Anda di halaman 1dari 16

NAMA : EFA SAFITRI AMRI dari ketiga aspek akuntabilitas belum

dilaksanakan secara penuh dan perlu


NPM : 02272011113
ditingkatkan. Pada aspek akuntabilitas
organisasi dan manajemen koperasi masih
lemah dalam melaksanakan pendidikan bagi
KAJIAN EVALUASI PENERAPAN GOOD anggota serta peningkatan pertumbuhan
CORPORATE GOVERNANCE (STUDI PADA jumlah anggota. Aspek akuntabilitas usaha
KOPERASI-KOPERASI DI KOTA TARAKAN) dan pelayanan anggota menunjukkan koperasi
ABSTRAK belum dapat secara maksimal melayani jasa
Koperasi merupakan lembaga bisnis yang dan produk bisnisnya untuk masyarakat luas
mampu menggerakan perekonomian rakyat dan non anggota. Sedangkan pada aspek
(grassroot), telah terbukti memberikan akuntabilitas keuangan masih banyaknya
kontribusinya pada ekonomi baik untuk skala koperasi yang belum melaksanakan audit
nasional maupun internasional. Namun di sisi laporan keuangan yang dperiksa oleh lembaga
lain perkembangan koperasi di Indonesia eksternal independen seperti Akuntan Publik.
secara umum maupun secara khusus di kota Kata Kunci: Koperasi, perekonomian rakyat,
Tarakan masih diwarnai berbagai masalah Akuntabilitas, Good Corporate Governance AN
internal. Dapat di indikasikan masalah- EVALUATION STUDY OF GOOD CORPORATE
masalah yang dihadapi koperasi disebabkan GOVERNANCE (STUDY ON COOPERATIVES IN
masih lemahnya penerapan good corporate TARAKAN CITY) ABSTRACT Cooperative is an
governance pada koperasi. Penelitian ini business institution which is able to drive
bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi people’s economy (grassroot) and has been
sejauh mana penerapan good corporate proven to contribute on economy both in
governance pada koperasi-koperasi di kota national and international scale. However,
Tarakan. Penelitian ini menggunakan data either cooperative development in Indonesia
primer dan data sekunder. Data primer generally or particularly in Tarakan City still
diperoleh dari survei lapangan dengan encounters various internal problems. It can
menyebarkan kuesioner pada responden, be indicated that the problems faced by
sedangkan data sekunder diperoleh dari cooperatives are caused by weak
berbagai sumber publikasi. Analisis data implementation of good corporate
menggunakan distribusi frekuensi untuk governance on cooperatives. This research is
mengelompokkan ungkapan-ungkapan atau aimed to identify and evaluate the extent to
statement dari responden terhadap hal-hal which the implementation of good corporate
yang berkaitan dengan penerapan good governance in cooperatives in Tarakan City.
corporate governance dari ketiga aspek yaitu This research uses primary and secondary
akuntabilitas organisasi dan manajemen, data. Primary data are obtained from field
akuntabilitas usaha dan pelayanan anggota, survey by distributing questionnaires to
akuntabilitas keuangan. Sampel penelitian respondents, while secondary data are
yang digunakan adalah seluruh koperasi yang obtained from various sources of publication.
aktif beroperasional di kota Tarakan sebanyak Data analysis uses frequency distribution to
112 koperasi, namun dari penyebaran classify respondents’ expressions or
kuesioner hanya 72 koperasi sebagai statements about things related to three
responden yang menjawab dengan lengkap. aspects of good corporate governance
Hasil penelitian menunjukkan penerapan good implementation; those are organizational and
corporate governance koperasi-koperasi management accountability, business and
Tarakan telah dipraktekkan dengan cukup serving member accountability, and financial
baik, namun ada beberapa indikator-indikator accountability. The research sample used is all
active cooperatives operating in Tarakan City
as much as 112 cooperatives. However, Utara. Hingga Mei 2016, kotaTarakan memiliki
questionnaire distribution resulting only 72 190 unit koperasi dengan jumlah anggota
cooperatives as respondents that answer 3500 orang, dari 190 unit koperasi yang aktif
questionnaires completely. The research result 112 unit dan yang telah melaksanakan RAT
shows the implementation of good corporate sebanyak 38 unit (Kaltaraprov, 2016). Namun
governance of Tarakan cooperatives has been demikian berbagai masalah masih mewarnai
practiced quite well, but there are several perkoperasian di Indonesia. Berdasarkan data
indicators of three accountability aspects koperasi di kota Tarakan , terdapat 78 unit
which has not been fully implemented and koperasi yang tidak aktif dan mendapat
need to be improved. In the aspect of perhatian khusus dari Dinas perindustrian
organizational and management, cooperatives Perdagangan Koperasi dan UMKM kota
remains weak in implementing education for Tarakan, ketidakaktifan koperasi tersebut
members as well as increasing the growth of disebabkan memiliki permasalahan internal
membership. The aspect of business and yang berbedabeda seperti anggotanya tidak
serving members shows that cooperatives has dapat membayar iuran pokok, ada juga
not been able to serve its services and masalah permodalaan dan manajemen
business product to the fullest for society at kepengurusan koperasi (Junisah, 2014).
large and non-member. Meanwhile, in the Lemahnya kinerja dan berbagai permasalahan
aspect of financial accountability, there are yang dihadapi koperasikoperasi di Indonesia
many cooperatives that has not carried outan disebabkan buruknya penerapan tatakelola
audit of financial statements examined by seperti independensi yang lemah, manajemen
independent external agencies like Public dan kepemimpinan yang buruk, sumberdaya
Accountant. Keywords: cooperatives, people’s yang tidak memadai, serta korupsi dan
economy, accountability, good corporate nepotisme (Davis, 2010). Penyelenggaraan
governance PENDAHULUAN 1.1 Latar tata kelola yang tidak diselenggarakan dengan
Belakang Koperasi sebagai sebuah lembaga baik dapat menimbulkan lemahnya sistem
bisnis telah terbukti menjadi penggerak pengendalian internal. Seperti pemanfaatan
ekonomi masyarakat (grassroot). Pada kepentingan koperasi untuk kepentingan
perekonomian global bisnis koperasi tidak pribadi, maupun praktikpraktik Korupsi, Kolusi
dapat lagi dipandang sebelah mata, dalam dan Nepotisme (KKN). Selain itu, kualitas SDM
perkembangannya koperasi telah memiliki juga perlu ditingkatkan baik pengawas,
lebih dari 1 milyar anggota di seluruh dunia, pengurus, manajer, dan anggota dalam
membantu pembangunan ekonomi dengan kualitas pelayanan kepada pemegang
memasarkan sekitar 50% hasil pertanian kepentingan (masyarakat) serta kesiapan
global, dan mempekerjakan lebih dari 100 juta koperasi dalam mengatasi dampak negatif
tenaga kerja, melampaui jumlah tenaga kerja eksternal dari peristiwa ekonomi, bencana
seluruh perusahaan multinasional jika alam, tragedi dan lain- lain (Puspitasari dan
digabungkan (Fitriani dan Husnah, 2013). Ludigdo, 2013). Tata kelola perusahaan atau
Pertumbuhan koperasi di Indonesia cukup yang dikenal dengan good corporate
berkembang pesat, hingga tahun 2015 jumlah governance (GCG) yang telah banyak
koperasi di Indonesia telah mencapai lebih diterapkan pada perusahaan swasta besar
dari 212.000 unit dengan jumlah anggota maupun BUMN. Konsep good corporate
hingga 37 juta orang dan memiliki volume governance lingkupnya tidak hanya terbatas
usaha lebih dari 266 Trilyun rupiah (Depkop, pada perusahaanperusahaan besar
2015). Perkembangan koperasi di Indonesia saja,karena good corporate governance
juga di ikuti perkembangan koperasi di merupakan instrument dan konsep sebagai
daerah-daerah, khususnya kota Tarakan langkah pembaharuan dalam setiap organisasi
sebagai salah satu kota di provinsi Kalimantan apapun bentuknya. Penyelenggaraan tata
kelola yang baik pada koperasi merupakan isu Dan Usaha Kecil dan Menengah, nomor
yang paling hangat dan gencar disosialisasikan 20/Per/M.KUKM/IX/2015 pada pasal 9 ayat
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil 1,2 dan 3 mengatur tentang salah satu prinsip
Menengah. Hal ini dikarenakan tantangan penerapan good corporate governance yaitu
pengelolaan koperasi yang semakin kompleks penerapan Akuntabilitas pada koperasi dari
di era globalisasi. Hal ini juga diarahkan untuk tiga aspek yaitu 1. Akuntabilitas organisasi dan
membangun kultur dan kesadaran pihak-pihak manajemen 2. Akuntabilitas usaha dan
dalam koperasi untuk senantiasa menyadari pelayanan kepada anggota, 3. Akuntabilitas
misi dan tanggung jawab sosialnya yaitu Keuangan. Pada penelitian ini pengukuran
mensejahterakan anggotanya. Pembangunan penerapan good corporate governance pada
kesadaran akan mencapai tujuan merupakan koperasi menggunakan indikator-indikator
modal penting bagi pengelolaan koperasi dari 3 aspek akuntabilitas sebagaimana yang
secara profesional, amanah dan akuntabel tercantum pada peraturan menteri tersebut.
