Anda di halaman 1dari 7

Bab 17

Pemeriksaan Permodalan

A. SIFAT DAN CONTOH PERMODALAN


Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik perusahaan.
Sedangkan dari segi pemilik perusahaan, modal adalah bagian hak pemilik atas kekayaan bersih
perusahaan (harta dikurangi kewajiban).
Didalam suatu perusahaan perorangan modal terdiri atas modal pemilik tunggal; laba yang
diperoleh dalam suatu periode dan tambahan setoran modal akan menambah saldo modal,
kerugian yang diderita dalam suatu periode dan pengambilan prive akan mengurangi saldo
modal.
Didalam suatu firma (partnership) modal terdiri atas modal lebih dari satu partner.
Modal masing-masing partner akan bertambah dengan adanya pembagian laba atau tambahan
setoran modal dan akan berkurang dengan adanya pembagian kerugian atau pengambilan prive.
Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, modal pokoknya adalah simpanan pokok anggota
yang tak dapat dipindah tangankan dan dapat diambil kembali pada saat seorang anggota
mengundurkan diri. Kekayaan bersih koperasi adalah simpanan pokok, simpanan lain, pinjaman-
pinjaman, penyisihan hasil usaha termasuk cadangan.
Dalam badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas (PT), permodalannya terdiri dari :
 Modal menurut akte pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman :
 Modal dasar (authorized capital) .
 Modal ditempatkan (issued capital).
 Modal disetor (paid-up/paid-in capital).
Modal yang berasal dari sumbangan (donated capital) bisa dilaporkan sebagai bagian dari
tambahan modal disetor.
 Treasury Stock (saham perusahaan yang sudah beredar lalu dibeli kembali oleh perusahaan).
 Premium (Agio) atau Discount (Disagio) dari penjualan saham baik saham biasa (common
stock) maupun saham preferen (Preferred stock).
 Selisih kurs atas Modal Disetor.
 Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap, untuk perusahaan yang melakukan revaluasi aktiva
tetap berdasarkan peraturan pemerintah.
 Retained Earnings (Laba Ditahan/Sisa Laba Tahun Lalu) atau Deficit Accumulated Losses (Sisa
Rugi Tahun Lalu).

Beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai pemeriksaan permodalan :


1) Jika akte pendirian suatu PT belum mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman.
Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas yang baru (No. 1 Tahun 1995, yang mulai
berlaku tanggal 7 Maret 1996), transaksi hukum perusahaan (perjanjian perjanjian yang
dibuat perusahaan) belum dianggap sah.
2) Modal Disetor dan Modal Ditempatkan tidak dapat melebihi Modal Dasar. Jika modal disetor
melebihi modal dasar maka harus dilakukan perubahan akte pendirian yang harus disahkan
oleh Menteri Kehakiman.
Akte pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman akan diumumkan dalam Berita
Negara (Lembaran Negara). Selama perubahan akte belum disahkan Menteri Kehakiman,
kelebihan modal disetor atas modal dasar dilaporkan sebagai hutang pemegang saham.
3) Modal yang tercantum di Neraca adalah modal disetor.
Contohnya :
Modal Dasar 100.000 lembar saham biasa = Rp.1.000.000.000
(nilai nominal Rp. 10.000,- per lembar saham)
Modal ditempatkan 50.000 lembar saham biasa = Rp.500.000.000
Modal Disetor 50% dari modal modal ditempatkan = Rp.250.000.000
Jumlah yang tercantum di Neraca adalah sebesar Rp.250.000.000
4) Tujuan pembelian kembali saham (treasury stock) adalah:
a. Untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan.
b. Untuk dibagikan sebagai sahambonus kepada para manajer dan pegawai perusahaan.
Perlu diperhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian dividen. Karena
itu jika suatu perusahaan yang memiliki treasury stock membagikan cash dividend,
maka dividen per saham akan menjadi lebih besar.
5) Jika akumulasi kerugian suatu perusahaan mencapai 50% dari modal disetor perusahaan
harus melaporkan hal tersebut ke Pengadilan Negeri untuk diumumkan dalam Berita
Negara.
6) Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK) aktiva tetap harus dicatat/disajikan
dalam neraca berdasarkan harga perolehannya (acquisition cost).
7) Adjustment ke Retained Earnings (Deficit) hanya diperbolehkan jika menyangkut rugi laba
tahun lalu yang jumlahnya material (besar) atau menyangkut pembayaran pajak yang
berasal dari STP (Surat Tagihan Pajak) atau SKP (Surat Ketetapan Pajak) walaupun jumlahnya
kecil.
8) Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), harus menggunakan nilai wajar aktiva bukan
kas yang diserahkan (disetor), yaitu nilai appraisal yang disetujui Dewan Komisaris untuk PT
yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai yang disepakati oleh Dewan Komisaris dan
penyetor bentuk barang.
9) Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan permodalan biasanya tidak banyak, kecuali jika :
a. Perusahaan banyak membuat koreksi Retained Earnings (Deficit), sehingga auditor
harus memeriksa koreksi tersebut secara rinci (detailed).
b. Perusahaan dalam proses go public.

B. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) PERMODALAN


1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas permodalan, termasuk
internal control atas transaksi jual beli saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham.
2. Untuk memeriksa anakah tuktur permodalan yang tercantum di neraca sudah sesuai dengan
apa yang tercantum di akte pendirian perusahaan.
3. Untuk memeriksa apakah izinizin yang diperlukan dari pemerintah yang menyangkut
permodalan (misakan dari Departemen Kehakiman, BKPM, BKPMD, BAPEPAM KPP dan SK
Presiden RI) telah dimiliki oleh perusahaan.
4. Untuk memeriksa apakah perubahan terhadap permodalan telah mendapat otorisasi baik
dari pejabat perusahaan yang berwenang (direksi, dewan komisaris), Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) maupun dari instansi pemerintah.
5. Untuk memeriksa apakah setiap perubahan pada Retained Earnings atau Accumulated
Losses didukung oleh bukti-bukti yang sah.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di Neraca sesuaidengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum (SAK) dan hal-hal yang penting sudah diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.

Penjelasan atas tujuan pemeriksaan permodalan :


1. Untuk memeriksa apakah terdapat Internal control yang baik atas permodalan.
Beberapa ciri dari internal control yang baik atas permodalan adalah :
a. Setiap perubahan modal (penambahan atau pengurangan) harus diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah.
b. Pembagian dan pembayaran dividen harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang.
c. Digunakannya Biro Administrasi Efek (Stock Transfer Agent) untuk mengurus
pengadministrasian saham dan pembayaran dividen, terutama untuk perusahaan yang
sudah go public.
d. Setiap perubahan (adjustment) Retained Earnings/Deficit diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang dan didukung oleh bukti-bukti yang lengkap.
2. Untuk memeriksa apakah struktur permodalan yang tercantum di neraca sudah sesuai
dengan apa yang tercantum di akte pendirian perusahaan.
Maksudnya bahwa jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor, baik dalam
jumlah lembar saham maupun nilai nominal yang tercantum di akte pendirian harus sesuai
dengan yang tercantum di neraca.
3, 4 dan 5 sudah cukup jelas.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian permodalan di neraca dan catatan atas laporan
keuangan sudah sesuai dengan SAK.

C. AUDIT PROSEDUR YANG DISARANKAN


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas permodalan dan transaksi jual beli saham,
pembagian dan pembayaran dividen dan sertifikat saham.
2. Minta copy dari akte pendirian, SK Pengesahan Menteri Kehakiman, SK BKPM/BKPMD SK
Bapepam, SK Presiden, untuk disimpan dalam permanent file.
3. Cocokkan data yang ada dalam akte pendirian tersebut dengan modal yang tercantum
dineraca dan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan perusahaan yang mempunyai tambahan setoran
modaldalam periode yang diperiksa, periksalah bukti setoran dan bukti pembukuan lainnya
serta otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan :
 berapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan discount
dari penjualan saham.
 jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah common stock dan preferred
stock, baik dalam jumlah lembar maupun nilai nominalnya.
 rincian pemegang saham.
6. Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained earnings
deficit, untuk mengetahui apakah perubahan tersebut sudah diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang dan apakah adjustment ke retained earnings/deficit memang
reasonable dan jumlahnya cukup material.
7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa apakah :
 dividen dibagikan dalam bentuk cash dividend, stock dividend atau property dividend.
 pencatatannya sudah benar (baik pada waktu deklarasi dividen maupun pada saat
pembayaran dividen)
 sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang (melalui notulen rapat
direksi dan rapat umum pemegang saham)
 aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated losses/deficit) sudah
mencapai 75% dari modal disetor, kalau ini terjadi harus ada penjelasan dalam catatan atas
laporan keuangan.
9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham atau Biro Administrasi Efek
(Stock Transfer Agent).
10. Seandainya ada treasury stock :
 periksa bukti pembelian dan otorisasinya
 periksa bukti penjualannya dan otorisasinya (jika treasury stock dijual kembali)
 tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock (apakah untuk
memperbaiki harga pasar saham perusahaan atau untuk dibagikan sebagai saham
bonus)
 perhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian dividen
11. Periksa apakah penyajian permodalan di neraca dan catatan atas laporan keuangan sudah
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).
12. Buat kesimpulan mengenai kewajaran permodalan.

