LANDASAN TEORI
sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu
tujuannya melalui pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif dan
organisasi lain benchmarking, serta sampai seberapa jauh meraih tujuan dan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan
Tahaka, 2013).
1
2
merupakan perfomance atau penampilan atau hasil kerja seseorang maupun organisasi
dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan serta dapat diukur dengan
organisasi dan mewujudkan visi dan misinya (Mahmudi, 2005:15 dalam Pratiwi dan
Mildawati, 2014). Pengukuran kinerja adalah salah satu faktor yang sangat penting
pencapaian target tertentu (Giri, 1998 dalam Dewi, 2015). Sistem pengukuran kinerja
diperkuat dengan menetapkan reward dan punishment system (Ulum, 2009 dalam
Dewi, 2015).
panjang
seseorang atau organisasi. Pengukuran kinerja ini merupakan hal yang penting untuk
keputusan dan kebijakan manajemen terkait dengan pencapaian visi dan misi
organisasi atau perusahaan. Hasil pengukuran kinerja juga memberikan infomasi atas
obyektif
akurat dan valid tentang perilaku dan kinerja anggota organisasi (Mulyadi dan
kinerja menurut (Mulyadi, 2001 dalam Hanuma dan Kiswara, 2010) adalah
sebagai berikut:
karyawan.
Dalam pengukuran kinerja, diperlukan alat ukur yang tepat untuk mengukur
kinerja. Sistem pengukuran kinerja yang efektif adalah sistem pengukuran yang dapat
a. Kartu skor (scorecard) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor
karyawan diukur secara seimbang dari dua aspek: keuangan dan non
(1) ukuran kinerja finansial masa lalu dan (2) memperkenalkan pendorong kinerja
finansial masa depan. Kerangka kerja ini meliputi perspektif pelanggan, proses
dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata. Balanced scorecard merupakan
Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil
kinerja seseorang. Melalui kartu skor, skor yang akan diwujudkan personil di
ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja personil yang bersangkutan.
6
berimbang dari dua aspek, yaitu aspek keuangan dan non keuangan, jangka
dalam Dewi, 2015) adalah suatu kumpulan dari empat ukuran yang berkaitan
langsung dengan strategi suatu perusahaan, yaitu: (1) kinerja keuangan, (2)
operasional dan ukuran kinerja yang terdapat dalam empat perspektif Balanced
scorecard, yaitu: (1) perspektif keuangan, (2) perspektif pelanggan, (3) perspektif
(infrastruktur).
visi dan strategi organisasi dalam empat perspektif, yaitu perspektif keuangan,
1. Komprehensif
keuangan, meluas pada tiga perspektif yang lain, yaitu customer, proses
2. Koheren
3. Balance (Seimbang)
dan pertumbuhan.
4. Terukur
perspektif non keuangan merupakan hal yang tidak mudah diukur, namun
https://id.scribd.com/doc/131926079/Keunggulan-Balanced-Scorecard),
penilaian kinerja.
1. Orientasi
memenuhi kebutuhan tertentu customer; bukan proses yang dipacu oleh kebutuhan
10
tradisional. Oleh karena dipacu oleh usaha untuk memenuhi kebutuhan customer,
menjawab tiga pertanyaan mendasar berikut ini: (1) what need do we meet, (2) who
dan operational.
kebutuhan yang akan dipenuhi, diidentifikasi customer yang akan dilayani, dan dipilih
bisnis yang akan dijalankan, manajemen kemudian merumuskan kompetensi inti (core
kompetensi modal manusia perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya, yang sulit
2. Tahapan
1) Perencanaan strategik
berupa misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar, tujuan, strategi, sasaran
dasar, nilai dasar, dan strategi, berdasarkan hasil trendwatching dan SWOT
proses penerjemahan misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan
panjang disertai dengan sumber daya yang diperoleh dari dan dikorbankan
2) penyusunan program
perencanaan laba jangka panjang dipecah menjadi tiga tahap terpisah dengan
merumuskan misi, visi, tujuan, keyakinan dasar dan nilai dasar berdasarkan hasil
analisis SWOT. Tahap ini juga berfungsi sebagai alat pemilihan strategi berdasarkan
penerjemah misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi ke
Oleh karena setiap tahap dalam penyusunan rencana laba jangka panjang
tersebut merupakan pekerjaan besar yang memiliki fungsi sangat menentukan bagi
terpisah yang terkait satu dengan lainnya. Perumusan strategi menentukan bisnis
yang dipilih dan arah yang dituju oleh perusahaan dalam perjalanannya menuju ke
masa depan.
strategi yang dipilih untuk mewujudkan visi perusahaan. Strategi ini menjadi
landasan penentuan sasaran dan inisiatif strategik yang akan ditempuh oleh
berimbang
sasaran strategik
strategik
3. Lingkup
15
misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi, perencanaan
4. Koherensi
yang satu dengan sasaran strategik yang lain tidak dibangun hubungan sebab
akibat. Bahkan di antara misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar dan
strategi tidak dibangun keterkaitan erat dengan sasaran strategik dan inisiatif
a. Koherensi antara hasil trendwatching dan analisis SWOT dengan misi, visi,
b. Koherensi antara misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi
menterjemahkan visi dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan dan ukuran
operasional (Hansen dan Mowen, 2003 dalam Deviani dan Setiawarman, 2015).
keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang, antara
hasil yang diinginkan dengan faktor pendorong serta atara ukuran obyektif yang
keras dengan ukuran subyektif yang lunak (Kaplan dan Norton, 2000:55 dalam
1. Perspektif keuangan
17
siklus kehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain, dan harvest (Kaplan dan
Norton, 2001 dalam Hanuma dan Kiswara, 2010). Tiap tahapan memiliki
pelanggan.
18
atas investasi yang dilakukan. Tolak ukur yang kerap digunakan pada
Operating Ratio.
Sasaran keuangan adalah hal yang utama dalam tahap ini, sehingga
diambil sebagai tolak ukur, yaitu memaksimumkan arus kas masuk dan
(Hansen dan Mowen, 2006 dalam Dewi, 2015) adalah sebagai berikut:
mengukur rasio solvabilitas yaitu Total Debt to Equity Ratio dan Total
terhadap saham beredar (EPS), rasio harga saham terhadap laba per
lembar saham (P/E Ratio), rasio harga saham terhadap penjualan (P/S
Ratio) dan rasio harga saham terhadap nilai buku (PB/V Ratio).
2. Perspektif pelanggan
perusahaan.
oleh perusahaan.
produk dibagi dengan total pendapatan jasa atau produk dan dinyatakan
dalam persen.
aktivitas yang mencerminkan nilai tambah bagi customer yang berada pada
21
produk atau jasa yang diberikan kepada customer (kegunaan, kualitas dan
hubungan personal dengan customer), image dan reputasi produk atau jasa
di mata customer.
pemegang saham. Ada tiga proses dalam perspektif bisnis internal, yaitu:
pasar. Hal ini dikarenakan pelanggan selalu tertarik pada produk yang
dan ketepatan waktu dari barang dan jasa yang diberikan kepada customer.
22
pelayanan purna jual ini merupakan hal yang penting karena berpengaruh
panjang.
perusahaan.
1. Kepuasan karyawan
1. Retensi pelanggan 1. Proses inovasi
2. Retensi karyawan
2. Akuisisi Pelanggan 2. Proses Operasi
3. Masa kerja karyawan
3. Kepuasan pelanggan 3. Pelayanan purna
jual 4. Motivasi,
pemberdayaan dan
keselarasan
Pengumpulan Data
suatu organisasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada organisasi yang berbeda
dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana hasil penilaian kinerja organisasi atau
keuangan terlihat kurang baik walaupun ada beberapa rasio yang fluktuatif
sebagai berikut, kemampuan dalam membayar utang dari aktiva lancar sebesar
174,57%, perolehan laba bersih dari total asetnya sebesar 6,85%, kemampuan
dalam mengembalikan investasi 6,86%, laba bersih dari total aset setelah
perspektif pelanggan baik, perspektif proses bisnis internal baik dan perspektif
2. Erika Ributari Nugrahayu dan Endang Dwi Retnani (2015) yang melakukan
bahwa perusahaan telah nelakukan proses inovasi seperti daur ulang bahan baku
kertas menjadi kertas koran dan memproduksi macam-macam kertas HVS warna
kondisi kinerja perusahaan yang baik karena dapat meningkatkan kualitas para
“Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja pada PT. Bank
yang meliputi akuisisi pelanggan dan retensi pelanggan, perspektif proses bisnis
perspektif keuangan sudah cukup baik karena mengalami peningkatan dari tahun
jumlah dan kepuasan pelanggan dan sudah cukup baik dalam menangai keluhan
pertumbuhan dan pembelajaran yang dilihat dari retensi karyawan, PT. Bank
(Studi Kasus pada PT. Wijaya Karya)”. Variabel yang diteliti adalah perspektif
pengukuran kinerja dengan balanced scorecard pada PT. Wijaya Karya dari
memuaskan, serta tingkat produktivitas dari setiap bagian tergolong baik, kecuali
5. Anggraini Puspita Sari dan Endang Dwi Retnani (2015), yang melakukan
Pengukuran Kinerja Pada Rumah Sakit Islam Surabaya”. Variabel yang diteliti
menunjukkan bahwa Rumah Sakit Islam Surabaya telah memiliki visi, misi,
tujuan dan sasaran strategis yang jelas dan mudah dipahami. Indikator-indikator
bisnis internal terdiri dari tingkat penyediaan obat, penambahan peralatan dan
lama pegawai bekerja, diklat dan seminar tercapai sehingga target terpenuhi.
6. Firdaus Maulana Adi (2016) yang meneliti tentang “Analisis Pengukuran Kinerja
baik, margin laba kotor sebesar 73,6%, margin laba operasi sebesar 18,27%,
ROA sebesar 25,21%. Current Ratio sebesar 445,37%, dan TATO sebesar
137,97%. Perspektif pelanggan baik, namun ada catatan pada akuisisi pelanggan
kurang baik, ada bagian yang harus diperbaiki oleh manajemen yaitu pada bagian
proses inovasi dan penanganan barang cacat, sedangkan untuk proses bisnis ada