Anda di halaman 1dari 54

KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

REPUBLIK INDONESIA

RENCANA STRATEGIS
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN
2020 – 2024 )*
* Dalam Proses Penyempurnaan

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH


DEPUTI BIDANG PENGAWASAN
2019
KATA PENGANTAR

Suatu organisasi yang dinamis akan dihadapkan pada dua jenis lingkungan yang
terus berubah, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Semakin besar
organisasi tersebut, maka akan semakin kompleks kondisi lingkungan yang harus dicermati
secara seksama untuk menghindarkan kesalahan dalam proses pengambilan keputusan.
Agar proses pengambilan keputusan memenuhi kriteria yang ditentukan maka diperlukan
suatu pola manajemen yang baik meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Perencanaan yang memenuhi kriteria dalam menunjang manajemen untuk pengambilan
keputusan adalah perencanaan strategis yang tidak hanya terfokus pada masalah internal
organisasi tetapi juga pada hasil yang ingin dicapai.
Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024 merupakan periode
jangka waktu kedua sejak dibentuknya Deputi Bidang Pengawasan pada tahun 2015
sebagaimana amanat Prepres 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan UKM.
Deputi Bidang Pengawasan memandang perencanaan strategis menjadi suatu hal penting
dalam menentukan jalannya organisasi. Deputi Bidang Pengawasan telah berupaya
mendefinisikan apa yang akan dicapai oleh organisasi, memperjelas peran yang akan
dilakukan, mengidentifikasi strategi, memperjelas prioritas organisasi dan bagaimana cara
mencapai hasil tersebut. Kesemua hal tersebut tetap direkatkan dengan koridor Deputi
Bidang Pengawasan sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Koperasi dan UKM dalam
rangka mewujudkan Koperasi dan UMKM yang sehat, kuat, tangguh dan mandiri untuk
berkontribusi dalam perekonomian nasional.
Tujuan penyusunan Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024
adalah untuk menjadi pedoman dalam upaya meningkatkan kinerja Deputi Bidang
Pengawasan secara lebih baik, transparan dan akuntabel. Rencana Strategis ini, juga dapat
menjadi panduan bagi seluruh pihak yang berkepentingan terhadap upaya pengawasan
koperasi secara nasional. Dengan perencanaan yang tersistem, terstruktur dan terukur,
diharapkan Renstra ini dapat lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan
pengawasan koperasi dalam rangka mewujudkan koperasi yang kuat, sehat, mandiri,
tangguh dan berdaya saing sesuai jatidiri Koperasi.

Deputi Bidang Pengawasan

P a g e ii | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Kebijakan Pembangunan Koperasi dan UMKM


1.2 Pengawasan Koperasi di Indonesia
1.2.1 Arti Penting Pengawasan
1.2.2 Kondisi Pengawasan Koperasi Saat Ini
1.2.3 Pencapaian Kinerja Tahun 2016-2019
1.3 Landasan dan Prinsip Perencanaan Deputi Bidang Pengawasan
1.3.1 Landasan Perencanaan
1.3.2 Prinsip-Prinsip Penyusunan Rencana Strategis Deputi Bidang
Pengawasan
1.3.3 Alur Pikir dan Asumsi
1.3.4 Sistematika Renstra Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

2.1 Visi
2.2 Misi
2.3 Tujuan
2.4 Sasaran

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN


KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Koperasi dan UKM


3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Deputi Bidang Pengawasan
3.3 Kerangka Regulasi
3.4 Kerangka Kelembagaan

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


4.1 Target Kinerja
4.2 Kerangka Pendanaan

BAB V PENUTUP

P a g e ii | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Kebijakan Pembangunan Koperasi

Pembangunan Koperasi merupakan salah satu upaya pencapaian tujuan negara dan
bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Pelaksanaannya
menggunakan landasan azas kekeluargaan (pasal 33 ayat 1) dan penyelenggaraan
perekonomian nasional yang berdasar atas demokrasi ekonomi (pasal 33 ayat 4).
Pembangunan koperasi juga dilakukan dalam rangka pelaksanaan amanat Undang-Undang
(UU) Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yaitu pembangunan koperasi
merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia yang
diarahkan untuk membangun koperasi yang sehat, kuat, tangguh dan mandiri berdasarkan
prinsip koperasi sehingga mampu berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Amanat UUD 1945 dan Undang-Undang Perkoperasian tersebut mengarahkan
pembangunan Koperasi untuk dilaksanakan melalui pendekatan keberpihakan (affirmative)
dan pendekatan pengembangan kemandirian. Pendekatan keberpihakan diwujudkan dalam
bentuk pemberian kesempatan berusaha, dukungan peningkatan kapasitas usaha dan
keterampilan, serta upaya melindungi jatidiri koperasi dalam bentuk pembinaan dan
pengawasan koperasi melalui penegakan sanksi administrasi.
Apabila dilihat dari data Kementerian Koperasi dan UKM, maka perkembangan
koperasi nasional saat ini menunjukkan kinerja yang positif (Tabel 1.1). Hal ini dilihat dari
peningkatan kontribusi PDB Koperasi terhadap PDB nasional menunjukkan data pada tahun
2016 sebesar 3,99% meningkat pada tahun 2019 menjadi menjadi 5,54%. Tren positif ini
didukung pula oleh peningkatan jumlah anggota koperasi, jumlah modal koperasi, dan
jumlah volume usaha koperasi.

P a g e 1 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Tabel 1.1. Perkembangan Kinerja Koperasi Tahun 2016-2019
No. Indikator 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah Koperasi Aktif (Unit) 151.170 152.174 126.343 123.048
2 Jumlah Anggota (Orang) 11.842.415 18.228.682 20.049.995 22.463.738
3 Jumlah Sertifikasi NIK 7.185 20.136 30.188 35.761
Jumlah Modal Sendiri (Rp.
4 26,25 66,93 74,90 70,92
Triliun)
5 Jumlah Modal Luar (Rp. Triliun 28,23 61,76 66,22 81,19
6 Jumlag Aset (Rp. Triliun) 54,48 128,70 141,13 152,113
Jumlah Volume Usaha (Rp.
7 67,50 137,26 145,86 154,178
Triliun)
8 Jumlah PDB Koperasi (%) 3,99 4,48 5,10 5,54
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2019.

Bertolak dari ketanggungan dan data kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi di


Indonesia, alam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
UMKM dan koperasi didudukkan dan dikembalikan pada posisi yang benar sebagai tulang
punggung dan pelaku utama dalam perekonomian nasional diiringi dukungan koperasi
sebagai salah satu penunjang usaha UMKM. Orientasinya ialah peningkatan kapasitas
pelaku UMKM dan koperasi sehingga mampu membawa organisasi dan usaha mereka
masuk ke pasar bebas dengan daya saing yang tinggi. Sedangkan strateginya ialah
peningkatan kualitas SDM, peningkatan akses keuangan dan akses teknologi informasi
(ICT), efektifitas rantai nilai dan jangkauan pemasaran, serta peningkatan kemudahan,
kepastian, dan perlindungan usaha.
Untuk memenangkan persaingan dalam era digital dewasa ini dibutuhkan
persyaratan, antara lain:
1. Penggunaan IT. Siapapun yang ingin menang dalam berkompetisi harus
menggunakan/menguasai teknologi informasi.
2. Berjejaring. Berbisnis secara individual dapat berjalan dan bertumbuh namun relatif
lambat dibandingkan berbisnis dengan kelompok komunitas. Misal: komunitas
pedagang, komunitas dokter, komunitas pelajar, komunitas mahasiswa, dan
sebagainya.

P a g e 2 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


3. Terbuka dengan akses permodalan. Pelaku bisnis harus memiliki pengetahuan yang
baik tentang berbagai sumber permodalan dengan biaya yang efisien, jika ingin
menang bersaing.
4. Terbuka dengan akses pasar. Cara menemukan dan mengelola pasar sangat
menentukan dalam persaingan.
5. Terbuka dengan akses produksi dan distribusi. Koperasi dan UKM harus mampu
mengakses sumber-sumber produksi dengan biaya seefisien mungkin, hal ini dapat
dilakukan jika didukung dengan sumber-sumber informasi yang aksesibel dan
berkualitas.
Koperasi sebagai badan hukum dan badan usaha yang memiliki layanan di bidang
keuangan (simpan-pinjam dan pembiayaan) sudah waktunya menyesuaikan diri dengan
perubahan teknologi dewasa ini, baik dalam aspek operasionalnya maupun supervisinya,
sebagaimana telah dijalankan oleh regulator yang lain. Untuk menjalankan strategi
Pengawasan yang menyeluruh, terpadu dan handal, diperlukan suatu perencanaan yang
sistematis dan terarah. Upaya peningkatan kualitas pengawasan untuk koperasi dituangkan
melalui Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024 yang pada
prinsipnya disusun untuk membangun struktur dan infrastruktur bidang Pengawasan bagi
UMKM dan koperasi dari aspek-aspek sumber daya manusia (SDM), instrumen
pengawasan, dan infrastruktur pendukungnya.

1.2 Pengawasan Koperasi di Indonesia


1.2.1 Arti Penting Pengawasan Koperasi
Sedikitnya terdapat tiga pertimbangan pentingnya pemerintah melaksanakan
pengawasan terhadap koperasi, yaitu: sosiologis, yuridis dan ekonomi. Argumentasi
sosiologis memandang bahwa usaha simpan pinjam oleh koperasi pada dewasa ini telah
menjadi suatu bagian dari peri kehidupan bermasyarakat bukan saja sebagai suatu pranata,
melainkan suatu lembaga yang perlu diatur dan diawasi secara baik. Perilaku menyimpang
dalam pengelolaan koperasi yang ada selama ini, bukan saja meresahkan anggota, akan
tetapi membawa dampak negatif bagi pengembangan koperasi di masyarakat. Kasus-kasus
menyimpang dalam praktik koperasi yang kerap muncul pada akhir-akhir ini, mestinya

P a g e 3 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


menjadi pelajaran untuk perlunya penyelenggaraan pengawasan yang baik ( champion
supervision)
Argumentasi yuridis meletakkan dasar-dasar hukum pelaksanaan pengawasan
terhadap koperasi, yaitu: (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, khususnya pasal 60-64 mengenai Pembinaan yang mencakup aspek
penciptaan iklim usaha, bimbingan dan perlindungan terhadap koperasi, (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, yang
intinya, bahwa “Menteri” melakukan Pengawasan melalui pendekatan: kepatuhan, penilaian
kesehatan dan kehati-hatian, pemeriksaan, tindakan penyelamatan dan pembubaran.
Dari sisi ini bahwa pengawasan pemerintah terhadap koperasi adalah dalam rangka
pembinaan guna mewujudkan koperasi yang sehat, kuat dan mandiri. Jadi pengawasan
pemerintah tidak menempatkannya sebagai lembaga super body yang sangat kuat dan
menakutkan.
Secara fundamental ekonomi, urgensi pengawasan terhadap koperasi, khususnya
Usaha Simpan Pinjam (USP) oleh Koperasi ialah: Pertama, KSP merupakan lembaga
keuangan yang salah satu kegiatannya menghimpun dana dari anggota, calon anggota,
koperasi dan lain dan anggotanya, sehingga pemerintah memiliki tanggung jawab untuk
melindungi dana milik anggota dan masyarakat yang berisiko disalahgunakan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab demi untuk kepentingan
pribadi atau sekelompok orang. Kedua, volume usaha KSP tiap tahun mengalami
peningkatan secara terus-menerus, sebagai bagian dari sistem jasa keuangan nasional USP
oleh koperasi memiliki potensi unsur mengganggu stabilitas ekonomi jika terjadi risiko
reputasi akibat penipuan atau penyelewengan (fraud) yang dilakukan pengurus/pengelola/
pengawas koperasi. Ketiga, USP oleh koperasi saat ini telah menjadi agent linkage
beberapa lembaga jasa keuangan lain, baik bank dan nonbank serta lembaga pembiayaan
lainnya. Kegagalan pengelolaan risiko oleh USP koperasi akan dapat menyebabkan kerugian
dana masyarakat yang dikelola oleh bank/nonbank dan atau lembaga pembiayaan, seperti
kredit Usaha Rakyat (KUR) linkage dan sebagainya. Keempat, USP koperasi saat ini telah
banyak mendapatkan layanan dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) yang tidak lain
adalah dana milik pemerintah yang perlu dilindungi dari risiko default atau gagal bayar.
Kelima, kontribusi USP oleh koperasi dalam pemberian pembiayaan atau pinjaman kepada

P a g e 4 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


nasabah peminjam ternyata jauh lebih besar dari apa yang mampu diberikan oleh Bank
Perkreditan Rakyat (BPR).

