Anda di halaman 1dari 69

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Anugerah-Nya,
sehingga Buku Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga telah dapat
terselesaikan.

Pembangunan Indonesia melalui pelaksanan agenda prioritas pembangunan yang


dikenal dengan Program Pembangunan Nawacita yang merupakan bagian program
pembangunan nasional pada era Presiden Republik Indonesia dengan
menggunakan kerangka ideologi Trisakti sebagai satu gerakan revolusi mental
melalui tiga pilar yaitu Indonesia berdaulat secara politik, Indonesia yang berdaulat
secara ekonomi dan Indonesia yang berkepribadian secara sosial dan budaya.

Sesuai arah pembangunan pemerintah Indonesia pada periode 2015 – 2019,


BKKBN memiliki titik sentral prioritas pembangunan dari 9 program Nawacita yaitu
pada Nawacita ke 3 (tiga) yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah persatuan, Nawacita ke 5 (lima) yaitu meningkatnya kualitas
hidup manusia Indonesia dan Nawacita ke 8 (delapan) yaitu melalui revolusi karakter
bangsa. Implementasinya, BKKBN memiliki peran serta untuk menerapkan revolusi
mental dalam program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga dan mengembangkan sumber daya manusia untuk mengemban misi
melakukan revolusi mental dan perubahan pola pikir melalui pendekatan keluarga.

Sesuai Intruksi Presiden, Nomor 7 tahun 1999 sebagai salah satu instansi
pemerintah berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan
kegagalan dalam melaksanakan misi organisasi dalam bentuk Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerinah (LAKIP), berdasarkan atas perencanaan strategis,
perencanaan kinerja dan pengukuran kinerja. LAKIP ini menjelaskan
pertanggungjawaban terhadap pencapaian sasaran strategis dan indikator kerja
serta pengelolaan sumber daya yang ada pada tahun 2018.

Page ii
Berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B.5/2011, tanggal 1 Februari
2011, BKKBN selaku Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang melaksanakan
tugas pemerintah di bidang Pengendalian Penduduk dan Penyelenggaraan
Keluarga Berencana. Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk yang
dilaksanakan melalui Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga dalam rangka mewujudkan norma keluarga kecil bahagia
sejahtera. Pada masa yang akan datang, buku LAKIP ini diharapkan dapat menjadi
bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja untuk lebih produktif, efektif dan efisien
dalam aspek perencanaan, pengorganisasian dan pengelolaan sumber daya yang
ada. Kami harapkan adanya saran, masukan serta kritik bersifat membangun dalam
penyempurnaan LAKIP di tahun yang akan datang.

Jakarta, Januari 2019


Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
Dan Pemberdayaan Keluarga,

Dr. dr. M. Yani, M.Kes, PKK

Page ii
IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kedeputian Bidang


Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga merupakan laporan pertanggung
jawaban terhadap pelaksanaan program dan kegiatan dalam upaya mewujudkan
sumber daya manusia berkualitas melalui pendekatan keluarga. Kebijakan
Pembangunan Keluarga dilaksanakan melalui pembinaan ketahanan dan
kesejahteran keluarga dengan memberdayakan keluarga agar dapat melaksanakan
fungsi keluarga secara optimal.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, sasaran kinerja Kedeputian Bidang
Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga adalah meningkatnya
ketahanan keluarga guna mewujudkan keluarga berkualitas dengan pengukuran
sebagai berikut:
1. Persentase Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS);
2. Persentase remaja perempuan 15-19 tahun yang menjadi ibu dan atau sedang
hamil anak pertama; dan
3. Median Usia Kawin Pertama Perempuan.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap indikator kinerja, pencapaian target


kinerja Kedeputian Bidang KSPK Tahun 2018 dari 3 (tiga) indikator kinerja utama
terdapat 2 (dua) indikator yang tercapai dan 1 (satu) indikator yang tidak tercapai,
indikator yang tidak tercapai yaitu Persentase Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dari
target Kinerja 2018 sebesar 15,5 persen, pada tahun 2018 ini masih sebesar 16,9
persen. Berdasarkan laporan Hasil Pendataan Keluarga (2018), persentase keluarga
pra sejahtera (Pra KS) adalah sebesar 16.8 persen. Angka ini masih di atas target
yang ditetapkan, yaitu 15,5 persen.

Persentase remaja perempuan 15 – 19 tahun yang menjadi ibu dan atau sedang
hamil anak pertama telah berhasil diturunkan melebihi target 2018, yaitu 7 persen
dari target 9,10 persen. Hasil ini sejalan dengan Trend pada SDKI 1991 – 2012.
Capaian ini bahkan melebihi target di akhir Renstra 2015 – 2019.

Page ii
Capaian indikator median usia kawin pertama perempuan tahun 2018 adalah 21
tahun dari 20,9 tahun yang ditargetkan. Hasil ini tidak berbeda dengan capaian di
tahun 2016 (20 tahun) dan lebih kecil hasil dari tahun 2015 di posisi 21.3 tahun
(PMA, 2015). Secara umum, mengalami Trend kenaikan signifikan sejak tahun 1991
hingga 2012 (SDKI 1991 – 2012).

Dukungan anggaran kedeputian KSPK tahun 2018 sebesar Rp 25.750.000.000,-.


Dari total anggaran yang diterima, telah terealisasi sebesar Rp 25.396.268.828,-
atau 98,63 persen.

Realisasi anggaran terbesar pada Pembinaan Ketahanan Remaja (99.26 persen),


diikuti Pembinaan Keluarga Balita dan Anak (98.55 persen), Pemberdayaan
Ekonomi Keluarga (98.48 persen), serta Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia
dan Rentan (98,22 persen).

Keberhasilan dalam capaian target kinerja didukung oleh:


1. Adanya kebijakan, strategi, pedoman, materi dan administrasi tentang program
Bina Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK);
2. Adanya kebijakan penyediaan sarana dan prasarana edukasi program
prmbangunan keluarga pada BOKB dan DAK;
3. Adanya pengembangan Media KIE dalam upaya meningkatkan kualitas keluarga
melalui Aplikasi Lansia Tangguh, Aplikasi Genre, Aplikasi Orang Tua Hebat,
Delapan Langkah Tingkatkan Penghasilan Keluarga;
4. Mulai dikembangkan Indikator Pembangunan Keluarga; dan
5. Tersedianya anggaran yang mendukung program Bina Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga (KSPK).

Dalam pencapaian sasaran dan tujuan masih menghadapi berbagai kendala dalam
pelaksanaan program dan kegiatan serta pengelolaan keuangan kedeputian KSPK
antara lain :
1. Belum Optimalnya komitmen pemerintah daerah dalam mendukung program
Pembangunan Keluarga
2. Belum optimalnya pelatihan Bina Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan
Keluarga (KSPK) sejak 2015

Page ii
3. Belum tersedianya Grand Design KSPK yang terkini.
4. Belum optimalnya pembinaan Kelompok Poktan oleh PKB/PLKB
5. Belum optimalnya sosialisasi Program Pembangunan Keluarga

Secara umum, hasil pengukuran indikator kinerja Kedeputian Bidang Keluarga


Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Tahun 2018 sudah baik. Hal tersebut dapat
terjadi karena telah sesuainya kegiatan dan anggaran yang disusun dalam
perencanaan dengan indikator kinerja, ketepatan pelaksanaan kegiatan, dan
berjalannya pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.

