Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS CROSS SECTION

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Analisis Laporan Keuangan

Disusun Oleh :

1. Uswatun Hasanah (G02219036)


2. Imelda Agustin Nasuha (G92219095)
3. Muhimmatul Ulya Imrona (G92219103)

Dosen Pembimbing :

Ubaid Aisyul Hana, S.HI,.ME.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah
memberikan kemudahan bagi penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat
waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan dengan judul “Analisis
Cross - Section”. Tanpa pertolongan-Nya penulis tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Shalawat serta salam senantiasa terucap dari lisan penulis semoga tercurahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke jalan
yang baik dan terang benderang. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak,
khususnya dosen mata kuliah Analisis Laporan Keuangan yaitu Bapak Ubaid Aisyulhana, S.HI.,
M.E yang sudah banyak membimbing dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Penulis sadar bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak
kesalahan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
jika terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami kelompok 3 mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Surabaya, 12 Maret 2022

Penulis (Kelompok 3)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Negara – negara maju, data-data yang berkaitan dengan industri sejenis biasanya
dicari. Tetapi tidak demikian halnya 966dengan data-data industri di Negara-negara yang belum
maju seperti di Indonesia. Saat ini perusahaan yang go public dan listing di BEJ mencapai 200
saham ( bandingkan dengan New York Stock Exchange yang mencapai sekitar 1.700 saham).
Sebagian besar perusahaan di Indonesia masih belum gopublic. Perusahaan-perusahaan yang
belum go public biasanya tidak memberikan laporang keuangan ke public, dan dengan
demikian data perbandingan akan sulit diperoleh. Kecuali bank-bank yang mempunyai data-
data keuangan nasabahnya. Tetapi data semacam ini akan sulit diperoleh perusahaan lain,
meskipun untuk perbandingan. Kalaupun menggunakan data perusahaan yang go public,
masih bisa di pertanyakan apakah data yang dipakai sudeah “ representative” karena data
industri tersebut tidak memasukan perusahaan yang tidakl go public (private).
Masalah ini akan semakin rumit apabila perusahaan yang tidak gopublic tersebut
merupakan perusahaan yang dominan dalam industry tersebut. Masalah lain yang mungkin
timbul adalah tidak “jelasnya” industry yang akan dipakai sebagai perbandingan. Perusahaan
yang besar biasanya beroperasi tidak hanya pada satu sector usaha saja, tetapi
melakukan diversifikasi pada beberapa sektor.

B. Rumusan Masalah
1.Apakah yang dimaksud dengan analisis cross section ?
2.Jelaskan tentang perbandingan cross section
3.Jelaskan tentang perhitungan rata – rata industri
4.Jelaskan tentang perbedaan antar industry

C. Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian analisis cross section
2.Untuk mengetahui perbandingan cross section
3.Untuk mengetahui perhitungan rata – rata industry
4.Untuk mengetahui perbedaan antar industry.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Analisis Cross Section


Metode merupakan elemen utama dalam analisis data. Dalam analisis keuangan ada
beberapa analisis perbandingan yang dilakukan. Salah satunya adalah analisis cross section.
Analisis cross section adalah sebuah penelitian yang didalamnya mengidentifikasi dinamika
dan korelasi antara faktor efek, risiko, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan
data1. Seorang ahli bernama Notoatmodjo juga berpendapat bahwa penelitian Analisis cross
Sectional ini hanya akan mengobservasi pengukuran sekali saja. Pengukuran ini dilakukan
terhadap subjek variabel saat penelitian.
Dapat disimpulkan analisis cross section adalah perbandingan data keuangan suatu
perusahaan dengan perusahaan atau industi yang sejenis. akan bermanfaaat untuk melihat
prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti
untuk menentukan bonus bagi manjemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada
beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap industri.
Definisi industri sejenis adalah kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier, contoh standar
klasifikasi industry listing di BEJ, dan kesamaan dari sisi permintaan.
Kriteria pengelompokan industry didasarkan atas produk yang di hasilkan .contoh : misal
kebutuhan komunikasi, penghasil computer PC dengan mesin fax bisa bersaing, kamera dan
HP. Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya.

2. Perbandingan Cross Section


Analisis cross section (perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis) akan
bermanfaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat
dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan. 2 Bonus bagi
manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan

1
Ari, “Penjelasan Metode Analisis Cross Section”, diakses di https://patrastatistika.com/penjelasan-metode-
analisiscrosssectional/#:~:text=Analisis%20Cross%20Sectional%20merupakan%20sebuah,pendekatan%20observasi
%20atau%20pengumpulan%20data , pada 11 Maret 2022 pukul 12.00
2
Hanafi, M. M., dan Halim, Abdul., “Analisis Laporan Keuangan”, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2018), h. 111
perusahaan relatif terhadap industri. Apabila perusahaan memperoleh untung di atas industri,
manajemen perusahaan akan memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila terjadi
sebaliknya.
Mendefinisikan industri sejenis bukan merupakan pekerjaan mudah. Industri yang bisa
diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa elemen yang sama dengan
perusahaan. Kesamaan tersebut antara lain:
1) Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier.
Perusahaan bisa dikelompokkan berdasarkan bahan baku yang dipakai, bisa juga berdasar
proses produksi yang dipunyai. Standard Industrial Classification biasanya menggunakan
kriteria semacam ini (struktur fisik dan teknologi proses produksi dan homogenitas
produksi). Klasifikasi semacam ini juga banyak dipakai oleh lembaga lain. Perhatikan
klasifikasi industri yang dikeluarkan oleh laporan Jakarta Stock Exchange (Bursa Efek
Jakarta) untuk mengelompokkan saham-saham yang listing berdasarkan industri.

Tabel 6.1. Klasifikasi Industri di BEJ (Bursa Efek Jakarta, 20X2)


I. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
II. Makanan Ternak
III. Pertambangan dan Jasa Pertambangan
IV. Konstruksi
V.Manufacturing and Commercial
A. Makanan dan Minuman
B. Manufaktur Tembakau
C. Produk Tekstil dan sejenisnya
D. Kertas dan Produk-produk sejenisnya
E. Pakaian dan Produk Tekstil Lainnya
F. Produk Kertas dan sejenisnya
G. Produk Kimia dan sejenisnya
H. Produk Adhesive
I. Produk Plastik dan Gelas
J. Semen
K. Produk Besi dan sejenisnya
L. Produk Besi fabrikasi dan sejenisnya
M. Produk batu, beton, dan sejenisnya
N. Mesin
O. Kabel
P. Peralatan Kantor dan Elektronik
Q. Produk Otomotif dan sejenisnya
R. Peralatan Fotografi
S. Farmasi
T. Barang Bahan Konsumsi (sabun, pasta gigi, dll)
VI. Pelayanan Transportasi
VII. Komunikasi
VIII. Perdagangan Retail dan Whole Sale
IX. Perbankan, Lembaga Keuangan Selain Bank, Lembaga Sekuritas, Asuransi, dan Real
Estate
A. Perbankan
B. Lembaga Keuangan Selain Bank
C. Asuransi
D. Properti dan Real Estate
X. Hotel dan Pelayanan Travel
XI. Perusahaan Holding dan investasi lainnya
XII. Lainnya

2) Kesamaan dari sisi permintaan.


