REPUBLIK INDONESIA
RENCANA STRATEGIS
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN
2020 – 2024 )*
* Dalam Proses Penyempurnaan
Suatu organisasi yang dinamis akan dihadapkan pada dua jenis lingkungan yang
terus berubah, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Semakin besar
organisasi tersebut, maka akan semakin kompleks kondisi lingkungan yang harus dicermati
secara seksama untuk menghindarkan kesalahan dalam proses pengambilan keputusan.
Agar proses pengambilan keputusan memenuhi kriteria yang ditentukan maka diperlukan
suatu pola manajemen yang baik meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Perencanaan yang memenuhi kriteria dalam menunjang manajemen untuk pengambilan
keputusan adalah perencanaan strategis yang tidak hanya terfokus pada masalah internal
organisasi tetapi juga pada hasil yang ingin dicapai.
Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024 merupakan periode
jangka waktu kedua sejak dibentuknya Deputi Bidang Pengawasan pada tahun 2015
sebagaimana amanat Prepres 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan UKM.
Deputi Bidang Pengawasan memandang perencanaan strategis menjadi suatu hal penting
dalam menentukan jalannya organisasi. Deputi Bidang Pengawasan telah berupaya
mendefinisikan apa yang akan dicapai oleh organisasi, memperjelas peran yang akan
dilakukan, mengidentifikasi strategi, memperjelas prioritas organisasi dan bagaimana cara
mencapai hasil tersebut. Kesemua hal tersebut tetap direkatkan dengan koridor Deputi
Bidang Pengawasan sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Koperasi dan UKM dalam
rangka mewujudkan Koperasi dan UMKM yang sehat, kuat, tangguh dan mandiri untuk
berkontribusi dalam perekonomian nasional.
Tujuan penyusunan Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024
adalah untuk menjadi pedoman dalam upaya meningkatkan kinerja Deputi Bidang
Pengawasan secara lebih baik, transparan dan akuntabel. Rencana Strategis ini, juga dapat
menjadi panduan bagi seluruh pihak yang berkepentingan terhadap upaya pengawasan
koperasi secara nasional. Dengan perencanaan yang tersistem, terstruktur dan terukur,
diharapkan Renstra ini dapat lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan
pengawasan koperasi dalam rangka mewujudkan koperasi yang kuat, sehat, mandiri,
tangguh dan berdaya saing sesuai jatidiri Koperasi.
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Visi
2.2 Misi
2.3 Tujuan
2.4 Sasaran
BAB V PENUTUP
Pembangunan Koperasi merupakan salah satu upaya pencapaian tujuan negara dan
bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Pelaksanaannya
menggunakan landasan azas kekeluargaan (pasal 33 ayat 1) dan penyelenggaraan
perekonomian nasional yang berdasar atas demokrasi ekonomi (pasal 33 ayat 4).
Pembangunan koperasi juga dilakukan dalam rangka pelaksanaan amanat Undang-Undang
(UU) Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yaitu pembangunan koperasi
merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia yang
diarahkan untuk membangun koperasi yang sehat, kuat, tangguh dan mandiri berdasarkan
prinsip koperasi sehingga mampu berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Amanat UUD 1945 dan Undang-Undang Perkoperasian tersebut mengarahkan
pembangunan Koperasi untuk dilaksanakan melalui pendekatan keberpihakan (affirmative)
dan pendekatan pengembangan kemandirian. Pendekatan keberpihakan diwujudkan dalam
bentuk pemberian kesempatan berusaha, dukungan peningkatan kapasitas usaha dan
keterampilan, serta upaya melindungi jatidiri koperasi dalam bentuk pembinaan dan
pengawasan koperasi melalui penegakan sanksi administrasi.
Apabila dilihat dari data Kementerian Koperasi dan UKM, maka perkembangan
koperasi nasional saat ini menunjukkan kinerja yang positif (Tabel 1.1). Hal ini dilihat dari
peningkatan kontribusi PDB Koperasi terhadap PDB nasional menunjukkan data pada tahun
2016 sebesar 3,99% meningkat pada tahun 2019 menjadi menjadi 5,54%. Tren positif ini
didukung pula oleh peningkatan jumlah anggota koperasi, jumlah modal koperasi, dan
jumlah volume usaha koperasi.
Efektifitas pengawasan dengan sumber daya dan sumber dana yang terbatas
memerlukan perencanaan yang strategis karena tidak hanya melibatkan sumber daya
internal namun juga mengoptimalisasi sumber daya eksternal baik yang terkait dengan
sumber daya milik Pemerintah maupun dari unsur swasta dan Gerakan Koperasi itu sendiri.
