Anda di halaman 1dari 5

Pengukuran kinerja merupakan suatu proses sistematis untuk menilai apakah program atau

kegiatan yang telah direncanakan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana tersebut, dan yang
lebih penting adalah apakah telah mencapai keberhasilan yang telah di targetkan pada saat
perencanaan. Pengukuran kinerja dimulai dengan proses penetapan indikator kinerja yang
memberi informasi sedemikian rupa sehingga memungkinkan unit kerja sektor publik untuk
memonitor kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap masyaakat.
Pengukuran kinerja bermanfaat untuk membantu para pengambil keputusan dalam memonitor
dan memperbaiki kinerja dan berfokus pada tujuan organisasi dalam rangka memenuhi tuntutan
akuntabilitas publik

Tujuan pengukuran kinerja di sektor publik (Mahmudi, 2007)

1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi


2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
3. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya
4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian
penghargaan (reward) dan hukuman (punishment)
5. Memotivasi pegawai
6. Menciptakan akuntabilitas

Manfaat pengukuran kinerja (Yuwono dkk, 2007)


1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan
lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat
dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan. 
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai
pelanggan dan pemasok internal. 
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan
terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste). 
4. Membuat suatu sasaran strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret
sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
5. Membangun konsensus untuk melakukan sesuatu perubahan dengan memberi reward atas
perilaku yang diharapkan tersebut. Uraian manfaat pengukuran kinerja tersebut sudah
cukup baik, hanya saja kekurangannya belum mengungkapkan manfaat pengukuran
kinerja terkait dengan aspek non-market yaitu lingkungan dan sosial.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran kinerja (Mutia,2009)


1. Spesifik dan jelas untuk menghindari kesalahan interpretasi.
2. Dapat diukur secara obyektif baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
3. Menangani aspek-aspek yang relevan.
4. Harus penting atau berguna untuk menunjukkan keberhasilan input, output,
hasil/outcome, manfaat maupun dampak serta proses.
5. Fleksibel dan sensitif terhadap perubahan pelaksanaan.
6. Efektif, dalam arti datanya mudah diperoleh, diolah, dianalisis dengan biaya yang
tersedia. 

Syarat lain yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengukuran kinerja (Mulyadi, 2005)
1. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai
perspektif pelanggan. 
2. Evaluasi atas berbagai aktivitas menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang customer-
validated.
3. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan, sehingga
menghasilkan penilaian yang komprehensif.
4. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali
masalah-masalah yang ada kemungkinan perbaikan.

Indikator dalam pengukuran kinerja (Mutia, 2009)


1. Indikator kinerja input (masukan), yaitu indikator yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dapat menghasilkan keluaran yang ditentukan, misalnya dana, SDM, informasi,
dll.
2. Indikator kinerja output (keluaran), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari
suatu kegiatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik.
3. Indikator kinerja outcome (hasil), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran (output) kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
4. Indikator kinerja benefit (manfaat), yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari
pelaksanaan kegiatan. 
5. Indikator kinerja impact (dampak), yaitu pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun
negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

Model-model sistem pengukuran kinerja antara lain adalah sebagai berikut:


1. Balance Scorecard (BSC). Sampai saat ini Balance Scorecard adalah model terpopuler
untuk Sistem Pengukuran Kinerja (SPK) baru yang telah dikembangkan. Kerangka kerja
Balance Scorecard menggunakan empat perspektif (finansial, pelanggan, proses bisnis
internal, dan proses belajar & pertumbuhan) dengan titik awal strategi sebagai dasar
perancangan SPK. 
2. Sustainability Balance Scorecard (SBSC). Model SBSC merupakan perluasan dari model
Balance Scorecard dengan penambahan aspek lingkungan dan sosial. Sustainability
Balance Scorecard (SBSC) memperlihatkan hubungan kausal antara kinerja ekonomi,
lingkungan dan sosial dari perusahaan. 
3. Cambridge Model. Model Cambridge menggunakan product group sebagai dasar untuk
mengidentifikasi KPI dan dari pengelompokan produk tersebut dilakukan penentuan
tujuan bisnis untuk product group-nya.
4. Integrated Performance Measurement System (IPMS). Model IPMS merupakan model
SPK yang bertujuan agar sistem pengukuran kinerja lebih robust, terintegrasi, efektif dan
efesien. Model IPMS menjadikan keinginan stakeholder menjadi titik awal dalam
melakukan perancangan SPK.
5. Integrated Environment Performance Measurenment System (IEPMS). Integrated
Environment Performance Measurenment System (IEPMS) merupakan model sistem
pengukuran kinerja yang berkaitan dengan lingkungan. IEPMS menggunakan ukuran-
ukuran kuantitatif dan kualitatif yang digunakan secara bersama-sama

