0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
44 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut memberikan contoh-contoh dari tiga hal utama yang ditawarkan oleh sosiologi dalam melihat suatu fenomena sosial, yaitu melihat keumuman dalam kekhususan, melihat yang asing dalam yang familiar, dan melihat pilihan pribadi dalam konteks sosial. Contohnya termasuk mempelajari pola perilaku individu yang dipengaruhi oleh kelas sosial, dan menjelaskan bunuh diri sebagai akibat fak
Dokumen tersebut memberikan contoh-contoh dari tiga hal utama yang ditawarkan oleh sosiologi dalam melihat suatu fenomena sosial, yaitu melihat keumuman dalam kekhususan, melihat yang asing dalam yang familiar, dan melihat pilihan pribadi dalam konteks sosial. Contohnya termasuk mempelajari pola perilaku individu yang dipengaruhi oleh kelas sosial, dan menjelaskan bunuh diri sebagai akibat fak
Dokumen tersebut memberikan contoh-contoh dari tiga hal utama yang ditawarkan oleh sosiologi dalam melihat suatu fenomena sosial, yaitu melihat keumuman dalam kekhususan, melihat yang asing dalam yang familiar, dan melihat pilihan pribadi dalam konteks sosial. Contohnya termasuk mempelajari pola perilaku individu yang dipengaruhi oleh kelas sosial, dan menjelaskan bunuh diri sebagai akibat fak
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4110/ PENGANTAR SOSIOLOGI
Kode/Nama UPBJJ : 47/ PONTIANAK
Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA 1. Adapun 3 hal utama yang ditawarkan oleh sosiologi dalam melihat suatu fenomena social beserta contohnya: A. Seeing the General in the Particular Melihat keumuman dalam kekhususan, dimana individu pada derajat tertentu memiliki keseragaman karena dibentuk oleh “kekuatan sosial” melalui kelas sosial, agama, suku, Pendidikan, dan sebagainya. Sehingga sosiologi mempelajari gejala yang “general”. Peter L. Berger (1963) mendeskripsikan perspektif sosiologi sebagai “…seeing the general in the particular”. Artinya bahwa sosiologi melihat pada pola-pola yang umum dalam perilaku khusus seseorang (individu). Sementara itu, setiap individu adalah unik, dan masyarakat membentuk anggota-anggotanya. Sehingga perilaku tiap anggota masyarakat sesungguhnya dipengaruhi oleh “kekuatan sosial” yang berlaku dalam masyarakatnya. Misalnya dalam hal pemilihan pasangan hidup. Walaupun masalah pemilihan pasangan hidup sangat tergantung pada tiap-tiap individu, akan tetapi pada saat seseorang (individu) tersebut memilih, pilihannya akan dilatarbelakangi oleh kelas sosial, pendidikan, suku, agama, dan sebagainya dari dalam dirinya sendiri yang ikut menentukan pasangan hidup seperti apa yang dia inginkan. Kadang kala bahkan pandangan hidup seperti apa yang dia inginkan. Kadang kala bahkan pandangan dan nilai-nilai dari orang tua maupun keluarga ikut menjadi “tekanan sosial” yang tidak dapat dihindari.
B. Seeing the Strange in Familiar
Sosiologi selalu mempertahankan hal-hal yang nampaknya “biasa-biasa saja”. Sehingga sosiologi dapat membongkar rahasia dibalik hal yang biasa. Dorongan untuk mengetahui apa yang terjadi di balik suatu gejala dan masalah yang nampaknya biasanya (familier) justru akan membawa sosiologi pada suatu temuan yang bersifat “underground”. Dengan menggunakan perspektif sosiologi kita akan mampu melihat cela sekecil apapun untuk mengetahui apa yang sesungguhnya menjadi akar suatu masalah. Dengan kata lain, ibarat pintu terkunci, sosiologi “mengintip dari lubang kunci”. Hal itu sejalan dengan pernyataan Peter L, Berger, bahwa dalam upayanya menyingkap tabir yang menyelimuti apa yang nampak dari luar, para ahli sosiologi didorong dengan apa yang disebutkan “debunking motif” (dorongan untuk membongkar kepalsuan).
C. Seeing Personal Choise in Social Context
Sosiologi akan mampu menjelaskan bagaimana “pilihan pribadi” dipengaruhi oleh kekuatan sosial. Dalam artian bahwa secara sosial seseorang tidak dapat bebas memilih atas kehendaknya pribadi, akan tetapi dipengaruhi oleh satu atau lebih kekuatan sosial yang melingkarinya, seperti tekanan kelas sosial,agama, suku, pendidikan, keluarga dan sebagainya. Dengan kata lain, dalam sosiologi masalah individu harus dilihat dalam konteks sosial. Sebagai contoh adalah temuan dari penelitian yang dilakukan Emile Durkheim. Dengan perspektif sosiologis Durkheim menemukan suatu fakta sosial di mana fenomena bunuh diri bukanlah disebabkan factor pribadi yang semata-mata disebabkan oleh stress (psikologis) melainkan bersumber pada masalah atau kekuatan yang ada dalam masyarakatnya. Dimana, menurutnya orang dapat melakukan buruh diri karena: integrasi sosial yang terlalu kuat (misalnya dalam masyarakat militer yang rela mengorbankan dirinya untuk keselamatan teman-temannya dan keutuhan kelompok); integrasi sosial yang terlalu lemah (misalnya, manakala agama kurang mengikatnya, atau ikatan keluarga lemah, dan individualistic yang tinggi); dan, masyarakatnya tidak memberi pegangan lagi pada warganya sehingga individu mengalami ketiadaan norma dan nilai dalam masyarakat.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita