DOB • June
Page 1
Outline
Subjek Pajak
Objek Pajak
Pembukuan
Pencatatan
Penghitungan Pajak
SPT PPh OP
Page 2
DASAR HUKUM
Page 4
PPh dikenakan terhadap….? (Pasal 1 UU KUP)
Diterima/Diperoleh
Subjek Pajak Penghasilan
dalam Tahun Pajak
Page 5
Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU KUP
Orang Pribadi
Badan
Page 6
Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2) UU KUP
Subjek Pajak
Subjek Pajak Luar
Dalam Negeri
Negeri (SPLN)
(SPDN)
Page 7
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi
Page 8
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi
Page 9
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi
Page 10
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi
Page 11
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi
Page 12
Persyaratan Subjek Pajak Orang Pribadi
Page 13
Page 14
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA
Page 15
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan Pajak
Penghasilan Bagi WNA
Page 16
Pos Jabatan Tertentu
Page 17
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA
Page 18
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA
Page 19
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA
Page 20
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA
Page 21
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA
Page 22
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA
Page 23
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA
Page 24
Kriteria Keahlian Tertentu Serta Tata Cara Pengenaan
Pajak Penghasilan Bagi WNA
Page 25
Subjek Pajak = Wajib Pajak……???
Subjek
Pajak
Wajib
Pajak
Objek
Pajak
Page 26
Perbedaan WP DN dan WP LN
WP WP
DN Dikenai PPh dari
penghasilan di Ina dan
dari luar Ina
LN Dikenai PPh dari
penghasilan dari Ina
Page 27
Warisan yang belum terbagi
Page 28
BUT (Bentuk Usaha Tetap)
Page 29
BUT dapat berupa:
Page 30
Ketentuan tambahan
Saat dimulainya kewajiban perpajakan adalah saat terpenuhinya persyaratan subjektif dan objektif
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan sehubungan adanya perbuatan,
keadaan, atau peristiwa yang menimbulkan adanya pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak,
Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak.
Kewajiban perpajakannya dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima)
tahun sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP, berlaku bagi:
Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP dan/atau yang dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan; atau
Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP dan/atau yang dikukuhkan sebagai PKP berdasarkan
permohonan.
Dalam hal diperoleh data dan informasi atas kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang
menimbulkan adanya pajak yang terutang sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya
sebagai PKP, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menerbitkan surat ketetapan pajak sesuai
peraturan perundang-undangan perpajakan, apabila Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak atas kewajiban perpajakan tersebut belum melewati daluwarsa penetapan pajak.
Sesuai prinsip self assessment, Wajib Pajak dapat diberikan kesempatan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar atau menyetor, dan melaporkan dalam Surat Pemberitahuan atas
kewajiban perpajakan sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP,
sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan.
Page 31
Tidak Termasuk Subjek Pajak OP
PMK 215/PMK.03/2008
Page 32
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
MULAI:
• SAAT DILAHIRKAN
• BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA
BERAKHIR:
• SAAT MENINGGAL DUNIA
• MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK SELAMA-
LAMANYA
Page 33
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
ORANG PRIBADI/BADAN
MULAI:
• SAAT MENJALANKAN USAHA
• MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT
BERAKHIR:
• SAAT TIDAK LAGI MENJALANKAN USAHA
• TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT
Page 34
MULAI DAN BERAKHIRNYA KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
ORANG PRIBADI/BADAN
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
MULAI:
SAAT MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN
DI INDONESIA
BERAKHIR:
SAAT TIDAK LAGI MENERIMA/MEMPEROLEH
PENGHASILAN DI INDONESIA
Page 35
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF WARISAN YANG BELUM TERBAGI &
WP OP DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
MULAI:
SAAT TIMBULNYA
WARISAN
BERAKHIR:
SAAT WARISAN SELESAI DIBAGI
Page 37
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
PENGHASILAN
Page 38
Klasifikasi Penghasilan
Penghasilan
Page 41
Dikenai Tarif Umum Pasal 17
Page 42
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (P-1)
Laba usaha
Page 43
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (P-2)
Page 44
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (P-3)
Page 45
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (4)
Premi asuransi
Page 46
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (5)
Page 47
Dikenai Pajak Bersifat Final
Page 48
Konsekuensi Pengenaan PPh Final
biaya-biaya
terkait tidak
dapat menjadi
pengurang
pajak yang
dibayar tidak
dapat
dikreditkan
penghasilan tidak
dihitung kembali
pada saat
penghitungan
pajak akhir tahun
Page 49
Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (P-1)
No Jenis Tarif DPP Peraturan
Penghasilan
1 Bunga deposito, 20% Jumlah Bruto PP 131/2000
tabungan, &
diskonto SBI
2 Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto PP 132/2000
3 Bunga simpanan •0% (s.d Rp 240.000) Jumlah Bruto PP 15/2009
Koperasi •10% (> Rp 240.000)
4 Bunga Obligasi Bunga Obligasi jumlah bruto bunga PP16/2009
•15% (WP DN dan BUT)
•20%/tarif P3B (WP LN)
diskonto dari Obligasi dengan kupon selisih lebih harga
•15% (WP DN dan BUT) jual/nilai nominal di
•20%/tarif P3B (WP LN) atas harga perolehan
Dasar Hukum
Page 52
TAHUKAH ANDA?
