Anda di halaman 1dari 16

PERPAJAKAN

“PPh PERUSAHAAN PERSEORANGAN”

Disusun Oleh :

Annisa Tri Lestari (nim)

Muhammad Naufal Yuananto 195020207111016

Dosen Pengampu:

Dr. Himmiyatul Amanah Jiwa Juwita, SE., MM.

Kelompok 6

Kelas BB

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN UTAMA .....................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

1.1 Pendahuluan ............................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................ 2

2.1 Perusahaan Perseorangan ......................................................................................2

2.2 Perhitungan PPh Karyawan .................................................................................2

2.2.1 Pembukuan ...........................................................................................................3

2.2.2 Penghitungan penghasilan ...................................................................................7

2.3 Penghasilan Kena Pajak ......................................................................................... 7

2.4 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ................................................................ 8

2.5 Tarif Pajak dan Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi .........8

2.5.1 Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri ........................................................ 8

2.5.2 Cara Menghitung Pajak .....................................................................................9

BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................10

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................10

3.2 Lampran Soal Beserta Jawaban ..........................................................................11

REFERENSI ................................................................................................................12

ii
ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak negara yang ditujukan kepada orang
pribadi atas penghasilan terhadap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
Wajib Pajak dalam satu tahun. Pajak jenis ini bisa diartikan sebagai denda atau
bayaran yang dikenakan kepada seseorang atau badan usaha atas hasil yang diperoleh
atas usaha atau pekerjaannya.

Pajak Penghasilan (PPh) juga meliputi perusahaan atau badan atas pengelolaan
barang dan jasa. Penarikan pajak dihitung dari barang dan jasa yang dikelola
perusahaan atau badan. Seluruh perusahaan atau badan usaha di Indonesia yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Firma (Fa), dan Perseroan Komanditer
(CV) yang memiliki Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP) berkewajiban membayar
pajak.

Seseorang yang baru memiliki usaha atau sudah menjadi pengusaha, maka telah
menjadi Wajib Pajak Badan atau Wajib Pajak Orang Pribadi yang berprofesi sebagai
pengusaha. Sudah wajib membayar pajak yang telah ditentukan. Jenis pajak yang
harus dibayarkan akan tertera di Surat Keterangan Terdaftar (SKT) saat pihak tersebut
mendaftarkan diri menjadi NPWP badan. SKT tersebut akan memuat semua pajak
yang tertera di SKT, meliputi pajak PPh.

Pengenaan pajak tergantung pada jenis perusahaan ataupun orang pribadi.


Pengenaan pajak akan tertera di SKT perusahaan tergantung pada jenis bisnis dan
transaksi yang dilakukan, meliputi omzet usaha perusahaan dalam setahun. Pajak
orang pribadi akan dikenakan jika orang pribadi memiliki barang mewah ataupun
pekerjaan di sebuah instansi. Pajak Penghasilan (PPh) bagi pegawai di instansi
otomatis akan dihitung dan dipotong pada saat gaji dikeluarkan oleh instansi.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Perusahaan Perseorangan

Perusahaan perseorangan adalah perusahaan yang dilakukan oleh satu orang


pengusaha dengan tujuan mencari laba atau keuntungan (Handri Raharjo, 2009).
Dengan ciri-ciri yaitu jumlah pengusaha hanya satu, modal usaha dimiliki satu orang
saja, dan pembantu pengusaha bekerja berdasarkan perjanjian kerja atau hibah.
Perusahaan perseorangan terbagi menjadi dua, Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha
Dagang (UD). Perusahaan Dagang bukan merupakan bentuk badan hukum dan tidak
termasuk dalam persekutuan ataupun perkumpulan. Dasar Pembentukan Perusahaan
Dagang dibentuk atas dasar kehendak seorang pengusaha yang mempunyai cukup
modal untuk berusaha di bidang perusahaan dan ahli pada bidangnya.

2.2 Perhitungan PPh Karyawan

Dasar pengenaan pajaknya harus diketahui terlebih dahulu untuk dapat


menghitung PPh. Bersarnya Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak dihitung
sebesar penghasilan netto. Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi dihitung
sebesar penghasilan netto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak atau PTKP
(Mardiasmo, 2018). Rumusnya yaitu sebagai berikut :

Penghasilan Kena Pajak (WP orang pribadi) = penghasilan netto – PTKP

Perhitungan ini wajib bagi orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas atau menurut perundang-undangan (Mardiasmo,2018) :
1. Diperbolehkan menghitung penghasilan netto dengan menggunakan
Norma Peng-hitungan Penghasilan Netto
2. Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.

2
Penghitungan jumlah penghasilan netto bagi Wajib Pajak dalam negeri dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan pembukuan dan menggunakan norma
penghitungan penghasilan netto.