Penjelasan Audit Prosedur :


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas permodalan.
Untuk mempelajari dan mengevaluasiinternal control atas permodalan biasanya digunakan
Internal Control Questionnaires (ICO) atau penjelasan narrative.
Prosedur 2 dan 3 sudah cukup jelas.
4. Periksa bukti setoran dan otorisasi untuk penambahan setoran modal.
Caranya lihat buku besar untuk perkiraan modal, periksa apakah ada transaksi kredit dalam
perkiraan tersebut, jika ada periksa voucher referencenya apakah journal voucher atau bukti
penerimaan kas/bank.
Jika referencenya bukti penerimaan kas/bank berarti setoran modal dilakukan dalam bentuk
uang tunai (fresh money) dan auditor harus memeriksa bukti penerimaan kas atau kredit
nota dari bank.
Jika referencenya journal voucher, berarti setoran modal dilakukan dalam bentuk aktiva non
cash, misalnya aktiva tetap, persediaan, surat berharga dan lain-lain (dalam bentuk inbreng).
Dalam hal ini auditor harus memeriksa journal voucher dan bukti pendukungnya, biasanya
jika disetor dalam bentuk inbreng ada laporan dari appraisal mengenai nilai aktiva non cash
yang dijadikan setoran modal.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan besarnya modal, jenis saham dan rincian
pemegang saham.
6. Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan Retained
Earnings/Deficit.
Caranya periksa buku besar untuk perkiraan retained earnings/deficit, apakah ada transaksi
debit dan transaksi kredit, jika ada periksa voucher referencenya dan bukti pendukungnya.
Jika perusahaan membayar kekurangan penyetoran pajak untuk tahun-tahun yang lalu
berikut dendanya, berdasarkan SKP (Surat Ketetapan Pajak), atau STP (Surat Tagihan Pajak),
maka voucher referencenya berupa bukti pengeluaran kas/bank dan bukti pendukungnya
adalah SSP (Surat Setoran Pajak).
Jika koreksi ke Retained Earnings/Deficit berasal dari koreksi yang menyangkut pendapatan
atau biaya tahun-tahun yang lalu, harus diperiksa kewajaran alasannya dan kelengkapan
bukti pendukung serta otorisasinya dan jumlahnya harus material.
Jika jumlahnya tidak material, harus dibebankan atau dikreditkan ke rugi laba tahun
berjalan.

Prosedur No. 7 sudah cukup jelas.


8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan sudah mencapai 75% dari modal disetor.
Jika hal ini terjadi, auditor harus menjelaskan kepada klien bahwa hal ini mempengaruhi
keyakinan auditor terhadap kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dan diatur
dalam KUHD bahwa secara hukum perusahaan harus bubar.
Dalam hal ini auditor tidak dapat memberikan unqualified opinion (pendapat wajar tanpa
pengecualian) karena going concern perusahaan diragukan. Namun jika manajemen dapat
meyakinkan auditor bahwa dalam waktu singkat akan dilakukan tambahan setoran modal
atau ditahun-tahun berikutnya, perusahaan akan dapat meningkatkan efisiensi dan labanya,
maka bisa saja auditor memberikan unqualified opinion.
9. Pertimbangkan konfirmasi ke pemegang saham atau Biro Administrasl Efek.
Untuk perusahaan yang belum go public harus dipertimbangkan atau ditanyakan dulu ke
klien apakah ada pemegang saham yang keberatan jika dikirimi konfirmasi. Sedangkan untuk
perusahaan yang sudah go public, konfirmasi bisa dikirim ke Biro Administrasi Efek yang
ditugaskan oleh klien untuk mengelola administrasi sahamnya.
10. Periksa treasury stock.
Auditor perlu meengingat bahwa pembelian treasury stock biasanya dicatat dengan
menggunakan cosh method.
Pada saat treasury stock dijual kembali akan timbul “Paid In Capital from Sale of Treasury
Stock” sebesar selisih antara harga jual dan harga beli dari treasury stock tersebut.
11. Periksa apakah penyajian permodalan sudah sesuai dengan SAK.
12. Buat kesimpulan mengenai kewajaran permodalan.

Anda mungkin juga menyukai