Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS CROSS-SECTION

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampu: Pangodian Harahap S.E.I, MBA

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

1. Lidya (0502202054)
2. Mutiara (0502202096)
3. Puja Lestari Sinaga (0502202063)
4. Vickry Edrian (0502202046)

PRODI AKUNTANSI SYARIAH 5 B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul “Analisis Cross-Section”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas dan kewajiban kami dalam mengikuti mata kuliah Analisis
Laporan Keuangan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Analisis


Laporan Keuangan, Bapak Pangodian Harahap S.E.I, MBA atas semua bimbingan
dan arahan untuk pembuatan makalah ini. Dan kami ucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.

Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu menambah


pengetahuan dan wawasan bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Medan, 8 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Analisis Cross-Section .................................................................... 3
2.2 Perbandingan Cross-Section............................................................................. 4
2.3 Perhitungan Rata-Rata Industri ........................................................................ 8
2.4 Perbedaan Antar Industri................................................................................ 11
2.5 Manfaat Pengukuran Keuangan Antar Industri ............................................... 11
2.6 Contoh Studi Kasus Analisis Cross Section ...................................................... 12
BAB III ......................................................................................................................... 17
PENUTUP .................................................................................................................... 17
1.1 Kesimpulan.................................................................................................... 17
3.2 Saran ............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang
mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah
perusahaan. Kegiatan analisis laporan keuangan merupakan salah satu media
untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, lebih baik, akurat, dan dijadikan
sebagai bahan proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan
merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai
sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan ditetapkan.

Analisis keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan


dibandingkan dengan standar tertentu. Standar tersebut bisa berupa standar
internal yang ditetapkan oleh manajemenseperti target yang telah ditetapkan,
perbandingan historis atau membandingkan angka-angka keuangan dengan angka-
angka masa sebelumnya dan perbandingan dengan perusahaan atau industri
sejenis. Tanpa perbandingan tidak akan diketahui apakah prestasi keuangan suatu
perusahaan menunjukkan perbaikan atau sebaliknya menunjukan penurunan.

Analisis Cross-Section adalah Teknik Analisis untuk memperbandingkan data


laporan Keuangan suatu perusahaan dengan perusahaanatau industri yang sejenis
dalam suatu periode tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka kita dapat menarik rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan cross-section?

1
2. Bagaimana perbandingan dari cross-section?
3. Bagaimana perhitungan rata-rata industri?
4. Bagaimana perbedaan antar industri?
5. Apa saja manfaat pengukuran keuangan antar industri?
6. Bagaimana penerapan analisis cross section (studi kasus)?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari cross-section


2. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan dari cross-section
3. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan rata-rata industri
4. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan antar industry
5. Untuk mengetahui apa saja manfaat pengukuran keuangan antar industry
6. Untuk mengetahui bagaimana penerapan analisis cross section.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Cross-Section


Analisis cross-section adalah perbandingan data keuangan suatu perusahaan
dengan perusahaan atau industri yang sejenis akan bermanfaat untuk melihat
prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat dalam kasus
khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi
manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan
keuntungan perusahaan relatif terhadap industri.

Analisis cross-section merupakan suatu teknik analisis dengan melakukan


perbandingan terhadap suatu hasil perhitungan, terutama hitungan dalam bentuk
rasio antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya dengan ruang lingkup
yang sejenis. 1

Menurut Lukman Syamsuddin, yang dimaksud dengan Cross-sectional adalah


suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara
perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang
bersamaan.

Jadi, dengan pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik


atau buruk suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
Pembandingan dengan cara Cross-sectional ini juga dapat dilakukan dengan jalan
membandingkan rasio finansial perusahaan dengan rasio rata-rata industri.2

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


cross sectional merupakan suatu metode yang digunakan dalam menganalisis rasio

1
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 214.
2
Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2016), h. 39

3
keuangan dengan cara membandingkannya dengan rasio rata-rata perusahaan
sejenisnya.