Banyak permasalahan yang dihadapi Kementerian Koperasi dan UKM serta Pemerintah
Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap
badan hukum Koperasi yang beroperasi di wilayah kerjanya masing-masing. Ada tujuh
permasalahan yang teridentifikasi menjadi masalah utama, yaitu:
1). Keterbatasan SDM Pengawas:
Keterbatasan SDM, baik terkait kuantitas maupun kualitas pejabat pengawas
koperasi. Adanya lack antara jumlah koperasi yang di-awasi dengan jumlah pejabat
pengawas yang terlalu besar. Jumlah koperasi berbadan hokum nasional kurang lebih 1400
Koperasi dengan jumlah pejabat pengawas kurang lebih 70 pejabat pengawas (kemenkop),
maka rasionya 20 : 1, untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota jumlah koperasi rata-rata
200-400 unit dengan jumlah pejabat pengawas antara 2-4 orang, sehingga rasio
pengawasan rata-rata 30 : 1. Demikian juga terkait dengan kualitas pejabat pengawas
Koperasi yang memiliki rotasi jabatan relative tinggi, sehingga pemahaman terhadap per-
koperasi-an juga terbatas karena literasi dan edukasi yang minim terhadap pejabat
pengawas. Standarisasi pengetahuan-ketrampilan dan etika juga belum memadahi.
Bank Dunia pada tahun 2016 telah melakukan studi Kebutuhan Pengawasan
Koperasi (Need Assesment Study) yang bertujuan untuk mengetahui kondisi sumber daya
Data Kualitatif Koperasi juga diperlukan, seperti (1) Data Koperasi yang sudanai
dinilai kesehatannya, (2) Data Koperasi Bermasalah Hukum, (3) Data Koperasi yang
Berpotensi Bermasalah, (4) Data Koperasi Sehat, dan sebagainya. Sumber Data Koperasi
menjadi permasalahan utama kesulitan dalam melakukan pengolahan data untuk
menghasilkan Data Statistik Koperasi, sebagaimana tersebut di atas. Data Koperasi tidak
dapat diperoleh karena sistem pelaporan yang dibangun dalam regulasi tidak cukup kuat
untuk melakukan enforcement terhadap Gerakan koperasi dalam menjalankan perintah
regulasi itu sendiri.
Saati ini di Kementerian Koperasi dan UKM telah dibangun ODS (Online Data
System) yang didesain untuk menyajikan data koperasi dan UMKM di Indonesia. Dalam
Real estate 18
Jasa Pendidikan 54
Kontruksi 76
Selain itu, dalam upaya menjalan UU Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian
yang membagi koperasi ke dalam 5 (lima) jenis koperasi, ODS juga menyediakan data
berdasarkan jenis koperasi sebagaimana Gambar 1.3.
80,000 [VALUE]
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000 [VALUE]
[VALUE]
20,000 [VALUE]
Pada tahun 2017 terjadi perubahan indikator kinerja karena indikator kinerja tahun
2016 masih berorientasi output. Pada tahun ini Deputi Bidang Pengawasan masih mencari-
cari indikator yang tepat sebagai ukuran bahwa kinerja yang dihasilkan berorientasi
terhadap hasil.
Pada tahun 2019 terjadi perubahan indikator kinerja kembali karena pada indikator
kinerja tahun 2017 dan 2018 untuk nomor 1 hasil yang didapatkan masih belum sempurna
karena pada tahun 2018 tidak sepenuhnya mencapai hasil yang diinginkan karena
penentuan koperasi yang kelembagaan dan pengelolaan usahanya sesuai dengan peraturan
perkoperasian tidak sepenuhnya tanpa pelanggaran (masih melakukan 1-2 pelanggaran.
Indikator kinerja tahun 2019 dirasa paling berorientasi hasil. Namun demikian,
karena target indikator kinerja ketiga berupa persentase koperasi yang direhabilitasi kecil
dan sebagai tindakan antisipasi kegagalan pencapaian target. Keputusan ini dirasa tepat
karena ternyata pada akhir triwulan I terjadi bencana pandemi Covid-19 yang
mengakibatkan refocusing anggaran dan pengalihan kegiatan.
Beberapa Rujukan lain dalam penyusunan Rencana strategis ini berasal dari masukan dan
rekomendasi, antara lain:
(1) Hasil Penelitian tentang DAMPAK PENGAWASAN KOPERASI yang dilakukan oleh
BAPPENAS, tahun 2019
(2) Hasil Rekomendasi tentang KERANGKA PENGAWASAN KOPERASI yang diberikan
oleh Bank Dunia, tahun 2019.