Cara umum hitung PPh bagi UMKM sebelum Juli 2013
bagi WP Orang Pribadi
%
Dikali Norma
Penghasilan Penghitungan Dikurangi Dikali tarif
Bruto Penghasilan PTKP progresif
Neto s.d. 30%
TAHUKAH ANDA?
Cara hitung PPh bagi UMKM sejak berlakunya PP 46 tahun 2013
bagi WP Orang Pribadi & WP Badan
Tarif
Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp
4,8 miliar dalam 1 tahun dikenai PPh final dengan tarif
sebesar 0,5% (setengah persen) dari jumlah peredaran
bruto setiap bulan dari setiap tempat usaha
Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif
0,5% (setengah persen) dikalikan dengan dasar
pengenaan pajak, yaitu jumlah peredaran bruto setiap
bulan dari setiap tempat usaha
Page 56
UNTUK APA? Mendorong peran serta masyarakat
dalam kegiatan ekonomi formal
Orang Pribadi
Jangka waktu 7 tahun
3 BUT
Objek Pajak
Page 60
PEREDARAN BRUTO TERTENTU
Dipotong atau
Setor sendiri dipungut oleh
Pemotong atau
Pemungut *
Tuan A pada tahun 2020 tidak dapat dikenai Pajak Penghasilan Final,
karena peredaran bruto usaha Tuan A dari seluruh tempat usaha pada
tahun 2019 melebihi Rp4.800.000.000,00
Contoh 2
PT A
Penyerahan Barang
Agustus 2018
Pembayaran senilai
CV AB
Rekanan Pemerintah Rp20.000.000 Bendahara
yang memenuhi kriteria
WP yang dikenai PP 23 Pemerintah
Dengan berlakunya RUU HPP maka beban pajak yang harus dibayar Tuan A menjadi berkurang Rp2,5 juta
11
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Page 68
Dikecualikan dari Objek Pajak
Page 69
Dikecualikan dari Objek Pajak (P-1)
harta hibahan
warisan
Page 70
Dikecualikan dari Objek Pajak (P-2)
Page 71
Dikecualikan dari Objek Pajak (P-3)
dll
Page 72
OBJEK PAJAK - HADIAH
Page 74
PEMBUKUAN-PENCATATAN
Page 75
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)
Page 76
Karakteristik Pembukuan menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)
Itikad baik dan mencerminkan keadaan
1 sebenarnya
Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
Page 79
PENGGUNAAN
NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (5)
WAJIB PAJAK
PENGHASILAN NETO
DIHITUNG
MENGGUNAKAN NPPN
DAN PEREDARAN BRUTONYA DIHITUNG
Page 80 CARA LAIN YANG DITETAPKAN KEPMENKEU
PERBANDINGAN
Kerugian :
– Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi
– Mempunyai rIsiko tarif norma lebih tinggi daripada
penghitungan normal
Page 81
TARIF NORMA
Page 82
PENGHITUNGAN PAJAK
Page 83
Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Page 84
PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)
Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4)
PENGHASILAN DIKURANGI
PKP BAGI
DGN BIAYA YG DIPERKENANKAN ,
WP BUT
KOMPENSASI KERUGIAN
Page 85
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
No Besaran Keterangan
1 Rp 54,000,000 Untuk diri WP OP
2 Rp 4,500,000 Tambahan untuk WP yang kawin
3 Rp 54,000,000 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami
4 Rp 4,500,000 Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak untuk 3 orang
Penetapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
Warisan yang belum terbagi tidak mendapat PTKP
Suami istri yang hidup terpisah diperlakukan seperti WP Tidak Kawin
Page 86
Syarat Mendapat PTKP K/I/..