Adapun tujuan dari analisis dengan metode Cross Sectional yaitu untuk
mengetahui prestasi keuangan suatu perusahaan. Tanpa perbandingan, tidak akan
diketahui suatu perusahaan mengalami perbaikan atau sebaliknya menunjukkan
penurunan.

Definisi industri sejenis adalah kesamaan dalam jenis bahan baku atau
supplier, contoh standar klasifikasi industry listing di BEJ, dan kesamaan dari sisi
permintaan. Kriteria pengelompokan industry didasarkan atas produk yang di
hasilkan contoh: misal kebutuhan komunikasi, penghasil computer PC dengan
mesin fax bisa bersaing, kamera dan HP Industri merupakan suatu kegiatan
ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau
barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya.

Penggunaan Analisis Cross-Section

Analisis Cross-section digunakan di banyak area, antara lain:

a) Analisis penilaian untuk merger atau akuisisi


b) Evaluasi kinerja manajemen dan kompensasi eksekutif
c) Prediksi kesulitan keuangan menggunakan model berbasis perusahaan dalam
satu industry
d) Keputusan kebijakan publik tentang kelebihan laba 3

2.2 Perbandingan Cross-Section


Analisis Cross-Section (perbandingan dengan perusahaan atau industri yang
sejenis) akan bermanfaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap
industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus
bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa
perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap
industri. Apabila perusahaan memperoleh untung di atas industri, manajemen

3
Nanda Anissastia, Skripsi: Analisis Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan semen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2015, (Surakarta:
UMS,2017), h. 6-7.

4
perusahaan akan memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila yang
terjadi sebaliknya.

Mendefinisikan industri sejenis bukan merupakan pekerjaan mudah. Industri


yang bisa diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa elemen
yang sama dengan perusahaan. Kesamaan tersebut antara lain:

1. Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier.

Perusahaan bisa dikelompokkan berdasarkan bahan baku yang dipakai, bisa


juga berdasarkan proses produksi yang dipunyai. Standard Industrial
Classification biasanya menggunakan kriteria semacam ini (struktur fisik dan
teknologi proses produksi dan homogenitas produksi). Klasifikasi semacam
ini juga banyak dipakai oleh lembaga lain.

2. Kesamaan dari sisi permintaan.

Pendekatan ini menggunakan produk-produk yang dihasilkan sebagai kriteria


pengelompokkan industri. Apabila produk-produk memenuhi kebetuhan yang
sama, dan produk-produk tersebut merupakan substitusi satu sama lainnya,
maka produk-produk tersebut masuk dalam kelompok industri yang sama.
Produk-produk tersebut bisa mempunyai horison yang pendek yaitu produk-
produk yang sama saat ini, tetapi bisa juga mempunyai horison jangka panjang
yaitu produk-produk yang saling berkompetisi pada beberapa tahun
mendatang (misal sepuluh tahun mendatang).Perspektif jangka pendek juga
mempunyai relevansi yang tinggi karena membicarakan situasi saat ini, tetapi
perspektif jangka panjang membuat perusahaan waspada terhadap perubahan
persaingan. Produk yang saat ini bukan merupakan pesaing, barangkali
merupakan pesaing potensial yang akan menjadi pesaing sesungguhnya pada
masa mendatang.

3. Kesamaan dalam atribut keuangan.

Dari sudut pandang investasi, saham-saham yang mempunyai beberapa


kesamaan atribut bisa dimasukkan ke dalam satu kelompok. Contoh atribut
yang relevan adalah risiko, rasio PER (Price Earning Ratio), dan kapiatalisasi
pasar untuk menentukan besar kecilnya kapitalisasi saham. Investor yang
ingin menginvestasikan dananya ke saham kecil (kapitalisasi pasar kecil)

5
barangkali akan memilih 25% saham paling kecil, dan membandingkan
saham-saham yang mempunyai nilai kapiatalisasi yang kecil.