1.2.2 Kondisi Pengawasan Koperasi Saat Ini

Pengawasan Koperasi secara langsung oleh Pemerintah setelah dikeluarkannya


Peraturan Menteri (Permen) Koperasi dan UKM No. 17 tahun 2015 tentang Pengawasan
Koperasi. Sebelum ada Permen tersebut Kemenkop & UKM memiliki mandate hanya berupa
pembinaan koperasi, baik yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun daerah.
Pengawasan Koperasi tetap memiliki fungsi utamanya sebagai pembinaan.
Peraturan Presiden No. 62 tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah (Kementerian KUKM) menyebutkan bahwa dalam rangka
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, salah satu fungsi Kementerian KUKM adalah perumusan dan penetapan
kebijakan termasuk koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaannya di bidang pengawasan
koperasi. Dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan koperasi, dibentuk kedeputian
baru dalam susunan organisasi Kementerian KUKM, yaitu Kedeputian Bidang Pengawasan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa Deputi Bidang Pengawasan memiliki tugas dalam
menyelenggarakan perumusan kebijakan serta koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan
kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan perundang-undangan, pemeriksaan
kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam, penindakan, dan penilaian
kesehatan usaha simpan pinjam.
Selain itu, dalam rangka melaksanakan Instruksi Presiden/INPRES No 9 Tahun 2000
tentang Pengarusutamaan Gender, Deputi Bidang Pengawasan berupaya untuk
menerapkan pengarusutamaan gender dalam program/kegiatan pengawasan koperasi.
Bertolak dari hal tersebut, Deputi Bidang Pengawasan berupaya untuk menerapkan
pengarusutamaan gender terhadap akses pengembangan kapasitas (bimtek/pelatihan
pengawasan koperasi) pada Satuan Tugas (Satgas) Pengawas Koperasi. Dari data terpilah
tahun 2017 s.d. 2019 diperoleh bahwa jumlah Satgas Pengawas Koperasi Daerah
didominasi oleh laki-laki sebanyak 64,44% sedangkan Satgas perempuan sebanyak 36,99%

P a g e 5 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


. Begitu juga dengan akses peningkatan kapasitas masih didominasi oleh laki-laki sebanyak
57,30% dan perempuan sebanyak 42,70%.

Tabel 1.2 Pelatihan/Bimtek yang diikuti oleh Satgas Pengawas Koperasi


Jumlah Satgas Pelatihan/Bimtek
Tahun
L % P % L % P %
2017 1145 67,12 561 32,88 1145 63,65 654 36,35
2018 1083 63,19 631 36,81 611 47,55 674 52,45
2019 1080 63,01 634 36,99 255 60,71 165 39,29
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2019

Efektifitas pengawasan dengan sumber daya dan sumber dana yang terbatas
memerlukan perencanaan yang strategis karena tidak hanya melibatkan sumber daya
internal namun juga mengoptimalisasi sumber daya eksternal baik yang terkait dengan
sumber daya milik Pemerintah maupun dari unsur swasta dan Gerakan Koperasi itu sendiri.
Banyak permasalahan yang dihadapi Kementerian Koperasi dan UKM serta Pemerintah
Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap
badan hukum Koperasi yang beroperasi di wilayah kerjanya masing-masing. Ada tujuh
permasalahan yang teridentifikasi menjadi masalah utama, yaitu:
1). Keterbatasan SDM Pengawas:
Keterbatasan SDM, baik terkait kuantitas maupun kualitas pejabat pengawas
koperasi. Adanya lack antara jumlah koperasi yang di-awasi dengan jumlah pejabat
pengawas yang terlalu besar. Jumlah koperasi berbadan hokum nasional kurang lebih 1400
Koperasi dengan jumlah pejabat pengawas kurang lebih 70 pejabat pengawas (kemenkop),
maka rasionya 20 : 1, untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota jumlah koperasi rata-rata
200-400 unit dengan jumlah pejabat pengawas antara 2-4 orang, sehingga rasio
pengawasan rata-rata 30 : 1. Demikian juga terkait dengan kualitas pejabat pengawas
Koperasi yang memiliki rotasi jabatan relative tinggi, sehingga pemahaman terhadap per-
koperasi-an juga terbatas karena literasi dan edukasi yang minim terhadap pejabat
pengawas. Standarisasi pengetahuan-ketrampilan dan etika juga belum memadahi.
Bank Dunia pada tahun 2016 telah melakukan studi Kebutuhan Pengawasan
Koperasi (Need Assesment Study) yang bertujuan untuk mengetahui kondisi sumber daya

P a g e 6 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


manusia Pengawas Koperasi, baik dari sisi kualifikasi, kualitas dan kerangka pengetahuan
yang dibutuhkan oleh pejabat pengawas Koperasi. Studi ini menggunakan 42 orang
pengawas Koperasi yang mewakili di tingkat Pusat (kementerian), provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Berikut ringkasan hasil studi yang berkaitan langsung dengan kebutuhan sumber data
dalam penyusunan rencana strategis ini.
a. Profil Pejabat Pengawas Saat ini (berdasarkan sampel)
(1) Tingkat Pendidikan formal sebahagian besar strata satu (S1) sebesar 61%
(2) Rata-rata berusia 49 tahun dan sebahagian besar di atas 54 tahun
(3) Sebahagian besar baru berpengalaman melakukan kegiatan pengawasan
Koperasi sejak tahun 2015 (1 tahun terakhir, studi tahun 2016).
b. Kebutuhan Pengetahuan dan Ketrampilan
(1) Responden menyatakan urgensi terhadap pengetahuan tentang pengetahuan
dasar Pengawasan Koperasi (37%),
(2) Pengetahuan tentang Dasar-Dasar Perkoperasian (32%)
(3) Pengetahuan tentang Laporan keuangan Koperasi (25%)
(4) Lainnya (6%)
c. Pengetahuan terhadap Koperasi Syariah
(1) Pejabat pengawas yang mengetahui tentang produk keuangan Syariah hanya
31%
(2) Pejabat pengawas yang mengetahui tentang akad Syariah hanya 19%.
d. Preferensi Responden terhadap kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan
(1) Responden memilih metode pembelajaran di dalam kelas 83%
(2) Belajar melalui magang dan Praktek Lapangan 93%
(3) Setiap sesi paling lama untuk belajar di dalam kelas maksimal 2 jam
(4) Model pembelajaran Bersama (kelompok) paling disukai sebesar 93%
Berdasarkan kondisi saat ini, kebutuhan yang diperlukan dalam pengembangan SDM
Pejabat Pengawas dan preferensi responden akan menjadi dasar yang baik dalam
menentukan arah dan kebijakan rencana strategis Deputi Bidang Pengawasan bidang
pengembangan Sumber Daya Manusia Pengawas Koperasi.

P a g e 7 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


2) Keterbatasan Koordinasi dan Ketersediaan Data Perkoperasian
Pengambilan kebijakan strategis pengembangan Perkoperasian akan efektif jika
didukung dengan ketersediaan data yang memadahi. Data Perkoperasian yang diperlukan
tidak hanya menyangkut data kuantatif saja tapi juga semestinya tersedia data kualitatif.
Data kuantitatif yang sangat diperlukan dalam menentukan kebijakan antara lain : (1) Data
jumlah Koperasi berdasarkan a). jenis Koperasi, b) wilayah Perijinan (kab/prov/pusat), c)
Skala usahanya, (2) Demografi Koperasi, yang meliputi a) model bisnisnya, b)
keanggotaannya, c) wilayah operasinya, d) asset dan modalnya, (3) Data Kepegawaian
Koperasi, yang meliputi a) data jumlah karyawan koperasi, b) data personalia yang
tersertifikasi.

Gambar 1.1. Sebaran Koperasi di Indonesia

Data Kualitatif Koperasi juga diperlukan, seperti (1) Data Koperasi yang sudanai
dinilai kesehatannya, (2) Data Koperasi Bermasalah Hukum, (3) Data Koperasi yang
Berpotensi Bermasalah, (4) Data Koperasi Sehat, dan sebagainya. Sumber Data Koperasi
menjadi permasalahan utama kesulitan dalam melakukan pengolahan data untuk
menghasilkan Data Statistik Koperasi, sebagaimana tersebut di atas. Data Koperasi tidak
dapat diperoleh karena sistem pelaporan yang dibangun dalam regulasi tidak cukup kuat
untuk melakukan enforcement terhadap Gerakan koperasi dalam menjalankan perintah
regulasi itu sendiri.
Saati ini di Kementerian Koperasi dan UKM telah dibangun ODS (Online Data
System) yang didesain untuk menyajikan data koperasi dan UMKM di Indonesia. Dalam

P a g e 8 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


ODS ini disajikan jumlah Koperasi beserta dengan data penunjang seperti (1) Lokasi
Koperasi, (2) Jenis Koperasi, (3) Jumlah anggota Koperasi, (3) Jumlah asset Koperasi, (4)
jumlah modal sendiri, (5) jumlah pinjaman yang diberikan, dan (6) jumlah SHU. Untuk
memudahkan proses pendataan, Kementerian Koperasi dan UKM telah membagi koperasi
ke dalam 17 (tujuh belas) Gambar 1.2.

Real estate 18

Jasa lainnya 36,450

Adm pemerintah, pertahanan & jaminan… 17

Transportasi dan pergudangan 710

Jasa kesehatan dan sosial 39

Jasa Perusahaan 294

Pengadaan listrik dan gas 80

Jasa Pendidikan 54

Pertambangan & Penggalian 189

Jasa Keuangan dan asuransi 57,263

Informasi dan Komunikasi 1,090

Penyediaan akomodasi dan makan minum 12,718

Perdagangan besar dan eceran 1,631

Kontruksi 76

Pengadaan air, pengolahan sampah, limba… 45

Industri Pengolahan 674

Pertanian, kehutatan dan perikanan sebagai… 11,700

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2019


Gambar 1.3 Jumlah Koperasi di Indonesia berdasarkan Sektor Usaha

Selain itu, dalam upaya menjalan UU Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian
yang membagi koperasi ke dalam 5 (lima) jenis koperasi, ODS juga menyediakan data
berdasarkan jenis koperasi sebagaimana Gambar 1.3.

P a g e 9 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Koperasi Aktif Koperasi Aktif Bersertifikasi NIK

80,000 [VALUE]
70,000

60,000

50,000

40,000

30,000 [VALUE]
[VALUE]
20,000 [VALUE]

10,000 [VALUE] [VALUE]


[VALUE] [VALUE]
- [VALUE] [VALUE]
Produsen Konsumen Pemasaran Jasa Simpan Pinjam

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2019


Gambar 1.3 Jumlah Koperasi di Indonesia

3). Keterbatasan fasilitas Information-Computer & Technology (ICT):


Kondisi saat ini pelaksanaan kegiatan akuntansi dan pembukuan, penyusunan
pelaporan, pengiriman pelaporan yang dilakukan oleh Gerakan Koperasi belum memiliki
standar manual dan standar aplikasi teknologi, demikian juga pengolahan data hasil laporan
dan penyajian laporan yang dilakukan di Kementerian Koperasi dan UKM juga belum
memiliki standar baik secara statistic data maupun program aplikasi dan teknologi yang
dipergunakannya.

4). Perlindungan Hukum bagi Pejabat Pengawas Lemah:


Para pejabat pengawas dalam menjalankan tugas pengawasan belum memiliki
perlindungan hukum yang kuat. Regulasi yang ada dalam Undang-Undang Perkoperasian
Nomor 25 tahun 1992, menempatkan pengawasan dalam ranah Pembinaan. Sehingga
tindakan penyelidikan dan penyidikan tidak dapat dilakukan oleh regulator. Beberapa tahun
terakhir terdapat koperasi yang masuk dalam proses litigasi karena adanya penyimpangan,
pelanggaran dan tindakan pidana maupun perdata yang berakibat adanya kerugian
masyarakat dan adanya potensi risiko moral bagi para pejabat pengawas Koperasi, baik di
Kementerian Koperasi dan UKM maupun pada Dinas Koperasi (UPTD) di daerah.