(3) Hasil Assesment terhadap Pejabat Pengawas Koperasi di Kementerian Koperasi &
UKM, SKPD di Pemerintah Provinsi dan SKPD di Pemerintah Daerah
(Kabupaten/Kota) Tahun 2018.
(4) Hasil Kajian & Review tentang Penerapan KSP ONLINE dalam Pelaporan Koperasi
dari Bank Dunia, tahun 2017.
(5) Hasil Studi Bank Dunia tentang Demand and Supply Side Koperasi Simpan Pinjam di
Indonesia, tahun 2015.
(6) Hasil Studi Kasus tentang Bisnis Model Koperasi Simpan Pinjam di Indonesia yang
dilakukan oleh Bank Dunia tahun 2014.
Pengawasan terhadap suatu entitas Koperasi yang dilakukan oleh Regulator meliputi
kepatuhan Koperasi terhadap peraturan internal organisasi (AD/ART dan PERSUS), dan
kepatuhan terhadap UU serta peraturan turunan dibawahnya, baik yang menyangkut
legalitas (legal entity), pengaturan kegiatan usaha/produk (business entity), yang
meliputi ruang lingkup operasional maupun administrative (documental administrative),
tanpa membedakan koperasi.
Perencanaan program dan kegiatan pada Deputi Bidang Pengawasan harus terkait dengan
perencanaan Kementerian (K/L), terkait antara Visi-Misi-Tujuan-Program K/L dengan
program dan kegiatan kedeputian di lingkungan K/L. pada ujungnya perlu ditelusuri
apakah program dan kegiatan kedeputian masih dalam koridor kerangka Pengawasan
Koperasi yang disepakati. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh satu asdep dalam deputi yang
sama memiliki keterkaitan khusus dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh asdep lainnya,
sehingga simpul-simpul kegiatan dapat diidentifikasi sejak awal dan dilakukan pembagian
tugas/pekerjaan kepada masing-masing ke-deputi-an sesuai tupoksinya masing-masing.
Proses alur pekerjaan memiliki output yang terukur dengan kontribusi masing-masing ke-
asdep-an untuk mendapatkan outcome yang diharapkan oleh Deputi Bidang Pengawasan.
Setiap program dan kegiatan yang akan disusun sebagai rencana kedeputian dilaksanakan
sesuai dengan data yang tersedia. Sasaran dan tujuan program/kegiatan dilaksanakan
dalam rangka untuk mengurangi adanya kesenjangan antara kondisi saat ini dengan
sasaran dan tujuan yang hendak dicapai.
Bagan alur penyusunan Renstra Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024 diilustrasikan
oleh Gambar I.1 di bawah ini.
Asumsi dasar yang menjadi alur pikir untuk mencapai sasaran strategis pembangunan
Pengawasan bagi UMKM dan koperasi tahun 2020-2024 yang realistis, terukur dan
proporsional ialah:
1. Nawacita dan RPJMN 2020-2024 menjadi acuan dalam perumusan Renstra Deputi
Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024
2. Renstra Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024 menjadi acuan seluruh Eselon
II lingkungan Deputi Bidang Pengawasan di daerah dan satuan kerja perangkat
daerah terkait bidang Pengawasan UMKM dan koperasi
3. Berdasarkan struktur organisasi Kemenkop sesuai Perpres No. 62 Tahun 2014
tentang Kemenkop dan Permenkop Nomor 08 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Bab I. Pendahuluan
Pada bagian ini dipaparkan latar belakang Bidang Pengawasan KUKM, landasan hukum dan
prinsip-prinsip pengawasan, kondisi koperasi secara umum dan kondisi internal Deputi
Bidang Pengawasan secara khusus serta terkait sistem Pengawasan koperasi. Pembahasan
juga dilanjutkan dengan alur pikir dan asumsi yang digunakan, dan sistematika.
BAB V. Penutup
Bab ini memberikan kesimpulan singkat dari Bab 1 sampai Bab IV yang menjelaskan poin-
poin penting, relevan dan terkait antar bab sebelumnya.