Dalam memilih perusahaan yang akan dipakai sebagai perbandingan, analisis


juga bisa menggabungkan ketiga atribut di atas. Misalkan sebuah perusahaan
transportasi dengan aset tidak terlalu besar (misal Rp 1,5 miliar), maka
perbandingan yang tepat adalah perusahaan transportasi lainnya dan yang
mempunyai aset yang hampir sama besarnya, Membandingkan perusahaan
transportasi lain yang mempunyai aset Rp100 miliar barangkali tidak sepenuhnya
tepat.4

Di negara-negara maju, data-data yang berkaitan dengan industri sejenis


biasanya bisa dicari. Tetapi tidak demikian halnya dengan data industri di negara-
negara yang belum maju seperti di Indonesia. Saat ini perusahaan yang go public
dan listing di BEJ mencapai sekitar 400 saham (bandingkan dengan New York
Stock Exchange yang mencapai 1.700 saham). Sebagian besar perusahaan di
Indonesia belum go public. Perusahaan-perusahaan yang belum go public
biasanya tidak memberikan laporan keuangan publik, dan dengan demikian data
perbandingan akan sulit diperoleh. Kecuali bank-bank yang mempunyai data data
keuangan nasabahnya. Tetapi data seperti ini barangkali akan sulit diakses oleh
perusahaan lain, mekipun untuk perbandingan.

Masalah lain yang mungkin timbul adalah tidak "jelasnya" industri yang akan
dipakai sebagai perbandingan. Perusahaan yang besar biasanya beroperasi tidak
hanya pada satu sektor usaha saja, tetapi melakukan diversifikasi pada beberapa
sektor. Banyak juga perusahaan yang mempunyai usaha pokok yang tertentu,
tetapi juga mempunyai usaha pada sektor lain yang barangkali tidak terlalu
dominan proporsinya. Kebanyakan laporan keuangan perusahaan semacam ini
juga bersifat konsolidasi, tidak melaporkan per segmen. Perhatikan urutan
semacam ini

4
Subramanyam, K.R, dan John J.Wild. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta: Salemba
Empat,2018), h.11

6
a. Perusahaan dengan kegiatan tunggal pada sektor yang relevan. Laporan
keuangan tersedia.
b. Perusahaan dengan beberapa aktivitas, tetapi mempunyai kegiatan yang
dominan pada sektor yang relevan. laporan keuangan tersedia.
c. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak ada aktivitas yang paling dominan
(mirip dengan konglomerasi). Sulit menentukan sektor usaha yang relevan.
Laporan keuangan per segmen tersedia.
d. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak ada aktivitas yang paling dominan.
Sulit menentukan sektor usaha yang relevan. Laporan keuangan hanya berupa
laporan konsolidasi.
e. Perusahaan private, tidak ada laporan keuangan yang dipublikasikan.
(Sektor usaha yang relevan adalah sektor usaha yang akan dijadikan bahan
perbandingan).

Perhatikan bahwa industri yang relatif "jelas" adalah industri dengan


perusahaan masuk dalam kategori A. Kategori lainya memerlukan pertimbangan
tersendiri untuk menentukan bagaimana sebaiknya suatu industri didefinisikan.
Perusahaan dalam kategori E barangkali sangat sulit dianalisis karena tidak
adanya data relevan yang tersedia. Perusahaan dalam kategori D juga sulit
dianalisis karena laporan keuangan yang tersedia masih bersifat konsolidasi.
Menentukan industri yang paling tepat untuk perbandingan dan
mengkomunikasikan ke pihak eksternal kadang-kadang bukan pekerjaan mudah.
Sebagai contoh, Bankers Trust adalah bank yang terlibat dalam jual beli surat-
surat berharga (sering disebut sebagai market maker).

Pada beberapa situasi barangkali tidak tersedia angka industri di dalam negeri.
Contoh yang paling ekstrem adalah maskapai penerbangan Singapura (Singapore
Airlines/SIA) yang merupakan satu-satunya maskapai penerbangan di Singapura.
Di Indonesia kita mempunyai PT KAI (Kereta Api Indonesia) yang merupakan
satu-satunya angkutan kereta api di Indonesia. Dalam situasi semacam ini
perbandingan dengan rata-rata industri domestik tidak mungkin dilakukan. Dalam
kasus Singapore Airlines, analis barangkali bisa membandingkan angka-angka
SIA dengan angka-angka dari maskapai lainnya seperti Malaysian Airlines,
British Airways. Dalam kasus PT KAI (Kereta Api Indonesia), barangkali analisis
tidak bisa membandingkan secara langsung dengan perusahaan kereta api
dinegara-negara

7
lainnya, karena meskipun sama-sama bergerak dalam industri yang sama, kondisi
lingkungan di negara-negara lain sangat berbeda dengan kondisi di Indonesia. 5

Berikut ini perbandingan rasio-rasio keuangan untuk beberapa negara.