Page ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR…………......................................................................... i
IKHTISAR EKSEKUTIF ….……………………………………………………... iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..... vi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ………………………………………………. viii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………. ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. PENJELASAN UMUM ORGANISASI ........................................... 1
B. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI ............................................. 5
C. PERMASALAHAN UTAMA YANG DIHADAPI ............................. 7

BAB II PERENCANAAN KINERJA ............................................................... 9


A. RENCANA STRATEGIS 2015 – 2019 .......................................... 9
B. RENCANA KINERJA TAHUN 2018 .............................................. 12
C. PENETAPAN KINERJA ................................................................ 14

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................. 17


A. PERBANDINGAN ANTARA TARGET DAN REALISASI
KINERJA TAHUN INI ................................................................... 17
B. PERBANDINGAN ANTARA TARGET KINERJA CAPAIAN
DENGAN KINERJA TAHUN INI, TAHUN LALU DAN
BEBERAPA TAHUN TERAKHIR .................................................. 22
C. PERBANDINGAN CAPAIAN KINERJA SAMPAI DENGAN TAHUN
INI DENGAN TARGET JANGKA MENENGAH DALAM
RENSTRA ..................................................................................... 23
D. MEMBANDINGKAN REALISASI KINERJA TAHUN INI DENGAN
STANDAR NASIONAL .................................................................. 23
E. ANALISIS PENYEBAB KEBERHASILAN, KEGAGALAN DAN
UPAYA PENCAPAIAN TARGET .................................................. 24
F. ANALISIS EFISIENSI SUMBER DAYA ........................................ 26
G. ANALISIS PROGRAM/KEGIATAN YANG MENUNJANG

Page ii
KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN ........................................... 27
H. REALISASI ANGGARAN ............................................................... 28

BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 29


A. KESIMPULAN ................................................................................ 29
B. LANGKAH – LANGKAH ANTISIPASI ............................................ 30
LAMPIRAN

Page ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2018 Kedeputian Bidang Keluarga


Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga ………………………........... 16
Tabel 3.1 Pengukuran Indikator Kinerja Kedeputian Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga Tahun 2018 …............…………………….. 17
Tabel 3.2 Pengukuran Indikator Kinerja Utama Kedeputian Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga ............................................................ 22
Tabel 3.3 Pengukuran Indikator Kinerja Utama Kedeputian KSPK Tahun 2018
dengan 2019 ..................................................................................... 23
Tabel 3.4 Realisasi Anggaran Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan
Keluarga Tahun 2018 ........................................................................ 28

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kedeputian KSPK ……………………………. 4


Gambar 3.1 Target dan Capaian Keluarga Pra KS .......................................... 18
Gambar 3.2 Trend Angka Kelahiran Remaja Usia 15–19 Tahun 1991-2017... 20
Gambar 3.3 Trend Median Usia Kawin Pertama Perempuan
Tahun 1991-2017 .......................................................................... 21

Page ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perjanjian Kinerja Tahun 2018


Lampiran 2 Perjanjian Kinerja Tahun 2019
Lampiran 3 Struktur Organisasi Kedeputian Bidang KSPK
Lampiran 4 Tabel Tingkat Pendidikan SDM Kedeputian Bidang KSPK
Lampiran 5 Pencapaian Kinerja Tahun 2018 Kedeputian Bidang KSPK
Lampiran 6 Rencana Strategis Program KKBPK Bidang KSPK
Lampiran 7 Tabel Jumlah Keluarga dan Tahapan Keluarga Tahun 2015
dan Pemutakhiran PK sampai dengan Tahun 2018
Lamiran 8 Dokumentasi Kegiatan Kedeputian KSPK

Page ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENJELASAN UMUM ORGANISASI


Pelaksanaan kegiatan di lingkungan Kedeputian Bidang Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga dilakukan sesuai dengan kedudukan, tugas pokok dan
fungsi Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga yang
tertuang dalam Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, sebagai berikut:

1. Kedudukan
Kedeputian Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
merupakan unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BKKBN di bidang
Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga yang kedudukan dan
tanggung jawabnya berada di bawah Kepala BKKBN. Bidang keluarga
sejahtera dan pemberdayaan keluarga meliputi upaya pemberian akses
informasi, konseling, pembinaan, bimbingan, dan pemberian pelayanan
dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas dan ketahanan keluarga
sesuai dengan Perka BKKBN No. 72/PER/B5/2011 pasal 222.

2. Tugas Pokok dan Fungsi


a. Tugas Pokok
Kedeputian Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di
bidang keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga (Perka BKKBN
No. 72/PER/B5/2011 pasal 223).
b. Fungsi
Dalam Perka BKKBN No. 72/PER/B5/2011 pasal 224, fungsi Kedeputian
Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga adalah:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang keluarga sejahtera dan
pemberdayaan keluarga

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 1


2. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang keluarga sejahtera dan
pemberdayaan keluarga
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga;
4. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang keluarga sejahtera
dan pemberdayaan keluarga; dan
5. Pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi di bidang keluarga
sejahtera dan pemberdayaan keluarga

3. Struktur Organisasi
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Deputi Bidang Keluarga
Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (Perka BKKBN No. 72/PER/B5/2011
pasal 225) terdiri atas :
1) Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
pengembangan program, pelembagaan, serta monitoring dan
evaluasi pembinaan keluarga balita dan anak;
b. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengembangan program, pelembagaan, serta monitoring
dan evaluasi pembinaan keluarga balita dan anak;
c. Penyiapan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang
pengembangan program, pelembagaan, serta monitoring dan
evaluasi pembinaan keluarga balita dan anak;
d. Pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi di bidang pengembangan
program, pelembagaan, serta monitoring dan evaluasi pembinaan
keluarga balita dan anak; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Keluarga
Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga.

2) Direktorat Bina Ketahanan Remaja menyelenggarakan fungsi:


a. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
pengembangan program, pelembagaan bina, serta monitoring dan
evaluasi pembinaan ketahanan remaja;

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 2


b. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengembangan program, pelembagaan, serta monitoring
dan evaluasi pembinaan ketahanan remaja;
c. Penyiapan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang
pengembangan program, pelembagaan, serta monitoring dan
evaluasi pembinaan ketahanan remaja;
d. Pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi di bidang pengembangan
program, pelembagaan, serta monitoring dan evaluasi pembinaan
ketahanan remaja; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Keluarga
Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga.

3) Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan


menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
pengembangan program, pelembagaan, serta monitoring dan
evaluasi pembinaan ketahanan keluarga lansia dan rentan;
b. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengembangan program, pelembagaan, serta monitoring
dan evaluasi pembinaan ketahanan keluarga lansia dan rentan;
c. Penyiapan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang
pengembangan program, pelembagaan, serta monitoring dan
evaluasi pembinaan ketahanan keluarga lansia dan rentan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi di bidang pengembangan
program, pelembagaan, serta monitoring dan evaluasi pembinaan
ketahanan keluarga lansia dan rentan; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Keluarga
Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga.

4) Direktorat Pemberdayaan Ekonomi Keluarga menyelenggarakan fungsi:


a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang
pengembangan program usaha ekonomi keluarga, peningkatan
teknologi dan permodalan usaha ekonomi keluarga, serta
peningkatan manajemen usaha ekonomi keluarga;

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 3


b. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengembangan program usaha ekonomi keluarga,
peningkatan teknologi dan permodalan usaha ekonomi keluarga,
serta peningkatan manajemen usaha ekonomi keluarga;
c. Penyiapan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang
pengembangan program usaha ekonomi keluarga, peningkatan
teknologi dan permodalan usaha ekonomi keluarga, serta
peningkatan manajemen usaha ekonomi keluarga;
d. Pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi di bidang pengembangan
program usaha ekonomi keluarga, peningkatan teknologi dan
permodalan usaha ekonomi keluarga, serta peningkatan manajemen
usaha ekonomi keluarga; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Keluarga
Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga.

