Anda di halaman 1dari 119

About me…

Name • Irwan Setiawan S.E., M.M.

DOB • June

• Direktorat Jenderal Pajak Kementerian


Riwayat Pekerjaan Keuangan Republik Indonesia (Account
Representative)

Copyright Slide • By Tommy Wiryawan S.E., M.A.

Page  1
Outline

Subjek Pajak

Objek Pajak

Pembukuan

Pencatatan

Penghitungan Pajak

Penggabungan penghasilan Keluarga

Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25

SPT PPh OP

Page  2
DASAR HUKUM

1. UU NO 36 TAHUN 2008 TENTANG PPH DAN KETENTUAN PERATURAN


PELAKSANAANNYA
2. UU NO 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA
3. UU NO 7 TAHUN 2021 TENTANG HARMONISASI PERATURAN PERPAJAKAN
SUBJEK PAJAK

Page  4
PPh dikenakan terhadap….? (Pasal 1 UU KUP)

Diterima/Diperoleh
Subjek Pajak Penghasilan
dalam Tahun Pajak

Page  5
Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU KUP

Orang Pribadi

Warisan yang yang belum


terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak

Badan

Bentuk Usaha Tetap

Page  6
Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2) UU KUP

Subjek Pajak
Subjek Pajak Luar
Dalam Negeri
Negeri (SPLN)
(SPDN)

Page  7
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi

Page  8
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi

Page  9
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi

Page  10
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi

Page  11
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi

Page  12
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi

Page  13
Page  14
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA

Page  15
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan Pajak
Penghasilan Bagi WNA

Page  16
Pos Jabatan Tertentu

Page  17
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA

Page  18
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA

Page  19
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA

Page  20
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA

Page  21
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA

Page  22
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA

Page  23
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA

Page  24
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA

Page  25
Subjek Pajak = Wajib Pajak……???

Subjek
Pajak

Wajib
Pajak
Objek
Pajak

Page  26
Perbedaan WP DN dan WP LN

WP WP
DN Dikenai PPh dari
penghasilan di Ina dan
dari luar Ina
LN Dikenai PPh dari
penghasilan dari Ina

Dikenai berdasarkan Dikenai berdasarkan


penghasilan neto penghasilan bruto

Dikenai tarif umum Dikenai tarif pajak


sepadan

Wajib menyampaikan Tidak wajib


SPT menyampaikan SPT

Page  27
Warisan yang belum terbagi

Warisan yang belum terbagi sebagai satu


kesatuan menggantikan yang berhak:
Warisan yang belum
Dianggap sebagai terbagi yang ditinggalkan
SPDN mengikuti status orang pribadi SPLN yang
Warisan yang pewaris tidak menjalankan usaha
belum terbagi Menggantikan atau melakukan kegiatan
melalui suatu BUT di
yang kewajiban ahli waris Indonesia,
ditinggalkan oleh yang berhak
Tidak dianggap sebagai
pribadi sebagai Bila warisan sudah subjek pajak pengganti
dibagi, kewajiban karena pengenaan pajak
SPDN perpajakannya beralih atas penghasilan yang
kepada ahli waris diterima melekat pada
objeknya

Page  28
BUT (Bentuk Usaha Tetap)

Bentuk Usaha oleh:

WNA yang Badan yang


berada di Ina WNI yang tidak didirikan
OP yang tidak
tidak lebih 183 berada di luar dan tidak
bertempat
hari dalam Ina >183 hari bertempat
tinggal di Ina
jangka waktu dlm 12 bulan kedudukan di
12 bulan Indonesia

Untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia

Page  29
BUT dapat berupa:

• Tempat kedudukan manajemen


• Cabang Perusahaan
• Kantor Perwakilan
• Gedung kantor
• Pabrik
• Bengkel
• Gudang
• Ruang untuk promosi dan penjualan
• Pertambangan dan penggalian sumber alam
• Wilayah kerja pertambangan migas
• Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan
• Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan
• Pemberian jasa oleh pegawai atau orang lain sepanjang dilakukan > 60 hari dlm jangka waktu
12 bulan
• Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Ina yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Ina
• Komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa atau digunakan oleh
penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet

Page  30
Ketentuan tambahan
 Saat dimulainya kewajiban perpajakan adalah saat terpenuhinya persyaratan subjektif dan objektif
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan sehubungan adanya perbuatan,
keadaan, atau peristiwa yang menimbulkan adanya pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak,
Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak.
 Kewajiban perpajakannya dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima)
tahun sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP, berlaku bagi:
 Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP dan/atau yang dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan; atau
 Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP dan/atau yang dikukuhkan sebagai PKP berdasarkan
permohonan.
 Dalam hal diperoleh data dan informasi atas kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang
menimbulkan adanya pajak yang terutang sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya
sebagai PKP, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menerbitkan surat ketetapan pajak sesuai
peraturan perundang-undangan perpajakan, apabila Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak atas kewajiban perpajakan tersebut belum melewati daluwarsa penetapan pajak.
 Sesuai prinsip self assessment, Wajib Pajak dapat diberikan kesempatan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar atau menyetor, dan melaporkan dalam Surat Pemberitahuan atas
kewajiban perpajakan sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP,
sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan.