Jepang Korea Amerika Serikat


Rasio Lancar 1,15 1,13 1,94
Total Utang ke Total Aset 0,84 0,78 0,47
Times Interest Earned 1,60 1,80 6,50
Perputaran Persediaan 5,00 6,60 6,80
Rata-rata Umur Piutang 86 hari 33 hari 43 hari
Profit Margin 0,013 0,023 0,054
Return On Total Asset 0,012 0,028 0,074

Secara umum nampak bahwa perusahaan Amerika Serikat lebih likuid,


solvabel, efisien, dan menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan jepang
dan korea.

2.3 Perhitungan Rata-Rata Industri


Untuk menghitung rata-rata industri seorang analisis mempunyai beberapa
alternatif:

1) Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan


2) Menghitung nilai tunggal dengan dispersinya (standar deviasinya),
3) Menghitung nilai untuk percentile tertentu (misal menghitung nilai untuk
perusahaan perusahaan yang mempunyai ukuran 25% paling kecil).

Untuk perhitungan di atas ada beberapa altematif yang bisa di pakai:

1) Menghitung rata-rata aritmatika


2) Menghitung rata-rata tertimbang

5
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2020), h. 113-116.

8
3) Menggunakan median
4) Menggunakan modus

Misalkan kita mempunyai data suatu industry yang terdiri dari beberapa
perusahaan sebagai berikut:

Perusahaan
A B C D E F G H
ROA 10% 12% 12% 13% 9% 12% 8% 9%
Nilai 300 420 250 200 250 210 310 335
Buku
Saham
Nilai 350 400 420 450 460 350 340 400
Pasar
Saham

Dengan perhitungan rata-rata aritmatika, ROA industry bisa di hitung


sebagai berikut:

1/8 (10+12+12+13+9+12+8+9) = 10,625%.

Angka ini kemudian bisa dipakai sebagai standar untuk perbandingan.


Alternatif lain adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang. Misalkan analisis
menggunakan nilai buku saham sebagai pembobotnya, rata-rata ROA bisa
dihitung sebagai berikut:

300/ 2.275 (10%) + 420/2.275 (12%) + 250/2.275 (12%) + 200/2.275 (13%) +


250/2.275 (9%) + 210/2.275 (12%) + 310/2.275 (8%) + 335/2.275 (9%) = 1,31 +
2,21 + 1,32 + 1,14 + 0,98 + 1,11 + 1,09 + 1,33 = 10,50%

Misalkan analis akan menggunakan nilai pasar saham sebagai


pembobotnya, industri bisa dihitung sebagai berikut:

350/3.170 (10%) + 400/3.170 (12%) + 420/3.170 (12%) + 450/3.170 (13%) +


460/3.170 (9%) + 350/3.170 (12%) + 340/3.170 (8%) + 400/3.170 (9%) = 1,1 +
1,51 + 1,59 + 1,84 + 1,31 + 1,32 + 0,86 + 1,14 = 10,67%.

Perhitungan rata-rata sangat sensitif terhadap nilai-nilai ekstrem. Misalkan


ada dua perusahaan dengan nilai ekstrem + 30% (perusahaan I ) dan 10%

9
(perusahaan J). Misalkan perusahaan J mengalami musibah kebakaran yang
mengakibatkan rugi sebesar 10% dan perusahaan I baru saja memperoleh lisensi
impor, barangkali analis akan menghilangkan dua angka ekstrem tersebut. Dengan
cara semacam itu angka-angka outlier bisa dihilangkan dan tidak merusak analisis.
Cara lain yang bisa digunakan untuk menghilangkan pengaruh nilai ekstrem
adalah dengan menggunakan angka median atau modus. Dengan median ROA
perusahaan diurutkan sebagai berikut: 8%, 9%, 9%, 10%, 12%, 12%, 12%, 13%,
dan nilai tengahnya atau mediannya adalah 11% . Misalkan kita menggunakan
modus (nilai yang paling sering keluar), maka angka yang dipilih untuk dijadikan
rata-rata industri adalah 12%.