2.1 VISI
Sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo yang menyatakan bahwa tidak ada lagi
visi dan misi Menteri, hanya ada visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden. Para Menteri
menjalankan tugasnya sesuai core Kementerian untuk mendukung visi misi Presiden dan
Wakil Presiden. Untuk itu, visi dan misi Deputi Bidang Pengawasan adalah:
Visi Presiden dan Wakil Presiden Terpilih
2.2 MISI
Demi mewujudkan visi tersebut, maka Deputi Bidang Pengawasan perlu
menjalankan misi yang tepat yaitu membangun struktur dan infrastruktur pengawasan
yang kuat, teruji dan relevan dengan perkembangan jaman. Upaya pencapaian visi tidak
mungkin dilakukan oleh Deputi Bidang Pengawasan secara individual, tetapi harus
dilaksanakan bersama seluruh stakeholder Kementerian Koperasi dan UKM serta
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Upaya pencapaian misi ini dilakukan melalui berbagai
langkah perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan pembangunan Koperasi dan
UMKM.
2.3 TUJUAN
Dalam rangka mencapai visi dan misi Deputi Bidang Pengawasan seperti yang telah
dikemukakan, maka visi dan misi tersebut dirumuskan dalam bentuk yang lebih terarah dan
berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral,
sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur
negara.
2 Mewujudkan Deputi Bidang Pengawasan yang Indeks Reformasi Birokrasi Deputi Bidang
profesional dengan karakteristik, berintegrasi, Pengawasan “Baik”
berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN,
mampu melayani publik, netral, sejahtera,
berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai
dasar dan kode etik aparatur negara.
Mewujudkan efektivitas pengawasan koperasi
melalui penurunan pelanggaran dan koperasi
yang sehat
2.4 SASARAN
Sasaran Deputi Bidang Pengawasan merupakan penjabaran dari tujuan yang telah
ditetapkan secara lebih spesifik dan terukur, yang menggambarkan sesuatu yang akan
dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode
secara tahunan melalui serangkaian program dan kegiatan yang akan dijabarkan lebih
lanjut dalam suatu Rencana Kinerja (Performance Plan). Penetapan sasaran ini diperlukan
untuk memberikan fokus pada penyusunan program, kegiatan dan alokasi sumber daya
organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi tiap-tiap tahun dalam kurun waktu 5
(lima) tahun.
Sasaran Deputi Bidang Pengawasan merupakan bagian integral dalam proses
perencanaan strategis Deputi Bidang Pengawasan yang menjadi dasar yang kuat untuk
mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja Deputi Bidang Pengawasan serta lebih
5. Penerapan Sanksi
Aspek penerapan sanksi meliputi sanksi administrative, pelimpahan perkara,
pemantauan pelaksanaan sanksi, pemantauan keputusan hasil pelimpahan perkara,
rehabilitasi kelembagaan dan rehabilitasi usaha.
Selanjutnya berdasarkan capaian dalam Renstra 2015-2019, perkembangan kondisi
pengawasan, tantangan dan peluang yang akan dihadapi maka Deputi Bidang Pengawasan
mencoba merumuskan strategi operasional yang akan dilakukan untuk mewujudkan visi
dan misi Deputi Bidang Pengawasan 2020-2024, yaitu:
Disamping itu juga telah terdapat landasan regulasi teknis pengawasan koperasi
melalui serangkaian Peraturan/Keputusan Deputi Bidang Pengawasan dalam rangka teknis
pengawasan koperasi sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No:
17/Per./M.KUMK/IX/2015 Tentang Pengawasan Koperasi
2. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor : 05/Per/Dep.6/III/2016 Tentang
Pedoman Teknis Mengenai Norma, Standar, Prosedur, Tata Cara, dan Kode etik
Pengawas Koperasi
3. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor :06/Per/Dep.6/IV/2016Tentang
Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
Koperasi
Tahun
Pelaksana
TUJUAN SASARAN KEGIATAN INDIKATOR Capaian
(Asisten Deputi)
(Target)
1. Terwujudnya 1 Peningkatan partisipasi pengawasan koperasi (koordinasi, integrase dan sinkronisasi)
efektifitas
1.1 Penyediaan database Tersedianya database UMKM dan Koperasi 2022 Semua Unit
pelaksanaan
yang sesuai kebutuhan perbankan, lembaga
pengawasan
jasa keuangan, LPDB, KSP/USP Koperasi dan
Koperasi oleh
KJKS/UJKS, dan LKM
pemerintah,
1.2 Tiap Pemerintah Kemenkop memiliki data profil koperasi 2020 Semua Unit
pemerintah
mendapatkan akses dan beserta dengan Profil para anggotanya
Provinsi, dan
inforamsi sesuao dengan Pemerintah Provinsi mendapatkan database 2020 Semua Unit
pemerintah
otoritas dan sesuai denngan kebutuhannya
Kabupaten/Ko
kewenagannhya.