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kedeputian KSPK


STRUKTUR ORGANISASI
KEDEPUTIAN BIDANG KSPK

Deputi Bidang KSPK


Dr.dr.M.Yani, M.Kes,
PKK

Direktur Bina Direktur Bina Direktur Bina Direktur Pemberdayaan


Keluarga Balita Ketahanan Remaja Ketahanan Keluarga Ekonomi Keluarga
dan Anak Eka Sulistia lansia dan Rentan Drs.Kushindarwito, M.AP
Dra. Evy Ratnawati Ediningsih, SH Dra. Widati, Mm

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 4


B. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, guna mewujudkan visi dan misi
berdasarkan Rencana Strategis 2015-2019, Kedeputian Bidang KSPK memiliki
beberapa kekuatan dan kesempatan antara lain:
1. Kekuatan
a. Peran Kedeputian KSPK sesuai amanat Undang-undang Nomor 52
tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, dalam pasal 47 ayat (1) menyatakan bahwa pemerintah dan
pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga
melalui pembinaan ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga dan
ayat (2) adalah untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan
fungsi keluarga secara optimal;
b. Tersedianya regulasi pasal 48 UU Nomor 52 Tahun 2019 bahwa
Pembinaan ketahanan dan kesejahteran keluarga dilaksanakan melalui:
(1) peningkatan kualitas anak dengan memberikan akses informasi,
pendidikan, penyuluhan, dan pelayanan tentang perawatan,
pengasuhan dan perkembangan anak; (2) peningkatan kualitas remaja
dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling, dan
pelayanan tentang kehidupan berkeluarga; (3) peningkatan kualitas
hidup lansia agar tetap produktif dan berguna bagi keluarga dan
masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan dalam
kehidupan berkeluarga; (4) pemberdayaan keluarga rentan dengan
memberikan perlindungan dan bantuan untuk mengembangkan diri agar
setara dengan keluarga lainnya; (5) peningkatan kualitas lingkungan
keluarga; (6) peningkatan akses dan peluang terhadap penerimaan
informasi dan sumber daya ekonomi melalui usaha mikro keluarga; (7)
pengembangan cara inovatif untuk memberikan bantuan yang lebih
efektif bagi keluarga miskin; dan (8) penyelenggaraan upaya
penghapusan kemiskinan terutama bagi perempuan yang berperan
sebagai kepala keluarga. (catatan : peluang dan kesempatan);
c. BKKBN memiliki titik sentral prioritas pembangunan dari 9 (sembilan)
program Nawacita yaitu pada Nawacita ke 3 (tiga) yaitu membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah persatuan,
Nawacita ke 5 (lima) yaitu meningkatnya kualitas hidup manusia

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 5


Indonesia dan Nawacita ke 8 (delapan) yaitu melalui revolusi karakter
bangsa. Implementasinya, BKKBN memiliki peran serta untuk
menerapkan revolusi mental dalam program Kependudukan Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga dan mengembangkan sumber
daya manusia untuk mengemban misi melakukan revolusi mental dan
perubahan pola pikir melalui pendekatan keluarga;
d. Kontribusi Kedeputian Bidang KSPK pun pada aspek pengendalian
kuantitas penduduk/keluarga berencana (beyond family planning)
melalui pembinaan keluarga yang direpresentasikan oleh kelompok
kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina
Keluarga Lansia (BKL), dan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS) serta pendewasaan usia perkawinan melalui
kelompok kegiatan Pusat Informasi Konseling (PIK) Remaja.
e. Penyusunan Indeks Pembangunan Keluarga sebagai baseline data
dalam pembangunan nasional di Indonesia melalui pendekatan
kombinasi antara individu dan keluarga sebagai unit terkecil masyarakat
dalam pembangunan keluarga.
f. Menurunnya angka kelahiran pada kelompok umur wanita/Age Spesific
Fertility Rate (ASFR) 15 – 19 tahun sebesar 36 per 1000 perempuan
usia 15 - 19 tahun dari target 40 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun
(SDKI 2017);
g. Menurunnya persentase remaja perempuan 15 – 19 tahun yang menjadi
ibu/sedang hamil anak pertama sebesar 7 persen dari target 9,1 persen
(SDKI 2017);
h. Meningkatnya pengetahuan kesehatan reproduksi remaja sebesar 57,1
dari target yang ditetapkan sebesar 51 (SKAP 2018);
i. Meningkatnya median usia kawin pertama dari 20,9 tahun menjadi 21
tahun (SDKI 2017).

2. Kesempatan
a. Pengembangan pembangunan keluarga akan menyesuaikan dengan
revolusi industri Revolusi Industri 4.0. sebagai salah satu peluang bagi
pemerintah, swasta, masyarakat dan keluarga, yang akan membawa
arah baru relasi antara manusia dan teknologi dalam segala aspek

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 6


sosial, ekonomi, hukum, politik, budaya, komunikasi, pendidikan,
pembangunan sumber daya manusia bahkan pola interaksi dalam
keluarga. Industri 4.0 telah menciptakan ruang digital, fisik, dan biologis
menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
b. Melalui Pengelolaan Keuangan Keluarga diharapkan masyarakat
mampu merubah pola pikir konsumtif menjadi produktif dan gemar
menabung, serta mampu berinvestasi untuk masa depan.
c. Adanya regulasi yang mengatur sinergitas Pengembangan Anak usia
dini.
d. Adanya Rencana Aksi Nasional Kepemudaan.
Dari kekuatan dan kesempatan tersebut diatas, dapat disampaikan Analisis
Strategi yang dapat mendukung keberhasilan Program KKBPK, diantaranya
adalah :
1. Meningkatkan Komitmen pemerintahan Daerah dalam rangka mendukung
Program KSPK
2. Mendorong terbitnya instruksi Presiden tentang Kampung KB;
3. Pengembangan CoE dan inovasi-inovasi terkait Program;
4. Peningkatan kompetensi pengelola Program KSPK;
5. Pengembangan kemitraan dalam mendukung program KSPK.

C. PERMASALAHAN UTAMA YANG DI HADAPI


Permasalahan utama yang sedang di hadapi Kedeputian KSPK dari segi
kelemahan dan tantangan sebagai berikut :
1. Kelemahan
a. Sumber daya (dana dan sarana) untuk program Kedeputian KSPK
masih terbatas;
b. Kurangnya tenaga pengelola dan mitra kerja program yang terlatih
dalam mengelola dan mengembangkan kelompok-kelompok kegiatan
di lini lapangan;
c. Belum optimalnya pemanfaatan data kelompok – kelompok kegiatan
dikarenakan peralihan sumber data dari data basis online ke Sistem
Informasi Keluarga (SIGA);
d. Belum optimalnya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di
lingkungan kedeputian KSPK.;

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 7


b. Masih rendahnya kualitas pengelola dan pelaksana Kelompok
Kegiatan BKB, BKR, BKL, UPPKS dan PPKS.

