2006-2007 Bekerja di CV Roda Mitra Lestari Sebagai SPV

2008-2009 Bekerja di PT Yamaha Indonesia Sebagai Ussembly up

2009-2010 Bekerja di PT Karya Target Utama Sebagai Acconting

2015-2018 Bekerja di PT Bank DKI sebagai dept. Umum

Sukabumi, 28 April 2019


89

Indra setiawan

Anda mungkin juga menyukai