P a g e 10 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


5). Sinergi Internal Deputi Bidang Pengawasan belum Optimal
Proses kerja, prosedur kerja dan hubungan kerja antar Deputi dan Internal
Kedeputian belum berjalan secara efektif dalam bidang pengawasan. Beberapa kelemahan
sistem kerja yang terjadi dalam lingkungan internal Deputi Bidang Pengawasan antara lain:
a. Sumber Data
Sumber data sebagai input dalam pelaksanaan proses awal
pengawasan/pemeriksaan tidak berbasis pada data tunggal (single sources), sehingga profil
obyek pengawasan menjadi bias dalam perspektif yang berbeda, baik data kuantitatif
maupun kualitatif pada obyek yang sama. Problematika ini menyebabkan proses
selanjutnya baik terkait dengan treatment, instrument maupun rekomendasi yang
dihasilkan tidak konsisten. Sistem ini memunculkan opini dan persepsi pihak eksternal
terhadap internal Deputi Bidang Pengawasan menjadi kurang dipercaya.
b. Pemanfaatan data dan informasi yang tidak integratif.
Hasil laporan Pengawasan (LHP) yang dihasilkan oleh Asisten Deputi (ASDEP) tidak
menjadi sumber data pengawasan bagi ASDEP lainnya, sehingga pengawasan dan
pemeriksaan menjadi INTERMITTEN. Proses kerja ini menyebabkan hasil pengawasan
menjadi TIDAK OPTIMAL. Hasil kinerja ASDEP satu dengan lainnya KURANG BERKORELASI,
karena tidak menggunakan sistem BAN BERJALAN. Sistem “ban berjalan” ini akan dapat
terjadi jika Sistem Operasi dan Prosedur (SOP) dibangun dengan mengaitkan antar
keasdepan, baik sumber data yang dipergunakan, maupun hasil LHP yang terkait satu
dengan lainnya.
c. Proses Pengawasan
Proses dan metode pengawasan dijalankan secara parsial. Berikut ini gambaran
proses pengawasan Koperasi yang berjalan selama periode 2016-2019. Kelemahan Skema
dan Proses Pengawasan Saat ini:
1. Tidak ada skala prioritas yang berdasar pada tingkat urgensi pengawasan berbasis
pada risiko;
2. Tidak ada Klasifikasi kelompok usaha Koperasi, sehingga semua Koperasi
diperlakukan sama, baik skala mikro sampai ke skala besar;

P a g e 11 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


3. Tidak ada deteksi awal yang menginformasikan tentang kelemahan obyek
(Koperasi), sehingga semua ASDEP melakukan pemeriksaan pada Koperasi yang
sama;
4. Tahapan pengawasan belum ada gradasi, sehingga seluruh sumber daya terpusat
hanya pada beberapa Koperasi saja;
5. Hasil Laporan Pemeriksaan belum menjadi dasar dan sumber data bagi asdep
lainnya dalam melakukan pemeriksaan;
6. Beberapa kasus, hasil pemeriksaan pada Koperasi yang sama, menghasilkan hasil
yang kontradiktif antara LHP satu dengan LHP lainnya;
7. Hasil pengawasan belum powerfull terhadap pihak terkait yang diakibatkan sumber
data dinilai belum valid, aktual dan faktual; proses pengawasan/pemeriksaan belum
terintegrasi; instrumen pengawasan belum ter-standarisasi; metode pengawasan
belum standar; regulasi pengawasan belum memadahi dan SDM Pejabat Pengawas
belum kompeten dan memiliki sertifikasi professional.
Kondisi tersebut di atas menyebabkan timbulnya kekurangpercaayaan stakeholder terhadap
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) termasuk hasil penilaian kesehatan (PENKES).
Selain permasalah-permasalah tersebut, pada awal tahun 2020 tepatnya bulan
Februari 2020 Indonesia mengalami permasalahan global akibat pandemi virus Covid-19
yang berpengaruh pada semua sektor yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia mengalami penurunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Triwulan I tahun
2020, pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami perlambatan hanya mencapai
2,97%. Hal karena dari terbatasnya kegiatan produksi dan aktivitas ekonomi akibat
pembatasan aktivitas masyarakat guna pencegahan penyebaran virus Covid-19 yang
mengakibatkan berkurangnya permintaan tenaga kerja, tertahannya pendapatan dan
konsumsi masyarakat sehingga mengurangi permintaan produk koperasi dan UMKM. Untuk
kehidupan perkoperasian sendiri, hal ini mengakibatkan beberapa koperasi mengalami
ketidakmampuan pembayaran/pengembalian uang kepada anggota. Untuk itulah
pengawasan koperasi perlu diperkuat. Kementerian Koperasi dan UKM c.q. Deputi Bidang
Pengawasan berupaya untuk memberikan mediasi antara anggota dan koperasi yang
mengalami ketidakmampuan mengembalikan uang anggota serta memperkuat regulasi
pengawasan koperasi.

P a g e 12 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Dari pendataan yang diperoleh oleh Kementerian Koperasi dan UKM bahwa
sebanyak 1.785 koperasi terdampak pandemi Virus Covid-19. Sehubungan hal tersebut,
Kementerian Koperasi dan UKM telah menyiapkan tiga fase pemulihan lewat Lembaga
Pengelola Dana Bergulir (LPDB-KUKM) dengan memberikan restrukturisasi pinjaman atau
pembiyaan kepada koperasi mitra LPDB-KUKM maksimal selama 12 (dua belas) bulan.
Diharapkan melalui progam ini KSP dapat juga melakukan penangguhan pembayaran pokok
dan bunga kepada anggotanya. Fase kedua adalah pemulihan ekonomi melalui pemberian
pembiayaan kepada sektor usaha simpan pinjam dengan bunga 3% mernurun atau sekitar
1,5% flat pertahun dengan menyiapkan dana sebesar Rp 1 triliun dengan sasaran 266
koperasi. Fase ketiga adalah penumbuhan ekonomi melalui pengharmonisasian peraturan
tentang LPDB-KUKM untuk merelaksasi kriteria dan persyaratan penyaluran pembiayaan.
Beberapa hal yang sedang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM c.q.
Deputi Bidang Pengawasan untuk memperkuat pengawasan koperasi adalah:
1. Simplifikasi dan upgrading Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 17 Tahun 2015
tentang Pengawasan Koperasi, dan 7 (tujuh) Peraturan Deputi Bidang Pengawasan
lainnya terkait NSPK, Penilaian Kesehatan, Penerapan Sanksi, Pemeriksaan
Kelembagaan, Pemeriksaan Kepatuhan dan Usaha Simpan Pinjam.
2. Pengawasan koperasi yang dilakukan secara komprehensif meliputi aspek: penilaian
kepatuhan, pemeriksaan kelembagaan, pemeriksaan USP, dan Penilaian Kesehatan
USP..
3. Penyusunan 4 (empat) Klasifikasi Kelompok Usaha Koperasi (KUK 1, 2, 3 dan 4)
berdasarkan jumlah anggota, modal sendiri dan asset koperasi (keragaan terlampir).
4. Koordinasi dengan lembaga terkait seperti: OJK, dan PPATK dalam bentuk join audit,
terhadap koperasi memiliki tingkat risiko tinggi (KUK 3 dan 4).

1.2.3 Pencapaian Kinerja Tahun 2016-2019

Secara umum capaian kinerja Deputi Bidang Pengawasan menunjukkan adanya


perkembangan melalui penyempurnaan-penyempurnaan indikator agar dampak yang dihasilkan
lebih dirasakan oleh masyarakat. Berikut ini perkembangan capaian kinerja Deputi Bidang
Pengawasan selama tahun 2010-2014:

P a g e 13 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Target Capaian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
2016 2016
Terwujudnya Penyusunan pedoman/ petunjuk teknis Juni 2016 77,78% (7 dr 9 )
kelembagaan dan pelaksanaan pemeriksaan dan penilaian
usaha koperasi yang kesehatan tepat waktu
berkualitas
Persentase hasil uji coba pemeriksaan 60% 70%
kelembagaan pada 100 koperasi yang
terdiri dari pemeriksaan organisasi, kinerja,
dan laporan keuangan
Persentase hasil uji coba penilaian 40% 40%
kesehatan pada 200 koperasi
Rokomendasi koperasi primer nasional yang 30 kop 35 kop
tidak aktif

Pada tahun 2017 terjadi perubahan indikator kinerja karena indikator kinerja tahun
2016 masih berorientasi output. Pada tahun ini Deputi Bidang Pengawasan masih mencari-
cari indikator yang tepat sebagai ukuran bahwa kinerja yang dihasilkan berorientasi
terhadap hasil.

Sasaran Target Capaian


Indikator Kinerja
Strategis 2017 2018 2017 2018
Terwujudnya Persentase koperasi yang 10% 15% - 5% - 16% kelembg
efektivitas kelembagaan dan pengelolaan kelembg - 15% USP Kop
pengawasan usahanya sesuai dengan - 21% USP
koperasi peraturan perkoperasian. Kop
Jumlah sertifikat yang 40% 70% 89% 83%
diterbitkan dari hasil penilaian
kesehatan.
Persentase penanganan 10% 50% 55,56% 66,44%
rekomendasi laporan hasil
pemeriksaan (LHP) terhadap
koperasi

Pada tahun 2019 terjadi perubahan indikator kinerja kembali karena pada indikator
kinerja tahun 2017 dan 2018 untuk nomor 1 hasil yang didapatkan masih belum sempurna
karena pada tahun 2018 tidak sepenuhnya mencapai hasil yang diinginkan karena
penentuan koperasi yang kelembagaan dan pengelolaan usahanya sesuai dengan peraturan
perkoperasian tidak sepenuhnya tanpa pelanggaran (masih melakukan 1-2 pelanggaran.

P a g e 14 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Target Capaian
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
2019 2018 2019
Terwujudnya Persentase menurunnya 15% Tidak - 75% aspek kepatuhan
koperasi yang patuh pelanggaran koperasi. ada data - 80% aspek kelembgn
dan sehat - 100% aspek USP
- 100% aspek USP
Syariah
Persentase kesehatan 10% 20% 50%
koperasi
Persentase koperasi yang 5% 8,51% 18,52%
direhabilitasi

Indikator kinerja tahun 2019 dirasa paling berorientasi hasil. Namun demikian,
karena target indikator kinerja ketiga berupa persentase koperasi yang direhabilitasi kecil
dan sebagai tindakan antisipasi kegagalan pencapaian target. Keputusan ini dirasa tepat
karena ternyata pada akhir triwulan I terjadi bencana pandemi Covid-19 yang
mengakibatkan refocusing anggaran dan pengalihan kegiatan.

1.3 Landasan dan Prinsip Perencanaan Deputi Bidang Pengawasan

1.3.1 Landasan Perencananan


Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, setiap kementerian/lembaga wajib menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta menjamin tercapainya
penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Selanjutnya sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) No. 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Diktum Kedua, setiap instansi pemerintah hingga
tingkat Eselon II wajib menyusun Renstra untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah dan juga
Inpres No 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender.

P a g e 15 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Gambar 1.4 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memuat berbagai perubahan


mendasar dalam pendekatan penyusunan anggaran. Sebagai tindak lanjutnya, Peraturan
Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan PP No.
21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran KL (RKA-KL)
menyebutkan bahwa rencana kerja KL periode satu tahun dituangkan dalam RKA-KL
merupakan penjabaran RKP dan Renstra KL. Dengan demikian dalam tahap
implementasinya fungsi Renstra KL menjadi sangat penting untuk pedoman menyusun
dokumen perencanaan jangka pendek (satu tahun), yaitu Rencana Kerja KL (Renja KL) dan
RKA KL) sebagai lampiran Nota Keuangan dalam rangka mengantarkan RUU APBN. Selain
itu, sebagai tindak lanjut dari Inpres No 9 Tahun 2000, diterbitkan Surat Edaran Nomor :
270/M.PPN/11/2012, Nomor : SE-33/MK.02/2012, Nomor : 050/4379A/SJ, Nomor : SE
46/MPP-PA/11/2012, Tentang Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender
(PUG) melalui Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG).

P a g e 16 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Gambar 1.5 Alur Perencanaan dan Penganggaran

Beberapa Rujukan lain dalam penyusunan Rencana strategis ini berasal dari masukan dan
rekomendasi, antara lain:
(1) Hasil Penelitian tentang DAMPAK PENGAWASAN KOPERASI yang dilakukan oleh
BAPPENAS, tahun 2019
(2) Hasil Rekomendasi tentang KERANGKA PENGAWASAN KOPERASI yang diberikan
oleh Bank Dunia, tahun 2019.
(3) Hasil Assesment terhadap Pejabat Pengawas Koperasi di Kementerian Koperasi &
UKM, SKPD di Pemerintah Provinsi dan SKPD di Pemerintah Daerah
(Kabupaten/Kota) Tahun 2018.
(4) Hasil Kajian & Review tentang Penerapan KSP ONLINE dalam Pelaporan Koperasi
dari Bank Dunia, tahun 2017.
(5) Hasil Studi Bank Dunia tentang Demand and Supply Side Koperasi Simpan Pinjam di
Indonesia, tahun 2015.
(6) Hasil Studi Kasus tentang Bisnis Model Koperasi Simpan Pinjam di Indonesia yang
dilakukan oleh Bank Dunia tahun 2014.