(Puspitasari dan Ludigdo, 2013). Beberapa 1.2 Perumusan Masalah Perkembangan
literatur penelitian terkait dengan penerapan koperasi di Indonesia secara umum dan di
good corporate governance pada koperasi daerahdaerah secara khusus di kota Tarakan
memberikan kesimpulan yang sama dengan mengalami pertumbuhan yang cukup pesat
pernyataan di atas. Pitman (2005) namun disisi lain juga menghadapi masalah-
menemukan bahwa koperasi-koperasi yang masalah internal yang terkait dengan
berhasil di Winconsin-Amerika Serikat telah buruknya penerapan tata kelola seperti
melaksanakan good corporate governance independensi yang lemah, manajemen dan
dengan baik. Penyelesaian masalah-masalah kepemimpinan yang buruk, sumberdaya yang
yang kompleks pada koperasi akan lebih tidak memadai, serta korupsi dan nepotisme.
mudah diatasi dengan pendekatan memahami Masalah-masalah koperasi ini di tandai
dan melaksanakan lebih baik penerapan good dengan banyaknya koperasi yang tidak aktif
corporate governance pada koperasi (Surroca dan tidak beroperasional sebagaimana
et al., 2006). Kemudian selanjutnya mestinya. Pentingnya penerapan good
pengawasan dari kalangan internal atas corporate governance akan menjadi penentu
pelaksanaan good corporate governance keberhasilan dan keberlanjutan usaha
memberikan pengaruh yang baik bagi koperasi serta dapat menyelesaikan masalah-
keberlanjutan dan pengembangan usaha pada masalah yang dihadapi. Untuk itu dapat
lembaga-lembaga keuangan mikro atau dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini
sejenis koperasi simpan pinjam (Bakker et al., yaitu ; “ Mengidentifikasi dan mengevaluasi
2014). Berdasarkan uraian di atas menarik dan sejauh mana penerapan good corporate
menjadi penting untuk melakukan penelitian governance dilakukan koperasi-koperasi di
yang terkait dengan penerapan good kota Tarakan “. 1.3. Tujuan dan Kontribusi
corporate governance pada koperasi Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1.
khususnya koperasi-koperasi yang ada di kota Identifikasi dan Evaluasi penerapan good
Tarakan. Sebagaimana yang dijelaskan corporate governance pada koperasi-koperasi
sebelumnya permasalahan-permasalahan di Tarakan 2. Memberikan rumusan
yang dihadapi koperasi di Tarakan yang tidak penerapan good corporate governance yang
aktif sangat berhubungan erat dengan baik untuk menjamin keberlangsungan dan
buruknya tatakelola atau good corporate keberhasilan koperasi-koperasi di Tarakan.
governance. Untuk itu penelitian ini bertujuan 1.3.2 Kontribusi Penelitian Adapun kontribusi
untuk mengatahui dan mengevaluasi sejauh penelitian ini adalah : 1. Gambaran dan
mana penerapan good corporate governance identifikasi penerapan good corporate
yang dilakukan oleh koperasi-koperasi di kota governance koperasi-koperasi di kota Tarakan.
Tarakan. Dalam Peraturan Menteri Koperasi 2. Rumusan penerapan good corporate
governance yang efektif untuk meningkatkan tujuan jangka panjang. Manajemen sebagai
keberhasilan dan keberlangsungan koperasi- pengelola mulai dari manajer beserta
koperasi di kota Tarakan. 3. Rekomendasi bagi karyawan, pengurus dan pengawas
pemerintah dan stakeholder lainnya dalam merupakan pihak yang memperoleh mandat
membuat kebijakan pelaksanaan tata kelola untuk menjalankan tugas mengoptimalkan
koperasi di kota Tarakan. 4. Sebagai referensi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
dan informasi bagi penelitian-penelitian koperasi, mandat tersebut diperoleh dari
selanjutnya terkait dengan tema penerapan anggota sebagai pemilik modal koperasi
good corporate governance pada koperasi (principal). Konflik kepentingan atau konflik
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Teori agensi di dalam koperasi bisa saja terjadi
keagenan merupakan teori yang mendasari antara manajemen (agent) dengan anggota
untuk memahami konsep good corporate koperasi (principal),ataupun didalam institusi
governance. Teori keagenan muncul seiring manajemen sendiri yaitu antara manajer
dengan pengembangan konsep pemisahan (agent) dengan pengurus atau pengawas
antara kepemilikan (prinsipal) dan kontrol oleh (principal) yang mewakili kepentingan anggota
manajemen (agent) dalam perusahaan (Berle koperasi. Konflik agensi akan mempengaruhi
dan Means, 1932). Pemilik perusahaan kinerja perusahaan dan akan menurunkan
menyerahkan secara professional control nilai perusahaan, hal ini merugikan kedua
perusahaan pada manajemen. Dengan belah pihak , kerugian tersebut dalam teori
demikian manajemen menjadi agen dari agensi disebut sebagai biaya agensi (Jensen,
pemilik yang memiliki kewenangan 1986). Dalam rangka meminimalisir konflik
mengontrol perusahaan dan bertugas untuk agensi tersebut konsep good corporate
meningkatkan nilai perusahaan. Dalam governance hadir untuk menjadi solusi
prakteknya, manajemen dapat saja melakukan mengurangi terjadi penyimpangan (konflik)
penyimpangan dari yang ingin dicapai kepentingan yang dapat menurunkan nilai
perusahaan, karena mereka juga memiliki perusahaan. good corporate governance
kepentingan secara indvidu, seperti merupakan salah satu elemen kunci dalam
mendapatkan kemakmuran pribadi, meningkatkan efisiensi ekonomis, yang
keselamatan kerja, gaya hidup dan meliputi serangkaian hubungan antara
keuntungan yang lain seperti fasilitas kantor manajemen perusahaan, dewan direksi, para
yang mewah, mobil pribadi dan tiket liburan pemegang saham dan stakeholder lainnya
yang semuanya dibebankan kepada didalam perusahaan (OECD, 2004). good
perusahaan. Dengan pemisahan antara corporate governance dapat mengurangi
kepemilikan dan kontrol tersebut berpotensi biaya agensi dikarenakan adanya peningkatan
menimbulkan konflik kepentingan antara pengawasan dan transparansi dalam
manajemen (agent) dan pemilik (principal), pengelolaan perusahaan (Fama, 1980). 2.2
konflik kepentingan tersebut dinamakan Good Corporate Governance Good corporate
konflik agensi (Jensen dan Meckling, 1976). governance dapat dijelaskan dalam perspektif
Konflik agensi atau agency problem adalah yang sempit atau perspektif yang lebih luas,
konflik yang timbul antara pemilik (principal) pada perspektif sempit lebih merujuk pada
dan manajer perusahaan (agent), dimana teori dasar keagenan yaitu good corporate
manajemen lebih mementingkan kepentingan governane merupakan hubungan antara
individu daripada tujuan perusahaan (Sartono, manajemen dan pemilik perusahaan. Peran
2012). Di dalam koperasi manajemen (agent) good corporate governance berfungsi sebagai
dapat di artikan sebagai lembaga institusi yang pengawasan dan pengendalian yang
terdiri dari orang-orang yang menjalankan memastikan bahwa manajemen mengelola
tugas-tugas organisasi dan menjamin perusahaan sesuai dengan tujuan dan
keberhasilan organisasi dalam pencapaian kepentingan pemilik perusahaan dalam jangka
panjang (Parkinson, 1994). Good corporate secara transparan dan wajar. Untuk itu
governance pada perspektif yang lebih luas perusahaan harus dikelola secara benar,
tidak hanya dijelaskan melalui hubungan terukur dan sesuai dengan kepentingan
antara manajemen dan pemilik perusahaan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
saja tetapi dapat dilihat sebagai hubungan kepentingan pemegang saham dan pemangku
antara manajemen perusahaan dengan pihak- kepentingan lainnya. Akuntabilitas merupakan
pihak lain yang berkepentingan pada persyaratan yang diperlukan untuk mencapai
perusahaan, seperti : karyawan, pelanggan, kinerja yang berkesinambungan. 3.