2. Ancaman
a. Adanya kewenangan yang tumpang tindih antara BKKBN dengan
instansi pemerintah lainnya;
b. Potensi negatif dari akses keluarga yang tinggi terhadap ICT (media
elektronik, media cetak, internet, dan lain sebagainya);
c. Meningkatnya penduduk lanjut usia sebesar 23,4 juta jiwa atau 8,96
persen, namun angka kesakitan penduduk lansia sejumlah 26,72
persen artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang
yang sakit (Susenas 2017);
d. Masih tingginya jumlah keluarga pra sejahtera Tahun 2018 sebesar
16,9 persen (data PK 2018);
e. Tingginya perilaku berisiko pada remaja;
f. Masih rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) keluarga
balita dan anak dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang
anak;
g. Belum optimalnya pembinaan, keterampilan dan akses permodalan
bagi PUS yang tergabung dalam kelompok UPPKS; dan
h. Belum seluruhnya Lanjut usia menjadi lanjut usia yang tangguh
(kreatif, aktif dan mandiri).

Selanjutnya dari kelemahan dan ancaman tersebut diatas, dapat disampaikan


Analisis Strategi yang dapat mempengaruhi Program KKBPK, diantaranya
adalah :
1. Kurangnya Advokasi kepada pemangku kepentingan;
2. Kuantitas (jumlah) dan kualitas (kompetensi) PLKB yang terbatas;
3. Kurangnya tenaga pengelola dalam mengelola dan mengembangkan
kelompok-kelompok Kegiatan di lini lapangan;
4. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan Program KKBPK oleh perangkat
daerah;
5. Kurangnya koordinasi dan sinergitas antar perangkat daerah;
6. Kurangnya dukungan dana pembinaan di kelompok-kelompok kegiatan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 8


BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS 2015 – 2019


Rencana Strategis (Renstra) Kedeputian Bidang Kedeputian Keluarga
Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga tahun 2015–2019 merupakan
penjabaran dari Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) 2015 – 2019 yang ditetapkan dengan
Peraturan Kepala BKKBN Nomor 212/PER/B1/2015. Rencana strategis
BKKBN 2015-2019 mengacu pada arah kebijakan yang terdapat dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
yang telah ditetapkan melalui peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015
tentang RPJMN 2015-2019.

BKKBN memiliki visi, misi, tujuan, sasaran dan program yang realistis dengan
mengantisipasi perkembangan lingkungan strategis dimasa depan. Dalam
mencapai hal tersebut Kedeputian KSPK menyelaraskan dengan tugas dan
fungsi yang telah ditetapkan sebagai berikut:

1. Visi dan Misi


Sesuai dengan dokumen Rencana Strategis 2015-2019, BKKBN
berkomitmen untuk mensukseskan agenda prioritas pemenrintah
Nawacita nomor 5 (lima) yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia dengan “Menjadi Lembaga Yang Handal dan dipercaya dalam
Mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan Keluarga Berkualitas”.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, Kedeputian KSPK
memfokuskan kegiatan pada “Meningkatnya Ketahanan Keluarga Guna
Mewujudkan Keluarga Berkualitas”
Dalam rangka mewujudkan misi BKKBN, yaitu :
1). Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan kependudukan;
2). Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi;
3). Memfasilitasi Pembangunan Keluarga;

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 9


4). Mengembangkan Jejaring Kemitraan dalam Pengelolaan
Kependudukan;
5). Membangun dan Menerapkan Budaya Kerja Organisasi secara
Konsisten;
Maka kegiatan Kedeputian KSPK diarahkan untuk memenuhi 3 (tiga)
Indikator Kinerja Utama sebagai berikut :
a. Persentase keluarga pra sejahtera (Pra KS);
b. Persentase remaja perempuan 15-19 tahun yang menjadi ibu dan
atau sedang hamil anak pertama;
c. Median usia kawin pertama perempuan.

2. Tujuan, Sasaran, Kebijakan dan Program


a. Tujuan
1). Tujuan Umum
Meningkatkan ketahanan keluarga guna mewujudkan keluarga
berkualitas
2). Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pembinaan keluarga balita dan anak;
b. Meningkatkan pembinaan ketahanan remaja;
c. Meningkatkan pembinaan ketahanan keluarga lansia dan rentan;
dan
d. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarga.

b. Sasaran Strategis
Untuk mewujudkan tujuan BKKBN dapat dicapai, maka ditetapkan
sasaran strategis BKKBN 2015 -2019 sesuai dengan sasaran
pembangunan kependudukan dan keluarga berencana yang tertera
pada RPJMN 2015 – 2019, yaitu:
1. Meningkatnya Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) keluarga
balita dan anak dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh
kembang balita dan anak;
2. Meningkatnya remaja yang mendapatkan pembinaan tentang
Generasi Berencana (GenRe);

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 10


3. Meningkatnya PSP keluarga lansia dan rentan dalam pembinaan
keluarga lansia dan rentan; dan
4. Meningkatnya pemberdayaan ekonomi KPS melalui kelompok
UPPKS dalam pembinaan ber KB

Dalam rangka mendukung sasaran strategis diatas, maka ditetapkan


Indikator Kinerja Utama (IKU) Kedeputian KSPK tahun 2015-2019
yaitu:
1. Persentase Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) ;
2. Persentase remaja perempuan 15-19 tahun yang menjadi ibu dan
atau sedang hamil anak pertama;
3. Median Usia Kawin Pertama perempuan.

c. Kebijakan dan Strategi


Arah kebijakan BKKBN yang terkait dengan Kedeputian Bidang
Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga adalah Meningkatkan
ketahanan Keluarga Guna Mewujudkan Keluarga Berkualitas, melalui :
1. Peningkatan Promosi dan KIE;
2. Penguatan Jejaring Kemitraan;
3. Peningkatan Akses;
4. Peningkatan Kualitas; dan
5. Peningkatan Monitoring dan Evaluasi.

Sedangkan Strategi yang dilakukan adalah :


1. Advokasi kepada stakeholder dan mitra kerja tentang ketahanan
keluarga;
2. KIE melalui berbagai media;
3. Peningkatan dukungan politis/komitmen;
4. Penguatan kerjasama dengan mitra potensial baik Kementerian
dan Lembaga, swasta, Perusahaan terbatas, LSM, dan organisasi
pemuda;
5. Mendekatkan akses pelayanan - pelayanan kelompok kegiatan
(poktan) PPKS dan PIK;
6. Penyediaan substansi meteri melalui berbagai media;

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 11


7. Peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan, orientasi, sertifikasi;
8. Peningkatan sarana dan prasara;
9. Peningkatan pembiayaan;
10. Monitoring dan evaluasi terpadu dengan komponen,sektor dan
mitra;
11. Pemanfaatan hasil penelitian, survey dan pendataan keluarga; dan
12. Peningkatan akuntabilitas program.

d. Program
Dalam mewujudkan sasaran strategis diatas, Kedeputian KSPK
melakukan kegiatan prioritas melalui:
1. Peningkatan pembinaan keluarga balita dan anak;
2. Peningkatan pembinaan ketahanan remaja;
3. Peningkatan pembinaan ketahanan keluarga lansia dan rentan;
dan
4. Peningkatan pemberdayaan ekonomi keluarga.

B. RENCANA KINERJA TAHUN 2018


1. Indikator Sasaran
Indikator Kinerja Utama (IKU) Kedeputian Bidang KSPK telah disusun
dengan pendekatan Rencana Strategis BKKBN tahun 2015-2019, maka
sasaran strategis kedeputian KSPK yaitu “Meningkatnya ketahanan
keluarga guna mewujudkan keluarga yang berkualitas” dengan indikator
Kinerja Utama :
1. Persentase Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) ;
2. Persentase remaja perempuan 15-19 tahun yang menjadi ibu dan atau
sedang hamil anak pertama;
3. Median Usia Kawin Pertama perempuan.