Page  31
Tidak Termasuk Subjek Pajak OP

Pejabat perwakilan diplomatik dan


konsulat atau
pejabat lain dari negara asing dan Pejabat perwakilan organisasi
orang-orang yang diperbantukan kepada internasional
mereka yang bekerja dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka
• Bukan WNI • Bukan WNI
• Di Indonesia tidak • Tidak menjalankan usaha, kegiatan
menerima/memperoleh penghasilan di atau pekerjaan lainuntuk memperoleh
luar jabatan atau pekerjaannya penghasilan dari Indonesia
• Negara ybs memberikan perlakuan
timbal balik

PMK 215/PMK.03/2008
Page  32
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI ORANG PRIBADI

MULAI:
• SAAT DILAHIRKAN
• BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA

BERAKHIR:
• SAAT MENINGGAL DUNIA
• MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK SELAMA-
LAMANYA

Page  33
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

ORANG PRIBADI/BADAN

SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI

MULAI:
• SAAT MENJALANKAN USAHA
• MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT

BERAKHIR:
• SAAT TIDAK LAGI MENJALANKAN USAHA
• TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT

Page  34
MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF

ORANG PRIBADI/BADAN
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI

MULAI:
SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN
DI INDONESIA

BERAKHIR:
SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/MEMPEROLEH
PENGHASILAN DI INDONESIA

Page  35
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF WARISAN YANG BELUM TERBAGI &
WP OP DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK

MULAI:
SAAT TIMBULNYA
WARISAN
BERAKHIR:
SAAT WARISAN SELESAI DIBAGI

ORANG PRIBADI YANG BERTEMPAT TINGGAL/BERADA DI INDONESIA HANYA


MELIPUTI SEBAGIAN DARI TAHUN PAJAK,
MAKA BAGIAN TAHUN PAJAK TERSEBUT MENGGANTIKAN TAHUN PAJAK
Page  36
OBJEK PAJAK

Page  37
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

- Diterima atau diperoleh WP


- Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
- Dapat dipakai untuk konsumsi/menambah kekayaan WP

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN

Page  38
Klasifikasi Penghasilan

Penghasilan

1. Dikenai Tarif Umum Ps. 17

2. Dikenai PPh Bersifat Final


3. Dikecualikan dari Objek Pajak

Page  41
Dikenai Tarif Umum Pasal 17

Page  42
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (P-1)

Penggantian /imbalan berkenaan dgn pekerjaan/jasa yg


diterima/diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, /imbalan
dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini

Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan


penghargaan

Laba usaha

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan


harta

Page  43
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (P-2)

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah


dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan
pengembalian pajak

Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan


karena jaminan pengembalian utang

Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun


termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis

Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

Page  44
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (P-3)

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan


penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

Keuntungan karena pembebasan hutang kecuali


sampai dengan jumlah tertentu (Rp 350 juta dan
termasuk kriteria debitur kecil/PP130/2000) yang
ditetapkan dengan PP

Keuntungan selisih kurs mata uang asing

Page  45
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (4)

Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

Premi asuransi

Iuran yang diterima/diperoleh perkumpulan dari


anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas

Tambahan kekayaan neto yang berasal dari


penghasilan yang belum dikenakan pajak

Page  46
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (5)

Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU


KUP

Penghasilan dari usaha berbasis syariah

Surplus Bank Indonesia

Page  47
Dikenai Pajak Bersifat Final

Page  48
Konsekuensi Pengenaan PPh Final

biaya-biaya
terkait tidak
dapat menjadi
pengurang

pajak yang
dibayar tidak
dapat
dikreditkan
penghasilan tidak
dihitung kembali
pada saat
penghitungan
pajak akhir tahun