pemasok, pemegang obligasi (Feizizadeh, Responsibility (Pertanggungjawaban)
2012). Kemudian peranan good corporate Pertanggungjawaban perusahaan adalah
governance menjadi lebih luas yaitu sebagai kesesuaian (patuh) di dalam pengelolaan
fungsi pengendalian dan pengawasan pada perusahaan terhadap prinsip korporasi yang
manajemen guna memperoleh legitimasi sehat serta peraturan perundangan yang
dengan memenuhi akuntabilitas serta regulasi berlaku. Peraturan yang berlaku di sini
pada kepentingan pihak luar perusahaan termasuk yang berkaitan dengan masalah
(Tricker, 1984). Good corporate governance pajak, hubungan industrial, perlindungan
merupakan struktur, proses, budaya dan lingkungan hidup, kesehatan/ keselamatan
sistem untuk menghasilkan kesuksesan pada kerja, standar penggajian, dan persaingan
sebuah organisasi (Keasey dan Wright, 1993). yang sehat. 4. Independency (Kemandirian)
Good corporate governance menjadi sistem Untuk melancarkan pelaksanaan prinsip GCG,
aturan yang mengatur hubungan antara perusahaan harus dikelola secara independen
pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, sehingga masingmasing organ perusahaan
pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta tidak saling mendominasi dan tidak dapat
para pemegang kepentingan internal dan diintervensi oleh pihak lain. 5. Fairness
eksternal lainnya sebagai suatu sistem yang (Kewajaran) Dalam melaksanaakan
mengatur dan mengendalikan perusahaan, kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi memperhatikan kepentingan pemegang
stakeholder perusahaan (FCGI, 2006). Prinsip- saham, pemangku kepentingan lainnya dan
prinsip dasar good corporate governance yang semua orang yang terlibat didalamnya
dijelaskan dalam OECD (2004) maupun KNKG berdasarkan prinsip kesetaraan dan
(2006) bahwa perusahaan harus menjamin kewajaran. Penerapan good corporate
asas good corporate governance dilakukan governance secara benar dapat memperbaiki
pada setiap aspek bisnis dalam semua jajaran serta meningkatkan kinerja perusahaan
perusahaan, antara lain : 1. Transparancy dengan proses pengambilan keputusan yang
(Keterbukaan Informasi) Untuk menjaga benar serta mengurangi resiko kecurangan
objektivitas dalam menjalankan bisnis, yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
perusahaan harus menyediakan informasi untuk keputusankeputusan yang
yang material dan relevan dengan cara yang menguntungkan diri sendiri. Penerapan good
mudah diakses dan dipahami oleh pemangku corporate governance dengan demikian
kepentingan. Perusahaan harus mengambil menjadi bermanfaat bagi seluruh stakeholder
inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan
masalah yang diisyaratkan oleh peraturan (Siagian et al., 2013; Mishra dan Mohanty,
perundang-undangan, tetapi juga hal yang 2014). 2.3 Koperasi Menurut Undang-undang
penting untuk pengambilan keputusan oleh koperasi no. 17 tahun 2012 (pasal 1), Koperasi
pemegang saham, kreditur dan pemangku adalah badan hukum yang didirikan oleh
kepentingan lainnya. 2. Accountability (Dapat orang perseorangan atau badan hukum
Dipertanggungjawabkan) Perusahaan harus Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para
dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya anggotanya sebagai modal untuk menjalankan
usaha, yang memenuhi aspirasi dan harus dapat menjaga keseimbangan antara
kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, praktik-praktik bisnis komersial dan hubungan
dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip antar individu di dalamnya. 3. Koperasi dimiliki
Koperasi. Koperasi mengandung makna dan dikontrol oleh anggota yang memperoleh
“kerjasama“. Koperasi (cooperative) manfaat dari produk dan jasa yang
bersumber dari co-operation yang artinya dihasilkannya. Dengan kata lain, koperasi
kerjasama. Ada juga yang mengartikan berbeda dengan badan usaha lain karena
koperasi dalam makna lain. Enriques mereka userownered, user-controlled, dan
memberikan pengertian koperasi yaitu userbenefited. 4. Koperasi adalah organisasi
menolong satu sama lain (to help one demokratis yang dikontrol oleh anggotanya.
another) atau saling bergandengan tangan Mereka memilih pengurus yang berasal dari
(hand in hand) (Sitio dan Halomoan, 2001). anggota untuk menjadi perwakilan anggota
Jenis-jenis kegiatan usaha koperasi menurut dalam mengelola kegiatan koperasi. 5.
undang-undang koperasi no. 17 tahun 2012 Pengurus bertanggung jawab secara langsung
(pasal 83), sebagai berikut : 1. Koperasi pada anggotanya serta melaksanakan
konsumen yaitu menyelenggarakan kegiatan keputusan dan kebijakan yang telah disetujui
usaha pelayanan di bidang penyediaan barang oleh anggota. Pengurus memberikan
kebutuhan Anggota dan nonAnggota. 2. informasi kepada anggota secara rutin
Koperasi produsen yaitu menyelenggarakan mengenai kinerja keuangan dan progress
kegiatan usaha pelayanan di bidang pelaksanaan keputusan, kegiatan yang
pengadaan sarana produksi dan pemasaran direncanakan, dan lainlain. 6. Anggota
produksi yang dihasilkan Anggota kepada memiliki hak suara yang sama tanpa melihat
Anggota dan non-Anggota. 3. Koperasi jasa besar kecilnya simpanan yang mereka berikan
yaitu menyelenggarakan kegiatan usaha pada koperasi (one man one vote) 7. Tujuan
pelayanan jasa non- simpan pinjam yang utama koperasi adalah memenuhi kebutuhan
diperlukan oleh Anggota dan non-Anggota. 4. anggota dan memastikan kepuasan anggota,
Koperasi Simpan Pinjam yaitu menjalankan bukan sekedar menghasilkan profit. 8. Prinsip-
usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya prinsip koperasi juga menekankan pentingnya
usaha yang melayani Anggota. 2.4 Good kepedulian terhadap masyarakat sehingga
Corporate Governance Pada Koperasi koperasi harus menyusun dan melaksanakan
Meskipun dalam prinsip dan praktiknya good kebijakan serta strategi untuk mewujudkan
corporate governance koperasi memiliki pembangunan yang berkelanjutan di
banyak kesamaan dengan dengan tata kelola lingkungan masyarakatnya. Selain itu
perusahaan, ada beberapa hal yang pengawas dalam koperasi tidak hanya
membedakannya dari tata kelola badan usaha bertindak sebagai watch dog dari manajemen
lainnya. Menurut pedoman tata kelola yang mengawasi keputusan-keputusan
koperasi pertanian Bhutan yang dikeluarkan strategis dalam rangka maksimisasi
Royal Government of Bhutan (2011), keunikan keuntungan, tetapi juga harus secara efektif
tata kelola koperasi di antaranya adalah : 1. memperhatikan kebutuhan anggotanya,
Kegiatannya didasarkan pada prinsip- prinsip mengidentifikasikan, mencatat dan
dan nilai (dasar dan etika) yang diakui secara merepresentasikan kebutuhan dan keinginan
internasional. Prinsip-prinsip dan nilai ini anggota, serta melaporkannya kepada
menjadi acuan pelaksanaan kegiatan koperasi anggota dalam rangka memastikan nilai
untuk mencapai kebutuhan ekonomi, sosial, demokratis dalam koperasi (Ernst dan Young,
dan budaya anggota-anggotanya melalui 2012). Di beberapa negara, praktik tata kelola
usaha yang dijalankan bersama. 2. Koperasi yang baik pada koperasi mengacu pada suatu
merupakan badan usaha sekaligus pedoman tata kelola koperasi (code of
perkumpulan individu. Untuk itu koperasi cooperative governance). Beberapa negara
yang telah mengeluarkan pedoman tata kelola pelayanan. b. Pertanggungjawaban dan
untuk koperasi di antaranya adalah Inggris, dokumentasi laporan kegiatan pelayanan. c.
Singapura, Brazil, dan Bhutan. Sementara di Ketersediaan sarana dan prasarana usaha
Indonesia, pedoman tata kelola yang pelayanan. d. Kinerja efektifitas pelayanan
dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan kepada anggota. e. Kinerja perencanaan,
Governance (KNKG) peruntukkannya masih koordinasi dan pengendalian bisnis dengan
terbatas hanya untuk badan usaha korporasi non anggota. f. Pertanggung jawaban dan
dan BUMN. 2.5 Indikator Good Corporate dokumentasi laporan kegiatan bisnis. g.
Governance Pada Koperasi Dalam penelitian Ketersediaan sarana dan prasarana kegiatan
ini pengukuran penerapan good corporate bisnis dengan non anggota. h. Kinerja
governance menggunakan indikator-indikator efektifitas bisnis dengan non anggota. h.
yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kinerja partisipasi anggota dalam
Koperasi Dan Usaha Kecil dan Menengah, menanggung resiko pelayanan dan bisnis. i.
nomor 20/Per/M.KUKM/IX/2015 pada pasal 9 Tingkat partisipasi anggota sebagai pengguna
(ayat 1,2 dan 3) tentang 3 aspek penerapan berdasarkan jumlah anggota yang
akuntabilitas pada koperasi. Ketiga aspek memanfaatkan pelayanan koperasi. j. Tingkat
akuntabilitas tersebut meliputi: 1). partisipasi anggota sebagai pengguna jasa
Akuntabilitas organisasi dan manajemen, 2). berdasarkan pertumbuhan partisipasi bruto.