Pendekatan ini menggunakan produk - produk yang dihasilkan sebagai kriteria
pengelompokan industri3. Apabila produk -produk memenuhi kebutuhan yang sama, dan
produk-produk tersebut merupakan substitusi satu sama lainnya, maka produk-produk
tersebut masuk dalam kelompok. industri yang sama. Produk-produk tersebut bisa
mempunyai horison yang pendek yaitu produk-produk yang sama saat ini, tetapi bisa juga
mempunyai horison jangka panjang yaitu produk-produk yang saling berkompetisi pada
beberapa tahun mendatang (misal sepuluh tahun mendatang). Perspektif jangka pendek

3
Hanafi, M. M., dan Halim, Abdul., “Analisis Laporan Keuangan”, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2018), h. 113
mempunyai relevansi yang tinggi karena membicarakan situasi saat ini, tetapi perspektif
jangka panjang membuat perusahaan waspada terhadap kemungkinan perubahan persaingan.
Produk yang saat ini bukan merupakan pesaing, barangkali merupakan pesaing potensial
yang akan menjadi pesaing sesungguhnya pada masa mendatang. Sebagai contoh, mesin fax
saat ini tidak bersaing secara langsung dengan komputer PC. Tetapi pada masa mendatang
dengan semakin berkembangnya PC yang mempunyai kemampuan fax dan modem, maka
PC akan menjadi pesaing serius mesin fax. akan memenuhi kebutuhan generik yang sama,
yaitu kebutuhan komunikasi.
3) Kesamaan dalam atribut keuangan.
Dari sudut pandang investasi, saham-saham yang mempunyai beberapa kesamaan atribut
bisa dimasukkan ke dalam satu kelompok. Contoh atribut yang relevan adalah risiko, rasio
PER (Price Earning Ratio), dan kapitalisasi pasar untuk menentukan besar kecilnya.
kapitalisasi saham. Investor yang ingin menginvestasikan dananya ke saham kecil
(kapitalisasi pasar kecil) barangkali akan memilih 25% saham paling kecil, dan
membandingkan saham saham yang mempunyai nilai kapitalisasi yang kecil.

Dalam memilih perusahaan yang akan dipakai sebagai perbandingan, analis juga bisa
menggabungkan ketiga atribut di atas. Misalkan sebuah perusahaan transportasi dengan aset
tidak terlalu besar (misal Rp1,5 miliar), maka perbandingan yang tepat adalah perusahaan
transportasi lainnya dan yang mempunyai aset yang hampir sama besarnya. Membandingkan
perusahaan tersebut dengan perusahaan transportasi lain yang mempunyai aset Rp100 miliar
barangkali tidak sepenuhnya tepat. Di negara-negara maju, data-data yang berkaitan dengan
industri sejenis biasanya bisa dicari. Tetapi tidak demikian halnya dengan data industri di
negara-negara yang belum maju.
Seperti di Indonesia. Saat ini perusahaan yang go public dan listing di BEJ mencapai sekitar
200 saham (bandingkan dengan New York Stock Exchange yang mencapai sekitar 1.700
saham). Sebagian besar perusahaan di Indonesia masih belum go public. Perusahaan-
perusahaan yang belum go public biasanya tidak memberikan laporan keuangan ke publik, dan
dengan demikian data perbandingan akan sulit diperoleh. Kecuali bank-bank yang mempunyai
data-data keuangan nasabahnya. Tetapi data semacam ini barangkali akan sulit diakses oleh
perusahaan lain, meskipun un.uk perbandingan. Kalaupun menggunakan data perusahaan yang
go public, masih bisa dipertanyakan apakah data yang dipakai sudah "representatif" karena data
industri tersebut tidak memasukkan perusahaan yang tidak go public (private). Masalah ini akan
semakin rumit apabila perusahaan yang tidak go public tersebut merupakan perusahaan yang
dominan dalam industri tersebut.