2. Program dan Kegiatan


Dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan, Kedeputian KSPK telah
menjabarkan program dan kegiatan sebagai berikut :
a. Peningkatan pembinaan keluarga balita dan anak, melalui:
1) Persentase keluarga balita dan anak yang ikut BKB;

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 12


2) Persentase PUS anggota BKB yang mendapat pembinaan
kesertaan ber-KB;
3) Persentase Kelompok BKB HI yang mendapat pembinaan KKBPK;
dan
4) Jumlah Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan Program Bina
Keluarga Balita yang berkualitas.
b. Peningkatan pembinaan ketahanan remaja:
1) Indeks Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi;
2) Persentase remaja yang mengakses PIK (dari yang pernah
mendengar tentang PIK);
3) Persentase PUS aggota BKR yang ber-KB;
4) Jumlah fasilitasi pembinaan, monitoring dan evaluasi Bina
Ketahanan Remaja.
c. Peningkatan pembinaan ketahanan keluarga lansia dan rentan:
1) Persentase Keluarga yang memiliki Lansia ikut BKL;
2) Persentase PPKS yang memberikan Pelayanan Komrehensif;
3) Jumlah fasilitasi pembinaan BKL dan PPKS yang berkualitas.
d. Peningkatan pemberdayaan ekonomi keluarga:
1) Persentase PUS Keluarga Pra Sejahtera yang menjadi anggota
kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Leluarga Sejahtera
(UPPKS);
2) Persentase keluarga pra sejahtera yang mejadi anggota kelompok
Usaha Peningkatan Pendapatan Keuarga Sejahtera;
3) Persentase Kelompok UPPKS yang mendapat bantuan
permodalan;
4) Jumlah Pembinaan, Monitoring, dan Evaluasi Program
Pemberdayaan Ekonomi Keluarga yang berkualitas.

3. Analisis Risiko (Maturitas)


Analisis risiko (maturitas) pada Kedeputian KSPK merupakan penilaian
risiko dalam rangka penguatan sistem pengendalian intern pemerintah,
sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 2
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Kedeputian KSPK
bertugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 13


Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga yang dilakukan melalui
penilaian risiko terhadap kegiatan utama baik ditingkat operasional
maupun organisasi. Sedangkan tujuan dari penilaian risiko adalah untuk
mengindentifikasi dan menilai risiko yang timbul untuk dapat menjadi
dasar pengembangan kebijakan dan prosedur dalam kegiatan
pengendalian. Adapun hasil identifikasi risiko pada masing-masing
komponen di Kedeputian KSPK adalah sebagai berikut :
1. Gerakan Pengasuhan Anak usia 6 – 10 tahun dalam rangka Hari anak
Nasional;
2. Seminar Nasional Pengasuhan dan Tumbuh Kembang Anak;
3. Temu Teknis Nasional Kader, Pengelola, dan Pelaksana
Pembangunan Keluarga (Jambore Kader);
4. Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik dengan Perguruan Tinggi;
5. Kegiatan Workshop Penyuluhan BKB Holistik Integratif;
6. Grand Desain Program Ketahanan Remaja;
7. Kegiatan Pengembangan Materi dan Media Program Ketahanan
Remaja;
8. Penguatan dan Dukungan Program GenRe pada momen strategis;
9. Pengembangan dan Pembinaan PIK/R dengan Mitra Kerja;
10. Orientasi Pendampingan LTC Bagi Lansia anggota BKL;
11. Penyusunan Materi Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dan
PPKS;
12. Pengembangan PPKS pada Jaringan Perguruan Tinggi;
13. Workshop Keterpaduan Program Kelanjutusiaan (HLUN);
14. Kegiatan Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Tingkat Nasional;
15. Kegiatan Rakernas Mitra Kerja Kelompok UPPKS; dan
16. Kegiatan Pengembangan Materi Pengelolaan Keuangan Keluarga
Kelompok UPPKS.

C. PENETAPAN KINERJA
Penetapan Kinerja dalah suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan
target kinerja berdasarkan sumber daya yang dimiliki. Penetapan kinerja
kedeputian bidang KSPK digunakan untuk memantau dan mengendalikan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 14


serta menilai keberhasilan kinerja. Adapun penetapan kinerja kedeputian
bidang KSPK dijabarkan pada Perjanjian Kinerja Tahun 2018 dibawah ini.

Perjanjian Kinerja Tahun 2018


Kedeputian Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 15


Tabel 2.1
Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Kedeputian Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga

Sumber data : Perjanjian Kinerja 2018

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 16


BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

Penyusunan LAKIP Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga


(KSPK) merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja periode tahun 2018 yang
memuat realisasi kinerja dan persentase capaian kinerja atas target-target kinerja
yang telah diperjanjikan selama tahun 2018.

A. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun ini


Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) memiliki 3
sasaran Indikator Kinerja Utama sebagai berikut:
1. Persentase Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS);
2. Persentase remaja perempuan 15-19 tahun yang menjadi ibu dan atau
sedang hamil anak pertama;
3. Median Usia Kawin Pertama perempuan.

Tabel 3.1
Pengukuran Indikator Kinerja Utama Kedeputian Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Tahun 2018

TARGET CAPAIAN
SASARAN SUMBER
INDIKATOR KINERJA KINERJA
KEGIATAN DATA
2018 2018
C.1 1. Persentase Keluarga 15,5% 16,9% Pendataan
Pra Sejahtera (Pra KS) Keluarga
Meningkatnya C.2 2. Persentase remaja 9,10 7 SDKI 2017
ketahanan perempuan 15-19 tahun
Keluarga guna yang menjadi ibu dan
mewujudkan atau sedang hamil anak
keluarga yang pertama
berkualitas
C.3 3. Median Usia Kawin 20,9 21 SKAP 2018
Pertama perempuan

Dalam pencapaian target kinerja Kedeputian Bidang Keluarga Sejahtera dan


Pemberdayaan Keluarga tahun 2018, terdapat 1 (satu) indikator kinerja utama
yang tidak tercapai yaitu Persentase Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS),
sedangkan 2 (dua) indikator yang tercapai adalah Median usia kawin pertama

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 17


perempuan, dan Persentase remaja perempuan 15-19 tahun yang menjadi ibu
dan atau sedang hamil anak pertama.

Analisa Indikator Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan


Keluarga (KSPK), sebagai berikut :
a. Persentase Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
Upaya intervensi pemerintah terhadap keluarga dalam kebijakan
pembangunan keluarga ditujukan agar keluarga mampu menjalankan fungsi-
fungsi keluarga secara optimal melalui peningkatan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga. Keluarga Pra Sejahtera (KPS) adalah keluarga
yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu
kebutuhan pendidikan, agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan atau
keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator
Keluarga Sejahtera Tahap I.

Berdasarkan laporan Pendataan Keluarga, persentase keluarga pra


sejahtera (Pra KS) sebesar 16,9 persen. Angka ini masih di atas target yang
ditetapkan, yaitu 15,5 persen (lihat Tabel 3.1). Capaian ini masih diatas
target serta mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2017 yaitu sebesar
16,7 persen. Diharapkan pada di akhir Renstra 2015 – 2019 dapat
diturunkan menjadi 15,0 persen sesuai target tahun 2019.

