Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
1. Lidya (0502202054)
2. Mutiara (0502202096)
3. Puja Lestari Sinaga (0502202063)
4. Vickry Edrian (0502202046)
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul “Analisis Cross-Section”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas dan kewajiban kami dalam mengikuti mata kuliah Analisis
Laporan Keuangan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Analisis Cross-Section .................................................................... 3
2.2 Perbandingan Cross-Section............................................................................. 4
2.3 Perhitungan Rata-Rata Industri ........................................................................ 8
2.4 Perbedaan Antar Industri................................................................................ 11
2.5 Manfaat Pengukuran Keuangan Antar Industri ............................................... 11
2.6 Contoh Studi Kasus Analisis Cross Section ...................................................... 12
BAB III ......................................................................................................................... 17
PENUTUP .................................................................................................................... 17
1.1 Kesimpulan.................................................................................................... 17
3.2 Saran ............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana perbandingan dari cross-section?
3. Bagaimana perhitungan rata-rata industri?
4. Bagaimana perbedaan antar industri?
5. Apa saja manfaat pengukuran keuangan antar industri?
6. Bagaimana penerapan analisis cross section (studi kasus)?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 214.
2
Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2016), h. 39
3
keuangan dengan cara membandingkannya dengan rasio rata-rata perusahaan
sejenisnya.
Adapun tujuan dari analisis dengan metode Cross Sectional yaitu untuk
mengetahui prestasi keuangan suatu perusahaan. Tanpa perbandingan, tidak akan
diketahui suatu perusahaan mengalami perbaikan atau sebaliknya menunjukkan
penurunan.
Definisi industri sejenis adalah kesamaan dalam jenis bahan baku atau
supplier, contoh standar klasifikasi industry listing di BEJ, dan kesamaan dari sisi
permintaan. Kriteria pengelompokan industry didasarkan atas produk yang di
hasilkan contoh: misal kebutuhan komunikasi, penghasil computer PC dengan
mesin fax bisa bersaing, kamera dan HP Industri merupakan suatu kegiatan
ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau
barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya.
3
Nanda Anissastia, Skripsi: Analisis Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan semen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2015, (Surakarta:
UMS,2017), h. 6-7.
4
perusahaan akan memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila yang
terjadi sebaliknya.
5
barangkali akan memilih 25% saham paling kecil, dan membandingkan
saham-saham yang mempunyai nilai kapiatalisasi yang kecil.
Masalah lain yang mungkin timbul adalah tidak "jelasnya" industri yang akan
dipakai sebagai perbandingan. Perusahaan yang besar biasanya beroperasi tidak
hanya pada satu sektor usaha saja, tetapi melakukan diversifikasi pada beberapa
sektor. Banyak juga perusahaan yang mempunyai usaha pokok yang tertentu,
tetapi juga mempunyai usaha pada sektor lain yang barangkali tidak terlalu
dominan proporsinya. Kebanyakan laporan keuangan perusahaan semacam ini
juga bersifat konsolidasi, tidak melaporkan per segmen. Perhatikan urutan
semacam ini
4
Subramanyam, K.R, dan John J.Wild. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta: Salemba
Empat,2018), h.11
6
a. Perusahaan dengan kegiatan tunggal pada sektor yang relevan. Laporan
keuangan tersedia.
b. Perusahaan dengan beberapa aktivitas, tetapi mempunyai kegiatan yang
dominan pada sektor yang relevan. laporan keuangan tersedia.
c. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak ada aktivitas yang paling dominan
(mirip dengan konglomerasi). Sulit menentukan sektor usaha yang relevan.
Laporan keuangan per segmen tersedia.
d. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak ada aktivitas yang paling dominan.
Sulit menentukan sektor usaha yang relevan. Laporan keuangan hanya berupa
laporan konsolidasi.
e. Perusahaan private, tidak ada laporan keuangan yang dipublikasikan.
(Sektor usaha yang relevan adalah sektor usaha yang akan dijadikan bahan
perbandingan).
Pada beberapa situasi barangkali tidak tersedia angka industri di dalam negeri.
Contoh yang paling ekstrem adalah maskapai penerbangan Singapura (Singapore
Airlines/SIA) yang merupakan satu-satunya maskapai penerbangan di Singapura.
Di Indonesia kita mempunyai PT KAI (Kereta Api Indonesia) yang merupakan
satu-satunya angkutan kereta api di Indonesia. Dalam situasi semacam ini
perbandingan dengan rata-rata industri domestik tidak mungkin dilakukan. Dalam
kasus Singapore Airlines, analis barangkali bisa membandingkan angka-angka
SIA dengan angka-angka dari maskapai lainnya seperti Malaysian Airlines,
British Airways. Dalam kasus PT KAI (Kereta Api Indonesia), barangkali analisis
tidak bisa membandingkan secara langsung dengan perusahaan kereta api
dinegara-negara
7
lainnya, karena meskipun sama-sama bergerak dalam industri yang sama, kondisi
lingkungan di negara-negara lain sangat berbeda dengan kondisi di Indonesia. 5
5
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2020), h. 113-116.
8
3) Menggunakan median
4) Menggunakan modus
Misalkan kita mempunyai data suatu industry yang terdiri dari beberapa
perusahaan sebagai berikut:
Perusahaan
A B C D E F G H
ROA 10% 12% 12% 13% 9% 12% 8% 9%
Nilai 300 420 250 200 250 210 310 335
Buku
Saham
Nilai 350 400 420 450 460 350 340 400
Pasar
Saham
9
(perusahaan J). Misalkan perusahaan J mengalami musibah kebakaran yang
mengakibatkan rugi sebesar 10% dan perusahaan I baru saja memperoleh lisensi
impor, barangkali analis akan menghilangkan dua angka ekstrem tersebut. Dengan
cara semacam itu angka-angka outlier bisa dihilangkan dan tidak merusak analisis.