Masalah lain yang mungkin timbul adalah tidak "jelasnya" industri yang akan dipakai
sebagai perbandingan. Perusahaan yang besar biasanya beroperasi tidak hanya pada satu sektor
usaha saja, tetapi melakukan diversifikasi pada beberapa sektor. Konglomerasi semacam
Bimantara atau Salim Group mempunyai ratusan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha
yang sangat beragam. Apabila perusahaan semacam itu menerbitkan laporan keuangannya per
segmen usaha, maka analisis akan tertolong, karena bisa menggunakan segmen yang relevan
dalam analisis. Tetapi biasanya perusahaan semacam itu tidak menerbitkan laporan per segmen,
laporan yang dihasilkan biasanya laporan konsolidasi yang mencakup semua jenis usaha.
Laporan konsolidasi tentu saja kurang relevan dalam analisis perbandingan.
Banyak juga perusahaan yang mempunyai usaha pokok yang tertentu, tetapi juga
mempunyai usaha pada sektor lain yang barangkali tidak terlalu dominan proporsinya.
Kebanyakan laporan keuangan perusahaan semacam ini juga bersifat konsolidasi, tidak
melaporkan per segmen4. Perhatikan urut-urutan semacam ini.
A. Perusahaan dengan kegiatan tunggal pada sektor yang relevan. Laporan keuangan tersedia.
B. Perusahaan dengan beberapa aktivitas, tetapi mempunyai kegiatan yang dominan pada
sektor yang relevan. Laporan keuangan tersedia.
C. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak ada aktivitas yang paling dominan (mirip
dengan konglomerasi). Sulit menentukan sektor usaha yang relevan. Laporan keuangan per
segmen tersedia.
D. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak ada aktivitas yang paling dominan. Sulit
menentukan sektor usaha yang relevan. Laporan keuangan hanya berupa laporan
konsolidasi.
E. Perusahaan private, tidak ada laporan keuangan yang dipublikasikan. (sektor usaha yang
relevan adalah sektor usaha yang akan dijadikan bahan perbandingan).

Perhatikan bahwa industri yang relatif"jelas" adalah industri dengan perusahaan-


perusahaan masuk dalam kategori A. Kategori lainnya memerlukan pertimbangan tersendiri
untuk menentukan bagaimana sebaiknya suatu industri didefinisikan. Perusahaan dalam
kategori E barangkali sangat sulit dianalisis karena tidak adanya data relevan yang tersedia.
Perusahaan dalam kategori D juga sulit dianalisis karena laporan keuangan yang tersedia masih
bersifat konsolidasi. Menentukan industri yang paling tepat untuk perbandingan dan
mengkomunikasikan ke pihak eksternal kadang kadang bukan merupakan pekerjaan yang
mudah. Sebagai contoh, Bankers Trust adalah bank yang terlibat dalam jual beli surat-surat
berharga (sering disebut sebagai market maker). Sifat usaha semacam ini lebih berisiko
dibandingkan dengan usaha perbankan konvensional yang memfokuskan pada manajemen
tingkat bunga (mengelola spread tingkat bunga deposito dengan tingkat bunga pinjaman).
Tetapi pasar keuangan (dan juga para analisnya) mengelompokkan Bankers Trust ke dalam
kelompok perbankan, yang mengakibatkan usaha Bankers Trust nampak lebih berisiko
dibandingkan rata-rata industri. Akibatnya rasio PER Bankers Trust lebih rendah dibandingkan
rasio PER industri, karena ada persepsi bahwa Bankers Trust lebih berisiko. dibandingkan
dengan rata-rata industri. Misalkan Bankers Trust dibandingkan dengan kelompok Investment