Gambar 3.1 Target dan Capaian Keluarga Pra KS

17.5
17.14 17.09
16.9
17 16.7
17 16.5
16.5
16
Persen

16
15.5
15.5

15

14.5
2015 2016 2017 2018
Tahun

Target Capaian

Sumber : Renstra 2015-2019 dan Pendataan Keluarga

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 18


Walapun terjadi kenaikan persentase keluarga pra sejahtera, namun angka
kenaikan ini masih cukup kecil. Hal ini disebabkan beberapa faktor, di
antaranya adalah: (1) belum maksimalnya pengelolaan usaha ekonomi
mikro melalui UPPKS; (2) kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan
pendampingan bagi keluarga pra sejahtera dalam kewirausahaan; (3) belum
optimalnya fasilitasi pemberian akses permodalan kepada keluarga Pra
Sejahtera; dan (4) masih rendahnya pemahaman pengelolaan keuangan
keluarga bagi keluarga pra sejahtera.

Untuk mencapai target pada akhir Renstra (15.5 persen), Kedeputian KSPK
harus memfokuskan kembali program-program kerja agar setiap program
mempunyai sasaran yang tepat, seperti: peningkatan manajemen UPPKS,
peningkatan kemitraan, peningkatan kapasitas petugas terutama dalam
interpreneurship serta meningkatkan komitmen pemerintah daerah dalam
hal pengembangan UPPKS di daerah.

b. Persentase remaja perempuan 15-19 tahun yang menjadi ibu dan atau
sedang hamil anak pertama
Tinggi rendahnya ASFR 15-19 tahun merupakan representasi fertilitas pada
kelompok usia remaja. Tingginya fertilitas usia remaja merupakan alarm
peringatan dini terhadap ancaman tingginya fertilitas secara umum. Hal
tersebut karena fekunditas (kemampuan perempuan untuk hamil dan
melahirkan) yang terbentang sepanjang usia reproduksinya hingga usia 49
tahun. Jika di usia muda (masa reproduksi awal) sudah hamil dan
melahirkan berarti akan memiliki potensi besar untuk hamil dan melahirkan
lebih banyak lagi. Oleh karena itu, menurunkan fertilitas remaja (ASFR 15–
19 tahun) adalah upaya dalam menurunkan fertilitas secara umum (TFR).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 19


Gambar 3.2
Trend Angka Kelahiran Remaja Usia 15 – 19 Tahun 1991 – 2017
80

70 67
61 62
60
51 51
48
50

40 36

30

20
12.2 11.2 12.2 10.4 8.5 9.5
10 7.1

0
1991 1994 1997 2002-03 2007 2012 2017

SDKI 1991 - 2017

Capaian indikator persentase remaja perempuan 15 – 19 tahun yang


menjadi ibu dan atau sedang hamil anak pertama telah berhasil diturunkan
melebihi target 2018, yaitu 7 persen dari target 9,1 persen (lihat Tabel 3.1).
Sementara, hasil survei yang lain (SDKI 1991 – 2017) menunjukkan
gambaran yang sama dimana terjadinya trend penurunan persentase remaja
perempuan 15 – 19 tahun yang menjadi ibu dan atau sedang hamil anak
pertama (lihat Gambar 3.2).

Target di akhir Renstra 2015 – 2019 untuk persentase remaja perempuan 15


– 19 tahun yang menjadi ibu dan atau sedang hamil anak pertama adalah
9,1 persen. Dengan demikian capaian tahun 2018 menggambarkan bahwa
sudah melebihi capaian target di tahun 2019.

Hasil ini tidak terlepas dari hasil kerja keras pemerintah kabupaten/kota
dalam hal penyampaian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kesehatan
reproduksi kepada kelompok remaja, disamping upaya lintas sektor
(Kementerian PPA) dalam menurunkan persentase remaja perempuan 15 –
19 tahun yang menjadi ibu dan atau sedang hamil anak pertama.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 20


c. Median usia kawin pertama perempuan
Usia kawin pertama perempuan berhubungan dengan fertilitas. Usia kawin
pertama adalah usia dimana seseorang melakukan hubungan intim untuk
yang pertama kalinya. Oleh karena itu, usia kawin pertama merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan tingginya jumlah kelahiran secara umum.
Semakin muda seorang perempuan melakukan perkawinan, semakin
memiliki potensi untuk melahirkan banyak anak karena semakin lamanya
rentang usia reproduksinya. Dalam tingkat makro, hal ini akan menyebabkan
meningkatnya tingkat pertumbuhan penduduk suatu wilayah. Capaian
indikator median usia kawin pertama perempuan tahun 2018 adalah 21
tahun dari 20,9 tahun dari target tahun 2018. (Gambar 3.3)

Gambar 3.3
Tren Media Usia Kawin Pertama Perempuan Tahun 1991 – 2017
22
21
21
20.1
19.8
20
19.2
19 18.6
18.1
18 17.7

17

16
1991 1994 1997 2002-03 2007 2012 2017

Sumber: SDKI 1991-2017

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 21


B. Perbandingan antara target kinerja capaian dengan kinerja tahun ini, tahun
lalu dan beberapa tahun terakhir
Untuk mengukur dan menganalisa tren kenaikan atau penurunan terhadap
capaian kinerja tahun 2018 maka dibutuhkan perbandingan dengan capaian
kinerja tahun 2015 sd. 2018 sesuai dengan dimulainya periode Renstra tahun
2015. Analisis Realisasi dan Capaian Kinerja Kedeputian KSPK selama periode
Tahun 2015 sampai dengan 2018 disajikan dalam tabel berikut (Tabel 3.2).

Tabel 3.2
Pengukuran Indikator Kinerja Utama Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Tahun 2015-2018

SASARAN BASELINE TARGET KINERJA CAPAIAN KINERJA


INDIKATOR SUMBER DATA
KEGIATAN TARGET 2014
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
1. Prosentase
Pendataan
C.1 Keluarga Pra - 17,00% 16,50% 16,00% 15,50% 17.14% 17.09% 16.70% 16,9%
Keluarga
Sejahtera (Pra KS)
Meningkatnya
ketahanan 2. Persentase remaja
Keluarga guna perempuan 15-19
9,5% (sdki
mewujudkan C.2 tahun yang menjadi
2012)
9,45% 9,25% 9,20% 9,10% * * 6.40% 7.1% SDKI
keluarga yang ibu dan atau sedang
berkualitas hamil anak pertama

3. Median Usia Kawin


C.3 20,1 20,6 20,7 20,8 20,9 21.3** 20 20 21 SKAP
Pertama perempuan
*Data tidak tersedia karena perubahan indikator pada Revisi Renstra 2015 - 2019
** Sumber Data PMA 2015

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian KSPK Page 22


C. Perbandingan Capaian Kinerja sampai dengan tahun ini dengan Target
jangka menengah dalam Renstra
Perbandingan Pengukuran Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Keluarga
Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Tahun 2018 dengan Target
Renstra 2015 – 2019.
Tabel 3.3
Pengukuran Indikator Kinerja Utama Kedeputian KSPK Tahun 2018 dengan 2019
TARGET CAPAIAN
SASARAN KINERJA KINERJA
INDIKATOR SUMBER DATA
KEGIATAN
2019 2018
C.1 1. Prosentase 15% 16,9% Pendataan
Keluarga Pra Keluarga
Sejahtera (Pra KS)
C.2 2. Persentase 9.0% 7,1% SDKI
Meningkatnya
remaja perempuan
ketahanan Keluarga
15-19 tahun yang
guna mewujudkan
menjadi ibu dan
keluarga yang
atau sedang hamil
berkualitas
anak pertama
C.3 3. Median Usia 21 21 SKAP
Kawin Pertama
perempuan