ta sesuai Tingkat kesehatan koperasi dapat ter-updare 2021 Asdep 6.4
dengan setiap saat.
wilayah
keanggotaan 2 Meningkatnya kualitas dan kompetensi SDM Aparat Pengawas Koperasi
Koperasi 2.1 Mengadakan Pelatihan Melatih Jabatan Fungsional Pengawas 2021 Sesdep
Pengawasan Koperasi
Instumen pengawasan koperasi 2020 Semua Unit
2.2 Menyusun modul dan skema Ada peningkatan kompetensi 2021 Sesdep
kompetensi pejabat
Modul pelatihan bagi pengawas Koperasi 2021 Sesdep
pengawas
Modul Pelatihan berbasis digital (e-learning) 2022 Sesdep
6.1 Melakukan Pengawasan Instrumen pengawasan yang disesuaikan 2021 Asdep 6.4
Koperasi berdasarkan dengan Klasifikasi Usaha Koperasi (KUK)
klasifikasi usaha
6.2 Melakukan Pemeriksaan Koperasi dapat mengoperasikan aplikasi 2022 Asdep 6.4
Koperasi melalui fasilitas digital
digital
Pengawas dapat mengolah data melalui 2023 Asdep 6.4
aplikasi core system
6.3 Melakukan Pemeriksaan dan Pemeriksaan bagi Koperasi yang masuk 2022 Semua Unit
visitasi koperasi dalam kategori risiko menengah dan tinggi
7.1 Melakukan perjanjian Adanya penguatan dan penegakan aturan 2020 Asdep 6.5
kersama antar pihak dalam proses pengawasan dan pemeriksaan
Jumlah MOU meningkat 2020 Asdep 6.5
7.2 Penanganan masalah hokum Tindakan fraud menurun 2022 Asdep 6.5
berbasis litigasi dan
3. Terwujudnya 8 Mendukung terwujudnya Deputi Bidang Pengawasan yang efektif dan efisien
Aparatur
Deputi Bidang 8.1 Menyusun SOP dan Perbaikan proses internal penyelenggaraan 2020 Semua Unit
Pengawasan Pelatihan Pegawai tugas dan fungsi agar berjalan efektif dan
yang Menyusun modul dan skema efisien;
Profesional kompetensi pejabat Peningkatan kapabilitas aparatur di 2020 Sesdep
dan Berkinerja pengawas lingkungan Deputi Bidang Pengawasan
Tinggi
Peningkatan kepatuhan terhadap 2020 Semua Unit
pengelolaan program dan anggaran
I Program Efektivitas
Dukungan Manajemen 5.740,723 6.027,759 6.329,147 6.645,604 6.977,885
Manajemen dan Kementerian
Pelaksanaan Koperasi dan UKM
Tugas Teknis
Lainnya
Kementerian
Koperasi dan
UKM
Koordinasi Kualitas keterpaduan 1 1 1 1 1 4.300,00 4.515,00 4.740,75 4.977,79 5.226,68
perencanaan, dan kelengkapan laporan laporan laporan laporan laporan
pelaksanaan dan perencanaan, Terwujudnya koordinasi 1 1 1 1 1 844,40 886,62 930,95 977,50 1.026,37
monev urusan pelaksanaan, dalam rangka perencanaan Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
pengawasan pemantauan,
koperasi evaluasi, serta
pelaporan pada Terwujudnya koordinasi dlm 1 1 1 1 1 368,30 386,72 406,05 426,35 447,67
urusan pengawasan rangka monitoring & evaluasi Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
koperasi Terwujudnya koordinasi 1 1 1 1 1 1.295,24 1.360,00 1.428,00 1.499,40 1.574,37
dalam rangka layanan umum Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
dan keuangan
Terwujudnya partisipasi 1 1 1 1 1 91,18 95,74 100,53 105,55 110,83
dalam forum internasional laporan laporan laporan laporan laporan
Terwujudnya Implementasi 1 1 1 1 1 1700,88 1.785,92 1.875,22 1.968,98 2.067,43
JFPK Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
II Program Efektivitas dukungan
Peningkatan pelaksanaan kegiatan 1.440,723 1.512,759 1.588,397 1.667,817 1.751,208
Sarana dan
Prasarana
Aparatur
Kementerian
Koperasi dan
UKM
a. Pemeliharaan/perawatan 420,00 441,00 463,05 486,20
kendaraan 400,000