2.2.1 Pembukuan

Pembukuan adalah proses mencatat segala kegiatan yang berhubungan dengan


harta, modal, penghasilan, produksi, dan biaya yang dilengkapi dengan laporan
keuangan. Untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak dapat dirumuskan sebagai
berikut :

Penghasilan Kena Pajak (WP Orang Pribadi)

= Penghasilan netto – PTKP

= (Penghasilan bruto – Biaya yang diperkenankan UU PPh) – PTKP

Berdasarkan Mardiasmo dalam bukunya Perpajakan (2018), biaya yang dapat


dikurangi dari penghasilan bruto antara lain :

1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan biaya
pembelian bahan dan biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bunga, sewa, dan
royalty; Biaya pengolahan limbah; Biaya promosi dan penjualan; Pajak, kecuali Pajak
Penghasilan.

2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu)tahun.

3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.

5. Kerugian selisih kurs mata uang asing.

6 Biasa penelitian dan pengembangan perusahaan yang diakukan oiIndonesia.

3
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.

8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba-rugi komersial.

b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih

kepada Direktorat Jenderal Pajak.

c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Instansi


Pemerintah yang menangani piutang negara atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan, atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu.

d. Syarat sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak berlaku untuk penghapusan


piutang tak tertagih debitur kecil.

9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya


diatur dengan Peraturan Pemerintah.

l0. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di


Indonesia yang ketentuann ya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

11. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan


Peraturan Pemerintah.

12. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan


Pemerintah.

13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

14.Kompensasi kerugian fiskal tahun sebelumnya (maksimal 5 tahun).

Berdasarkan Mardiasmo dalam bukunya Perpajakan (2018), biaya yang tidak boleh
dikurangi dari penghasilan bruto antara lain :

4
1. Pembagian laba dengan nama dan bentuk apa pun seperti dividen, termasuk dividen
yang dibagikan olch perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi.

2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang


saham, sekutu, atau anggota.

3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

a. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang.

b. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang

dibentuk oleh badan penyelenggara jaminan sosial.

c. Cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan.

d. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.

e. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan.

f. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri


untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

4 Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa yang dibayar oleh pemberi kerja.

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yangdiberikan


dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan.

5
7. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan, kecuali:

a. Sumbangan yang diperbolehkan dikurangkan.

b. Zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang

dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

c. Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah.

8. Pajak Penghasilan.

9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saharm,
sckutus, atau anggota.

10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.

11. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana

berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan pei undang-undangan di

bidang perpajakan.

12.Biaya-biaya (pengeluaran) untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan yang:

a. Dikenakan PPh yang bersifat final.

b. Bukan objek Ph.

13. Biaya-biaya (pengeluaran) untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara


penghasilan yang PPh-nya dihitung dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Netto.

6
2.2.2 Penghitungan penghasilan

Sedangkan penghitungan penghasilan kena pajak dengan menggunakan Norma


Penghitungan Penghasilan Netto adalah sama besarnya dengan presentase Norma
Penghitungan Penghasilan Netto dikalikan dengan jumlah peredaran usaha atau
penerimaan bruto pekerjaan bebas selama setahun. Wajib pajak yang menggunakan
Norma Perhitungan Penghasilan Netto yang memenuhi persyaratan berikut ini :

1. Menyelenggarakan pencatatan
2. Peredaran bruto kurang dari Rp4.800.000.000,00 per tahun
3. Mengajukan permohonan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari
tahun buku.

Pembukuan ataupun pencatatan harus :

1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan


keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya sedang dilakukan.

2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,


satuan mata uang rupiah

3. Disusun dalam Bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan
oleh Menteri Keuangan

2.3 Penghasilan Kena Pajak


Yaitu dihitung dari penghasilan netto dikurangi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP), berlaku bagi berikut ini:
a. Pegawai Tetap, yakni pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisarin dan anggota dewan
pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu
tertentu (PWKT) yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu
secara teratur.
b. Penerima Pensiun Berkala, yakni orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau
memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk penerima
tunjangan atau jaminan hari tua.

7
c. Pegawai Tidak Tetap, yakni pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila
bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan, atau
penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja, yang
penghasilannya dibayar secara bulanan dengan jumlah kumulatif melebihi Rp
4.500.000.
d. Bukan Pegawai, seperti dokter, arsitek, konsultan, notaris, aktor/aktris, pelawak,
seniman, olahragawan, penulis, dan penceramah, yang menerima imbalan yang besifat
kesinambungan.