Akuntabilitas usaha dan pelayanan kepada k. Kinerja bantuan pembangunan daerah
anggota, 3). Akuntabilitas Keuangan. kerja. l. Pelaporan pertanggungjawaban pada
Penggunaan pengukuran dengan indikator tingkat penanggung jawab kepada atasannya
dari peraturan menteri tersebut lebih dan dibuat secara berjenjang dalam struktur
dirasakan tepat untuk jenis usaha koperasi organisasi koperasi. 3. Aspek akuntabilitas
dan sesuai dengan regulasi yang terkait keuangan dengan indikator terdiri dari : a.
dengan koperasi. Adapun indikator-indikator Ketersediaan sistem informasi. b. Transparansi
pengukuran good corporate governance pada pengelolaan sistem akuntansi. c. Kinerja
koperasi dari ketiga aspek di atas meliputi pelaksanaan pengawasan. d. Kinerja
sebagai berikut : 1. Aspek Akuntabilitas pelaksanaan audit external. e. Kelengkapan
organisasi dan manajemen dengan indikator dan dokumentasi proses penyusunan laporan
terdiri dari : a. Ketersediaan rumusan visi dan keuangan. f. Kinerja sistem pengendalian
misi koperasi. b. Kelengkapan legalitas internal. g. Pengelolaan likuiditas, solvabilitas,
perijinan kegiatan perusahaan koperasi. c. dan rentabilitas. h. Aktivitas pelayanan atas
Ketaatan pelaksanaan RAT sesuai peraturan total asset. i. Aktivitas pelayanan atas modal
perundang-undangan. d. Kelengkapan kerja. j. Hasil kinerja operasional. METODE
peraturan khusus yang perlu ada di koperasi. PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini
e. Ketertiban penyelenggaraan organisasi f. di laksanakan di kota Tarakan provinsi
Adanya komitmen untuk menjalankan Kalimantan Utara, penelitian ditujukan pada
akuntabilitas koperasi. g. Persyaratan seluruh koperasi-koperasi yang aktif di kota
kompetensi Pengurus, Pengawas dan Tarakan. 3.2 Peubah yang diamati/di ukur
Pengelola Koperasi. h. Pelaksanaan Pada penelitian ini pengukuran penerapan
pengembangan sumber daya manusia good corporate governance pada koperasi
koperasi. i. Adanya partisipasi anggota dalam menggunakan indikatorindikator yang
kontribusi modal berupa simpanan pokok dan tercantum dalam Peraturan Menteri Koperasi
simpanan wajib. j. Pendidikan anggota. k. Dan Usaha Kecil dan Menengah, nomor
Peningkatan jumlah anggota. 2. Aspek 20/Per/M.KUKM/IX/2015 pada pasal 9 (ayat
akuntabilitas usaha dan pelayanan anggota 1,2 dan 3) yang mengatur tentang 3 aspek
dengan indikator terdiri dari : a. Kinerja penerapan akuntabilitas pada koperasi.
perencanaan, koordinasi dan pengendalian Berikut ketiga aspek akuntabilitas disajikan
dalam tabel berikut : Tabel 3.1 Pengukuran analisis data penerapan good corporate
Penerapan Good Corporate Governance pada governance pada koperasi. 3.5 Teknik
koperasi No Aspek Akuntabilitas Jumlah Pengolahan Data Data yang terkumpul dari
Indikator Pengukuran 1. Organisasi dan lapangan diinvetarisasi dan di klasifikasikan,
Manajemen 11 Penerapan good corporate selanjutnya dilakukan tabulasi data. Hasil
governance di ukur dengan terlaksana atau tabulasi diolah dengan software computer
tidaknya yang dipersyaratkan dalam indikator SPSS atau excel 3.6 Teknik Analisis Data Studi
2. Usaha dan pelayanan anggota 13 ini menggunakan teknik analisis data cara
Penerapan good corporate governance di ukur sederhana dengan pendekatan menggunakan
dengan terlaksana atau tidaknya yang analisis distribusi frekuensi. Analisis distribusi
dipersyaratkan dalam indikator 3. Keuangan 9 frekuensi digunakan untuk mengelompokkan
Penerapan good corporate governance di ukur ungkapan-ungkapan atau statement dari
dengan terlaksana atau tidaknya yang responden terhadap hal-hal yang berkaitan
dipersyaratkan dalam indikator 33 Sumber : dengan penerapan good corporate
Dikembangkan dalam penelitian ini 3.3 governance pada koperasi. Analisis data akan
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi mengelompokkan dari 33 indikator penerapan
dalam penelitian ini adalah seluruh koperasi good corporate governance yang digunakan
yang aktif yang beroperasional di kota dalam penelitian ini untuk mengelompokkan
Tarakan. Karena jumlah koperasi yang aktif indikator mana saja yang telah diterapkan dan
berdasarkan data per bulan mei 2016 yang belum diterapkan dalam praktek good
sebanyak 112 unit koperasi, agar corporate governance di koperasikoperasi
mendapatkan gambaran yang penuh tentang Tarakan. Dengan menggunakan teknik
praktek penerapan good corporate distribusi frekuensi tersebut akan dapat
governance pada koperasi di kota Tarakan mengidentifikasi sejauh mana praktek
maka sampel yang digunakan penelitian ini penerapan good corporate governance, baik
adalah seluruh jumlah koperasi yang aktif dari sisi kelemahan dan kekuatannya.
yang beroperasional di kota Tarakan. 3.4 Kemudian hasil identifikasi dan evaluasi
Teknik Pengumpulan Data Tujuan penelitian tersebut merumuskan rekomendasi dalam
ini adalah untuk mengetahui dan rangka membenahi dan meningkatkan praktek
memaparkan penemuan fakta lapangan penerapan good corporate covernance yang
berdasarkan potensi maupun gejala faktual lebih baik. HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil
yang ada pada lokasi penelitian. Selanjutnya Penelitian 4.1.1 Perkembangan Koperasi di
dibuat deskripsi secara sistematis, faktual dan kota Tarakan Perkembangan koperasi di Kota
akurat tehadap fakta-fakta, sifat-sifat serta Tarakan dari tahun ke tahun berfluktuasi, ada
hubungan antar fenomena yang ditelah dan koperasi yang baru tumbuh tapi ada juga
merumuskan berbagai alternatif solusi sesuai koperasi yang tidak aktif, koperasi yang baru
dengan aspek yang dikaji. Untuk mendapatkan tumbuh karena didasari kebutuhan
informasi data yang dibutuhkan, peneliti masyarakat/UMKM yang ingin mempunyai
menggunakan metode pengumpulan data lembaga/badan hukum yang akan menaungi
sebagai berikut : 1. Data sekunder : melalui usaha mereka dan
studi kepustakaan (buku, artikel, buletin, mempermudah/memfasilitasi usaha mereka,
majalah dan media internet). 2. Data Primer : baik dari segi permodalan, pemasaran
melalui studi lapangan ke lokasi penelitian maupun pengembangan usaha. Berdasarkan
dengan mengumpulkan data melalui : a. data Disperindagkop dan UMKM Kota Tarakan,
Wawancara, berdialog atau mengajukan jenis- jenis koperasi di Kota Tarakan meliputi
pertanyaan langsung kepada responden guna jenis koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi
melengkapi data yang diperoleh. b. Pegawai Negeri (KPN), Koperasi Simpan
Penyebaran Kuesioner, untuk keperluan Pinjam (KSP), Koperasi Karyawan (KOPKAR),
Koperasi Credit Union (CUK), Koperasi Syariah, berjumlah sebanyak 67 atau sebanyak 93,05
Koperasi Wanita (Kopwan), Koperasi dan sisanya 5 atau 6,95% merupakan usia
Distribusi, Koperasi Pasar, Koperasi Pemuda, tidak produktif. Untuk tingkat pendidikan
Koperasi Nelayan, Koperasi Jasa, Koperasi responden dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut
Pasantren, Koperasi TNI- PORLI, Koperasi : Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Responden No.
Distribusi, Koperasi Konsumen dan Koperasi Umur Frekuensi Persen 1. SD 0 0 2. SMP 0 0 3.