Page  49
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (P-1)
No Jenis Tarif DPP Peraturan
Penghasilan
1 Bunga deposito, 20% Jumlah Bruto PP 131/2000
tabungan, &
diskonto SBI
2 Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto PP 132/2000
3 Bunga simpanan •0% (s.d Rp 240.000) Jumlah Bruto PP 15/2009
Koperasi •10% (> Rp 240.000)
4 Bunga Obligasi Bunga Obligasi jumlah bruto bunga PP16/2009
•15% (WP DN dan BUT)
•20%/tarif P3B (WP LN)
diskonto dari Obligasi dengan kupon selisih lebih harga
•15% (WP DN dan BUT) jual/nilai nominal di
•20%/tarif P3B (WP LN) atas harga perolehan

diskonto dari Obligasi tanpa bunga selisih lebih harga jual


•15% (WP DN dan BUT) /nilai nominal di atas
•20%/tarif P3B (WP LN) harga perolehan /
bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang
diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan
•0% 2009 – 2010
•5% 2011 – 2013
Page  50
•15% 2014
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (P-2)

No Jenis Tarif DPP Peraturan


Penghasilan
5 Penjualan Saham di 0,1% Jumlah Bruto PP 14/1997
Bursa Efek

0,5% tambahan untuk saham pendiri Jumlah Bruto


6 Pengalihan Tanah dan 5% (sd 2015) Jumlah Bruto nilai PP 71/2008
atau bangunan bagi 2,5% (mulai 2016) pengalihan atau
OP/yayasan dan
NJOP mana yang
organisasi sejenisyang
usaha pokoknya lebih tinggi
melakukan transaksi
pengalihan hak atas
tanah dan/atau
bangunan
7 Persewaan Tanah 10% Jumlah Bruto PP 5/ 2002
atau Bangunan
8 Jasa Konstruksi •Pelaksana 2% (kualifikasi us. kecil) PP40/2009 jo
•Pelaksana 4% (tidak memiliki PP 51/2008
kualifikasi usaha)
•Pelaksana 3% (untuk selain a dan b)
•Perencana/Pengawas 4% (memiliki
kualifikasi usaha)
•Perencana/Pengawas 6% (tidak
Page  51 memiliki kualifikasi usaha)
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (P-3)

Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang


Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu

Dasar Hukum

Pasal 4 ayat (2) huruf e UU PPh

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun


2018

Peraturan Menteri Keuangan Nomor


99/PMK.03/2018

Peraturan Dirjen Pajak Nomor


PER-37/PJ/2013

Page  52
TAHUKAH ANDA?
Cara umum hitung PPh bagi UMKM sebelum Juli 2013
bagi WP Orang Pribadi

%
Dikali Norma
Penghasilan Penghitungan Dikurangi Dikali tarif
Bruto Penghasilan PTKP progresif
Neto s.d. 30%
TAHUKAH ANDA?
Cara hitung PPh bagi UMKM sejak berlakunya PP 46 tahun 2013
bagi WP Orang Pribadi & WP Badan

Penghasilan Dikali tarif 1%


Bruto bersifat FINAL
Kini
TARIF TURUN!
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

Tarif
Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp
4,8 miliar dalam 1 tahun dikenai PPh final dengan tarif
sebesar 0,5% (setengah persen) dari jumlah peredaran
bruto setiap bulan dari setiap tempat usaha
Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif
0,5% (setengah persen) dikalikan dengan dasar
pengenaan pajak, yaitu jumlah peredaran bruto setiap
bulan dari setiap tempat usaha

Page  56
UNTUK APA? Mendorong peran serta masyarakat
dalam kegiatan ekonomi formal

Lebih memberikan keadilan

Kemudahan dalam melaksanakan


kewajiban perpajakan

Memberi kesempatan berkontribusi


bagi negara
Pengetahuan tentang manfaat pajak
bagi masyarakat meningkat
SUBJEK PAJAK

Orang Pribadi
Jangka waktu 7 tahun

Badan Usaha , berbentuk:


PT, dengan jangka waktu 3 tahun
CV, Firma, & Koperasi, dengan jangka waktu 4 tahun
Jangka waktu dihitung, sejak:
WP Lama : Tahun Pajak PP berlaku
WP Baru : Tahun Pajak terdaftar
WP TIDAK DIKENAI PP INI

1 WP yang memilih untuk dikenai Ketentuan Umum PPh


(Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan ke KPP dan pada Tahun Pajak-
Tahun Pajak berikutnya terus menggunakan Tarif PPh Pasal 17)

2 WP Badan yang memperoleh fasilitas PPh


Pasal 31A UU PPh atau PP 94 Tahun 2010

3 BUT

4 CV atau Firma yang:


• dibentuk oleh beberapa WP OP yang memiliki
keahlian khusus; dan
• menyerahkan jasa sejenis dengan jasa sehubungan
dengan pekerjaan bebas
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

Objek Pajak

 Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib


pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar
dalam 1 tahun.
 Tidak termasuk Penghasilan dari usaha adalah penghasilan
dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.
 Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha,
termasuk dari usaha cabang.

Page  60
PEREDARAN BRUTO TERTENTU

Merupakan jumlah peredaran bruto dalam 1 (satu) tahun dari


tahun pajak terakhir sebelum tahun pajak bersangkutan, yang
ditentukan berdasarkan keseluruhan peredaran bruto dari
usaha, termasuk peredaran bruto dari cabang

Dalam hal WP Orang Pribadi suami istri yang menghendaki


perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis
(PH) atau isterinya menghendaki memilih untuk
menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri
(MT), peredaran bruto tertentu ditentukan berdasarkan
penggabungan peredaran bruto usaha dari
suami dan isteri
BUKAN OBJEK

1 Penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan


Bebas
Misalnya: dokter, pengacara, akuntan, notaris, PPAT, arsitek, pemain musik, pembawa
acara, dll

2 Penghasilan di Luar Negeri

3 Penghasilan yang dikenai PPh Final


Misal: sewa rumah, jasa konstruksi, PPh usaha migas, dan lainnya
yang diatur berdasarkan PP

4 Penghasilan yang dikecualikan sebagai


objek pajak
PELUNASAN PAJAK

Dipotong atau
Setor sendiri dipungut oleh
Pemotong atau
Pemungut *

*WP mengajukan Surat Keterangan ke KPP


Contoh 1

Penentuan Peredaran Bruto


Peredaran Bruto Tuan A Tahun 2019

Pasar A: Rp 1 Miliar Pasar B: Rp 2 Miliar Pasar C: Rp 2 Miliar

Tuan A pada tahun 2020 tidak dapat dikenai Pajak Penghasilan Final,
karena peredaran bruto usaha Tuan A dari seluruh tempat usaha pada
tahun 2019 melebihi Rp4.800.000.000,00
Contoh 2

PT A

PT A terdaftar pada Agustus 2018.


Terdaftar: Agustus 2018
Bagaimana pengenaan PPh terhadap PT A?

Jika PT A memilih untuk dikenai PPhFinal 0,5%


penghasilan bruto Agustus-Desember 2018 dikenai PPh final sebesar 0,5% dari
peredaran bruto setiap bulan.

Jika PT A memilih untuk dikenai PPh berdasarkan ketentuan umum


PT A wajib menyampaikan pemberitahuan ke DJP. Atas penghasilan tahun pajak
2018 dan seterusnya dikenai pajak sesuai ketentuan umum.
Contoh 3 Pemotongan/Pemungutan oleh Pihak Lain

Penyerahan Barang
Agustus 2018
Pembayaran senilai
CV AB
Rekanan Pemerintah Rp20.000.000 Bendahara
yang memenuhi kriteria
WP yang dikenai PP 23 Pemerintah

WP mengajukan Bendahara Pemerintah memotong


permohonan Surat PPh Pasal 4(2) sebesar
Keterangan ke DJP = 0,5% x Rp20.000.000,00
= Rp100.000,00
dalam hal WP memiliki SKet

Pemotong/Pemungut wajib memotong/memungut PPh sebesar 0,5% dari penjualan.


Cara isi SPT 1770
• Isi baris 16
• Kolom DASAR PENGENAAN
PAJAK/PENGHASILAN BRUTO diisi
omzet
• Kolom PPh Terutang diisi PPh 0,5%
MATERI PAJAK PENGHASILAN
3. Batas peredaran bruto tidak dikenai pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi
Bagi orang pribadi pengusaha yang menghitung PPh dengan tarif final 0,5% (PP 23/2018)
dan memiliki peredaran bruto sampai Rp 500 juta setahun tidak dikenai PPh.
Ilustrasi penghitungan pajak Tuan A pengusaha toko kelontong pada Tahun Pajak 2022:
Peredaran Usaha Peredaran Bruto Peredaran PPh final PPh final terutang
Peredaran Usaha
No Bulan Kumulatif Tidak Kena Pajak Usaha Kena terutang Setelah Sebelum RUU
(juta Rp)
(juta Rp) (juta Rp) Pajak (juta Rp) RUU HPP (Rp) HPP (Rp)
1 Januari 100 100 0 0 500,000
2 Februari 100 200 0 0 500,000
3 Maret 100 300 0 0 500,000
4 April 100 400 0 0 500,000
5 Mei 100 500 0 0 500,000
6 Juni 100 600 500 100 500,000 500,000
7 Juli 100 700 100 500,000 500,000
8 Agustus 100 800 100 500,000 500,000
9 September 100 900 100 500,000 500,000
10 Oktober 100 1,000 100 500,000 500,000
11 November 100 1,100 100 500,000 500,000
12 Desember 100 1,200 100 500,000 500,000
Jumlah 1,200 700 3,500,000 6,000,000