4
Hanafi, M. M., dan Halim, Abdul., “Analisis Laporan Keuangan”, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2018), h. 115
Bank (seperti Salomon Brothers) yang terlibat dalam jual beli saham dan surat berharga lainnya,
barangkali Bankers Trust tidak akan nampak tinggi risikonya, dengan hasil PER-nya tidak
terlalu rendah dibandingkan PER industri.
Pada beberapa situasi barangkali tidak tersedia angka industri di dalam negeri. Contoh yang
paling ekstrem adalah maskapai penerbangan Singapura (Singapore Airlines /SIA) yang
merupakan satu-satunya maskapai penerbangan di Singapura. Di Indonesia kita mempunyai PT
KAI (Kereta Api Indonesia) yang merupakan satu-satunya angkutan kereta api di Indonesia.
Dalam situasi semacam ini perbandingan dengan rata-rata industri domestik tidak mungkin
dilakukan. Dalam kasus Singapore Airlines, analis barangkali bisa membandingkan angka-
angka.
SIA dengan angka-angka dari maskapai lainnya seperti Malaysian Airlines (MAS), British
Airways5. Dalam kasus PT KAI (Kereta Api Indonesia), barangkali analis tidak bisa
membandingkan secara langsung dengan perusahaan kereta api di negara-negara lainnya,
karena meskipun sama-sama bergerak dalam industri kereta api, tetapi kondisi lingkungan di
negara negara lain barangkali akan sangat berbeda dengan kondisi lingkungan di Indonesia.
Sebagai ccato, di Indonesia perusahaan kereta api yang merupakan BUMN (Badan Usaha Milik
Negara) akan dibebani tugas sebagai agen sosial yang mempunyai misi menjalankan tugas
sosial tanpa memikirkan keuntungan. Sementara di negara lain misi semacam itu barangkali
tidak ada. PT KAI (Kereta Api Indonesia) di Indonesia memegang monopoli angkutan kereta
api, meskipun barangkali ada pengendalian harga. Di luar negeri barangkali persaingan yang
terjadi merupakan persaingan yang sempurna. Dengan beberapa keterbatasan tadi analis
memerlukan pertimbangan pertimbangan dalam menentukan perbandingan yang tepat untuk PT
KAI (Kereta Api Indonesia). Barangkali perbandingan dengan standar internal (target) akan
lebih tepat diterapkan untuk PT KAI (Kereta Api Indonesia) dengan asumsi target tadi disusun
secara realistis.

3. Perhitungan Rata – Rata Industri


Perhitungan rata-rata industri untuk menghitung rata-rata industri seorang analis mempunyai
beberapa alternatif, yaitu:

5
Hanafi, M. M., dan Halim, Abdul., “Analisis Laporan Keuangan”, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2018), h. 116
a. Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan.
b. Untuk menghitung nilai tunggal ada beberapa alternative yang dapat digunakan
 Menghitung rata-rata aritmatika
 Menghitung rata- rata tertimbang
 Menggunakan median
 Menggunakan modus
c. Menghitung nilai tunggal dengan dispersinya ( standar devisiasinya).
d. Menghitung nilai untuk presentil tertentu ( misal menghitung nilai untuk perusahaan yang
mempunyai ukuran 25% paling kecil).
Misalkan kita memiliki data suatu industri yang terdiri dari beberapa perusahaan sebagai
berikut:
PERUSAHAAN
A B C D E F G H
ROA 10% 12% 12% 13% 9% 12% 8% 9%
Nilai Buku Saham 300 420 250 200 250 210 310 335
Nilai Pasar Saham 350 400 420 450 460 350 340 400