Produsen. 4.1.2 Profil Responden Profil SMA 36 50 4. Diploma/Sarjana 29 40.28 5.
responden memberikan gambaran tentang Pasca Sarjana 7 9.72 Total 72 100.0 Sumber :
data responden yang menjadi sampel dalam Data primer di olah (2016) Berdasarkan Tabel
penelitian ini meliputi : 1) Jumlah Responden 4.3 dapat diketahui tingkat pendidikan
Studi ini bertujuan mengidentifikasi sejauh responden sebagian besar adalah lulusan SMA
mana penerapan good corporate governance sebanyak 36 atau 50% dan urutan kedua
pada koperasi-koperasi di kota Tarakan. lulusan Diploma/Sarjana sebanyak 29 atau
Analisis menggunakan tabel frekuensi 40,28%. Sedangkan yang memiliki tingkat
berdasarkan data primer yang di olah. Data pendidikan pascasarjana sebanyak 7atau
primer bersumberkan dari kuesioner yang 9,72%. 3) Lamanya Koperasi Beroperasi
disebarkan pada 112 koperasi aktif sebagai Kondisi baik tidaknya sebuah koperasi bisa
responden. Namun dari hasil penyebaran 112 dilihat dari beberapa indikator, salah satunya
kuesioner hanya 72 responden yang dapat adalah dilihat dari lamanya sebuah koperasi
menjawab dan mengembalikan secara beroperasi. Lamanya beroperasi koperasi aktif
lengkap pada tim peneliti. Maka analisis yang menjadi responden dalam penelitian ini
penerapan GCG koperasi bersumberkan 72 dapat ditunjukkan pada Tabel 4.4 Tabel 4.4
responden sebagai sampel penelitian Lamanya Koperasi Beroperasi No. Lama
dianggap telah memenuhi syarat minimal. Operasi Frekuensi Persen 1. Di bawah 5 tahun
Secara umum jumlah sampel yang menjadi 14 19.44 2. 5 tahun sampai dengan 10 tahun
responden dalam penelitian tergantung dari 18 25.00 3. 11 tahun sampai dengan 20 tahun
jenis studi yang dilakukan, untuk studi 26 36.11 4. 21 tahun sampai dengan 30 tahun
deskriptif, sampel 10% dari populasi dianggap 8 11.11 5. Di atas 30 tahun 6 8.33 Total 72
jumlah amat minimal, untuk populasi lebih 100.0 Sumber : Data primer di olah (2016)
kecil, setidaknya 20% mungkin diperlukan Berdasarkan Tabel 4.4 dominan lamanya
(Kuncoro, 2003). 2) Identitas Umum koperasi beroperasi adalah 26 tahun, yaitu
Responden Identitas umum responden terdiri sebanyak 26 atau 36,11%. Sedangkan koperasi
dari : jenis kelamin, usia, dan tingkat yang lama beroperasi kurang dari 5 tahun
pendidikan. Dari jenis kelamin sebanyak 45 sebanyak 14 atau 19,44%. Koperasi yang lama
orang Laki- laki dan 27 orang wanita dengan beroperasinya lebih dari 30 tahun hanya 6
usia termuda 19 tahun dan tertua 65 tahun. koperasi atau sebanyak 8,33%. Hal ini
Adapun rincian usia responden dapat dilihat menunjukkan bahwa koperasi aktif di Kota
dalam Tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 Data Usia Tarakan mempunyai kemampuan yang sangat
Responden No. Umur Frekuensi Persen 1. Di baik untuk tetap bertahan dan menunjukkan
bawah 30 tahun 9 12.50 2. 30 tahun sampai eksistensinya. 4) Jenis dan Jumlah Asset
dengan 40 tahun 28 38.89 3. 41 tahun sampai Koperasi Pada bagian ini menunjukkan jenis
dengan 50 tahun 22 30.56 4. 51 tahun sampai dan jumlah asset koperasi yang menjadi
dengan 60 tahun 10 13.89 5. Di atas 60 tahun responden dalam sampel penelitian ini,
2 2.78 6. Tidak Menjawab 1 1.39 Total 72 100 sebagaimana dapat dilihat pada tabeltabel
Sumber : Data primer di olah (2016) berikut. Tabel 4.5 Responden Berdasar Jenis
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas menunjukkan Koperasi No. Jenis Koperasi Frekuensi Persen
bahwa para responden dengan usia produktif 1. KSU 34 47.22 2. KPN 3 4.17 3. PRIMER 3
yaitu 15 – 59 tahun (menurut kriteria BPS) 4.17 4. SIMPAN PINJAM 26 36.11 5. JASA 4
5.56 6. KARYAWAN 1 1.39 7. KONSUMSI 1 1.39 dan manajemen koperasi dilaksanakan sesuai
Total 72 100.0 Sumber : Data primer di olah dengan nilai, prinsip, jati diri koperasi,
(2016) Dari Tabel 4.5 dapat diperoleh peraturan perundang- undangan yang berlaku,
informasi bahwa jenis koperasi aktif yang baik dalam anggaran dasar dan anggaran
paling banyak di Kota Tarakan adalah Koperasi rumah tangga serta kebijaksanaan organisasi
Serba Usaha (KSU), yaitu sebanyak 34 koperasi koperasi yang telah ditetapkan. Dalam
atau sebanyak 47,22%. Selanjutnya adalah penelitian ini aspek akuntabilitas organisasi
jenis koperasi simpan pinjam yaitu sebanyak dan manajemen di ukur dengan 10 indikator,
26 atau 36,11%. Jenis koperasi yang paling sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut
sedikit jumlahnya adalah jenis koperasi dari hasil survey responden terhadap
karyawan dan konsumsi yaitu sebanyak 1 penerapannya koperasi-koperasi di kota
koperasi atau sebesar 1,39%. Dari data ini Tarakan. Tabel 4.7 Penerapan Aspek
menunjukkan koperasi yang aktif dominan Akuntabilitas Organisasi dan manajemen
jenisnya adalah koperasi serba usaha. Nilai Koperasi Di Kota Tarakan No Indikator
asset produktif yang dimiliki koperasi di Kota Menerapkan dengan baik dan lengkap Belum
Tarakan dapat ditunjukkan pada tabel berikut. menerapkan dengan baik dan lengkap Tidak
Tabel 4.6 Nilai Asset Koperasi No. Nilai Asset menerapkan sama sekali Total 1. Ketersediaan
Frekuensi Persen 1. Dibawah 10 juta 2 2.78 2. rumusan visi dan misi 65% 28% 7% 100% 2
10 juta - 50 juta 12 16.67 3. 50 juta - 100 juta Kelengkapan legalitas perijinan kegiatan
11 15.28 4. 100 juta - 500 juta 16 22.22 5. Di perusahaan 74% 24% 3% 100% 3
atas 500 juta 26 36.11 6. Tidak Menjawab 5 Melaksanaan RAT sesuai peraturan
6.94 Total 72 100.0 Sumber : Data primer di perundangundangan 79% 14% 7% 100% 4
olah (2016) Berdasarkan Tabel 4.6 sebagian Kelengkapan peraturan khusus yang perlu ada
besar koperasi memiliki nilai asset di atas 500 di koperasi 58% 36% 6% 100% 5 Ketertiban
juta rupiah yaitu sebanyak 2 atau 2,78%, nilai penyelenggaraan organisasi 64% 35% 1%
asset 10 juta – 50 juta 16,67%, nilai asset 50 100% 6 Adanya komitmen untuk menjalankan
juta – 100 juta sebanyak 15,28%, dan nilai akuntabilitas koperasi 63% 35% 3% 100% 7
asset 100 juta – 500 juta, sebanyak 22,22%, Melaksanakan pengembangan sumber daya
sisanya diikuti tidak menjawab 6,94 %. Hal ini manusia koperasi. 56% 36% 8% 100% 8
menunjukkan bahwa nilai asset yang dimiliki Adanya partisipasi anggota dalam kontribusi
koperasi aktif di Kota Tarakan sudah sangat modal berupa simpanan pokok dan simpanan
kuat. Meskipun kebutuhan penambahan wajib 81% 15% 4% 100% 9 Pendidikan
modal produktif masih sangat dibutuhkan anggota 38% 43% 19% 100% 10 Peningkatan
untuk meningkatkan produktivitas dan jumlah anggota. 50% 36% 14% 100% Sumber :
kesejahteraan koperasi-koperasi tersebut. Data Primer di olah (2016) Berdasarkan tabel
Survei juga menunjukkan bahwa sebesar 6,94 di atas dapat dilihat koperasi-koperasi di
persen tidak menjawab hal ini dapat Tarakan dari 10 indikator aspek akuntabilitas
dinyatakan terdapat koperasi yang tidak organisasi dan manajemen, partisipasi
memiliki pengetahuan menilai assetnya atau anggota dalam kontrubusi modal merupakan
dapat diduga secara mandiri tidak memiliki indikator yang tertinggi diterapkan pada level
asset produktif. 4.1.3 Analisis Penerapan Good secara baik dan lengkap oleh koperasi-
corporate Governance Koperasi Analisis koperasi (81%), sedangkan indikator yang
penerapan good corporate governance paling rendah adalah melaksanakan
koperasi meliputi 3 aspek yaitu: 1) Aspek pendidikan bagi anggota koperasi (38%). Pada
Akuntabilitas Organisasi dan Manajemen level penerapan yang belum dilaksanakan
Aspek akuntabilitas organisasi dan secara baik dan lengkap, pendidikan anggota
manajemen koperasi merupakan menjadi indikator yang tertinggi (43%),
penyelenggaraan dan pengelolaan organisasi sedangkan indikator yang terendah adalah
melaksanakan RAT sesuai peraturan sama sekali aspek-aspek akuntabilitas
perundang-undangan (14%). Selanjutnya pada organisasi dan manajemen. 2) Aspek
level penerapan yang belum dilaksanakan Akuntabilitas Usaha dan Pelayanan Anggota
sama sekali, untuk indikator tertinggi adalah Aspek akuntabilitas usaha dan pelayanan
pendidikan anggota (19%) dan indikator yang anggota merupakan pertanggung jawaban
terendah adalah ketertiban penyelenggaraan pelaksanaan usaha dan pelayanan yang lebih
organisasi (1%). Menurut PERMEN Koperasi baik kepada para anggota dan masyarakat
dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor disekitarnya sesuai dengan kebijaksanaan
20/Per/M.KUKM/IX/2015, dalam aspek yang telah ditetapkan dalam rencana kerja
Akuntabilitas Organisasi dan manajemen ada (RK) dan rencana anggaran pendapatan dan
3 unsur yang menjadi pengukuran penerapan belanja koperasi (RAPBK) guna mendukung
GCG koperasi. Tiga unsur tersebut antara lain dan meningkatkan kesejahteraan anggota dan
sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Anggota. 2. masyarakat di wilayah kerja koperasi.