D. Membandingkan Realisasi Kinerja Tahun Ini Dengan Standar Nasional


Tahun 2018 Kedeputian Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan
Keluarga melalui Program Pembangunan Keluarga, mendukung Prioritas
Nasional Kesehatan Peningkatan Derajat Kesehatan dan Gizi Masyarakat dalam
rangka Penurunan Stunting melalui Promosi dan KIE 1.000 (seribu) Hari
Pertama Kehidupan (HPK) dengan sasaran 2.353.789 keluarga yang memiliki
Baduta dengan alokasi anggaran sebesar 28,2 milyar. Realisasi kinerja dalam
mendukung Prioritas Nasional Kesehatan berdasarkan capaian laporan dalam
Aplikasi Smart-Kemenkeu sebagai berikut:
1). Realisasi Kinerja sebesar 47,30 persen dari target sebesar 2.353.789
keluarga yang memiliki Baduta dan terpapar promosi dan KIE 1000 HPK;
2). Realisasi anggaran sebesar 76,35 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp.
28.200.000.000,-

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian Page 23


KSPK
E. Analisis Penyebab Keberhasilan, Kegagalan dan Upaya Pencapaian Target
a. Analisis Penyebab Keberhasilan
Keberhasilan capaian target kinerja didukung oleh:
1. Adanya kebijakan, strategi, pedoman, materi dan administrasi tentang
program Bina Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK)
antara lain:
a) Pengembangan Materi Grand Parenting
b) Pengembangan Materi Pengasuhan anak dengan kebutuhan khusus
c) Pengembangan Indikator Kesiapan Menikah Bagi Remaja
d) Pengembangan Panduan Pengelolaan Bina Ketahanan Remaja
e) Pelaksanaan MOT Genrevolution berteman sebagai upaya Pendidikan
Karakter Remaja dan Optimalisasi Penerapan 8 Fungsi Kelaurga
f) Pengembangan Model Pengelolaan Bina Keluarga Remaja di Wilayah
Perkoaan
g) Pengembangan Materi KRR Segmentatif
h) Pengembangan Materi Long Term Care (LTC)
i) Pengembangan Materi Pra Lansia
j) Pengembangan Materi Pengelolaan Keuangan Keluarga Melalui Siklus
Hidup
k) Pengembangan Materi Penanaman Nilai-nilai Keamanan,
Keselamatan, Ketertiban dan Kelancaran Berlalu Lintas
(Kamseltibcarlantas)
2. Adanya kebijakan penyediaan GenRe kit, BKL Kit pada BOKB dan DAK
3. Adanya pengembangan Media KIE dalam upaya meningkatkan kualitas
keluarga melalui Aplikasi Lansia Tangguh, Aplikasi Genre, Aplikasi Orang
Tua Hebat, Delapan Langkah Tingkatkan Penghasilan Keluarga.
4. Mulai dikembangkan Indikator Pembangunan Keluarga
5. Tersedianya anggaran yang mendukung program Bina Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK)

b. Analisis Penyebab Kegagalan


1. Belum Optimalnya komitmen pemerintah daerah dalam mendukung
program Pembangunan Keluarga
2. Belum optimalnya pelatihan Bina Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian Page 24


KSPK
Keluarga (KSPK) sejak 2015
3. Belum tersedianya Grand Design KSPK yang terkini.
4. Belum optimalnya pembinaan Kelompok Poktan oleh PKB/PLKB
5. Belum optimalnya sosialisasi Program Pembangunan Keluarga

c. Upaya Program dan Kegiatan


Upaya strategis Kedeputian Bidang KSPK pada tahun 2018 dilakukan dalam
rangka Meningkatkan ketahanan keluarga guna mewujudkan keluarga yang
berkualitas melalui peningkatan pembinaan keluarga balita dan anak;
pembinaan ketahanan remaja; peningkatan pembinaan ketahanan keluarga
lansia dan rentan; dan peningkatan pemberdayaan ekonomi keluarga. Upaya
tersebut terdiri atas:
a. Menyusun dan merumuskan kebijakan, strategi, pedoman, materi dan
administrasi secara komprehensif sebagai pedoman operasional bagi
para stakeholder, mitra kerja, sektor terkait, pengelola program dan
pelaksana. Program ini diwujudkan melalui Penyusunan Grand Desain
program Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK),
Penyusunan Pedoman Monitoring dan Evaluasi pembinaan Keluarga
Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK).
b. Memperkuat advokasi dan KIE Bidang Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga (KSPK) sebagai upaya memperluas akses
informasi dalam rangka pemerataan penyebarluasan dan pelembagaan
serta pembudayaan Generasi Berencana keseluruh pelosok negeri, juga
dilakukan melalui antara lain akselerasi Program KKBPK dalam Pokja
Papua.
c. Meningkatkan Kapasitas pengelola dan pembinaan Program KSPK
melalui Kegiatan Temu Teknis Pengelola Program Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK).
d. Optimalisasi pemanfaatan Informasi Teknologi dalam pengelolaan
Program Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK)
e. Memperkuat sinergitas dengan Kementrian/Lembaga terkait dalam
upaya mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui penerapan 8
fungsi keluarga.
f. Monitoring, Evaluasi dan Fasilitasi Program Bina Keluarga Sejahtera

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian Page 25


KSPK
dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) melalui kegiatan :
• konsultasi bidang dan seksi di lingkungan KSPK,
• pembinaan dan fasilitasi program Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga (KSPK) di "Kampung KB" dan di
wilayah stunting
• pelaksanaan monitoring dan evaluasi program GenRe,
• pelaksanaan monitoring dan evaluasi terpadu program
ketahanan keluarga (dengan PUSNA),

F. Analisis Efisiensi Sumber Daya


Efisiensi sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan umum pemerintahan dan
pembangunan merupakan upaya panghematan atas sumber daya untuk
mengoptimalkan produk (barang atau jasa/layanan) atau kombinasi keduanya,
yang dapat dilakukan melalui peningkatan metode kerja, penggunaan teknologi
maupun peningkatan efektivitas manajemen.

Selama tahun 2018, upaya-upaya efisiensi yang dilakukan dalam pelaksanaan


kegiatan di Kedeputian Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
dalam hal sumber daya manusia dan anggaran yang dimiliki sebagai berikut.
a. Mensinergikan kegiatan pada beberapa Direktorat yang memiliki sasaran
dan tujuan sama seperti sinergi Direktorat Keluarga Balita dan Anak dan
Direktorat Bina Ketahanan Remaja dalam mendukung proyek nasional
Akselerasi Perbaikan Gizi Buruk dalam Rangka Menurunkan Stunting
(proyek prioritas nasional);
b. Mengintegrasikan beberapa kegiatan yang indikator kinerja dalam
Renstranya berbeda kedalam satu kegiatan seperti menghadirkan
keluarga-keluarga sasaran (keluarga balita dan anak, remaja, dan lansia)
dan keluarga pra sejahtera dalam pada momentum peringatan Hari
Keluarga Nasional Tahun 2018;
c. Optimalisasi penggunaan teknologi dilakukan dalam hal pelaporan rutin
pencapaian kinerja dari setiap provinsi dan kabupaten/kota hingga
lapangan serta koordinasi antar sektor dan mitra untuk memperkecil
penggunaan kertas dan tinta melalui pemanfaatan media komunikasi
berbasis internet (email, WhatsApp) dan aplikasinya (GenReApps);

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian Page 26


KSPK
d. Penghematan belanja kegiatan dengan melakukan perjalanan dinas untuk
beberapa tujuan/output dalam satu kunjungan, misalnya verifikasi lomba
tribina sekaligus pendampingan dan kegiatan pembinaan program-program
pembangunan keluarga di lapangan.