Dengan berlakunya RUU HPP maka beban pajak yang harus dibayar Tuan A menjadi berkurang Rp2,5 juta
11
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

Jasa Sehubungan dengan Pekerjaan Bebas

a. pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan


aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. agen iklan;
g. pengawas atau pengelola proyek;
h. perantara;
i. petugas penjaja barang dagangan;
j. agen asuransi; dan
k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing)
atau penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

Page  68
Dikecualikan dari Objek Pajak

Page  69
Dikecualikan dari Objek Pajak (P-1)

bantuan atau sumbangan, termasuk zakat

harta hibahan

warisan

harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan


sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal

Page  70
Dikecualikan dari Objek Pajak (P-2)

Penggantian/imbalan sehubungan dengan


pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan

pembayaran perusahaan asuransi karena


kecelakaan, sakit, atau karena meninggalnya orang
yang tertanggung, dan pembayaran asuransi
beasiswa *

bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima


atau diperoleh anggota dari koperasi, perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma,
dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif

Page  71
Dikecualikan dari Objek Pajak (P-3)

beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang


ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu

Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang


pendiriannya disahkan Menkeu baik yang dibayar
pemberi kerja maupun pegawai

Bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima atau


diperoleh anggota dari koperasi, CV, persekutuan,
perkumpulan, firma, kongsi, pemegang unit KIK

dll

Page  72
OBJEK PAJAK - HADIAH

Jenis Objek Pajak Objek Tarif


a. Hadiah langsung Non OP -
b. Hadiah undian OP Final 25%
c. Hadiah/penghargaan sehub. dg Objek PPh
pekerjaan, kegiatan, perlombaan PPh ps 21 ps 17
yg diterima o/ WP OP
d. Hadiah/penghargaan sehub. dg Objek 15%
pekerjaan, kegiatan, perlombaan PPh ps 23
yg diterima o/ WP Badan
e. Hadiah/penghargaan yg diterima o/ Objek 20%
WPLN PPh ps 26

Page  74
PEMBUKUAN-PENCATATAN

Page  75
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)

• WP OP (kegiatan usaha/ pekerjaan bebas)


Siapa? • WP Badan

• WP OP Norma (peredaran < Rp 4,8 miliar)


Pengecualian • WP OP tidak melakukan kegiatan
(Tetap Wajib Pencatatan) usaha/pekerjaan bebas

Page  76
Karakteristik Pembukuan menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)
Itikad baik dan mencerminkan keadaan
1 sebenarnya

Di Indonesia, huruf latin, angka Arab, mata


2 uang Rupiah, bahasa Indonesia

3 Stelsel Akrual atau Stelsel Kas

Catatan atas: harta, kewajiban, modal,


4 penghasilan dan biaya

5 Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan,


6 kecuali peraturan perpajakan menentukan
Page  78
lain
PENGGUNAAN NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (2), (3) dan (4)

Norma Penghitungan
Penghasilan Neto

HANYA WAJIB PAJAK


ORANG PRIBADI
SYARAT

* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang


dari Rp 4.800.000.000,00
* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam
jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pajak ybs.
Apabila tidak memberitahukan, dianggap memilih
Pembukuan
* Wajib menyelenggarakan Pencatatan

Page  79
PENGGUNAAN
NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (5)

WAJIB PAJAK

WAJIB PEMBUKUAN DIANGGAP


INGIN MENGGUNAKAN
TAPI TDK BERSEDIA MENYELENGGARAKAN
NPPN, TETAPI TIDAK
MEMPERLIHATKAN PEMBUKUAN , TAPI TIDAK
MELAKSANAKAN
PEMBUKUAN ATAU TIDAK SEPENUHNYA
PENCATATAN
/PENCATATAN MELAKSANAKAN PEMBUKUAN

PENGHASILAN NETO

DIHITUNG

MENGGUNAKAN NPPN
DAN PEREDARAN BRUTONYA DIHITUNG
Page  80 CARA LAIN YANG DITETAPKAN KEPMENKEU
PERBANDINGAN

Kelebihan memakai pencatatan (norma penghitungan)


– Sederhana dalam penghitungan
– Sederhana dalam pengadministrasian catatan
– Tidak perlu menguasai akuntansi

Kerugian :
– Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi
– Mempunyai rIsiko tarif norma lebih tinggi daripada
penghitungan normal

PETUNJUK PELAKSANAAN PENCATATAN BAGI WP OP :


PERDIRJEN NO: PER – 4/PJ/2009

Page  81
TARIF NORMA

Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan


menurut wilayah sebagai berikut :
• 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;
• ibukota propinsi lainnya;
• daerah lainnya.