P a g e 17 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


1.3.2 Prinsip-Prinsip Penyusunan Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan

PRINSIP #1 : MENYELURUH (KOMPREHENSIF)

Pengawasan terhadap suatu entitas Koperasi yang dilakukan oleh Regulator meliputi
kepatuhan Koperasi terhadap peraturan internal organisasi (AD/ART dan PERSUS), dan
kepatuhan terhadap UU serta peraturan turunan dibawahnya, baik yang menyangkut
legalitas (legal entity), pengaturan kegiatan usaha/produk (business entity), yang
meliputi ruang lingkup operasional maupun administrative (documental administrative),
tanpa membedakan koperasi.

PRINSIP #2 : TERPADU (INTEGRATIF)

Perencanaan program dan kegiatan pada Deputi Bidang Pengawasan harus terkait dengan
perencanaan Kementerian (K/L), terkait antara Visi-Misi-Tujuan-Program K/L dengan
program dan kegiatan kedeputian di lingkungan K/L. pada ujungnya perlu ditelusuri
apakah program dan kegiatan kedeputian masih dalam koridor kerangka Pengawasan
Koperasi yang disepakati. Pekerjaan yang dilaksanakan oleh satu asdep dalam deputi yang
sama memiliki keterkaitan khusus dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh asdep lainnya,
sehingga simpul-simpul kegiatan dapat diidentifikasi sejak awal dan dilakukan pembagian
tugas/pekerjaan kepada masing-masing ke-deputi-an sesuai tupoksinya masing-masing.
Proses alur pekerjaan memiliki output yang terukur dengan kontribusi masing-masing ke-
asdep-an untuk mendapatkan outcome yang diharapkan oleh Deputi Bidang Pengawasan.

PRINSIP #3 : HANDAL (RELIABLE)

Setiap program dan kegiatan yang akan disusun sebagai rencana kedeputian dilaksanakan
sesuai dengan data yang tersedia. Sasaran dan tujuan program/kegiatan dilaksanakan
dalam rangka untuk mengurangi adanya kesenjangan antara kondisi saat ini dengan
sasaran dan tujuan yang hendak dicapai.

1.3.3 Alur Pikir dan Asumsi

Bagan alur penyusunan Renstra Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024 diilustrasikan
oleh Gambar I.1 di bawah ini.

P a g e 18 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Gambar 1.6 Alur Pikir Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024

Asumsi dasar yang menjadi alur pikir untuk mencapai sasaran strategis pembangunan
Pengawasan bagi UMKM dan koperasi tahun 2020-2024 yang realistis, terukur dan
proporsional ialah:
1. Nawacita dan RPJMN 2020-2024 menjadi acuan dalam perumusan Renstra Deputi
Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024
2. Renstra Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024 menjadi acuan seluruh Eselon
II lingkungan Deputi Bidang Pengawasan di daerah dan satuan kerja perangkat
daerah terkait bidang Pengawasan UMKM dan koperasi
3. Berdasarkan struktur organisasi Kemenkop sesuai Perpres No. 62 Tahun 2014
tentang Kemenkop dan Permenkop Nomor 08 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

P a g e 19 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


1.3.4 Sistematika Renstra Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024

Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020-2024 disusun dengan


sistematika sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan
Pada bagian ini dipaparkan latar belakang Bidang Pengawasan KUKM, landasan hukum dan
prinsip-prinsip pengawasan, kondisi koperasi secara umum dan kondisi internal Deputi
Bidang Pengawasan secara khusus serta terkait sistem Pengawasan koperasi. Pembahasan
juga dilanjutkan dengan alur pikir dan asumsi yang digunakan, dan sistematika.

Bab II. Visi, Misi, Dan Tujuan Deputi Bidang Pengawasan


Bagian II ini merupakan paparan atas permasalahan dan isu strategis yang sudah
diidentifikasi. Paparan diakhiri dengan penentuan Visi – Misi, tujuan dan Sasaran Strategis
Deputi Bidang Pengawasan.

Bab III. Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kerangka


Kelembagaan
Pada Bab III merupakan paparan analisis dan argumentasi sasaran dan indikator pada
RPJMN terkait dengan Bidang Pengawasan. Paparan juga dilanjutkan dengan
pendeskripsian sasaran spesifik tiap-tiap keasdepan di bidang kedeputian Pengawasan.

Bab IV. Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan


Pada Bab IV ini dipaparkan kegiatan dan program umum Deputi Bidang Pengawasan dan
kegiatan tiap-tiap keasdepan pada Deputi Bidang Pengawasan. Cakupan kegiatan dan
program tersebut dipaparkan dalam matriks kegiatan dan program.

BAB V. Penutup
Bab ini memberikan kesimpulan singkat dari Bab 1 sampai Bab IV yang menjelaskan poin-
poin penting, relevan dan terkait antar bab sebelumnya.

P a g e 20 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Lampiran – Lampiran

P a g e 21 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

2.1 VISI
Sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo yang menyatakan bahwa tidak ada lagi
visi dan misi Menteri, hanya ada visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden. Para Menteri
menjalankan tugasnya sesuai core Kementerian untuk mendukung visi misi Presiden dan
Wakil Presiden. Untuk itu, visi dan misi Deputi Bidang Pengawasan adalah:
Visi Presiden dan Wakil Presiden Terpilih

Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan


Gotong Royong”

Misi Presiden dan Wakil Presiden Terpilih


1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia
2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa
6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermanfaat, dan terpercaya
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
8. Pengelolaan pemerintah yang bersih, efektif, dan terpercaya
9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan

Visi Kementerian Koperasi dan UKM


Terwujudnya koperasi modern dan UMKM naik kelas dalam mewujudkan Indonesia maju
yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong

Visi Deputi Bidang Pengawasan


Terwujudnya pengawasan koperasi akuntabel, kredibel, dan efektif untuk mendukung
koperasi modern dan UMKM naik kelas

Misi Deputi Bidang Pengawasan


1. Membangun struktur dan infrastruktur pengawasan yang kuat, teruji dan relevan
dengan perkembangan jaman
2. Membentuk pejabat pengawas yang kompeten

P a g e 22 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Visi Deputi Bidang Pengawasan mencerminkan cita-cita dan harapan Deputi Bidang
Pengawasan untuk menjadikan pengawasan koperasi di Indonesia yang akuntabel (dapat
dipertanggungjawabkan), kredibel (dapat dipercaya) dan efektif dalam mewujudkan
koperasi modern dan UMKM naik kelas.
Pengawasan yang akuntabel adalah kondisi pertanggungjawaban pelaksanaan dan
hasil pengawasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga
seluruh unsur pengawasan dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sesuai norma
hukum yang berlaku.
Pengawasan koperasi yang kredibel adalah kondisi dimana seluruh unsur pengawas
koperasi, baik secara individu maupun institusional dapat dipercaya dan meyakinkan karena
dapat diandalkan dan teruji dalam melakukan pengawasan koperasi sesuai dengan norma dan
kode etik yang berlaku.
Pengawasan koperasi yang efektif adalah kondisi dimana unsur pengawas koperasi,
baik secara individu maupun institusional mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan
baik dari segi proses maupun hasilnya, sehingga dapat memberikan manfaat dalam
mewujudkan koperasi yang unggul.
Koperasi yang unggul adalah kondisi dimana koperasi memiliki kapasitas
kelembagaan yang kuat sehingga mampu bersaing dikancah nasional dan internasional.

2.2 MISI
Demi mewujudkan visi tersebut, maka Deputi Bidang Pengawasan perlu
menjalankan misi yang tepat yaitu membangun struktur dan infrastruktur pengawasan
yang kuat, teruji dan relevan dengan perkembangan jaman. Upaya pencapaian visi tidak
mungkin dilakukan oleh Deputi Bidang Pengawasan secara individual, tetapi harus
dilaksanakan bersama seluruh stakeholder Kementerian Koperasi dan UKM serta
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Upaya pencapaian misi ini dilakukan melalui berbagai
langkah perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan pembangunan Koperasi dan
UMKM.

P a g e 23 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Nilai Organisasi
Organisasi yang baik memerlukan penerapan nilai-nilai yang baik pula, terutama
agar dapat menjabarkan misinya sehingga tercapai visi yang diharapkan. Nilai-nilai yang
disepakati untuk diterapkan dalam Deputi Bidang Pengawasan antara lain:
1. Integritas
Integritas berarti mengutamakan perilaku terpuji, disiplin dan penuh pengabdian.
Integritas juga diartikan sebagai mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan
kesatuan utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan dan kejujuran.
2. Profesional
Profesional berarti menyelesaikan tugas dengan baik, tuntas dan mengutamakan
kompetensi (keahlian) dalam bidang pembangunan Koperasi dan UMKM.
3. Akuntabel
Akuntabel adalah dapat mempertanggungjawabkan tugas dengan baik dari segi
proses maupun hasil.
4. Inovatif
Inovatif berarti usaha dengan mendayagunakan pemikiran dan kemampuan dalam
menghasilkan sesuatu kreasi/karya baru yang diharapkan dapat mendorong
percepatan pembangunan Koperasi dan UMKM.
5. Peduli
Peduli berarti memiliki perhatian terhadap kondisi dan permasalahan negara dan
bangsa, terutama dalam hal birokrasi dan aparatur.
Dalam rangka mencapai visi dan misinya, Deputi Bidang Pengawasan telah melakukan
pemetaan atas potensi/kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki dalam rangka untuk
mengoptimalkan semua peluang dan kesempatan yang ada termasuk juga adanya
hambatan atau tantangan yang harus dihadapi.

2.3 TUJUAN

Dalam rangka mencapai visi dan misi Deputi Bidang Pengawasan seperti yang telah
dikemukakan, maka visi dan misi tersebut dirumuskan dalam bentuk yang lebih terarah dan

P a g e 24 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


operasional berupa perumusan tujuan strategis (strategic goals) organisasi. Tujuan
strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi Deputi Bidang
Pengawasan yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5
(lima) tahun. Adapun tujuan strategis dari Deputi Bidang Pengawasan adalah:
1. Mewujudkan efektivitas pengawasan koperasi melalui penurunan pelanggaran dan

koperasi yang sehat;


2. Mewujudkan Deputi Bidang Pengawasan yang profesional dengan karakteristik,

berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral,
sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur
negara.

Dengan diformulasikannya tujuan strategis ini maka Deputi Bidang Pengawasan


dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam
memenuhi visi misinya untuk kurun waktu satu sampai lima tahun ke depan dengan
mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih dari itu, perumusan
tujuan strategis ini juga akan memungkinkan Deputi Bidang Pengawasan untuk mengukur
sejauh mana visi misi organisasi dapat dicapai mengingat tujuan strategis dirumuskan
berdasarkan visi misi organisasi.
Tujuan pertama mewujudkan efektivitas pengawasan koperasi melalui penurunan
pelanggaran dan koperasi yang sehat menekankan pada kemampuan berusaha sehingga
koperasi yang sehat sehingga koperasi akan berkembang usahanya dan memberikan nilai
lebih bagi anggotanya. Selain itu menekankan juga pada kepatuhan koperasi pada regulasi
yang berlaku sehingga kelembagaan koperasi kuat dan sesuai jatidiri koperasi. Upaya yang
dilakukan dalam rangka mewujudkan koperasi sehat dan patuh adalah melalui penilaian
kepatuhan, pemeriksaan kelembagaan, pemeriksaan usaha simpan pinjam, penilaian
kesehatan, dan penerapan sanksi.
Tujuan kedua Mewujudkan Deputi Bidang Pengawasan yang profesional dengan
karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik,
netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur
negara menekankan kepada perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola Deputi
Bidang Pengawasan proses tumpang tindih antar fungsi-fungsi unit kerja, menata ulang

P a g e 25 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


proses birokrasi dari tingkat tertinggi hingga terendah dan melakukan terobosan baru
dengan langkah-langkah bertahap, konkret, realistis, sungguh-sungguh, serta merevisi dan
membangun berbagai regulasi, memodernkan berbagai kebijakan dan praktik manajemen
pemerintah pusat dan daerah, dan menyesuaikan tugas fungsi instansi pemerintah dengan
paradigma dan peran baru. Hal ini dilakukan melalui dukungan manajemen dan fasilitasi
sarana dan prasarana yang memadai.