Langkah yang dilakukan dalam proses pengukuran kinerja, yaitu:


1. Mendefinisikan misi, penetapan tujuan, sasaran dan strategi perusahaan
2. Penetapan dan pengembangan indicator
3. Pengukuran kinerja dan penilaian hasil pengukuran
4. Pelaporan hasil-hasil secara formal

Prinsip – Prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja

Berikut ini merukan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-ukuran kinerja
instansi yang sesuai dengan skema indicator

 Evaluasi Kembali ukuran yang ada : Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh manajemen.
Apabila skema indicator kinerja sudah tidak berfungsi, maka manajemen akan
mengembangkan skema baru.
 Mengukur kegiatan yang penting, tidak hanya hasil : Kinerja selalu berorientasi hasil.
Ukuran hasil sering diformulasikan dalam rasio keuangan. Pencapaian hasil akan
menunjukkan adanya permasalahan. Hasil tersebut tidak akan menunjukkan diagnosis
hasil.
 Pengukuran harus mendorong tim kerja yang akan mencapai tujuan : Pembagaian proses
pengukuran menciptakan lingkungan tim kerja yang aktivitasnya diarahkan pada
pencapaian tujuan organisasi.
 Pengukuran harus merupakan perangkat yang terintegritas, seimbang dalam penerapannya
agar efektif, sistem pengukuran harus diciptakan sebagai perangkat terintegrasi yang
diperoleh dari strategi perusahaan. Sebagian besar perusahaan berusaha meminimalkan
biaya, meningkatakan kualitas, mengurangi waktu pelaksaaan produksi dan menciptakan
pengembalian investasi yang wajar
 Pengukuran harus memiliki fokus eksterbal jika memungkinkan : Ukuran internal yang
umum dipakai dala sebuah organisasi perbandingan kinerja dari tahun ke tahun. Suatu
perbandingan tertentu dapat dilakukan ke tingkatan mikro seperti divisi, departemen,
kelompok, bahkan individu.

Siklus Pengukuran Kinerja


Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahanpan berikut ini:
1. Perencanaan strategi: Siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses penskemaaan
strategi, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran, kebijakan,
program operasional dan kegiatan/ aktivitas.
2. Penciptaan indicator kinerja : Penciptaan indicator indicator kinerja dilakukan setelah
perumusan strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat dihitung,
contohnya adalah jumlah klaim yang diproses.
3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja tahap ini terdiri dari tiga Langkah, Pertama:
Menyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam siklus pengukuran kinerja. Kedua:
Mengukuran kinerja dengan data yang tersedia dan data yang dikumpulkam. Ketiga:
Pengunaan data pengukuran yang dihimpin, harus dipresentasikan dalam cara-cara yang
dapat dimengerti dan bermanfaat.
4. Penyempurnan ukuran: Pada tahap ini dilakukan pemikiran Kembali atas indicator hasil
(outcomes) dan indicator dampak (Impacts) menjadi lebih penting dibandingkan dengen
pemikiran Kembali atas inndikator masukan (Inputs) dan Keluaran (Outputs)
5. Penintegrasian dengan proses manajemen bagaimana menggunakan ukurran kinerja
tersedian secara efektif merupakan tantangan selanjutnya. Penggunaan data organisasi
dapat dijadikan alat untuk memotivasi tindakan dalam organiasai.

Informasi yang Digunakan untuk Pengukuran Kinerja


a. Informasi Financial
Penilaian laporan kinerja financial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat, penilaian
tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja actual
dengan anggaran yang dianggarakan

Analisi Varians secara garis besar berfokus pada :


1. Varians Pendapaatan ( revenue Varians)
Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan aktiva atau
penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
2. Varians Pengeluaran ( Expenditure Variance)
 Varians Belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan yang bersifat lancar dan terus menerus yang dimaksudkan untuk
menjaga kelemahan roda pemerintahan dan memelihara hasil-hasil pembangunan.
 Varians belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan
pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya
operasional dan pemeliharaan.

b. Informasi Nonfincial

Anda mungkin juga menyukai