Peraturan Dirjen Pajak No.17/PJ/2015

Page  82
PENGHITUNGAN PAJAK

Page  83
Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Page  84
PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)
Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4)

PKP BAGI PENGHASILAN DIKURANGI


WAJIB PAJAK DENGAN BIAYA YANG
DALAM NEGERI DIPERKENANKAN,
KOMPENSASI KERUGIAN, PTKP

PKP BAGI DIHITUNG DENGAN NORMA


WAJIB PAJAK YG PENGHITUNGAN DARI PEREDARAN
DIHITUNG DGN BRUTO, PTKP
NORMA

PENGHASILAN DIKURANGI
PKP BAGI
DGN BIAYA YG DIPERKENANKAN ,
WP BUT
KOMPENSASI KERUGIAN

Page  85
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)

No Besaran Keterangan
1 Rp 54,000,000 Untuk diri WP OP
2 Rp 4,500,000 Tambahan untuk WP yang kawin
3 Rp 54,000,000 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami
4 Rp 4,500,000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak untuk 3 orang
Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
Warisan yang belum terbagi tidak mendapat PTKP
Suami istri yang hidup terpisah diperlakukan seperti WP Tidak Kawin

Page  86
Syarat Mendapat PTKP K/I/..
SYARAT WAJIB :
 NPWP SUAMI DAN ISTRI HARUS GABUNG (1 NPWP)

SYARAT PILIHAN : (PILIH MINIMAL SALAH SATU YANG MEMENUHI)


 ISTRI BEKERJA DI 2 (DUA) PEMBERI KERJA ATAU LEBIH (PEG.TETAP)
 ISTRI MEMILIKI USAHA ( METODE NORMA / PEMBUKUAN)
 ISTRI BEKERJA DI BUKAN PEMOTONG (KEDUTAAN, ORGANISASI
INTERNASIONAL, ART)
Menghitung PPh Terutang

Page  87
Penghasilan Kena Pajak
(dibulatkan ke bawah dalam ribuan Rupiah penuh)

Tarif PPh
=
PPh Terutang

Page  88
TARIF PAJAK

WP ORANG PRIBADI
LAPISAN PKP TARIF PAJAK

• - s/d Rp 50.000.000. 5%
• Rp 50 juta s/d Rp 250 juta 15%
• DIATAS Rp 250 juta s/d Rp 500 juta 25%
• DIATAS Rp 500 juta Dikenakan 30%

Page  89
Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar

Page  90
PPh Terutang
-
Kredit Pajak + PPh yang
dibayar sendiri
=
PPh Kurang/Lebih Bayar

Page  91
Kredit Pajak

• Pembayaran pajak yang telah dilakukan


selama periode Januari s.d. Desember
• Pengurang PPh terutang

PPh yg dipotong/ PPh yg dibayar/


dipungut pihak lain diangsur sendiri
(PPh Psl. 21/22/23/24) (PPh Psl. 25)
Page  92
PPh Pemotongan/Pemungutan
- Witholding Tax -

PPh (tdk bersifat final) yang dipotong/


dipungut pihak ketiga, dan merupakan
pembayaran pajak dimuka.

PPh Psl. 21
dikreditkan berdasarkan
PPh Psl. 22
bukti pemotongan pajak,
PPh Psl. 23
(bukan PPh Final)
PPh Psl. 24
Page  93
PPh Pasal 21

Bukti pemotongan PPh Psl. 21

Form. 1721 – A1 Form. 1721 – A2


Pegawai Swasta PNS, ABRI, &
(Non PNS) Pensiunannya

Bukti Potong PPh Psl. 21/26


Pegawai Tdk. Tetap yang
menerima penghasilan
Page  94
PPh Pasal 23

 Pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga,


royalty, dan imbalan jasa-jasa tertentu;
 PPh Pasal 23 merupakan pembayaran pajak
dimuka yang pada umumnya dapat dikreditkan
pada SPT Tahunan oleh WP yang menerima
penghasilan/WP yang dipotong pajak (kecuali atas
PPh yang bersifat final);
 WP akan menerima Bukti Pemotongan setiap kali
dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh pihak
pemotong pajak

Page  95
PPh Pasal 24

Pajak yang dibayar atau terutang di


luar negeri atas penghasilan dari luar
negeri yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang
terutang berdasarkan Undang-
undang PPh dalam tahun pajak yang
sama

Besarnya kredit pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) adalah
sebesar pajak penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri
tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang
berdasarkan Undang-undang PPh

Page  96
PPh Pasal 24

Pilih yang terkecil antara:


