Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 2

Nama Mahasiswa : SITI NURIZKI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043335156

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4310/ SISTEM EKONOMI

INDONESIA Kode/Nama UPBJJ : 47/ PONTIANAK

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS
TERBUKA
1. 1) KENDALA-KENDALA KOPERASI INDONESIA

Rendahnya Kualitas Kelembagaan dan Organisasi Koperasi


Sampai dengan akhir tahun 2003, jumlah koperasi
mencapai 123 ribu unit, dengan jumlah anggota 27,3 juta
orang (RPJM 2005-2009). Meskipun jumlahnya cukup besar
dan terus meningkat, kinerja koperasi masih jauh dari yang
diharapkan. Sebagai contoh, jumlqh koperasi yang aktif pada
tahun 2003 hanya sebanyak 93,8 ribu unit/ hanya sekitar 76%
dari koperasi yang ada. Di antara koperasi yang aktif tersebut
hanya 44,7ribu koperasi/ kurang dari 48% yang
menyelenggarakan rapat anggota tahunan (RAT), salah satu
perangkat organisasi yang merupakan forum pengambilan
keputusan tertinggi dalam organisasi koperasi. Selain itu,
secara rata-rata baru 27% koperasi aktif yang memiliki
manajer koperasi.

Tertinggalnya Kinerja Koperasi dan Kurang Baiknya Citra


Koperasi
Kurangnya pemahaman tentang koperasi sebagai badan
usaha yang memiliki struktur kelembagaan yang unik
dibandingkan badan usaha lainnya, serta kurang
memasyarakatnya informasi tentang praktek-praktek koperasi
yang benar, telah menimbulkan berbagai permasalahan
mendasar yang menjadi kendala bagi kemajuan
perkoperasian di Indonesia.

Kurang Kondusifnya Iklim Usaha


Koperasi (termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah-
UMKM) pada umumnya juga masih menghadapi berbagai
masalah yang terkait dengan iklim usaha yang kurang
kondusif, di antaranya adalah: (a) ketidakpastian dan
ketidakjelasan prosedur perizinan yang mengakibatkan
besarnya biaya transaksi, panjangnya proses perizinan dan
timbulnya berbagai pungutan tidak resmi, (b) praktek bisnis
dan persaingan usaha yang tidak sehat, dan (c) lemahnya
koordinasi lintas instansi dalam pemberdayaan koperasi dan
UMKM.
2) Adapun strategi yang dipilih pemerintah untuk
mengembangkan koperasi yaitu:
a. Meningkatkan akses dan pangsa pasar
b. Memperluas akses terhadap sumber permodalan
c. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen
d. Meningkatkan akses terhadap teknologi
e. Mengembangkan kerja sama usaha

2. Pertama, keuntungan yang didapat dengan dilaksanakannya


privatisasi BUMN yakni: perolehan pendapatan untuk mengurangi
defisit dan hutang; pengembangan pasar modal; serta menarik
investasi asing, sedangkan kerugian yang ditimbulkan dengan
dilaksanakannya privatisasi BUMN yakni: Pelaksanaan privatisasi
yang terjadi sampai saat ini masih terkesan ruwet, berlarut-larut,
dan tidak transparan. Dikatakan ruwet karena tidak adanya aturan
yang jelas tentang tata-cara dan prosedur privatisasi. Proses
privatisasi dari setiap BUMN dilakukan dengan prosedur dan
perlakuan yang berbeda.
Kedua, pelaksanaan privatisasi BUMN di Indonesia, Pemerintah
Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama, yaitu
tujuan yang bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial.
Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksudkan untuk
mengelola sektor-sektor bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-
pihak tertentu.Tujuan BUMN yang bersifat sosial antara lain dapat
dicapai melalui penciptaan lapangan kerja serta upaya untuk
membangkitkan perekonomian lokal. Dari hasil penelitian
dapatlah ditarik kesimpulan bahwa, adanya privatisasi diharapkan
BUMN akan mampu beroperasi secara lebih profesional lagi.
Apabila privatisasi tidak dilaksanakan, maka kepemilikan BUMN
tetap di tangan pemerintah. Dengan demikian segala keuntungan
maupun kerugian sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah.
Penolakan terhadap privatisasi yang terjadi baru-baru ini lebih
banyak disebabkan kurangnya pemahaman dari pihak-pihak yang
terkait dengan BUMN yang akan diprivatisasi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan proses privatisasi BUMN.

3. UMKN mempunyai peran peran penting sebagai penggerak


kebangkitan ekonomi, dimana berdasarkan data Kemeterian
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah RI sektor ini menyerap
sekitar 97% tenaga kerja dan berkontribusi sebesar 60% terhadap
PDB Nasional. Untuk itu, sebagai salah satu mitra pemerintah,
kami secara konsisten menjalankan komitmen untuk
meningkatkan keterampilan dan daya saing UMKM secara
terpadu dan menyeluruh, salah satunya dengan memperluas
askses pelatihan tepat guna kepada pelaku UMKM agar dapat
senantiasa menghadapi tantangan melalui pemanfaatan teknologi
digital.

Anda mungkin juga menyukai