Dari angka-angka yang dihitung di atas, berikut ini ringkasan hasil perhitungan
dengan metode yang berbeda tersebut.

ROA Rata-rata Industri

Rata-rata Aritmatik 10,63%


Rata-rata tertimbang
(dengan bobot nilai buku saham) 10,5%

Rata-rata Tertimbang
(dengan bobot nilai pasar saham) 10,67%
Median 11,00%
Modus 12,00%

Pemilihan angka yang akan dijadikan rata-rata industry akan tergantung


dari pertimbangan analis. Dari angka-angka di atas, ROA rata-rata industri adalah
sekitar10-12%.6

6
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2020), h. 117-118.

10
2.4 Perbedaan Antar Industri
Pada saat menggunakan analisis perbandingan industri, mempunyai asumsi
implisit yaitu ada perbedaan berarti dalam rasio-rasio keuangan antar industri.
Kalau asumsi semacam itu tidak terpengaruh maka tidak ada artinya
menggunakan perbandingan dengan industri yang sejenis, karena dengan
perbandingan rasio perusahaan dalam perekonomian secara keseluruhan akan
menghasilkan analisis yang sama. Perbandingan antar industri secara implisit juga
mengakui bahwa ada perbedaan risiko bisnis antar industri. Apabila asumsi ini
benar, maka perbandingan dengan perusahaan-perusahaan dalam industri dalam
relevan dilakukan karena perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain yang
mempunyai kelas risiko bisnis yang sama. Tetapi apabila risiko bisnis antar
industri tidak berlainan, maka perbandingan antar industri tidak punya dasar yang
cukup kuat.

Penelitian yang dilakukan oleh David F.Scoot Jr. dan John D. Martin (1975)
menunjukkan bahwa memang ada perbedaan yang berarti dalam angka-angka
industri.7

2.5 Manfaat Pengukuran Keuangan Antar Industri


Adapun beberapa manfaat pengukuran keuangan antar industry adalah sebagai
berikut:

1) Untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap industri.


2) Untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan
3) Mengetahui tingkat likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.
4) Mengetahui tingkat solvabilitas

7
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2020), h. 118.

11
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik
keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
5) Mengetahui tingkat rentabilitas
Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
6) Mengetahui tingkat stabilitas
Stabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya
dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan
perusahaan untuk membayar utang-utangnya serta membayar beban bunga
atas utang-utangnya tepat pada waktunya.8

2.6 Contoh Studi Kasus Analisis Cross Section


Analisis keuangan untuk mengukur kinerja keuangan pada perusahaan semen
yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2010-2015.

Kinerja Keuangan berdasarkan Cross-section technique

Hasil perhitungan cross-section technique pada ketiga perusahaan semen


tahun 2011-2015 disajikan pada tabel berikut:

8
Djarwanto, Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan Edisis Kedua, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2004), h. 28

12
Pada tahun 2010 terlihat kinerja keuangan pada ketiga perusahaan dengan
menggunakan perhitungan cross-section, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dapat dilihat pada masing-masing
rasio, dimana kinerja keuangan yang paling baik didominasi oleh PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk lalu diikuti oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan
yang terakhir adalah PT Holcim Indonesia Tbk.

Pada tahun 2011 terlihat kinerja keuangan pada ketiga perusahaan dengan
menggunakan perhitungan cross-section, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dapat dilihat pada masing-masing
rasio, dimana kinerja keuangan yang paling baik didominasi oleh PT Indocement
Tunggal Prakarsa. Diikuti oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan yang
terakhir adalah PT Holcim Indonesia Tbk.