SYARAT WAJIB :
NPWP SUAMI DAN ISTRI HARUS GABUNG (1 NPWP)
Page 87
Penghasilan Kena Pajak
(dibulatkan ke bawah dalam ribuan Rupiah penuh)
Tarif PPh
=
PPh Terutang
Page 88
TARIF PAJAK
WP ORANG PRIBADI
LAPISAN PKP TARIF PAJAK
• - s/d Rp 50.000.000. 5%
• Rp 50 juta s/d Rp 250 juta 15%
• DIATAS Rp 250 juta s/d Rp 500 juta 25%
• DIATAS Rp 500 juta Dikenakan 30%
Page 89
Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar
Page 90
PPh Terutang
-
Kredit Pajak + PPh yang
dibayar sendiri
=
PPh Kurang/Lebih Bayar
Page 91
Kredit Pajak
PPh Psl. 21
dikreditkan berdasarkan
PPh Psl. 22
bukti pemotongan pajak,
PPh Psl. 23
(bukan PPh Final)
PPh Psl. 24
Page 93
PPh Pasal 21
Page 95
PPh Pasal 24
Page 96
PPh Pasal 24
Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP
Page 97
PPh Yang Dibayar Sendiri
Page 98
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25
Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan
Page 99
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
KELUARGA
Page 100
KELUARGA MERUPAKAN SATU KESATUAN EKONOMIS
PENGHASILAN ANAK
PENGHASILAN ISTRI YANG BELUM
DEWASA
PENGHASILAN
KEPALA KELUARGA
Page 101
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)
KECUALI
PENGHASILAN ISTRI DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA:
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA ATAU DIPEROLEH
DARI SATU PEMBERI KERJA YG TELAH DIPOTONG PPh
PASAL 21, DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA
LAINNYA
Page 102
CONTOH PENGHASILAN KELUARGA
BILA Ny. Yono, SELAIN MENJADI PEGAWAI JUGA MEMPUNYAI USAHA BUTIK DGN
PENGHASILAN SEBESAR Rp 100JT, MAKA SELURUH PENGH. Ny. Yono SEBESAR Rp
125JT (25JT + 100JT) DIGABUNGKAN DGN PENGH. TN Yono. DGN DEMIKIAN TOTAL
PENGHASILAN KELUARGA Yono YG DIKENAKAN PPh SEBESAR Rp 325JT
((POTONGAN PAJAK ATAS PENGHASILAN ISTRI DAPAT DIKREDITKAN (TIDAK
BERSIFAT FINAL) DLM SPT TAHUNAN PPh ))
Page 103
CONTOH :
Ph Yg Masuk Dlm
NO SUAMI ISTRI Penghitungan PKP SPT
Pada Akhir Tahun
1 Pegawai Pegawai Suami 1770S/SS
2 Pegawai Wiraswasta Suami + Istri 1770
3 Wiraswasta Pegawai Suami 1770
4 Pegawai Pegawai & Suami + Istri 1770
Wiraswasta
5 - Pegawai ------ 1770S/SS
6 - Pegawai & Istri 1770
Wiraswasta
Page 104
SUAMI-ISTRI DIKENAKAN PAJAK
SECARA TERPISAH
Pasal 8 ayat (2) dan (3)
MENGADAKAN PERJANJIAN
HIDUP BERPISAH PEMISAHAN HARTA DAN
PENGHASILAN SECARA
TERTULIS
Page 105
PENGHASILAN ANAK YANG
BELUM DEWASA (DI BAWAH 18 THN)
Pasal 8 ayat (4)
DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUA NYA
Page 106
ORANG PRIBADI
PENGUSAHA TERTENTU
Page 107
WP OP Pengusaha Tertentu
PMK-215/2018
Page 108
ANGSURAN PPh PASAL 25
Page 109
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)
DIKURANGI
Page 110
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN 110
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)
CONTOH :
- SPT TAHUNAN PPh 2000 DISAMPAIKAN MARET 2001 ANGSURAN PPh DESEMBER
2000 Rp 1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN
PEBRUARI 2001 SEBESAR Rp 1.000.000,00
• - BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN PEBRUARI 2001YAITU NIHIL
Page 111 Puspenpa 2000 111
ANGSURAN PPh PASAL 25
APABILA DALAM TAHUN BERJALAN
DITERBITKAN SKP UNTUK TAHUN
PAJAK YANG LALU
Pasal 25 ayat (4)
ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN SKP TAHUN PAJAK YANG LALU,
BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PENERBITAN SKP
CONTOH :
Page 114
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan
Tidak Teratur
Mengingat penghasilan
yang tidak teratur belum
tentu diterima lagi di tahun
berikutnya, maka
penghasilan yang dipakai
sebagai dasar
penghitungan angsuran
PPh Pasal 25 dalam
tahun berikutnya adalah
hanya berdasarkan
penghasilan teratur
Page 115
Angsuran PPh Pasal 25 WP Baru
dibagi 12
Page 116
SPT PPh OP
SPT PPh OP
Page 117
Setor dan Lapor
SPT Masa
• Setor : Tgl 15 bln berikutnya
(PPh Ps. • Lapor : Tgl 20 bln berikutnya
25)
Page 118
Format
1770 S
• Yang mempunyai penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja
• Penghasilan DN lainnya
• Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final
1770
• penghasilan dari satu/lebih pemberi kerja
• Penghasilan yang dikenakan PPh Final/Bersifat Final
• Penghasilan Lain
Page 119