Cara lain yang bisa digunakan untuk menghilangkan pengaruh nilai ekstrem
adalah dengan menggunakan angka median atau modus. Dengan median ROA
perusahaan diurutkan sebagai berikut: 8%, 9%, 9%, 10%, 12%, 12%, 12%, 13%,
dan nilai tengahnya atau mediannya adalah 11% . Misalkan kita menggunakan
modus (nilai yang paling sering keluar), maka angka yang dipilih untuk dijadikan
rata-rata industri adalah 12%.
Dari angka-angka yang dihitung di atas, berikut ini ringkasan hasil perhitungan
dengan metode yang berbeda tersebut.
Rata-rata Tertimbang
(dengan bobot nilai pasar saham) 10,67%
Median 11,00%
Modus 12,00%
6
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2020), h. 117-118.
10
2.4 Perbedaan Antar Industri
Pada saat menggunakan analisis perbandingan industri, mempunyai asumsi
implisit yaitu ada perbedaan berarti dalam rasio-rasio keuangan antar industri.
Kalau asumsi semacam itu tidak terpengaruh maka tidak ada artinya
menggunakan perbandingan dengan industri yang sejenis, karena dengan
perbandingan rasio perusahaan dalam perekonomian secara keseluruhan akan
menghasilkan analisis yang sama. Perbandingan antar industri secara implisit juga
mengakui bahwa ada perbedaan risiko bisnis antar industri. Apabila asumsi ini
benar, maka perbandingan dengan perusahaan-perusahaan dalam industri dalam
relevan dilakukan karena perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain yang
mempunyai kelas risiko bisnis yang sama. Tetapi apabila risiko bisnis antar
industri tidak berlainan, maka perbandingan antar industri tidak punya dasar yang
cukup kuat.
Penelitian yang dilakukan oleh David F.Scoot Jr. dan John D. Martin (1975)
menunjukkan bahwa memang ada perbedaan yang berarti dalam angka-angka
industri.7
7
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2020), h. 118.
11
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
5) Mengetahui tingkat rentabilitas
Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
6) Mengetahui tingkat stabilitas
Stabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya
dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan
perusahaan untuk membayar utang-utangnya serta membayar beban bunga
atas utang-utangnya tepat pada waktunya.8
8
Djarwanto, Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan Edisis Kedua, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2004), h. 28
12
Pada tahun 2010 terlihat kinerja keuangan pada ketiga perusahaan dengan
menggunakan perhitungan cross-section, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dapat dilihat pada masing-masing
rasio, dimana kinerja keuangan yang paling baik didominasi oleh PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk lalu diikuti oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan
yang terakhir adalah PT Holcim Indonesia Tbk.
Pada tahun 2011 terlihat kinerja keuangan pada ketiga perusahaan dengan
menggunakan perhitungan cross-section, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dapat dilihat pada masing-masing
rasio, dimana kinerja keuangan yang paling baik didominasi oleh PT Indocement
Tunggal Prakarsa. Diikuti oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan yang
terakhir adalah PT Holcim Indonesia Tbk.
13
Pada tahun 2012 terlihat kinerja keuangan pada ketiga perusahaan dengan
menggunakan perhitungan cross-section, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dapat dilihat pada masing-masing
rasio, dimana kinerja keuangan yang paling baik didominasi oleh PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Diikuti oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan yang
terakhir adalah PT Holcim Indonesia Tbk.
Pada tahun 2013 terlihat kinerja keuangan pada ketiga perusahaan dengan
menggunakan perhitungan cross-section, PT Indocement Tunggal Prakarsa
memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dapat dilihat pada masing-masing
rasio, dimana kinerja keuangan yang paling baik didominasi oleh PT Indocement
14
Tunggal Prakarsa. Selanjutnya diikuti oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
dan yang kinerja yang paling rendah diantara ketiga perusahaan adalah PT Holcim
Indonesia Tbk.
Pada tahun 2014 terlihat kinerja keuangan pada ketiga perusahaan dengan
menggunakan perhitungan cross-section, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dapat dilihat pada masing-masing
rasio, dimana kinerja keuangan yang paling baik didominasi oleh PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Diikuti oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan yang
terakhir adalah PT Holcim Indonesia Tbk.
15
Pada tahun 2015 terlihat kinerja keuangan pada ketiga perusahaan dengan
menggunakan perhitungan cross-section, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dapat dilihat pada masing-masing
rasio, dimana kinerja keuangan yang paling baik didominasi oleh PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk Diikuti oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan yang
terakhir adalah PT Holcim Indonesia Tbk. Berdasarkan perhitungan perhitungan
cross-section diatas selama enam tahun, dapat dilihat PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk memiliki kinerja keuangan yang paling baik. dapat dilihat pada
masing-masing tahun, kinerja keuangan yang paling baik didominasi PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.9
9
Nanda Anissastia, Skripsi: Analisis Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan semen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2015, (Surakarta:
UMS,2017), h. 20-24.
16
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Analisis cross-section adalah perbandingan data keuangan suatu perusahaan
dengan perusahaan atau industri yang sejenis akan bermanfaat untuk melihat
prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat dalam kasus
khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi
manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan
keuntungan perusahaan relatif terhadap industri.
17
4) Mengetahui tingkat solvabilitas
5) Mengetahui tingkat rentabilitas
6) Mengetahui tingkat stabilitas
3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penulisan makalah ini
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurana. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan makalah dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para
pembaca.
18
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Mamduh M., dan Halim Abdul. (2009) Analisis Laporan Keuangan,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
19