Tabel 2.1 Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan

No TUJUAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN


1 Mewujudkan efektivitas pengawasan koperasi Persentase koperasi yang sehat dan jumlah
melalui penurunan pelanggaran dan koperasi temuan pelanggaran menurun.
yang sehat

2 Mewujudkan Deputi Bidang Pengawasan yang Indeks Reformasi Birokrasi Deputi Bidang
profesional dengan karakteristik, berintegrasi, Pengawasan “Baik”
berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN,
mampu melayani publik, netral, sejahtera,
berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai
dasar dan kode etik aparatur negara.
Mewujudkan efektivitas pengawasan koperasi
melalui penurunan pelanggaran dan koperasi
yang sehat

2.4 SASARAN
Sasaran Deputi Bidang Pengawasan merupakan penjabaran dari tujuan yang telah
ditetapkan secara lebih spesifik dan terukur, yang menggambarkan sesuatu yang akan
dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode
secara tahunan melalui serangkaian program dan kegiatan yang akan dijabarkan lebih
lanjut dalam suatu Rencana Kinerja (Performance Plan). Penetapan sasaran ini diperlukan
untuk memberikan fokus pada penyusunan program, kegiatan dan alokasi sumber daya
organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi tiap-tiap tahun dalam kurun waktu 5
(lima) tahun.
Sasaran Deputi Bidang Pengawasan merupakan bagian integral dalam proses
perencanaan strategis Deputi Bidang Pengawasan yang menjadi dasar yang kuat untuk
mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja Deputi Bidang Pengawasan serta lebih

P a g e 26 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


menjamin suksesnya pelaksanaan rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh, yang
berarti menyangkut keseluruhan satuan kerja di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan.
Sasaran-sasaran yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan strategis
yang terkait. Dengan demikian, apabila seluruh sasaran yang ditetapkan telah dicapai
diharapkan bahwa tujuan strategis terkait juga telah dapat dicapai.

Tabel 2.1 Sasaran dan Indikator Kinerja Sasaran


INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA
No TUJUAN SASARAN STRATEGIS
TUJUAN SASARAN
1 Mewujudkan Persentase koperasi yang Terwujudnya koperasi Menurunnya jumlah temuan
efektivitas sehat dan jumlah temuan yang sehat dan patuh pelanggaran dari koperasi
pengawasan pelanggaran menurun. yang diperiksa
koperasi melalui
penurunan
Persentase koperasi sehat
pelanggaran dan
dari koperasi yang dinilai
koperasi yang
kesehatannya
sehat
2 Mewujudkan Indeks Reformasi Birokrasi Terwujudnya Deputi Indeks Reformasi Birokrasi
Deputi Bidang Deputi Bidang Pengawasan Bidang Pengawasan yang Deputi Bidang Pengawasan
Pengawasan yang “Baik” bersih, profesional, “Baik”
profesional dengan akuntabel, dan berkinerja
karakteristik, Tinggi
berintegrasi,
berkinerja tinggi,
bebas dan bersih
KKN, mampu
melayani publik,
netral, sejahtera,
berdedikasi, dan
memegang teguh
nilai-nilai dasar
dan kode etik
aparatur negara.

Sebagaimana diketahui, tugas dan fungsi utama Deputi Bidang Pengawasan


adalah menyelenggarakan perumusan kebijakan serta koordinasi dan sinkronisasi
pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan perundang-undangan,
pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam, penindakan dan
penilaian kesehatan usaha simpan pinjam. Implementasi dari tugas dan fungsi tersebut
diterjemahkan ke dalam activity process (proses kegiatan) di lingkungan Deputi Bidang
Pengawasan yang ditetapkan sebagai berikut :

P a g e 27 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


1. Kajian kebijakan,
Dalam tahap ini, biasanya merupakan hasil suatu diskusi ataupun respons terhadap
perkembangan situasi yang terjadi yang diputuskan untuk perlu dibuatkan pedoman
atau peraturannya. Keberhasilan pelaksanaan aktivitas ini ditandai dengan
banyaknya kajian kebijakan yang diselesaikan;
2. Perumusan kebijakan/regulasi,
Pada tahap ini, dilakukan kegiatan perumusan dan penyusunan kebijakan yang telah
disepakati berdasarkan hasil kajian sebelumnya. Keberhasilan kegiatan ini ditandai
dengan banyaknya kebijakan yang disusun dan diselesaikan;
3. Sosialisasi dan Koordinasi Kebijakan,
Tahap selanjutnya adalah melakukan sosialisasi kebijakan atau peraturan yang telah
disusun dengan maksud untuk memperkenalkan kebijakan/peraturan yang baru
tersebut kepada para stakeholders Deputi Bidang Pengawasan sehingga mereka
memahami dan dapat menerapkannya sesuai dengan keputusan Pemerintah.
Keberhasilan dari kegiatan sosialisasi ini ditandai dengan puasnya masyarakat
terhadap kualitas informasi publik;
4. Implementasi kebijakan,
Setelah dilakukan sosialisasi, maka stakeholders yang berkepentingan atau terkait
dengan kebijakan tersebut segera menerapkan dan melaksanakan ketentuan atau
aturan yang telah ditetapkan tersebut. Aktivitas ini akan dinyatakan berhasil apabila
dari hasil evaluasi, menunjukkan bahwa jumlah stakeholders yang menerapkan
kebijakan meningkat cukup signifikan;
5. Monitoring dan evaluasi,
Pada tahap ini, dilakukan monitoring atas pelaksanaan kebijakan/peraturan oleh
setiap K/L/Pemda dan dievaluasi prosesnya. Apabila terjadi kelemahan atau
kesalahan dalam penerapannya yang ditandai dengan banyaknya komplain atas
penerapan kebijakan/peraturan yang harus diselesaikan, maka keberhasilan atas
tahap ini ditunjukkan dengan indikator Persentase penyelesaian gugatan produk
hukum.
6. Laporan dan tindak lanjut,

P a g e 28 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Dalam tahap yang terakhir ini, behubungan dengan kegiatan penyusunan laporan
hasil pelaksanaan implementasi kebijakan dan penyelesaian tindak lanjut atas
permasalahan yang timbul selama implementasi berjalan. Keberhasilan atas
kegiatan ini ditunjukkan dengan tersusunnya laporan atas implementasi dan
tindak lanjut rekomendasi dengan baik.

Rangkaian proses bisnis tersebut di atas dilaksanakan dalam rangka menjalankan


fungsi Deputi Bidang Pengawasan yang berhubungan dengan pihak di luar, yaitu para
stakeholders seperti Kementerian, Lembaga, Gerakan Koperasi dan atau Pemda. Sedangkan
yang berhubungan dengan internal Deputi Bidang Pengawasan, digambarkan dalan tujuan
ke-3, yaitu Terwujudnya Aparatur Deputi Bidang Pengawasan yang Profesional dan
Berkinerja Tinggi. Dengan tujuan ini, Deputi Bidang Pengawasan ingin menjadikan
aparatur SDM di Deputi Bidang Pengawasan memiliki integritas yang tinggi dalam
pelaksanaan tugasnya sehari-hari, lebih profesional dalam menyikapi persoalan dan
tantangan dalam setiap pekerjaannya, dan selalu mampu untuk menghasilkan kinerja yang
tinggi.

P a g e 29 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM


Arah kebijakan dan strategi Kementerian Koperasi dan UKM menggambarkan spirit
dan upaya yang dilakukan untuk mengubah kondisi saat ini menjadi kondisi ke depan yang
diinginkan. Dalam formulasi strategi, sangat ditentutakan oleh komitmen pemimpin
organisasi di Kementerian Koperasi dan UKM. Dalam strategic direction Kementerian
Koperasi dan UKM, dimana dalam level strategi Kementerian salah satunya dilakukan dalam
upaya mewujudkan kelembagaan dan pengawasan Koperasi dan UMKM yang tangguh,
mandiri, kredibel dan efektif. Selanjutnya functional strategy yang ditempuh antara lain
melalui:
1. Peningkatan kemudahan dan kepastian hukum untuk memulai dan mengembangkan
usaha Koperasi dan UMKM
2. Peningkatan koordinasi dan sinergi antar K/L untuk penciptaan Koperasi dan UMKM
yang berdaya saing, siap ekspor dan berskala besar.
3. Perwujudan reformasi total koperasi yang berkelanjutan agar berskala besar dan
siap untuk ekspor.
4. Peningkatan fungsi pengawasan dan pemeriksaan Koperasi dan UMKM.
5. Perwujudan unit pengawas koperasi yang kredibel dan efektif yang mampu
mewujudkan koperasi yang sehat, kuat, tangguh dan mandiri.
Sebagai upaya lebih efektif dan efisien dalam operasionalisasi strategi
pengembangan Koperasi dan UMKM, maka Kementerian Koperasi dan UKM dalam Renstra
2020-2024 menggunakan pendekatan baru dalam pemberdayaan Koperasis dan UMKM di
daerah, apabila melihat aspek geografis dan kewilayahan melalui pendekatan
pemberdayaan berbasis regional dan melihat berbagai pertimbangan lain seperti potensi
local daerah, tingkat Pendidikan penduduk, social, budaya dan lain sebagainya.

P a g e 30 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DEPUTI BIDANG PENGAWASAN

Arah kebijakan pengawasan koperasi diupayakan untuk mewujudkan koperasi yang


unggul yang memiliki ketaatan terhadap regulasi dalam lingkup:
1. Peningkatan Penerapan Kepatuhan
Penerapan kepatuhan koperasi diharapkan dapat mendorong koperasi agar sesuai
dengan peraturan perundang-undangan meliputi kepatuhan legal, kepatuhan usaha
dan keuangan serta kepatuhan transaksi.
2. Pemeriksaan Kelembagaan Koperasi
Pemeriksaan kelembagaan Koperasi meliputi kelengkapan legalitas yang terdiri dari
Akta Pendirian Koperasi, Anggaran Dasar, perubahan pengesahan Anggaran Dasar
bagi Koperasi, surat izin usaha, surat izin pembukaan kantor cabang, kantor cabang
pembantu dan kantor kas serta kelengkapan organisasi Koperasi yang
mencerminkan struktur tugas, rentang kendali, dan satuan pengendalian internal
3. Pemeriksaan Usaha Simpan Pinjam
Aspek usaha simpan pinjam meliputi:
a. penghimpunan dana bersumber dari anggota, calon anggota, Koperasi lain
dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan
obligasi dan surat utang lainnya, dan sumber lain yang sah, serta modal
penyertaan
b. mengontrol keseimbangan dana antara sumber dana dan penyaluran dana
agar tidak terjadi over liquid dan unliquid;
c. penyaluran dana untuk menyalurkan dana yang sifatnya menjadi aktiva
produktif mengurangi kemacetan.
4. Penilaian Kesehatan Usaha Simpan Pinjam
Aspek penilaian kesehatan usaha simpan pinjam sebagaimana dimaksud
dilaksanakan dengan melakukan penilaian melalui pendekatan kualitatif maupun
kuantitatif terhadap aspek-aspek sebagai berikut permodalan, kualitas aktiva

P a g e 31 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, jatidiri Koperasi, pertumbuhan dan
kemandirian; dan kepatuhan terhadap prinsip syariah untuk usaha simpan pinjam
pola syariah.

5. Penerapan Sanksi
Aspek penerapan sanksi meliputi sanksi administrative, pelimpahan perkara,
pemantauan pelaksanaan sanksi, pemantauan keputusan hasil pelimpahan perkara,
rehabilitasi kelembagaan dan rehabilitasi usaha.
Selanjutnya berdasarkan capaian dalam Renstra 2015-2019, perkembangan kondisi
pengawasan, tantangan dan peluang yang akan dihadapi maka Deputi Bidang Pengawasan
mencoba merumuskan strategi operasional yang akan dilakukan untuk mewujudkan visi
dan misi Deputi Bidang Pengawasan 2020-2024, yaitu:

1. Mengembangkan basis data (profil/statistik) Koperasi


Data adalah dasar pengambilan kebijakan. Perlu diakui bahwa data koperasi sampai
saat ini masih lemah dan terbatas untuk dijadikan sumber data yang valid. Pendirian
koperasi baru dan keberadaan koperasi yang terdaftar dalam data koperasi belum
sepenuhnya dapat dimutakhirkan secara real-time. Pemutakhiran data berdasarkan data riil
yang berbasis laporan RAT Koperasi tiap tahun yang dikirimkan oleh koperasi ke kantor
Dinas terkait belum sepenuhnya dipatuhi oleh koperasi. Akibatnya, Kementerian Koperasi
dan UKM maupun Dinas di daerah mengalami kesulitan untuk memutakhirkan data profil
Koperasi yang ada. Oleh karena itu, sudah saatnya dirancang pengembangan pangkalan
data Koperasi yang bersumber dari laporan koperasi (triwulanan/tahunan) yang berbasis
daring.

2. Mengembangkan instrumen pengawasan koperasi


Instrumen pengawasan yang saat ini dijalankan oleh Kementerian Koperasi dan UKM
berupa laporan keuangan dan keragaan koperasi perlu dikembangkan lagi. Sebaiknya
pengembangan itu dilakukan dengan memotret lebih dalam dukungan data yang menjadi
materi laporan yang meliputi (1) laporan kelembagaan dan (2) laporan usaha. Laporan

P a g e 32 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


kelembagaan adalah laporan yang berisi pelaksanaan prinsip-prinsip Koperasi yang
terkandung dalam Undang-Undang. Misalnya, (a) laporan keanggotaan, mutasi Anggota,
partisipasi anggota dan sebagainya, (b) laporan komposisi kepengurusan termasuk di
dalamnya pengawas dan Pengelola Koperasi. Laporan Usaha adalah Laporan kegiatan
Koperasi yang menyangkut pengelolaan usahanya dalam bentuk laporan keuangan,
pembuatan produk baru, pembukaan cabang layanan, dan sebagainya.
Perlu disusun daftar eligibilitas (persyaratan keterpenuhan materi pengawasan) dari
setiap pelaporan yang dilakukan oleh Koperasi. Dengan demikian, sistem dapat melakukan
verifikasi antara data dan dokumen yang dapat diproses lebih lanjut ke dalam penilaian
kepatuhan dan sampai ke dalam tahap pengolahan data untuk menyusun statistik Koperasi
Indonesia.
Laporan hasil pengawasan dapat disajikan dalam bentuk profil koperasi dan Data
Statistik Koperasi Indonesia. Data yang telah diolah menjadi Informasi statistik ini sangat
penting bagi para pengambil kebijakan (stakeholder). Misalnya, ketika salah satu KSP akan
membuka kantor cabang (layanan) di suatu daerah dan ternyata di daerah tersebut sudah
dinilai jenuh, maka regulator dapat mempertimbangkannya, atau data keanggotaan
Koperasi dapat dikembangkan menjadi data demografi Anggota Koperasi.
Standardisasi mekanisme pelaporan. Beragamnya bentuk laporan keuangan model
bisnis KSP perlu dicarikan jalan keluar agar diperoleh output pelaporan yang sama. Artinya,
walaupun format laporan keuangannya berbeda, semestinya output „Pelaporan‟ kepada
pihak pengawas menggunakan format yang standar. Misalnya, format laporan hanya
dibedakan menjadi dua jenis format saja, yaitu format untuk koperasi konvensional dan
koperasi yang berbasis syariah. Pihak regulator dapat menentukan pedoman teknis
penyusunan laporan keuangan koperasi secara standar berdasarkan ketentuan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku. Walaupun masing-masing model memiliki
karakteristik yang berbeda, ketika membuat laporan untuk Pengawas memiliki standar yang
sama.
Format laporan yang standar akan memudahkan Pengawas Koperasi untuk
melakukan monitoring dan evaluasi (Monev). Kecepatan analisis dan tanggapan ( feedback)
terhadap laporan keuangan dari Koperasi akan memberikan dampak positif terhadap
tingkat kepatuhan terhadap pelaksanaan peraturan. Salah satu yang dikeluhkan oleh

P a g e 33 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Koperasi terkait laporan mereka adalah tidak adanya tindak lanjut atas laporan yang telah
disampaikan kepada Pemerintah.

3. Standardisasi mekanisme pengawasan


Keragaman model bisnis menjadikan bentuk dan format laporan keuangan berbeda-
beda. Laporan keuangan Koperasi Kredit yang berbasis Credit Union berbeda dengan
format laporan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang kuasi-bank, dan berbeda pula dengan
Koperasi Wanita (KOPWAN) yang berbasis tanggung renteng. Begitu pula dengan Koperasi
yang berbasis syariah; ada BMT yang masih berbadan hukum Koperasi Serba Usaha (KSU)
yang menghasilkan laporan yang berbeda dari Koperasi Jasa Keuangan Syariah
(KSPPS/USPPS). Beragamnya bentuk laporan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi
oleh Pengawas Koperasi.
Bentuk Laporan Keuangan yang beragam yang disusun oleh masing-masing model
bisnis KSP perlu dicarikan jalan keluar agar output pelaporannya sama. Artinya, walaupun
berbeda, seharusnya laporan keuangan kepada pihak Pengawas menggunakan format yang
standar. Misalnya, format laporan hanya dibedakan menjadi dua jenis format saja, yaitu
format untuk Koperasi konvensional dan Koperasi yang berbasis Syariah. Pihak regulator
dapat menentukan pedoman teknis penyusunan laporan keuangan Koperasi secara standar
berdasarkan ketentuan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku. Walaupun
masing-masing model memiliki karakteristik yang berbeda namun ketika membuat laporan
untuk Pengawas memiliki standar yang sama.
Laporan dengan format standar akan memudahkan Pengawas Koperasi untuk
melakukan monitoring dan evaluasi (Monev). Kecepatan analisis dan tanggapan ( feedback)
terhadap laporan keuangan dari Koperasi akan memberikan dampak positif terhadap
tingkat kepatuhan terhadap pelaksanaan peraturan. Salah satu yang dikeluhkan oleh
Koperasi atas laporan mereka adalah tidak adanya follow up atas laporan yang telah
disampaikan ke Pemerintah/Regulator.
Apresiasi regulator terhadap kinerja pelaporan yang baik perlu diberikan kepada
para pelapor (KSP) dalam berbagai bentuk. Salah satu bentuk yang cukup efektif antara
lain publikasi dalam situs resmi laporan kinerja keuangan Koperasi di laman kementerian.
Selain penghargaan, juga dapat diberikan dalam bentuk apresiasi tidak langsung melalui

P a g e 34 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


SKB dengan pihak pemangku kepentingan lainnya untuk menggunakan data dan informasi
dari laman khusus kinerja keuangan koperasi sebagai dasar penilaian kelayakan pemberian
pinjaman maupun bentuk kerja sama lainnya, misalnya penyaluran program KUR atau
Program PKBL/CSR perusahaan BUMN/swasta.
Kecepatan dalam pelaporan dan umpan balik dari Pengawas akan dapat dilakukan
jika didukung oleh program ICT. Sistem informasi secara daring yang dapat secara
langsung menghubungkan pelapor dengan Pengawas dan sebaliknya akan mendukung
sistem pengawasan yang efektif dan efisien. Mekanisme pelaporan akan menjadi lebih
praktis dan umpan balik akan dilakukan secara lebih cepat. Akan tetapi, yang menjadi
tantangan adalah kenyataaan bahwa Koperasi (KSP) saat ini masih terbagi menjadi tiga
kategori, yaitu Koperasi yang sudah memiliki aplikasi teknologi informasi (TI) dan tim TI
sendiri; Koperasi yang sudah memiliki aplikasi TI tetapi tidak memiliki tim TI sendiri
sehingga proses maintenance dilakukan oleh penyedia TI; Koperasi yang belum memiliki
aplikasi TI masih melakukan proses pembukuan manual atau hanya menggunakan
spreadsheet ms.excel. Kondisi fasilitas TI di Koperasi perlu mendapatkan perhatian dari
pihak pemangku kepentingan agar dapat mendukung dan memfasilitasinya sebagai
prasyarat pemberlakuan pengawasan berbasis daring.

1. Kapasitas Pejabat Pengawas


Mencermati sistem pengawasan Koperasi yang berlaku saat ini di Indonesia, perlu
dilakukan penguatan dan penyiapan infrastruktur yang memadai, terutama kuantitas dan
kualitas pejabat pengawas, baik di tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota.
Kompetensi pejabat pengawas yang sudah ada dan bertugas mengawasi Koperasi juga
perlu ditingkatkan, khususnya dalam kaitan dengan pemahaman tentang tata kelola di
bidang usaha simpan pinjam, selain penguasaan atas instrumen pengawasan itu sendiri.
Petugas pengawas selain bertugas memantau dan mengawasi kegiatan usaha simpan
pinjam juga berperan sebagai pembina, sehingga diharapkan mereka mampu memberikan
solusi dalam berbagai permasalahan baik di bidang kelembagaan maupun usahanya. Salah
satu yang paling penting dan vital adalah melalui optimalisasi Jabatan Fungsional Pengawas
Koperasi.

P a g e 35 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


5. Penguatan pengawasan Koperasi Simpan Pinjam Syariah
Proses pengawasan terhadap produk keuangan syariah di Koperasi Syariah juga
belum memiliki standar (SOP). Sebelum dijadikan layanan keuangan seharusnya produk-
produk keuangan Koperasi Syariah mendapatkan izin dari DSN yang menjadi DPS dari
Koperasi tersebut. Selain itu, sertifikasi SDM Koperasi Syariah perlu menjadi persyaratan
dalam proses perizinan maupun pemeringkatan Koperasi Syariah guna mendorong tata
kelola yang baik dan profesional.

6. Infrastruktur Pendukung Pengawasan Koperasi


Penguatan koordinasi dan fungsi kebijakan. Keterlibatan pemerintah daerah dalam
penguatan pengawasan Koperasi dengan menggunakan instrument yang telah ditetapkan
dan terstandarisasi dari Kementerian Koperasi dan UKM sangat krusial dalam menerapkan
tata-kelola yang baik dalam bidang pengawasan. Dengan menggunakan peraturan yang
ada, Pemda memiliki kewenangan untuk memberikan pembinaan berdasarkan ketentuan
dan peraturan yang berlaku.
Lembaga pendukung KSP. Lembaga pendukung KSP hampir sama dengan yang
diperlukan oleh lembaga perbankan. Untuk mendapatkan kepastian bahwa dana yang
disimpan aman. Untuk mendapatkan standardisasi pengelolaan, KSP memerlukan
pengawasan. Untuk membantu saat terjadi mismatch likuiditas, KSP memerlukan bantuan
likuiditas dari APEX. Untuk mengetahui kinerja lembaga, KSP memerlukan lembaga
pemeringkatan, sehingga setiap lembaga mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan
pengetahuan tersebut diharapkan setiap lembaga mampu menyusun strategi yang lebih
baik di masa yang akan datang. Selain itu, ada suatu informasi yang sangat penting, yang
berguna dalam pengambilan keputusan, yaitu informasi kredit (pinjaman). Biro kredit yang
merupakan lembaga yang mampu mengolah data dan menyediakan informasi yang penting
bagi KSP sangat diperlukan saat ini maupun di masa yang akan datang. Menghindari calon
peminjam yang bermasalah di suatu koperasi menjadi keniscayaan dewasa ini. Tanpa
informasi tentang profil risiko pengguna jasa akan memperburuk kualitas pinjaman bagi
KSP di masa yang akan datang.
Biro Informasi Pinjaman Koperasi. Bagi pihak Koperasi, informasi mengenai
pinjaman dalam hal pemeringkatan pengguna jasa atau anggota peminjam sangat

P a g e 36 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


diperlukan oleh Koperasi. Saat ini tidak ada yang menyediakan informasi tentang
pemeringkatan peminjam. Peminjam yang baik dan yang buruk tidak terekam dalam sistem
yang dapat diakses oleh pelaku Koperasi Simpan Pinjam. Akibatnya, dalam kondisi seperti
ini, KSP berpeluang memperoleh peminjam yang “berkualitas buruk” atau peminjam yang
masuk daftar hitam tanpa menyadarinya. Saat ini pagu pinjaman di Koperasi sudah
mencapai miliaran rupiah per-anggota. Akibatnya, ada kekhawatiran jika tidak ada penyedia
informasi peminjam, risiko kredit (pinjaman) bagi KSP akan semakin tinggi.
Peningkatan kapasitas lembaga diklat perkoperasian yang dilaksanakan oleh
Pusdiklat di tingkat Kabupaten/Kota. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas
modul, pengajar, dan dukungan ICT. Sampai saat ini belum tersedia kurikulum atau modul
Pengawasan yang dirancang secara khusus untuk pendidikan/pelatihan perkoperasian dan
pendidikan usaha simpan pinjam dalam bentuk pendidikan untuk tingkat dasar, pendidikan
untuk tingkat menengah, dan pendidikan/pelatihan untuk tingkat atas. Ketidakseragaman
pendidikan perkoperasian menimbulkan kesulitan dalam menyeragamkan pengetahuan dan
keterampilan tentang Koperasi dan USP baik untuk Pengawas Internal Koperasi maupun
untuk Pejabat Pengawas Koperasi.

7. Peningkatan Kapasitas Deputi Bidang Pengawasan


Strategi peningkatan kapasitas ini dilaksanakan untuk meningkatkan profesionalisme
dan kinerja organisasi Deputi Bidang Pengawasan sebagai bagian dari upaya Kementerian
Koperasi dan UKM untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja Kementerian Koperasi
dan UKM secara keseluruhan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam strategi ini adalah
sebagai berkut:
a. Memperbaiki berbagai proses internal penyelenggaraan tugas dan fungsi agar
berjalan efektif dan efisien;
b. Meningkatkan kapabilitas aparatur di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan secara
terus menerus;
c. Meningkatkan kepatuhan terhadap pengelolaan program dan anggaran;
d. Meningkatkan kualitas pelayanan bidang pengawasan koperasi.