2.4 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Perhitungan PTKP ditentukan menurut keadaan pada awal tahun pajak atau
awal bagian tahun pajak. Penghitungan PTKP untuk pegawai lama (tahun sebelumnya
sudah bekerja di Indonesia) dilakukan dengan melihat keadaan pada awal tahun
takwim (1 Januari). Bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam
bagian tahun takwim, besarnya PTKP tersebut berdasarkan keadaan pada awal bulan
dari bagian tahun takwim yang bersangkutan.

Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk
dirinya sendiri. Dalam hal karyawati tidak kawin, pengurangan PTKP selain untuk
dirinya sendiri juga PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

2.5 Tarif Pajak dan Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

2.5.1 Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


Sampai dengan Rp50.000.000,00 5%
di atas Rp50.000.000,00 sampai dengan Rp250.000.000,00 15%
di atas Rp250.000.000,00 sampai dengan Rp500.000.000,00 25%
di atas Rp500.000.000,00 30%

8
Tarif tertinggi bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri dapat diturunkan
menjadi paling rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2.5.2 Cara Menghitung Pajak

Pajak Penghasilan (bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap)
setahun dihitung dengan cara mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pajak
sebagaimana diatur dalam UU PPh Pasal 17. Untuk menghitung PPh dapat digunakan
rumus sebagai berikut:

Pajak Penghasilan (Wajib Pajak Orang Pribadi)

= Penghasilan kena pajak x tarif pasal 17

= (Penghasilan netto – PTKP) x tarif pasal 17

9
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pernyataan dan cara menghitung pajak diatas tersebut, pajak dibutuhkan
oleh negara untuk kepentingan rakyat, membangun infrastruktur dan dana subsidi
rakyat Indonesia. Pemerintahan Indonesia sudah memikirkan matang - matang untuk
mengeluarkan kebijakan pajak agar adil kepada semua rakyatnya.

3.2 Lampiran Soal Beserta Jawaban

A. Perhitungan Penghasilan Neto

Perusahaan Danau Sentosa dimiliki oleh Pak Tomo yang berstatus menikah dan
memiliki 3 orang anak. Pak Tomo baru saja terdaftar sebagai wajib pajak sejak 1
Agustus 2016. Peredaran bruto menurut catatan harian selama September 2016 yaitu
sebesar Rp60.000.000. Persentase Norma Perhitungan perusahaan Bahari berdasarkan
jenis usahanya adalah 30%. Hitung besarnya angsuran pajak yang harus dibayar pada
Agustus 2016?

Besarnya PPh Pasal 25 masa Agustus 2016:

Penghasilan bruto Agustus 2016 60.000.000

Penghasilan neto (30% x 60.000.000) 18.000.000

Penghasilan neto yang disetahunkan 216.000.000

PTKP (K/3) (72.000.000)

Penghasilan Kena Pajak 144.000.000

PPh terutang:

10
5% x 50.000.000 2.500.000

15% x 94.000.000 14.100.000

Total PPh terutang setahun 16.600.000

Angsuran PPh Pasal 25 Agustus 2016 16.600.000/12 1.383.333

Besarnya Angsuran pajak yang harus dibayar oleh Pak Tomo pada masa Agustus
2016 adalah sebesar Rp1.383.000

B. Wajib Pajak Orang Pribadi Baru Menyelenggarakan Pembukuan

Pak Andi berstatus menikah dan memiliki 2 orang anak. Ia baru saja terdaftar
sebagai wajib pajak orang pribadi sejak 1 Agustus 2016. Dalam penyelenggaraan
usahanya Pak Andi menggunakan metode pembukuan dengan penghasilan bruto pada
bulan Agustus 2016 sebesar Rp250.000.000 dan biaya yang diperkenankan untuk
mengurangi penghasilan bruto sebesar Rp50.000.000. Hitung besarnya PPh Pasal 25
Agustus 2016?

Besarnya PPh Pasal 25 masa Agustus 2016:

Penghasilan bruto Agustus 2016 120.000.000

Biaya pengurang yang diperkenankan (90.000.000)

Penghasilan neto Agustus 2016 30.000.000

Penghasilan neto yang disetahunkan 360.000.000

PTKP (K/2) (67.500.000)

Penghasilan Kena Pajak 292.500.000

PPh terutang:

11
5% x 50.000.000 2.500.000

15% x 200.000.000 30.000.000

25% x 42.500.000 10.625.000

Total PPh terutang setahun 43.125.000

Angsuran PPh Pasal 25 Agustus 2016 43.125.000/12 3.593.750

Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar oleh Pak Doni pada masa Agustus
2016 adalah sebesar Rp3.593.700.

BAB 4

REFERENSI

Mardiasmo, 2018, Perpajakan, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Raharjo, Handri. 2009. Hukum Perusahaan.Penerbit Pustaka Yustisia. Yogyakarta

12
13

Anda mungkin juga menyukai