Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

Kelompok 2

Pricilla Mega Pertiwi 140421198


Andrew Joseph Christian 150421883
Sabrina Harmenita 150422366
V.Shara Septianingrum 160422466

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2018/2019
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

A. Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi

organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering

digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok

individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok invidu tersebut

mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa

tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target,

kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok

ukurnya.

Sedangkan pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses

penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan

sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam

menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa

diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil

kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam

mencapai tujuan (Robertson, 2002).

B. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja

Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan elemen pokok suatu pengukuran

kinerja antara lain:


1. Menetapkan Tujuan, Sasaran dan Strategi Organisasi

a. Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit) tentang apa yang

ingin dicapai organisasi.

b. Sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit

dengan disertai batasan waktu yang jelas.

c. Strategi adalah cara atau teknik yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan

dan sasaran.

Tujuan, sasaran, dan strategi tersebut ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan

misi organisasi. Berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi tersebut selanjutnya dapat

ditentukan indikator dan ukuran kinerja secara tepat.

2. Merumuskan Indikator dan Ukuran Kinerja

Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal

yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu

pada penilaian kinerja secara langsung. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat

dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi. Indikator

kinerja dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama (critical success factors) dan

indikator kinerja kunci (key performance indicator). Faktor keberhasilan utama adalah

suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini

menggambarkan preferensi manajerial dengan memperhatikan variabel-variabel kunci

finansial dan nonfinansial pada kondisi waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini

harus secara konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan

indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai

ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun nonfinansial untuk
melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh

manajer untuk mendeteksi dan memonitor capain kinerja.

3. Mengukur Tingkat Ketercapaian Tujuan dan Sasaran-Sasaran Organisasi

Jika kita sudah mempunyai indikator dan ukuran kinerja yang jelas, maka pengukuran

kinerja bisa diimplementasikan. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan

strategi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja yang

telah ditetapkan. Analisis antara hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja ini

menghasilkan penyimpangan positif, penyimpangan negatif, atau penyimpangan.nol

Penyimpangan positif berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta

melampaui indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan negatif

berarti pelaksanaan kegiatan belum berhasil mencapai indikator dan ukuran kinerja

yang ditetapkan. Penyimpangan nol berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil

mencapai atau sama dengan indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan.

4. Evaluasi Kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas).

Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai

nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Capaian kinerja organisasi dapat dinilai

dengan skala pengukuran tertentu. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan feedback

dan reward-punishment, penilaian kemajuan organisasi dan dasar peningkatan kualitas

pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

a. Feedback

Hasil pengukuran terhadap capaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau

pegelola organisasi untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya. Selain itu,
hasil ini pun bisa dijadikan landasan pemberian reward and punishment terhadap

manajer dan anggota organisasi.

b. Penilaian Kemajuan Organisasi

Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat

bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah dicapai organisasi. Kriteria yang

digunakan untuk menilai kemajuan organisasi ini adalah tujuan yang telah

ditetapkan. Dengan membandingkan hasil aktual yang tercapai dengan tujuan

organisasi yang dilakukan secara berkala (triwulan, semester, tahunan) maka

kemajuan organisasi bisa dinilai.

c. Meningkatkan Kualitas Pengambilan Keputusan dan Akuntabilitas

Pengukuran kinerja menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk

pengambilan keputusan manajemen maupun stakeholders. Keputusan-keputusan

yang bersifat ekonomis dan strategis sangat membutuhkan dukungan informasi

kinerja ini. Informasi kinerja juga membantu menilai keberhasilan manajemen atau

pihak yang diberi amanah untuk mengelola dan mengurus organisasi.