Dengan perhitungan rata-rata aritmatika, ROA industry bisa di hitung sebagai berikut :
1/8 (10+12+12+13+9+12+8+9) = 10,625 % 5
Angka ini kemudian bisa dipakai sebagai standar untuk perbandingan. Alternatif lain adalah
dengan menghitung rata-rata tertimbang.
Misalkan analisis menggunakan nilai buku saham sebagai pembobotnya, rata-rata ROA bisa
dihitung sebagai berikut :
300/2.275 (10%) + 420/2.275 (12%) + 250/2.275 (12%) + 200/2.275 (13%) + 250/2.275 (9%)
+ 210/2.275 (12%) + 310/2.275(8%) + 335 / 2.275 (9%) = 1,31+2,21 + 1,32 + 1,14 + 0,98 +
1,+11 + 1,09 + 1,33 = 10,50%
Misalkan analis akan menggunakan nilai pasar saham sebagai pembobotnya, industri bisa
dihitung sebagai berikut:
350/3.170(10%) + 400/3.170(12%) + 420/3.170(12%) + 450/3.170(13%) + 460/3.170(9%) +
350/3.170(12%) + 340/3.170(8%) + 400/3.170(9%) = 1,1 +1,51 + 1,59 + 1,84 + 1,31 + 1,32 +
1, 14 = 10,67%
Perhitungan rata-rata sangat sensitive terhadap nilai-nilai ekstrim. Misalkan ada dua
perusahaan dengan nilai ekstrim + 30% (Perusahaan I) dan 10% (perusahaan J). Misalkan
perusahaan J mengalami musibah kebakaran yang mengakibatkan rugi 10% dan perusahaan I
baru saja memperoleh lisensi impor, barangkali analis akan menghilangkan dua angka ekstrim
tersebut.
Dengan cara semacam angka-angka outlier bisa dihilangkan dan tidak merusak analis. Cara
lain yang bisa digunakan untuk menghilangkan pengaruh nilai ekstrim adalah dengan
menggunakan angka median atau modus. Dengan median ROA perusahaan diurutkan sebagai
berikut :
8%, 9%, 9%, 10%, 12%, 12%, 12%, 13% , dan nilai tengahnya atau mediannya adalah 11%.
Misalkan kita menggunakan modus (nilai yang paling sering keluar), maka angka yang dipilih
untuk dijadikan ratarata industry adalah 12%
Dari angka-angka yang dihitung di atas, berikut ini ringkasan hasil perhitungan dengan metoe
berbeda tersebut.
ROA Rata-Rata Industri
Rata-rata aritmatika 10,63%
Rata-rata tertimbang
(Dengan bobot nilai buku saham) 10,5%
Rata-rata tertimbang
(Dengan bobot nilai pasar saham) 10,67%
Median 11,00%
Modus 12,00%
Pemilihan angka yang akan dijadikan rata-rata industri akan tergantung pertimbangan analis.
Dari angka-angka diatas, ROA rata-rata industry adalah sekitar 10-12%.

4. Perbedaan Antar Industri


Pada waktu analis menggunakan perbandingan industri, analis mempunyai asumsi implisit
yaitu ada perberdaan berarti dalam rasio-rasio keuangan antar industri. Kalau asuransi semacam
itu tidak pernah terpenuhi maka tidak ada artinya menggunakan perbandingan dengan industri
yang sejenis, karena perbandingan dengan rasio perusahaan dalam perekonomian secara
keseluruhan akan menghasilkan analis yang sama.
Perbandingan antar industri secara implisit juga mengakui bahwa ada perbedaan resiko
bisnis antar industri. Apabila asumsi ini benar, maka perbandingan dengan perusahaan-
perusahaan dalam industri relevan dilakukan karena perusahaan di bandingkan dengan
perusahaan lain yang mempunyai kelas risiko bisnis yang sama. Tetapi apabila resiko bisnis
antar industri tidak berlainan, maka perbandingan antar industri tidak punya dasar yang cukup
kuat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Analisis cross section adalah perbandingan data keuangan suatu perusahaan dengan
perusahaan atau industi yang sejenis. akan bermanfaaat untuk melihat prestasi perusahaan
relatif terhadap industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan
bonus bagi manjemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa
perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap industri. Definisi
industri sejenis adalah kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier, contoh standar
klasifikasi industry listing di BEJ, dan kesamaan dari sisi permintaan.

B. SARAN
Sebelum menggunakan analisis cross – section sebaiknya bandingkan dulu dari semua
analisis keuangan yang ada apakah analisis ini sesuai dan relevan dengan apa yang akan
dilakukan. Supaya hasil yang ada dapat sesuai kebutuhan para pengguna analisis ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, M. M dan Halim Abdul. 2018. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta. UPP STIM
YKPN
Ari. 2021. “Penjelasan Metode Analisis Cross Section”.
https://patrastatistika.com/penjelasanmetodeanalisiscrosssectional/#:~:text=Analisis
%20Cross%20Sectional%20merupakan%20sebuah,pendekatan%20observasi%20ata
u%20pengumpulan%20data. Diakses pada 11 Maret 2022 pukul 12.00

Anda mungkin juga menyukai