P a g e 37 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Gambar 3.1. Kerangka Keterkaitan Kelembagaan Deputi Bidang Pengawasan

3.3 KERANGKA REGULASI


Kerangka regulasi meletakkan dasar-dasar hukum pelaksanaan pengawasan
terhadap koperasi, yaitu: (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, khususnya pasal 60-64 mengenai Pembinaan yang mencakup aspek
penciptaan iklim usaha, bimbingan dan perlindungan terhadap koperasi, (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, yang
intinya, bahwa “Menteri” melakukan Pengawasan melalui pendekatan: kepatuhan, penilaian
kesehatan dan kehati-hatian, pemeriksaan, tindakan penyelamatan dan pembubaran.
Pelaksanaan arah kebijakan dan strategi pengawasan koperasi dalam lima tahun
mendatang akan didukung dengan penguatan kerangka regulasi yang mencakup:
1. Undang-Undang No 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian
2. Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
3. Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam oleh koperasi

P a g e 38 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


4. Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan Pada
Koperasi
5. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
6. Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah
7. Peraturan Presiden No 62 Tahun 2016 tentang Kementerian Koperasi dan UKM
8. Instruksi Presiden No 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
9. Permen Koperasi dan UKM No 17 Tahun 2015 tentang Pengawasan Koperasi
10. Permen Koperasi dan UKM No 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Permen
No 15 thn 2015 ttg Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi
11. Permen Koperasi dan UKM No 11 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi
12. Permen Koperasi dan UKM No 9 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan dan
Pembinaan Perkoperasian
13. Permen Koperasi dan UKM No 11 Tahun 2018 tentang Izin Usaha Simpan
Pinjam Koperasi
14. Permen Koperasi dan UKM No 05 Tahun 2019 tentang Permen Koperasi dan
UKM No 11 Tahun 2018 tentang Izin Usaha Simpan Pinjam Koperasi

Disamping itu juga telah terdapat landasan regulasi teknis pengawasan koperasi
melalui serangkaian Peraturan/Keputusan Deputi Bidang Pengawasan dalam rangka teknis
pengawasan koperasi sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No:
17/Per./M.KUMK/IX/2015 Tentang Pengawasan Koperasi
2. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor : 05/Per/Dep.6/III/2016 Tentang
Pedoman Teknis Mengenai Norma, Standar, Prosedur, Tata Cara, dan Kode etik
Pengawas Koperasi
3. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor :06/Per/Dep.6/IV/2016Tentang
Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
Koperasi

P a g e 39 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


4. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor : 07/Per/Dep.6/IV/2016 Tentang
Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan syariah dan
Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi;
5. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor: 11/Per/Dep.6/IX/2016 Tentang
Tata Cara Pemeriksaan Kelembagaan Koperasi
6. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor: 12/Per/Dep.6/XII/2016 Tentang
Penerapan Sanksi
7. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor: 13/Per/Dep.6/XII/2016 Tentang
Monitoring Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
8. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Nomor: 02/Per/Dep.6/IV/2017 Tentang
Petunjuk Teknis Pengawasan Kepatuhan Koperasi
9. Keputusan Deputi Bidang Pengawasan Nomor: 60/KEP/DEP.6/V/2019 Tentang
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Usaha Simpan Pinjam Koperasi
Kerangka regulasi juga disiapkan untuk mengakomodir perkembangan terkait dengan RUU
Perkoperasian dan peraturan pelaksanannya terkait dengan pengawasan, pemeriksaan dan
pengendalian koperasi.

3.4 KERANGKA KELEMBAGAAN


Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2015 tentang Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, mendasari lahirnya Deputi Bidang Pengawasan
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan kebijakan serta koordinasi dan
sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan perundang-
undangan, pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam,
penindakan dan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam. Penyelenggaraan fungsi Deputi
Bidang Pengawasan meliputi:
1. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan perundang-
undangan, pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam,
penindakan, dan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam.
2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan
peraturan perundang-undangan, pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan
usaha simpan pinjam, penindakan, dan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam.

P a g e 40 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


3. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan kepatuhan
peraturan perundang-undangan, pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan
usaha simpan pinjam, penindakan, dan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam.

Kerangka kelembagaan kedepan diharapkan juga dapat mengakomodir kebutuhan


pembinaan dan pengembangan serta pengawasan koperasi yang lebih efektif untuk
menjamin kemandirian koperasi Indonesia dimana melalui Peraturan Menteri
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2018 telah ditetapkan Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi. Pembentukan
Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi merupakan inovasi dalam meningkatkan efektivitas
pengawasan koperasi dengan memberikan jaminan karir di jalur fungsional bagi Pengawas
Koperasi baik di tingkat pusat maupun daerah. Selanjutnya dalam mengelola Jabatan
Fungsional Pengawas Koperasi, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
ditetapkan sebagai Instansi Pembina. Instansi Pembina berperan sebagai pengelola Jabatan
Fungsional Pengawas Koperasi yang bertanggung jawab untuk menjamin terwujudnya
standar kualitas dan profesionalitas jabatan. Merujuk pada pasal 40 ayat (2) terdapat 18
tugas Instansi Pembina yang diawali dari penyusunan pedoman formasi Jabatan Fungsional
Pengawas Koperasi hingga koordinasi dengan instansi pengguna untuk pembinaan karier
Pengawas Koperasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka untuk memenuhi berbagai tuntutan dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi selaku Instansi Pembina Jabatan Fungsional Pengawas
Koperasi tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM memerlukan 1 (satu) struktur organisasi
yang diharapkan dapat memberikan kejelasan pengelolaan dalam penanganan proses dari
pembentukan sampai pada pengembangan dan peningkatan kompetensi keahlian bagi
Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi agar menjadi lebih tertata, fokus dan berkelanjutan

P a g e 41 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1 TARGET KINERJA


Untuk mendukung penjabaran pencapaian tujuan Kementerian Koperasi dan UKM
tersebut maka Deputi Bidang Pengawasan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Kementerian Koperasi dan UKM memiliki memiliki tujuan:
1) Terwujudnya efektifitas pelaksanaan pengawasan Koperasi oleh pemerintah,
pemerintah Provinsi, dan pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan wilayah
keanggotaan Koperasi;
2) Terwujudnya kesadaran dan kepatuhan para pengelola Koperasi dalam menjalankan
aktivitas perkoperasian sesuai dengan peraturan yang berlaku;
3) Terwujudnya Deputi Bidang Pengawasan yang Profesional dan Berkinerja Tinggi
Ketiga tujuan tersebut terbagi menjadi beberapa sasaran, indikator dan target kinerja
sebagaimana table pada halaman selanjutnya:

P a g e 42 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Tabel 4.1 Sasaran, Kegiatan, Indikator Dan Target Deputi Bidang Pengawasan 2020 – 2024

Tahun
Pelaksana
TUJUAN SASARAN KEGIATAN INDIKATOR Capaian
(Asisten Deputi)
(Target)
1. Terwujudnya 1 Peningkatan partisipasi pengawasan koperasi (koordinasi, integrase dan sinkronisasi)
efektifitas
1.1 Penyediaan database Tersedianya database UMKM dan Koperasi 2022 Semua Unit
pelaksanaan
yang sesuai kebutuhan perbankan, lembaga
pengawasan
jasa keuangan, LPDB, KSP/USP Koperasi dan
Koperasi oleh
KJKS/UJKS, dan LKM
pemerintah,
1.2 Tiap Pemerintah Kemenkop memiliki data profil koperasi 2020 Semua Unit
pemerintah
mendapatkan akses dan beserta dengan Profil para anggotanya
Provinsi, dan
inforamsi sesuao dengan Pemerintah Provinsi mendapatkan database 2020 Semua Unit
pemerintah
otoritas dan sesuai denngan kebutuhannya
Kabupaten/Ko
kewenagannhya.
ta sesuai Tingkat kesehatan koperasi dapat ter-updare 2021 Asdep 6.4
dengan setiap saat.
wilayah
keanggotaan 2 Meningkatnya kualitas dan kompetensi SDM Aparat Pengawas Koperasi
Koperasi 2.1 Mengadakan Pelatihan Melatih Jabatan Fungsional Pengawas 2021 Sesdep
Pengawasan Koperasi
Instumen pengawasan koperasi 2020 Semua Unit

2.2 Menyusun modul dan skema Ada peningkatan kompetensi 2021 Sesdep
kompetensi pejabat
Modul pelatihan bagi pengawas Koperasi 2021 Sesdep
pengawas
Modul Pelatihan berbasis digital (e-learning) 2022 Sesdep

Ada skema Standar Kompetensi Jabatan 2020 Sesdep


untuk Pejabat Pengawas
3 Meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi

P a g e 39 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


3.1 Membangun aplikasi Memiliki system aplikasi (core system) 2022 Asdep 6.2
program Pengolahan data pengawasan yang dapat memberikan
pengawasan Koperasi informasi tentang tingkat risiko (kepatuhan,
(KSP/KSPPS) Kelembagaan, dan kinerja keuangan)
berdasarkan database yang tersedia
3.2 Membangun dashboard hasil Informasi tentang tingkat Kepatuhan tersedia 2021 Asdep 6.2
pengawasan untuk setiap di masing-masing keasdepan
ke-asdep-an Setiap asdep dapat mengakses skala risiko 2021 Asdep 6.1
koperasi
Penggunaan data sesuai dengan 2022 Semua Unit
kewenangan

4 Meningkatnya akuntabilitas Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi


4.1 Membangun aplikasi Memiliki aplikasi pendataan berbasis android 2023 Asdep 6.3
berbasis android untuk yang dapat dipergunakan oleh Koperasi
pendataan dan pelaporan dalam pelaporan koperasi
KSP/KSPPS Deputi Bidang Pengawasan memiliki 2022 Asdep 6.3
database koperasi yang akan di-awasi
4.2 Mengambil/menarik dan Memiliki data statistic koperasi 2022 Asdep 6.3
mengolah data Koperasi
4.3 Sosialisasi dan disseminasi Kelompok Koperasi sasaran mampu 2023 Asdep 6.3
mengoperasikan aplikasi
2. Terwujudnya 5 Terwujudnya kepatuhan koperasi terhadap peraturan perundangan
kesadaran dan 5.1 Melakukan Perencanaan Perencanaan pemeriksaan berbasis risiko 2020 Asdep 6.1
kepatuhan pengawasan berbasis risiko
para pengelola 5.2 Menyusun Juklak Instrumen berbasis program aplikasi 2021 Asdep 6.1
Koperasi Perencanaan berbasis risiko Pemeriksaan berbasis KUK dan profil risiko 2021 Asdep 6.1
dalam
menjalankan
aktivitas Proses dan prosedur pemeriksaan berbasis 2020 Asdep 6.1
perkoperasian pada alur kerja pengawasan

P a g e 40 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


sesuai dengan 5.3 Melakukan sosialisasi dan Penilaian kesehatan menjadi parameter 2020 Asdep 6.1
peraturan Disseminasi kinerja seluruh aspek kesehatan (kepatuhan,
yang berlaku; kelembagaan, kinerja dan risiko)

6 Meningkatnya Kesehatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi

6.1 Melakukan Pengawasan Instrumen pengawasan yang disesuaikan 2021 Asdep 6.4
Koperasi berdasarkan dengan Klasifikasi Usaha Koperasi (KUK)
klasifikasi usaha
6.2 Melakukan Pemeriksaan Koperasi dapat mengoperasikan aplikasi 2022 Asdep 6.4
Koperasi melalui fasilitas digital
digital
Pengawas dapat mengolah data melalui 2023 Asdep 6.4
aplikasi core system

Laporan hasil pemeriksaan tersedia di 2022 Semua Unit


masing-masing keasdepan

6.3 Melakukan Pemeriksaan dan Pemeriksaan bagi Koperasi yang masuk 2022 Semua Unit
visitasi koperasi dalam kategori risiko menengah dan tinggi

Jumlah visitasi menurun 2023 Semua Unit

7 Meningkatnya penanganan koperasi bermasalah

7.1 Melakukan perjanjian Adanya penguatan dan penegakan aturan 2020 Asdep 6.5
kersama antar pihak dalam proses pengawasan dan pemeriksaan
Jumlah MOU meningkat 2020 Asdep 6.5

7.2 Penanganan masalah hokum Tindakan fraud menurun 2022 Asdep 6.5
berbasis litigasi dan

P a g e 41 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


arbritage Tingkat Penyelesaian kasus Koperasi ke 2022 Asdep 6.5
tingkat pengadilan menurun

3. Terwujudnya 8 Mendukung terwujudnya Deputi Bidang Pengawasan yang efektif dan efisien
Aparatur
Deputi Bidang 8.1 Menyusun SOP dan Perbaikan proses internal penyelenggaraan 2020 Semua Unit
Pengawasan Pelatihan Pegawai tugas dan fungsi agar berjalan efektif dan
yang Menyusun modul dan skema efisien;
Profesional kompetensi pejabat Peningkatan kapabilitas aparatur di 2020 Sesdep
dan Berkinerja pengawas lingkungan Deputi Bidang Pengawasan
Tinggi
Peningkatan kepatuhan terhadap 2020 Semua Unit
pengelolaan program dan anggaran

8.2 Memantapkan Standar Peningkatan kualitas pelayanan bidang 2021 Sesdep


Pelayanan Publik pengawasan koperasi.