C. Fokus Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu

yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Indikator dan ukuran kinerja finansial dan

nonfinansial untuk target-target operasional tertentu memberikan garis pedoman bagi manajemen

menengah dan bawah. Review hasil aktual dengan ukuran yang ditetapkan memberikan masukan

untuk diambilnya tindakan korektif untuk perbaikan dan peningkatan kinerja selanjutnya

(feedback).
Pengukuran kinerja harus didasarkan pada karakteristik operasional organisasi. Hal ini

terutama diperlukan untuk mendefinisikan indikator dan ukuran kinerja yang digunakan. Suatu

pengukuran kinerja yang didasarkan atas karakteristik operasional ini antara lain bermanfaat untuk

mengkuantifikasi tingkat efisiensi dan efektivitas suatu pelaksanaan kegiatan. Pandangan

tradisional terhadap pengukuran kinerja organisasi sering hanya menekankan pada minimisasi

biaya (input). Sistem pengukuran kinerja modern selain menilai input dan output juga menilai

tingkat fleksibilitas organisasi melayani pelanggan. Pengukuran kinerja menjadi lebih luas

cakupannya karena mempertimbangkan kepuasan pelanggan (costumer satisfaction).

Menurut Lohman (2003) terdapat aspek-aspek pokok yang harus dipertimbangkan dalam

pengukuran kinerja organisasi komersial, antara lain:

1. Sumberdaya

a) Biaya

b) Assets

2. Output

a) Keuang an

b) Waktu

c) Kualitas

3. Fleksibilitas

a) Fleksibelitas volume

b) Fleksibelitas pengiriman

c) Fleksibelitas campuran

D. Aspek-aspek Pengukuran Kinerja Sektor Publik


Oleh karena sifat dan karakteristiknya yang unik, maka organisasi sektor publik memerlukan

ukuran penilaian kinerja yang lebih luas, tidak hanya tingkat laba, tidak hanya efisiensi dan juga

tidak hanya ukuran finansial. Pengukuran kinerja organisasi sektor publik meliputi aspek-aspek

antara lain:

1. Kelompok masukan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan

dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.

2. Kelompok proses adalah ukuran kegiataan, baik dari segi kecepatan, ketepatan,

maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut.

3. Kelompok keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu

kegiatan yang dapat berwujud maupun tidak berwujud.

4. Kelompok hasil adalah sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan

pada jangka menengah yang mempunyai efek langsung.

4. Kelompok manfaat adalah segala sesuatu yang berkait dengan tujuan akhir dari

pelaksanaan kegiataan.

5. Kelompok dampak adalah pengaruh yang ditimbulkan baik posistif maupun negative.

Menurut BPKP (2000) cakupan pengukuran kinerja sektor publik harus mencakup item-item

berikut ini :

1. Kebijakan: untuk membantu pembuatan maupun pengimplementasikan kebijakan.

2. Perencanaan dan penganggaran: untuk membantu perencanaan dan penganggaran atas

jasa yang diberikan dan untuk memonitor perubahan terhadap rencana.

3. Kualitas: untuk memajukan standarisasi atas jasa yang diberikan maupun keefektifan

organisasi.

4. Kehematan: untuk mereview pendistibusian dan keefekifan penggunaan sumber daya.


5. Keadilan; untuk meyakini adanya distribusi yang adil dan dilayani semua masyarakat.

6. Pertanggungjawaban: untuk meningkatkan pengendalian dan mempengaruhi pembuatan

keputusan.

E. Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Berikut manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal organisasi sektor

publik (BPKP, 2000):

1. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan mencapai

kinerja.

2. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.

3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkan dengan rencana

kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.

4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi pelaksana yang telah

diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5. Menjadi alat komunikasi atarbawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja

organisasi.

6. Mengidentifikasi apakah kepuasam pelanggan sudah terpenuhi.

7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.

10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.