 Pajak yang dipotong di luar negeri; atau
 Max.Kedit Pajak Luar Negeri (MKPLN)

Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP

Page  97
PPh Yang Dibayar Sendiri

 PPh Pasal 25 (angsuran bulanan pembayaran


pajak yang dilaporkan sebagai SPT Masa);
 PPh Pasal 25 ayat 7 (angsuran bulanan khusus
pengusaha tertentu);
 STP PPh Pasal 25 (hanya atas pokok pajak)

Page  98
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25

Pokok Pajak …….. 2.000.000 Dapat


dikreditkan
Sanksi Admin……. 80.000
Jumlah …………… 2.080.000

Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan

Page  99
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
KELUARGA

Page  100
KELUARGA MERUPAKAN SATU KESATUAN EKONOMIS

PENGHASILAN ANAK
PENGHASILAN ISTRI YANG BELUM
DEWASA

PENGHASILAN
KEPALA KELUARGA

Page  101
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)

PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA


YANG TELAH KAWIN

DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU


KERUGIAN SUAMINYA

KECUALI
PENGHASILAN ISTRI DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA:
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH
DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh
PASAL 21, DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA
LAINNYA

Page  102
CONTOH PENGHASILAN KELUARGA

TN Yono MEMPEROLEH PENGHASILAN Rp 200JT MEMPUNYAI ISTRI Ny. Yono


SBG KARYAWAN SWASTA DGN PENGHASILAN SEBESAR Rp 25JT

PENGHASILAN Ny. Yono TDK DIGABUNG DGN PENGHASILAN TN Yono DAN


DIANGGAP FINAL JIKA :
-. PENGH. TSB DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA YANG TELAH DIPOTONG PPh
21
-. PEKERJAAN TSB TDK ADA HUB. DGN USAHA/PEKERJAAN BEBAS SUAMI/ANGGOTA
KELUARGA LAIN Ny.A.

BILA Ny. Yono, SELAIN MENJADI PEGAWAI JUGA MEMPUNYAI USAHA BUTIK DGN
PENGHASILAN SEBESAR Rp 100JT, MAKA SELURUH PENGH. Ny. Yono SEBESAR Rp
125JT (25JT + 100JT) DIGABUNGKAN DGN PENGH. TN Yono. DGN DEMIKIAN TOTAL
PENGHASILAN KELUARGA Yono YG DIKENAKAN PPh SEBESAR Rp 325JT
((POTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN ISTRI DAPAT DIKREDITKAN (TIDAK
BERSIFAT FINAL) DLM SPT TAHUNAN PPh ))

Page  103
CONTOH :

Ph Yg Masuk Dlm
NO SUAMI ISTRI Penghitungan PKP SPT
Pada Akhir Tahun
1 Pegawai Pegawai Suami 1770S/SS
2 Pegawai Wiraswasta Suami + Istri 1770
3 Wiraswasta Pegawai Suami 1770
4 Pegawai Pegawai & Suami + Istri 1770
Wiraswasta
5 - Pegawai ------ 1770S/SS
6 - Pegawai & Istri 1770
Wiraswasta

Page  104
SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK
SECARA TERPISAH
Pasal 8 ayat (2) dan (3)

MENGADAKAN PERJANJIAN
HIDUP BERPISAH PEMISAHAN HARTA DAN
PENGHASILAN SECARA
TERTULIS

PENGHITUNGAN PKP DAN


PENGENAAN PAJAK PENGHITUNGAN PAJAKNYA
DILAKUKAN SENDIRI- BERDASAR
SENDIRI - Penghasilan Neto suami isteri
digabung
- Besar pajak yg harus dilunasi oleh
masing-masing suami-isteri, sebanding
dgn Penghasilan Neto

Page  105
PENGHASILAN ANAK YANG
BELUM DEWASA (DI BAWAH 18 THN)
Pasal 8 ayat (4)

DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUA NYA

Page  106
ORANG PRIBADI
PENGUSAHA TERTENTU

Page  107
WP OP Pengusaha Tertentu
PMK-215/2018

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan


usaha sebagai Pedagang Pengecer yang
mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha

Penjualan Barang atau Penyerahan Jasa

Nomor Pokok Wajib Pajak bagi setiap tempat usaha


dan di tempat tinggal

angsuran PPh Pasal 25 (dapat dikreditkan) sebesar


0,75% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari
masing-masing tempat usaha

Page  108
ANGSURAN PPh PASAL 25

Page  109
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)