Partisipasi Anggota. 3. Manajemen Penerapan GCG dalam aspek akuntabilitas
Kelembagaan. Berdasarkan data diatas usaha dan pelayanan anggota dalam
tampak bahwa pertumbuhan anggota pada penelitian ini dilihat dari 13 indikator
koperasi-koperasi di Tarakan masih belum sebagaimana ditampilkan dalam tabel
berjalan dengan baik. Lima puluh persen dari berikut : Tabel 4.8 Penerapan Aspek
jumlah responden belum mengalami Akuntabilitas Usaha dan Pelayanan Anggota
pertumbuhan jumlah anggota yang ideal, Koperasi Di Kota Tarakan No Indikator
bahkan 14% jumlah responden tidak Menerapkan dengan baik dan lengkap Belum
mengalami pertumbuhan anggota sama menerapkan dengan baik dan lengkap Tidak
sekali. Pertumbuhan jumlah anggota yang menerapkan sama sekali Total 1 Perencanaan,
rendah dapat menjadi kendala bagi koperasi koordinasi dan pengendalian pelayanan 69%
terutama berkaitan dengan penambahan dan 26% 4% 100% 2 Pertanggungjawaban dan
pengembangan sumber modal (ekuitas) dokumentasi laporan kegiatan pelayanan 75%
koperasi. Pada unsur pengukuran partisipasi 24% 1% 100% 3 Ketersediaan sarana dan
anggota dari data respnden di atas prasarana usaha pelayanan 61% 31% 8% 100%
menunjukkan bahwa anggota-anggota 4 Kinerja efektifitas pelayanan kepada anggota
koperasi di Tarakan telah berkontribusi besar 68% 31% 1% 100% 5 Kinerja perencanaan,
yakni 81% dalam partisipasi memberikan koordinasi dan pengendalian bisnis dengan
modal (simpanan pokok dan simpanan wajib). non anggota. 36% 39% 25% 100% 6
Hal ini memberikan signal bahwa partisipasi Pertanggung jawaban dan dokumentasi
anggota dalam modal sudah cukup baik laporan kegiatan bisnis 71% 24% 6% 100% 7
walaupun masih terdapat 4% koperasi yang Ketersediaan sarana dan prasarana kegiatan
anggotanya tidak sama sekali berkontribusi bisnis dengan non anggota 33% 26% 40%
dalam partisipasi modal. Beberapa indikator 100% 8 Kinerja efektifitas bisnis dengan non
yang menjadi perhatian khusus dalam anggota. 38% 29% 33% 100% 9 Kinerja
penerapan GCG aspek akuntabilitas organisasi partisipasi anggota dalam menanggung resiko
dan manajemen adalah penerapan pendidikan pelayanan dan bisnis. 49% 40% 11% 100% 10
anggota dan penambahan jumlah anggota, Tingkat partisipasi anggota sebagai pengguna
karena kedua indikator tersebut merupakan berdasarkan jumlah anggota yang
indikator yang paling besar dari indicator memanfaatkan pelayanan koperasi. 65% 29%
lainnya pada level belum diterapkan sama 6% 100% 11 Tingkat partisipasi anggota
sekali (19% dan 14%). Kemudian juga yang sebagai pengguna jasa berdasarkan
menjadi catatan penting hampir semua pertumbuhan partisipasi bruto. 57% 31% 13%
indikator menunjukkan masih adanya 100% 12 Kinerja bantuan pembangunan
beberapa koperasi yang tidak menerapkan daerah kerja 31% 39% 31% 100% 13
Pelaporan pertanggungjawaban pada tingkat komposisi belum menerapkan dengan baik
penanggung jawab kepada atasannya dan dan lengkap sebesar 29%, dan komposisi
dibuat secara berjenjang dalam struktur belum menerapkan sama sekali sebesar 6%.
organisasi koperasi. 69% 25% 6% 100% Dari data ini menunjukkan tingkat parsipasi
Sumber : Data Primer di olah (2016) anggota terhadap pelayanan produk dan jasa
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas indikator koperasi sudah cukup besar. Anggota-anggota
Pertanggungjawaban dan dokumentasi koperasi di Tarakan telah memanfaatkan dan
laporan kegiatan pelayanan merupakan menghidupkan kegiatan ekonomi koperasi
indikator yang tertinggi (75%) diterapkan pada mereka sendiri sehingga dapat memberikan
level dengan baik dan lengkap koperasi- dampak yang signifikan bagi kinerja koperasi.
koperasi di Tarakan, sedangkan yang paling Kemudian untuk unsur pelayanan kegiatan
rendah adalah kinerja bantuan daerah (31%). bisnis (netto) dengan non anggota untuk
Pada level penerapan yang belum penyediaan sarana dan prasarana
dilaksanakan secara baik dan lengkap, kinerja menunjukkan komposisi penerapan dengan
partisipasi anggota dalam menanggung resiko baik dan lengkap sebesar 33% ,komposisi
pelayanan dan bisnis menjadi indikator yang belum menerapkan dengan baik dan lengkap
tertinggi (40%), sedangkan indikator yang sebesar 26% dan komposisi belum
terendah adalah pertanggungjawaban dan menerapkan sama sekali sebesar 40%.
dokumentasi laporan kegiatan pelayanan dan Sedangkan untuk kinerja efektifitas bisnis
pertanggung jawaban dan dokumentasi pelayanan non anggota menunjukkan
laporan kegiatan bisnis (24%). Selanjutnya komposisi penerapan dengan baik dan
level penerapan yang belum dilaksanakan lengkap sebesar 38%, komposisi belum
sama sekali, untuk indikator tertinggi adalah menerapkan dengan belum baik dan lengkap
penerapan ketersediaan sarana dan prasarana sebesar 29% dan komposisi belum
kegiatan bisnis dengan non anggota (40%) dan menerapkan sama sekali sebesar 33%.
indikator yang terendah adalah Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan
pertanggungjawaban dan dokumentasi pelayanan bisnis koperasi kepada non anggota
laporan kegiatan pelayanan dan kinerja belum diterapkan secara maksimal karena
efektifitas pelayanan kepada anggota (1%). terlihat hampir 30% lebih koperasi belum
Dalam aspek akuntabilitas usaha dan sama sekali melayani kegiatan bisnis dengan
pelayanan anggota ada 4 unsur (berdasarkan non anggota. Hal ini menunjukkan adanya
PERMEN Nomor 20/Per/M.KUKM/IX/2015) keterbatasan sumberdaya koperasi dalam
yang menjadi pengukuran penerapan GCG memperluas pelayanan bisnisnya terhadap
koperasi, keempat unsur tersebut antara lain : non anggota. Berdasarkan data di atas juga
1. Partisipasi bruto anggota. 2. Partisipasi dapat dilihat ada 4 indikator yang belum
netto anggota. 3. Kegiatan bisnis dengan non diterapkan sama sekali oleh koperasi dengan
anggota. 4. Kegiatan bisnis netto kepada non komposisi di atas 20% yaitu antara lain : 1.
anggota. Pada unsur partisipasi bruto anggota Kinerja perencanaan, koordinasi dan
koperasi-koperasi di Tarakan telah pengendalian bisnis dengan non anggota
menunjukkan penerapan yang cukup baik , (25%). 2. Ketersediaan sarana dan prasarana
dimana komposisi untuk koperasi yang kegiatan bisnis dengan non anggota (40%). 3.