F. Perbedaan Pengukuran Kinerja Sektor Publik dan Sektor Bisnis

Pengukuran kinerja pada organisasi bisnis lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan

organisasi publik. Pada organisasi bisnis, kinerja penyelenggaraannya dapat dilakukan dengan

cara, misalnya melihat tingkat laba yang berhasil diperolehnya. Sedangkan pada organisai sector

publik, pengukuran keberhasilannya lebih kompleks, karena hal-hal yang dapat diukur lebih

beraneka ragam dan kadang-kadang bersifat abstrak sehingga pengukuran tidak dapat dilakukan

hanya dengan menggunakan satu variabel saja. Misalnya, kepuasan akan pelayanan sosial belum

tergambar dengan memadai jika hanya diungkapkan dengan sati variabel saja, karena kepuasaan

akan pelayanan menyangkut banyak aspek.

G. Pengukuran Kinerja dan Peningkatan Kinerja

Pengukuran kinerja menyediakan dasar bagi organisasi untuk menilai:

1) Bagaimana kemajuan atas sasaran yang telah ditetapkan;


2) Membantu dalam mengenali area-area kekuatan dan kelemahan;
3) Menentukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kinerja;
4) Menunjukkan bagaimana kegiatan mendukung tujuan organisasi;
5) Membantu dalam membuat keputusan-keputusan dengan langkah inisiatif;
6) Mengutamakan alokasi sumber daya; dan
7) Meningkatkan produk-produk dan jasa-jasa kepada pelanggan.

H. Pengukuran Kinerja sebagai Subsistem Pengendalian Manajemen

Setiap organisasi akan melakukan serangkaian proses manajemen untuk mencapai tujuan
yang hendak dicapai. Proses manajemen tersebut terdiri atas perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia (staffing), pengarahan (leading), dan
pengawasan (controlling).
Kelima proses utama manajemen di atas terjadi di berbagai tingkat dalam suatu
organisasi dari tingkat manajemen puncak sampai dengan unit operasional terkecil. Sebuah
sistem pengendalian manajemen terdiri dari beberapa subsistem, namun masing-masing
subsistem tersebut tetap terkoordinasi dan terintegrasi untuk memberikan informasi kepada
manajemen tentang pencapaian tujuan. Organisasi memerlukan sistem pengendalian manajemen
untuk memberikan jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan efisien
sehingga tujuan organisasi dapat dicapai.

Proses pengendalian manajemen adalah aktivitas-aktivitas manajer yang secara umum


meliputi penyusunan program (programming), penyusunan anggaran (budgeting), implementasi
dan pengukuran, serta pelaporan dan analisis.

Tipe pengendalian manajemen dapat diklasifikasi menjadi tiga yaitu:

1) Pengendalian preventif.
2) Pengendalian operasional.
3) Pengendalian kinerja.

1. Struktur Pengendalian Manajemen


Pada dasarnya terdapat empat jenis pusat pertanggungjawaban, yaitu:
1) Pusat biaya. Contohnya Dinas Sosial, Dinas Pekerjaan Umum.
2) Pusat pendapatan. Contohnya Dinas Pendapatan Daerah.
3) Pusat laba. Contohnya BUMN, BUMD, objek pariwisata, milik Pemda, bandara,
pelabuhan, dsb.
4) Pusat investasi. Contohnya Departemen Riset dan Pengembangan.

2. Hubungan antara Pusat Pertanggungjawaban dengan Pengendalian Anggaran


Organisasi sektor publik seperti pemerintah daerah dapat dianggap sebagai pusat
pertanggungjawaban. Manajer pusat pertanggungjawaban sebagai budget holder
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan anggaran.
Pengendalian anggaran meliputi pengukuran terhadap output dan belanja yang riil
dilakukan dibandingkan dengan anggaran. Pada organisasi sektor publik mekanisme ini
perlu dilakukan sebagai salah satu cara pengendalian anggaran.

3. Proses Pengendalian Manajemen


Saluran komunikasi formal mencakup aktivitas formal organisasi yang meliputi
1) Perumusan strategi.
2) Perencanaan strategik.
3) Penganggaran.
4) Pelaksanaan anggaran.
5) Evaluasi kinerja.

I. Sistem Pengukuran Kinerja


Sistem pengukuran kinerja merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan
nonfinansial.
Berdasarkan feedback (uman balik) hasil pengukuran kinerja, manajemen bisa
memperbaiki kinerja pada periode berikutnya, baik dalam perencanaan maupun
implementasi.

Perencanaan Penyusunan Penyusunan


Strategi Program Anggaran

Pengukuran Implementasi
Kinerja

Gambar Sistem Pengukuran Kinerja


1. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis adalah proses sistematik yang ditujukan untuk menghasilkan
tindakan dan keputusan-keputusan mendasar sebagai pedoman dan panduan organisasi
dalam menjawab pertanyaan apa yang harus dilakukan dan mengapa melakukan aktivitas
tertentu.
Menurut Bryson (1995) terdapat 10 tahap dalam proses perencanaan strategis, yaitu:
a. Menginisiasi dan menyetujui suatu proses perencanaan strategis.
b. Mengidentifikasi kewajiban-kewajiban organisasional.
c. Menjelaskan nilai-nilai dan misi organisasi.
d. Menilai lingkungan interna dan eksternal organisasi untuk mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman.
e. Mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi organisasi.
f. Merumuskan strategi untuk me-manage isu-isu ini.
g. Me-review dan menetapkan rencana-rencana atau rencana strategis.
h. Menetapkan suatu visi organisasi yang efektif.
i. Mengembangkan suatu proses implementasi yang efektif.
j. Menilai kembali stratagi-strategi dan proses perencanaan strategis.

2. Penyusunan Program
Penyusunan program (programming) adalah proses pembuatan keputusan mengenai
program-program yang akan dilaksanakan organisasi dan taksiran jumlah sumber-sumber
yang akan dialokasikan untuk setiap program tersebut.
Penyusunan program meliputi tiga kegiatan utama, yaitu:
a. Analisis usulam program baru.
b. Penelaahan program yang sedang berjalan.
c. Penyusunan sistem koordinasi program secara terpisah.

3. Penyusunan Anggaran
Apabila penyusunan program sudah dilaksanakan dan dirumuskan dala suatu sistem
formal yang komprehensif maka program-program ini selanjutnya digunakan sebagai
acuan dalam penyusunan anggaran. Anggaran sektor publik yang efektif harus mencakup
aspek perencanaan, pengendalian, dan aspek akuntabilitas publik.

4. Peran Pengukuran Kinerja


Hasil pengukuran kinerj dijadikan umpan balik (feedback) untuk tahun berikutnya baik
dalam perencanaan maupun implementasi. Jadi pengukuran kinerja ini dimaksudkan
untuk memperbaiki kinerja pemerintah, dasar pengalokasian sumber daya dan pembuatan
keputusan, dan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki
komunikasi kelembagaan.

J. Critical Succcess Factors (CSF)

Critical Success Factors (faktor keberhasilan utama) adalah suatu area yang mengindikasikan
kesuksesan kinerja unit kerja organisasi.

Contoh CSF penyelenggaraan pemerintah daerah, misalnya Aspek Kesejahteraan Masyarakat,


meliputi:

a. Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi.


b. Kesejahteraan sosial.
c. Seni budaya dan olahraga.

K. Key Performance Indicator (KPI)


Key performance indicator (KPI) adalah sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai
ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun finansial untuk melaksanakan operasi
dan kinerja satuan kerja (entitas).

Contoh Key performance indicator (KPI) penyelenggaraan pemerintahan daerah, misalnya


Aspek Kesejahteraan Masyarakat anatara lain:

a. Pertumbuhan ekonomi.
b. Laju inflasi.
c. Pendapatan per kapita.
d. Ketimpangan kemakmuran.
e. Pemerataan pendapatan.
f. Ketimpangan regional.
g. Angka melek huruf.
h. Angka usia harapan hidup.

L. Akuntabilitas Kinerja

Dalam pengertian yang luas, akuntabilitas dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang
amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala ativitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak
pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut.

Anda mungkin juga menyukai