P a g e 42 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


4.2 KERANGKA PENDANAAN
Dalam bagian sebelumnya, telah diuraikan mengenai tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai oleh Deputi Bidang Pengawasan. Adapun keberhasilan pencapaian target-target
yang ditetapkan telah dilengkapi dengan ukuran-ukuran yang akan digunakan, yaitu
menggunakan indikator kinerja. Namun, tentu saja untuk mencapai target-target tersebut
diperlukan biaya (anggaran/dana) untuk merealisasikannya. Terkait dengan target-target
yang telah ditetapkan, maka sumber dana yang diperlukan untuk merealisasikannya
sepenuhnya berasal dari APBN.
Kerangka pendanaan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan, program dan
kegiatan peningkatan daya saing koperasi dan UMKM pada tahun 2020-2024 sebagaimana
bab sebelumnya dikelompokkan dalam struktur pendanaan yang mencakup mencakup:
1) Alokasi pendanaan jangka menengah diarahkan untuk membiayai pelaksanaan:
a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Koperasi dan UKM;
b. Program Penguatan Kelembagaan Koperasi, meliputi
- Koordinasi dan Sinergi Kebijakan
- Fungsi Teknis Pengawasan dan Pemeriksaan Koperasi
- Monitoring dan Evaluasi
2) Sinergi dan kerja sama yang melibatkan Kementerian/Lembaga (K/L) yang memiliki
program dan kegiatan yang terkait dengan Pengawasan Koperasi yaitu antara lain
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Pusat
Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK), Kepolisian Republik Indonesia
(Polri), Kejaksaan, KPK dan Kementerian/Lembaga (K/L) yang terkait
Secara terinci kerangka pendanaan untuk mendukung pelaksanaan kebijakan,
program dan kegiatan di bidang pengawasan koperasi 2020 - 2024 dapat dilihat pada Tabel
4.2 berikut:

P a g e 43 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


Tabel 4.2 Alokasi Anggaran Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020 - 2024
NO Program/ Sasaran Indikator Kinerja Target ALOKASI (Juta Rupiah)
Kegiatan Program/Kegiatan Program/Indikator Kinerja
Kegiatan
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

I Program Efektivitas
Dukungan Manajemen 5.740,723 6.027,759 6.329,147 6.645,604 6.977,885
Manajemen dan Kementerian
Pelaksanaan Koperasi dan UKM
Tugas Teknis
Lainnya
Kementerian
Koperasi dan
UKM
Koordinasi Kualitas keterpaduan 1 1 1 1 1 4.300,00 4.515,00 4.740,75 4.977,79 5.226,68
perencanaan, dan kelengkapan laporan laporan laporan laporan laporan
pelaksanaan dan perencanaan, Terwujudnya koordinasi 1 1 1 1 1 844,40 886,62 930,95 977,50 1.026,37
monev urusan pelaksanaan, dalam rangka perencanaan Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
pengawasan pemantauan,
koperasi evaluasi, serta
pelaporan pada Terwujudnya koordinasi dlm 1 1 1 1 1 368,30 386,72 406,05 426,35 447,67
urusan pengawasan rangka monitoring & evaluasi Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
koperasi Terwujudnya koordinasi 1 1 1 1 1 1.295,24 1.360,00 1.428,00 1.499,40 1.574,37
dalam rangka layanan umum Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
dan keuangan
Terwujudnya partisipasi 1 1 1 1 1 91,18 95,74 100,53 105,55 110,83
dalam forum internasional laporan laporan laporan laporan laporan
Terwujudnya Implementasi 1 1 1 1 1 1700,88 1.785,92 1.875,22 1.968,98 2.067,43
JFPK Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
II Program Efektivitas dukungan
Peningkatan pelaksanaan kegiatan 1.440,723 1.512,759 1.588,397 1.667,817 1.751,208
Sarana dan
Prasarana
Aparatur
Kementerian
Koperasi dan
UKM
a. Pemeliharaan/perawatan 420,00 441,00 463,05 486,20
kendaraan 400,000

b. Persedian ATK 378,00 396,90 416,75 437,58


360,000
c. Pramubakti 609,76 640,25 672,26 705,87
580,723
d. Alat Pengolah Data 100 105,00 110,25 115,76 121,55
Komunikasi
II Program 7.175,00 6.021,75 6.322,84 6.638,98 6.970,93
Penguatan
Kelembagaan
Koperasi

P a g e 44 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


1 Pemeriksaan Terwujudnya 1.640,00 1.722,00 1.808,10 1.898,51 1.993,43
Kelembagaan koperasi sehat dan
patuh terhadap Koordinasi dan sinergi 1 1 1 1 1 832,68 874,31 918,03 963,93 1.012,13
peraturan yang kebijakan pengawasan Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
berlaku koperasi Wil. II
Terwujudnya Penerapan 20 kop 20 kop 20 kop 20 kop 20 kop 628,36 659,78 692,77 727,41 763,78
Kelambagaan
Monitoring & evaluasi 1 1 1 1 1 178,96 187,91 197,30 207,17 217,53
kegiatan Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan

1.440,00 1.512,00 1.587,60 1.666,98 1.750,33


2 Penerapan Terwujudnya Koordinasi dan sinergi 1 1 1 1 1 634,4 666,12 699,43 734,40 771,12
Kepatuhan koperasi sehat dan kebijakan pengawasan Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
patuh terhadap koperasi wilayah I
peraturan yang Terwujudnya Penerapan 20 kop 20 kop 20 kop 20 kop 20 kop 667,7 701,09 736,14 772,95 811,59
berlaku kepatuhan
Monitoring & evaluasi 1 1 1 1 1 137,9 144,80 152,03 159,64 167,62
kegiatan Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan

1.440,00 1.512,00 1.587,60 1.666,98 1.750,33


3 Penilaian Terwujudnya Koordinasi dan sinergi 1 1 1 1 1 649,9 682,40 716,51 752,34 789,96
kualitas & koperasi sehat dan kebijakan pengawasan Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
kesehatan patuh terhadap koperasi wilayah IV
kelembagaan & peraturan yang Terwujudnya Penilaian 20 kop 20 kop 20 kop 20 kop 20 kop 650,1 682,61 716,74 752,57 790,20
usaha koperasi berlaku kesehatan usaha simpan
pinjam koperasi
Monitoring & evaluasi 1 1 1 1 1 140 147,00 154,35 162,07 170,17
kegiatan Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan

1.440,00 1.512,00 1.587,60 1.666,98 1.750,33


4 Pemeriksaan Terwujudnya Koordinasi dan sinergi 1 1 1 1 1 650 682,50 716,63 752,46 790,08
usaha simpan koperasi sehat dan kebijakan pengawasan Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
pinjam patuh terhadap koperasi wilayah III
peraturan yang Terwujudnya pemeriksaan 20 kop 20 kop 20 kop 20 kop 20 kop 650 682,50 716,63 752,46 790,08
berlaku usaha simpan pinjam
Terwujudnya Monitoring & 1 1 1 1 1 140 147,00 154,35 162,07 170,17
evaluasi kegiatan Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan

1.215,00 1.275,75 1.339,54 1.406,51 1.476,84


5 Penanganan Kualitas Pengawasan Terwujudnya Koordinasi dan 1 1 1 1 1 623,1 654,26 686,97 721,32 757,38
rekomendasi Koperasi sinergi kebijakan Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
pasca pengawasan koperasi
pemeriksaan wilayah V
koperasi dan Terwujudnya pemantauan & 30 30 30 30 30 488 512,40 538,02 564,92 593,17
usaha simpan Penerapan sanksi Koperasi Koperasi Koperasi Koperasi Koperasi
pinjam 103,9 109,10 114,55 120,28 126,29
Monitoring & evaluasi 1 1 1 1 1
kegiatan Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan

JUMLAH 12.915,72 12.049,51 12.651,98 13.284,58 13.948,81

P a g e 45 | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020 - 2024


BAB V
PENUTUP

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan


nasional, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Koperasi dan UKM merupakan turunan
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Konsekuensinya, kerangka logis
yang dibangun dalam Renstra Deputi Bidang Pengawasan merupakan sebuah upaya untuk
mencapai tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian
Koperasi dan UKM. Penyusunan Renstra Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020 – 2024
telah mengacu pada RPJM Nasional yang telah ditetapkan pemerintah, khususnya terkait
dengan prioritas pembangunan bidang ekonomi dan tentu saja Renstra Kementerian
Koperasi dan UKM Tahun 2020 – 2024.
Peta Strategis Kementerian Koperasi dan UKM yang harus didukung pencapaiannya
oleh Deputi Bidang Pengawasan, yakni terkait dengan terwujudnya kelembagaan dan
pengawasan koperasi yang Tangguh, mandiri, kredibel dan efektif melalui serangkaian
functional strategy nya. Hal tersebut yang juga yang menjadi patokan dalam perumusan
tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang termuat
dalam Renstra Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2020 – 2024. Perencanaan strategis
Deputi Bidang Pengawasan harus mampu mencapai indikator-indikator ketiga sasaran
tersebut.
Sebagai Deputi yang lahir sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah maka diharapkan Deputi Bidang Pengawasan dapat segera belajar dan bekerja
keras dan cerdas dalam melaksanakan fungsi pengawasan koperasi dalam rangka
mewujudkan koperasi yang kuat, sehat, mandiri, tangguhdan berdaya saing sesuai jatidiri
koperasi. Peran yang cukup signifikan dalam meletakkan dasar-dasar pengawasan koperasi
melalui pengelolaan kinerja aparatur pengawasan, pelaksanaan reformasi birokrasi,
perumusan standard dan kriteria pengawasan, pelaksanaan pengawasan koperasi yang
kredibel dan kerjasama antar instansi serta koordinasi dan sinergi kebijakan pengawasan
koperasi.

P a g e ii | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020-2024


Ke depan, sejumlah tantangan dan pekerjaan besar menunggu untuk dituntaskan,
yang membutuhkan perbaruan strategi, program agar semua tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan dinamika lapangan yang terjadi. Revitalisasi
kegiatan dapat dilakukan melalui penajaman fungsi Deputi Bidang Pengawasan. Kegiatan-
kegiatan yang dikembangkan tidak hanya menitikberatkan pada penyusunan kebijakan, tapi
juga harus memberikan tempat yang lebih terhadap fungsi koordinasi dan sinkronisasi
karena selain mempunyai fungsi pengawasan koperasi, Deputi Bidang Pengawasan juga
bertanggungjawab mengkordinasikan fungsi pengawasan pada semua level baik provinsi
mapun kabupaten/kota.
Kegiatan-kegiatan ke depan lebih banyak menitikberatkan pada proses pelaksanaan
kebijakan sehingga kegiatan untuk memfasilitasi pelaksanaan kebijakan perlu mendapat
bagian yang signifikan. Berdasarkan kerangka waktu, Deputi Bidang Pengawasan harus
mampu menentukan program dan kegiatan setiap tahun sebagai rangkaian yang tidak
terpisahkan untuk pencapaian tujuan jangka menengah. Strategi pelaksanaan program
jangka pendek perlu dikembangkan dan dievaluasi untuk mengikuti perkembangan dan
perubahan. Selain itu monitoring dan evaluasi perlu dilakukan melalui struktur dan
mekanisme yang efektif sehingga indikator-indikator kinerja pada setiap tingkatan dapat
dicapai sesuai kerangka waktu yang telah ditentukan. Persoalan dan hambatan diharapkan
dapat diketahui sejak dini sehingga langkah antisipasi dapat segera dilakukan. Dengan
demikian, pelaksanaan pengawasan koperasi dapat meningkatkan akuntabilitas,
kepercayaan, kepatuhan, kesinambungan, dan memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya kepada anggota dan masyarakat

P a g e ii | Renstra Deputi Bidang Pengawasan 2020-2024

Anda mungkin juga menyukai