menerapkan dengan baik dan lengkap sebesar Kinerja efektifitas bisnis dengan non anggota
51%, komposisi belum menerapkan dengan (33%). 4. Kinerja bantuan pembangunan
baik dan lengkap sebesar 31% dan komposisi daerah kerja (31%) Dari keempat unsur yang
belum menerapkan sama sekali 13%. dapat menjadi perhatian khusus dan
Sedangkan untuk unsur partisipasi netto menunjukkan masih banyaknya penerapan
anggota menunjukkan komposisi penerapan GCG pada aspek akuntabilitas usaha dan
dengan baik dan lengkap sebesar 65%, pelayanan anggota yang belum dilakukan oleh
sebagian koperasi-koperasi di kota Tarakan rendah adalah Audit external Kinerja
terutama berkaitan dengan pelayanan bisnis pelaksanaan (31%). Pada level penerapan
kepada non anggota koperasi. 3) Aspek yang belum dilaksanakan secara baik dan
Akuntabilitas Keuangan Aspek akuntabilitas lengkap, Audit external kinerja pelaksanaan
keuangan merupakan penyelenggaraan menjadi indikator yang tertinggi (36%),
akuntabilitas keuangan sesuai dengan tingkat sedangkan indikator yang terendah adalah
pertanggung jawaban secara berjenjang, Pengawasan kinerja oleh dewan pengawas
penyusunan laporan keuangan dilaksanakan (15%). Selanjutnya pada level penerapan yang
secara tertib, transparan dan akuntabel sesuai belum dilaksanakan sama sekali, untuk
standar akuntansi keuangan entitas tanpa indikator tertinggi adalah Audit external
akuntabilitas publik (SAK-ETAP). Penerapan Kinerja pelaksanaan (33%) sedangkan yang
GCG dalam aspek akuntabilitas keuangan terendah adalah Pengawasan kinerja oleh
dalam penelitian ini dilihat dari 11 indikator dewan pengawas (1%). Dalam aspek
sebagaimana ditampilkan dalam tabel akuntabilitas Keuangan anggota ada 7 unsur
berikut : Tabel 4.9 Penerapan Aspek (berdasarkan PERMEN Nomor
Akuntabilitas Keuangan Koperasi Di Kota 20/Per/M.KUKM/IX/2015) yang menjadi
Tarakan No. Indikator Menerapkan dengan pengukuran penerapan GCG koperasi. Tujuh
baik dan lengkap Belum menerapkan dengan unsur tersebut antara lain : 1. Laporan
baik dan lengkap Tidak menerapkan sama keuangan diaudit oleh Akuntan Publik dengan
sekali Total 1 Ketersediaan sistem informasi opini Wajar Tanpa Catatan atau Wajar Dengan
63% 28% 10% 100% 2 Transparansi Catatan yang tidak material. 2. Kemampuan
pengelolaan sistem akuntansi. 74% 22% 4% koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka
100% 3 Pengawasan kinerja oleh dewan pendek dibanding dengan aset lancar (Likuid).
pengawas 83% 15% 1% 100% 4 Audit external 3. Kemampuan koperasi untuk memenuhi
Kinerja pelaksanaan. ( laporan keuangan seluruh kewajibannya dengan aset yang
diaudit oleh Akuntan Publik dengan opini dimiliki (Solvabel). 4. Kemampuan koperasi
Wajar Tanpa Catatan atau Wajar Dengan dalam mendayagunakan asetnya (Aktivity
Catatan yang tidak material) 31% 36% 33% Asset). 5. Kemampuan menghasilkan sisa hasil
100% 5 Kelengkapan dan dokumentasi proses usaha (Tingkat Rentabilitas). 6. Perputaran
penyusunan laporan keuangan 74% 19% 7% persediaan. 7. Perputaran piutang. Pada unsur
100% 6 Kinerja sistem pengendalian internal penerapan Laporan keuangan yang diaudit
64% 29% 7% 100% 7 Kemampuan memenuhi oleh Akuntan Publik menunjukkan masih
kewajiban jangka pendek dibanding dengan sedikitnya koperasi menerapkan audit dari
aset lancar (Likuid) 65% 31% 4% 100% 8 pihak eksternal (31%), dan juga menjadi
kemampuan memenuhi seluruh kewajibannya indikator yang terbesar untuk level belum
dengan aset yang dimiliki (Solvabel) 64% 32% menerapkan dengan baik dan lengkap (36%)
4% 100% 9 Kemampuan mendayagunakan serta pada level belum menerapkan sama
asetnya (Aktivity Aset) 63% 29% 8% 100% 10 sekali (33%). Audit laporan keuangan dengan
Kemampuan mendayagunakan modal kerja menggunakan pihak eksternal yang
(piutang,persediaan) 67% 29% 4% 100% 11 independen (Akuntan Publik) bertujuan untuk
Kemampuan menghasilkan sisa hasil usaha mengurangi serta meniadakan terjadinya
(rentabilitas) 72% 22% 6% 100% Sumber : kecurangan manipulasi dalam penyajian
Data Primer di olah (2016) Berdasarkan hasil laporan keuangan. Audit eksternal juga
pengolahan data di atas indikator pengawasan bertujuan mengurangi konflik agensi sehingga
kinerja oleh dewan pengawas merupakan manajemen (agen) benar-benar melaksanakan
indikator tertinggi (83%) yang telah diterapkan kegiatan koperasi untuk kepentingan anggota
pada level dengan baik dan lengkap koperasi- (prinsipal). Dengan masih lemahnya
koperasi di Tarakan, sedangkan yang paling penerapan indikator ini menunjukkan masih
banyaknya koperasi yang belum menyadari bagi anggota dan peningkatan pertumbuhan
danmemahami pentingnya pelaksanaan audit jumlah anggota. Pendidikan anggota dan
laporan keuangan secara ekternal dan pertumbuhan anggota koperasi sangat
independen. Pada unsur likuiditas atau menjadi penting, karena upaya-upaya untuk
pemenuhan kewajiban jangka pendek, pengembangan kapasitas usaha koperasi
menunjukkan telah dilaksanakan dengan sangat bergantung dengan kualitas pendidikan
cukup baik oleh koperasi-koperasi Tarakan. dan pertumbuhan jumlah anggota. 2.
Enam puluh lima persen koperasi telah Penerapan good corporate governance pada
menerapkannya dengan baik, 31% yang belum aspek akuntabilitas usaha dan pelayanan
menerapkan dengan baik serta hanya 4% yang anggota koperasi dapat dinyatakan telah
tidak menerapkan sama sekali. Begitu juga berjalan dengan cukup baik khususnya pada
untuk unsur-unsur solvabilitas, perputaran anggota, namun belum dapat secara penuh
asset, rentabilitas, serta perputaran modal memberikan pelayanan jasa dan produk
kerja (piutang dan persediaan) menunjukkan bisnisnya kepada masyarakat luas atau dengan
penerapan yang cukup baik, dimana semua non anggota koperasi. Hasil analisis penelitian
unsur telah diterapkan dengan baik dengan juga menunjukkan masih banyaknya koperasi
komposisi diatas 60%, dan komposisi belum yang tidak sama sekali dapat melayani
menerapkan sama sekali juga relatif kecil kegiatan bisnisnya untuk masyarakat luas atau
(dibawah 9%). Sehingga dapat dinyatakan dengan non anggota koperasi. Hal ini
koperasi-koperasi di kota Tarakan secara mengindikasikan bahwa koperasikoperasi
umum memiliki tingkat likuiditas,solvabilitas, memiliki keterbatasan sumber daya
activity asset, rentabilitas, serta perputaran ekonominya (kapasitas modal) yang dapat
modal kerja yang cukup baik. Pada aspek disebabkan minimnya pertumbuhan jumlah
akuntabilitas keuangan yang menjadi catatan anggota sebagaimana yang dinyatakan pada
penting bahwa pada semua indikator masih kesimpulan poin 1 di atas. Sehingga koperasi-
terdapat beberapa koperasi yang tidak koperasi hanya mampu dan terfokus melayani
menerapkan sama sekali. Kemudian yang jasa dan produknya untuk kepentingan
menjadi perhatian khusus adalah masih anggotanya saja. 3. Pada penerapan good
lemahnya penerapan audit laporan keuangan corporate governance aspek akuntabilitas
dengan menggunakan pihak eksternal yang keuangan koperasi menunjukkan telah
independen (akuntan publik). KESIMPULAN melaksanakan penyelenggaraan akuntabilitas
DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini keuangan dengan tingkat
bertujuan untuk mengidentifikasi dan pertanggungjawaban secara berjenjang. Dari
mengevaluasi penerapan good corporate kesebelas indikator terdapat satu indikator
governance pada koperasi-koperasi di Tarakan. yang masih lemah diterapkan secara penuh,
Dari hasil analisis penelitian maka dapat yaitu pelaksanaan audit laporan keuangan
disimpulkan sebagai berikut : 1. Penerapan yang dilakukan oleh pihak eksternal
good corporate governance pada aspek independen seperti menggunakan jasa
akuntabilitas organisasi dan manajemen pada professional akuntan publik. Pengawasan
koperasi secara umum dapat dinyatakan kinerja koperasi yang berkaitan dengan
berjalan dengan cukup baik. Dari kesepuluh akuntabilitas keuangan telah dilakukan secara
indikator aspek akuntabilitas organisasi dan internal, dalam hal ini dewan pengawas