BESAR ANGSURAN PPh PASAL 25 SETIAP BULAN

PPh TERUTANG MENURUT


SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU

DIKURANGI

PPh YANG PPh YANG


DIPOTONG ATAU TERUTANG ATAU DIBAYAR
DIPUNGUT : DI LUAR NEGERI YANG BOLEH
PPh PSL 21 DIKREDITKAN
PPh PSL 22 (PPh PSL 24)
PPh PSL 23
DIBAGI

Page  110
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN 110
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)

SAMA BESARNYA DENGAN :


- Angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu

CONTOH :

- SPT TAHUNAN PPh 2000 DISAMPAIKAN MARET 2001 ANGSURAN PPh DESEMBER
2000 Rp 1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN
PEBRUARI 2001 SEBESAR Rp 1.000.000,00

• - APABILA BULAN SEPTEMBER 2000 DITERBITKAN KEPUTUSAN PENGURANGAN


ANGSURAN PAJAK MENJADI NIHIL SEHINGGA ANGSURAN PAJAK SEJAK OKTOBER
2000 S.D DESEMBER 2000 MENJADI NIHIL

• - BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN PEBRUARI 2001YAITU NIHIL
Page  111 Puspenpa 2000 111
ANGSURAN PPh PASAL 25
APABILA DALAM TAHUN BERJALAN
DITERBITKAN SKP UNTUK TAHUN
PAJAK YANG LALU
Pasal 25 ayat (4)

ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN SKP TAHUN PAJAK YANG LALU,
BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PENERBITAN SKP

CONTOH :

- BERDASARKAN SPT TAHUNAN PPH 2000, BESARNYA ANGSURAN PAJAK RP.


1.250.000,00
- JUNI 2001 DITERBITKAN SKP TAHUN 2000 MENGHASILKAN ANGSURAN SETIAP
BULAN RP. 2.000.000,00

* ANGSURAN PAJAK MULAI JULI 2001 SEBESAR Rp 2.000.000,00

Page  112 112


ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN
BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU
Pasal 25 ayat (6)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
BERWENANG

MENETAPKAN ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN APABILA :

WP BERHAK ATAS KOMPENSASI KERUGIAN

WP MEMPEROLEH PENGHASILAN TIDAK TERATUR


SPT TAHUNAN PPh TAHUN YG LALU DISAMPAIKAN SETELAH
LEWAT BATAS WAKTU YG DITENTUKAN
WP MEMBETULKAN SENDIRI SPT THNAN PPh YG MENGAKIBATKAN
ANGSURAN BULANAN LEBIH BESAR DARI ANGSURAN BULANAN
SEBELUM PEMBETULAN
WP DIBERIKAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN
SPT TAHUNAN PPh
Page  113 113
TERJADI PERUBAHAN KEADAAN USAHA ATAU KEGIATAN WP
Angsuran PPh Pasal 25 Atas WP yang Berhak Atas Kompensasi Kerugian

 Penghasilan Neto 2009 Rp 120.000.000


 Sisa kerugian Rp 140.000.000
 Sisa kerugian yang masih dapat
dikompensasikan di tahun 2010 Rp20.000.000
 Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2010 adalah:

– Penghasilan yang dijadikan dasar perhitungan PPh Pasal 25 adalah


Rp120.000.000,00 - Rp 20.000.000,00 =Rp100.000.000,00
– PPh terutang tahun 2010 diestimasi sebesar :
– Tax rate x Rp 100.000.000,00 =Rp ??????
– Angsuran Bulanan ???

Page  114
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan
Tidak Teratur

 Mengingat penghasilan
yang tidak teratur belum
tentu diterima lagi di tahun
berikutnya, maka
penghasilan yang dipakai
sebagai dasar
penghitungan angsuran
PPh Pasal 25 dalam
tahun berikutnya adalah
hanya berdasarkan
penghasilan teratur

Page  115
Angsuran PPh Pasal 25 WP Baru

penghasilan neto sebulan yang


disetahunkan

dikurangi terlebih dahulu dengan


PTKP

dikalikan tarif umum

dibagi 12

Page  116
SPT PPh OP

SPT PPh OP

Page  117
Setor dan Lapor

SPT Masa
• Setor : Tgl 15 bln berikutnya
(PPh Ps. • Lapor : Tgl 20 bln berikutnya
25)

SPT • Setor : Akhir Maret thn berikutnya


Tahunan • Lapor : Akhir Maret thn berikutnya

Page  118
Format

1770 SS • Yang mempunyai penghasilan dari satu pemberi kerja


• Tidak punya penghasilan lain kec bunga bank/koperasi

1770 S
• Yang mempunyai penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja
• Penghasilan DN lainnya
• Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final

• Dari usaha/pekerjaan bebas

1770
• penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja
• Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final
• Penghasilan Lain

Page  119

Anda mungkin juga menyukai