13
Pada tahun 2012 terlihat kinerja keuangan pada ketiga perusahaan dengan
menggunakan perhitungan cross-section, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dapat dilihat pada masing-masing
rasio, dimana kinerja keuangan yang paling baik didominasi oleh PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Diikuti oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan yang
terakhir adalah PT Holcim Indonesia Tbk.

Pada tahun 2013 terlihat kinerja keuangan pada ketiga perusahaan dengan
menggunakan perhitungan cross-section, PT Indocement Tunggal Prakarsa
memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dapat dilihat pada masing-masing
rasio, dimana kinerja keuangan yang paling baik didominasi oleh PT Indocement

14
Tunggal Prakarsa. Selanjutnya diikuti oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
dan yang kinerja yang paling rendah diantara ketiga perusahaan adalah PT Holcim
Indonesia Tbk.

Pada tahun 2014 terlihat kinerja keuangan pada ketiga perusahaan dengan
menggunakan perhitungan cross-section, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dapat dilihat pada masing-masing
rasio, dimana kinerja keuangan yang paling baik didominasi oleh PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. Diikuti oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan yang
terakhir adalah PT Holcim Indonesia Tbk.

15
Pada tahun 2015 terlihat kinerja keuangan pada ketiga perusahaan dengan
menggunakan perhitungan cross-section, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Memiliki kinerja keuangan yang paling baik. Dapat dilihat pada masing-masing
rasio, dimana kinerja keuangan yang paling baik didominasi oleh PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk Diikuti oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dan yang
terakhir adalah PT Holcim Indonesia Tbk. Berdasarkan perhitungan perhitungan
cross-section diatas selama enam tahun, dapat dilihat PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk memiliki kinerja keuangan yang paling baik. dapat dilihat pada
masing-masing tahun, kinerja keuangan yang paling baik didominasi PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.9

9
Nanda Anissastia, Skripsi: Analisis Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan semen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2015, (Surakarta:
UMS,2017), h. 20-24.

16
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Analisis cross-section adalah perbandingan data keuangan suatu perusahaan
dengan perusahaan atau industri yang sejenis akan bermanfaat untuk melihat
prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat dalam kasus
khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi
manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan
keuntungan perusahaan relatif terhadap industri.

Industri yang bisa diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau


beberapa elemen yang sama dengan perusahaan. Kesamaan tersebut antara lain:

1. Kesamaan dalam jenis bahan baku


2. Kesamaan dari sisi permintaan
3. Kesamaan dalam atribut keuangan.

Untuk menghitung rata-rata industri seorang analisis mempunyai beberapa


alternatif: Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan, Menghitung nilai
tunggal dengan dispersinya (standar deviasinya), Menghitung nilai untuk
percentile tertentu (misal menghitung nilai untuk perusahaan perusahaan yang
mempunyai ukuran 25% paling kecil).

Pada saat menggunakan analisis perbandingan industri, mempunyai asumsi


implisit yaitu ada perbedaan berarti dalam rasio-rasio keuangan antar industri.

Adapun beberapa manfaat pengukuran keuangan antar industry adalah sebagai


berikut:

1) Untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap industri


2) Untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan
3) Mengetahui tingkat likuiditas

17
4) Mengetahui tingkat solvabilitas
5) Mengetahui tingkat rentabilitas
6) Mengetahui tingkat stabilitas

3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penulisan makalah ini
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurana. Adapun nantinya
penulis akan segera melakukan perbaikan makalah dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para
pembaca.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anissastia, Nanda. (2017). Skripsi: Analisis Keuangan Untuk Mengukur Kinerja


Keuangan Pada Perusahaan semen Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2015, Surakarta: UMS.

Djarwanto. (2004). Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Fahmi, Irham. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Hanafi, Mamduh M., dan Halim Abdul. (2009) Analisis Laporan Keuangan,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Subramanyam, K.R, dan John J.Wild. (2018). Analisis Laporan Keuangan.


Jakarta: Salemba Empat.

Syamsuddin, Lukman. (2016). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

19

Anda mungkin juga menyukai