manajemen, partisipasi anggota dalam koperasi memainkan peran penting untuk
memberikan modal (simpanan pokok dan terciptanya akuntabel keuangan. Secara
simpanan wajib) merupakan indikator yang umum koperasi-koperasi kota Tarakan
paling tinggi penerapannya. Namun terdapat 2 memiliki kinerja yang cukup baik berkaitan
indikator yang masih lemah dalam dengan tingkat likuiditas, solvabilitas, activity
penerapannya yaitu pelaksanaan pendidikan asset, rentabilitas dan pendayagunaan modal
kerja. 5.2 Saran-saran Adapun saran-saran layanan bisnisnya kepada masyarakat luas
yang diberikan merekomendasikan kepada atau non anggota. Penguatan modal dengan
pemerintah dan stakeholder lainnya terkait dana bergulir tidak hanya sekedar
dengan penerapan good corporate menstimulasi dalam bentuk dana saja tetapi
governance yang baik bagi koperasi-koperasi juga melakukan pendampingan secara intensif
di kota Tarakan yang merujuk pada beberapa dan sehat dalam mempergunakan dana
indikatorindikator dari ketiga aspek bergulir tersebut. 3. Aspek akuntabilitas
akuntabilitas (organisasi dan manajemen, keuangan. Dalam aspek akuntabilitas
usaha dan pelayanan anggota, keuangan) yang keuangan koperasi-koperasi Tarakan perlu
masih lemah penerapannya yang dapat meningkatkan kualitas akuntabelnya melalui
dirumuskan sebagai berikut : 1. Pada Aspek prosedur audit laporan keuangan yang
akuntabilitas organisasi dan manajemen. a. dilakukan oleh pihak ekternal yang
Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan independen. Untuk itu koperasi perlu
dan pelatihan bagi anggota. Pendidikan dan menunjuk lembaga Akuntan Publik
pelatihan merupakan salah satu unsur penting professional untuk melaksanakan audit selain
yang harus dilaksanakan untuk menambah telah diperiksa secara internal oleh dewan
pengetahuan dan keterampilan serta pengawas koperasi sendiri. Audit pada
wawasan dalam perkoperasian. Pelaksanaan koperasi dapat digunakan untuk menguji atau
pendidikan dan pelatihan perkoperasian tidak mengukur keakuratan dan kewajaran atas apa
hanya dimaksudkan untuk meningkatkan yang telah dikerjakan dan dilaporkan oleh
kemampuan anggota, pengurus, pengawas, karyawan, memperbaiki kesalahan, proses
atau karyawan dalam bidang pengetahuan akuntansi dan mengurangi kemungkinan
perkoperasian, tetapi juga dapat digunakan kesalahan penilaian aset oleh karyawan, dan
sebagai alat untuk meningkatkan kegiatan dan memberikan sugesti untuk memperbaiki
usaha. Pemerintah dapat memfasilitasi pengendalian dan mencapai efisiensi operasi
melalui programprogram pada Dinas yang lebih besar. Pemerintah secara bertahap
Perkoperasiaan untuk melaksanakan dapat mengatur kebijakan daerah yang
pelatihanpelatihan dan pendidikan yang mewajibkan koperasi untuk lebih
diperlukan bagi koperasi. b. Melakukan upaya- meningkatkan akuntabilitas keuangannya.
upaya untuk meningkatkan pertumbuhan Peningkatan akuntabilitas dilakukan dengan
jumlah anggota koperasi. Anggota koperasi terbiasa menggunakan Lembaga Audit
merupakan asset bagi koperasi, Eksternal Independen seperti Akuntan Publik
perkembangan usaha koperasi sangat untuk mengaudit laporan keuangan koperasi.
dipengaruhi oleh pertumbuhan anggota Sehingga diharapkan dapat menciptakan
koperasi. 2. Aspek akuntabilitas usaha dan kinerja keuangan koperasi dengan memenuhi
pelayanan anggota. Dalam aspek usaha dan aspek bisnis yang dijalankan secara
pelayanan terhadap anggota telah maksimal transparancy (keterbukaan informasi),
dilakukan, namun penerapan pelayanan pada accountability (dapat
masyarakat luas dan non anggota belum dipertanggungjawabkan), responsibility
begitu maksimal dilakukan. Maka diharapkan (pertanggungjawaban), independency
koperasikoperasi dapat meningkatkan (kemandirian) dan fairness (kewajaran).
kapasitas usahanya untuk dapat melayani DAFTAR PUSTAKA Bakker, A., J. Schaveling, dan
kepentingan masyarakat luas dan non A. Nijhof. 2014. "Governance and
anggota. Pemerintah dapat meningkatkan microfinance institutions". Corporate
fasilitas dana bergulir dengan prinsip Governance, Vol. 14, No. 5, hlm: 637 - 652.
penyaluran kredit yang sehat, bagi koperasi- Berle, dan Means. 1932. "The Modern
koperasi yang masih lemah dalam penguatan Corporation and Private Property". New York:
permodalan untuk pengembangan kapasitas The Macmillan Company. Davis, P. 2010.
"Strategies For Building an Effective Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi.
Cooperative Movement in Indonesia". Jakarta: Penerbit Erlangga. Mishra, S., dan P.
Unpublished Paper. Depkop. 2015. Mohanty. 2014. "Corporate governance as a
Rekapitulasi Data Keragaan Koperasi Per 31 value driver for firm performance: evidence
Desember 2015, edited by K. K. d. U. K. from India". Corporate Governance, Vol. 14,
Menengah: http://www.depkop.go.id/. Ernst, No. 2, hlm: 265-280. OECD. 2004. "OECD
dan Young. 2012. "Enlightened co-operative Principles of Corporate Governance".
governance: Balancing performance with Organisation For Economic CoOperation And
broader principles and mutuals.". Fama, E. F. Development. Parkinson, J. 1994. Corporate
1980. "Agency Problems and the Theory of power and responsibility: Oxford University
the Firm ". The Journal of Political Economy, Press. Pitman, L. 2005. "Cooperatives in
Vol. 88, No. 2, hlm: 288-307. FCGI. 2006. Winconsin". University of Wiconsin, Center of
Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit Cooperatives, Madison. Puspitasari, D. S., dan
dalam Pelaksanaan Corporate Governance U. Ludigdo. 2013. "Good Governance Of
( Tata Kelola Perusahaan ): SERI TATA KELOLA Koperasi Wanita Serba Usaha “SETIA BUDI
PERUSAHAAN (CORPORATE GOVERNANCE) WANITA” Jawa Timur". Unpublished Paper.
Jilid I. Feizizadeh, A. 2012. "Corporate Sartono, R. A. 2012. Manajemen Keuangan
governance: Frameworks". Indian Journal of Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Siagian,
Science and Technology, Vol. 5, No. 9. Fitriani, F., S. V. Siregar, dan Y. Rahadian. 2013.
S. N., dan N. Husnah. 2013. "Analisis "Corporate governance, reporting quality, and
Tatakelola dan Kinerja Koperasi Peternak di firm value: evidence from Indonesia ". Journal
Jawa Barat". Jurnal Pusat Studi BUMN of Accounting in Emerging Economies, Vol. 3,
Universitas Indonesia, Vol. 8, No., hlm: 41-57. No. 1, hlm: 4- 20. Sitio, A., dan T. Halomoan.
Hill, C. W. L., dan T. M. Jones. 1992. 2001. Koperasi (Teori dan Praktek). Jakarta:
"Stakeholder-Agency Theory". Journal of Erlangga. Surroca, J., M. A. García, dan C. L.
Management Studies, Vol. 29, No. 2. Jensen, Santamaria. 2006. "Corporate Governance
M. C. 1986. "Agency Costs of Free Cash Flow, and the Mondragón Cooperatives". Journal of
Corporate Finance, and Takeovers". American the Iberoamerican Academy of Management,
Economic Review, Vol. 76, No. 2, hlm: 323-32 Vol. 4, No. 2, hlm: 99 - 112. Tricker, R. 1984.
Jensen, M. C., dan W. H. Meckling. 1976. Corporate Governance: Practices, procedures
"Theory of the Firm: Managerial Behavior, and powers in British companies and their
Agency Costs and Ownership Structure ". boards of directors. UK: Gower Press,
Journal of Financial Economics, Vol. 3, No. 4, Aldershot. Winarko, S. P. 2014. "Pengaruh
hlm: 305-360. Jensen, M. C. 2001. "Value Modal Sendiri, Jumlah anggota dan Aset
Maximization, Stakeholder theory, and the Terhadap Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Di
Corporate Objective Function". European Kota Kediri". Nusantara Of Research, Vol. 01,
Financial Management, Vol. 7 No. 3, hlm: 297- No. 02.
317. Junisah. 2014. "78 Koperasi Tarakan Tidak
Aktif". Tribun Kaltim Co.
http://kaltim.tribunnews.com. Kaltaraprov.
2016. Data Koperasi Per Mei 2016. In
http://www.kaltaraprov.go.id. Keasey, K., dan
M. Wright. 1993. "lssues in Corporate
Accountability and Governance: An Editorial ".
Accounting and Business Research, Vol. 23,
No. 91A, hlm: 291-303. KNKG. 2006.
"Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia". Kuncoro, M. 2003.

Anda mungkin juga menyukai