G. Analisis Program/Kegiatan yang menunjang Keberhasilan dan Kegagalan


Dari analisis program dan kegiatan yang dapat menunjang keberhasilan Program
Keluarga Sejtera dan Pembangunan Keluarga, antara lain melalui :
a. Keberadaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) merupakan wadah
sebagai konsep ruang publik berupa ruang terbuka, atau taman yang
dilengkapi dengan berbagai permainan menarik bagi anak, remaja, dewasa,
dan lansia yang dilengkapi dengan perpustakaan, PKKmart, ruang laktasi dan
CCTV. RPTRA dibangun dilokasi strategis diwilayah pemukiman warga
diperuntukan pada lapisan bawah dan padat penduduk, sehingga manfaatnya
bisa dirasakan warga sekitar. Dengan ketersediaan RPTRA melalui Program
Kampung KB maka kegiatan program KSPK dapat menyatu dengan RPTRA,
sehingga keluarga dapat berkumpul, berinteraksi, dan mendapatkan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan keluarga.
b. Keberadaan Organisasi seperti Andalan Kelompok UPPKS (AKU) dan
Perkumpulan Juang Kencana (JUKEN, d.h. PJK) di Provinsi dan di
Kabupaten/Kota sangat membantu berjalannya program KKBPK;
c. Keberadaan LSM yang menangani bidang pengendalian penduduk dan
keluarga berencana serta pembangunan keluarga sebagai bentuk dukungan
kepada pemangku kepentingan melalui advokasi.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian Page 27


KSPK
H. Realisasi Anggaran
Pada tahun 2018, Kedeputian Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan
Keluarga didukung oleh anggaran sebesar Rp 25.750.000.000 yang tersebar
di empat kegiatan di Direktorat. Dari total anggaran tersebut, jumlah yang
terealisasi sebesar Rp 25.396.268.828 atau sebesar 98,63 persen, yang
secara keseluruhan terdapat sisa anggaran sebesar Rp 352.731.172 atau
1,40 persen. Realisasi terbesar pada Pembinaan Ketahanan Remaja (99,26
persen), diikuti Pembinaan Keluarga Balita dan Anak (98,55 persen),
Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (98,48 persen), dan Pembinaan
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan (98,22 persen).

Tabel 3.4
Realisasi Anggaran Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Tahun 2018

TOTAL
No DIREKTORAT PAGU % SISA PAGU
REALISASI

1 DITBALNAK 98.55%
5,950,000,000 5,863,942,852 86,057,148
2 DITHANREM 99.26%
6,200,000,000 6,154,207,196 45,792,804
3 DITPEMKON 98.48%
7,800,000,000 7,681,461,105 118,538,895
4 DITHANLAN 98.22%
5,800,000,000 5,696,657,675 103,342,325
JUMLAH 98.63%
25,750,000,000 25,396,268,828 353,731,172

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian Page 28


KSPK
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kedeputian Bidang
Keluarga Sejahtera dan dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Tahun 2018
merupakan laporan yang memberikan informasi dan gambaran tentang
pencapaian kinerja, berbagai jenis program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh
Kedeputian Bidang KSPK selama satu tahun sesuai rencana dan sasaran
strategis yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap indikator kinerja, pencapaian


target kinerja Kedeputian Bidang KSPK Tahun 2018 dari 3 (tiga) indikator kinerja
utama terdapat 2 (dua) indikator yang tercapai dan 1 (satu) indikator yang tidak
tercapai, indikator yang tidak tercapai yaitu Persentase Keluarga Pra Sejahtera
(Pra KS) dari target Kinerja 2018 sebesar 15,5 persen, pada tahun 2018 ini
sebesar 16,9%.

Indikator Kinerja Persentase Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dari target Kinerja
2018 sebesar 15,5 persen, tahun ini tercapai 16,9 persen, hal ini disebabkan
karena (1) belum maksimalnya pengelolaan usaha ekonomi mikro melalui
UPPKS; (2) kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan pendampingan bagi
keluarga pra sejahtera dalam kewirausahaan; (3) belum optimalnya fasilitasi
pemberian akses permodalan kepada keluarga Pra Sejahtera; dan (4) masih
rendahnya pemahaman pengelolaan keuangan keluarga bagi keluarga pra
sejahtera.

Faktor lain dikarenakan juga masih rendahnya pemahaman dan pola pikir dari
masyarakat atau keluarga itu sendiri tentang pentingnya program pembangunan
keluarga sebagai dasar menciptakan terbentuknya manusia yang berkarakter
dalam upaya menciptakan keluarga yang sejahtera dan berkualitas.
Permasalahan ini akan menjadi perhatian utama bagi Kedeputian Bidang KSPK

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian Page 29


KSPK
untuk perbaikan kinerja dan penetapan sasaran strategis KSPK di tahun
berikutnya.

Keberhasilan di Tahun 2018 ini dikarenakan adanya dukungan anggaran proyek


prioritas nasional pada Program Peningkatan Promosi dan Penguatan Keluarga
yang memiliki Lansia dan Keluarga Lansia dan Program Keluarga yang memiliki
Baduta terpapar 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK).

B. Langkah-Langkah Antisipasi
Dalam upaya meningkatkan program pembangunan keluarga melalui ketahanan
dan kesejahteraan keluarga Kedeputian Bidang KSPK akan terus melakukan
peningkatan kualitas melalui beberapa kegiatan prioritas antara lain :

1. Meningkatkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta keterpaduan


dengan komponen pusat dan perwakilan BKKBN provinsi dalam
penyusunan rencana program dan kegiatan. Disamping itu koordinasi dan
kemitraan dengan Kementerian/Lembaga terkait dilakukan secara terus
menerus;
2. Meningkatkan penyerasian kebijakan dan strategi pembangunan program
KKBPK dengan lintas sektor dan komponen pusat serta daerah dengan
mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Meningkatkan kapasitas SDM dalam upaya mewujudkan budaya kerja
CETAK TEGAS dengan pemberian tugas dan pengawasan melekat
terhadap bawahan;
4. Meningkatkan kualitas data basis dan informasi yang dibutuhkan dalam
perencanaan kegiatan dan anggaran sebagai sumber rujukan dalam
membuat perencanaan program kegiatan yang tepat dan berkualitas
5. Penyelesaian penyusunan Indikator Pembangunan Keluarga (IPK),
6. Mengusulkan Pelatihan Program Pembangunan Keluarga,
7. Penguatan Sinergitas Pelaksanaan Program Pembangunan Keluarga
kepada OPD KB Provinsi dan Kabupaten/Kota,
8. Pengembangan pedoman, materi dan media program pembangunan
keluarga sesuai kearifan lokal,
9. Pemanfaatan berbagai media dalam promosi pembangunan keluarga

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian Page 30


KSPK
10. Penguatan kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan yang
mempunyai jaringan sampai ke akar rumput.
Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan Kedeputian Bidang KSPK adalah
sebagai berikut :
1. Tenaga
Meningkatkan kinerja pegawai yang ada dengan memberikan kewenangan
dan tanggung jawab penuh dalam setiap pelaksanaan kegiatan yang
sesuai tupoksi serta penugasan oleh pimpinan kepada yang bersangkutan.
2. Sarana
Untuk mendukung pencapaian indikator kinerja pada setiap unit di
Kedeputian Bidang KSPK menggunakan,memanfaatkan dan memelihara
peralatan kerja serta mengefesienkan penggunaan perlengkapan kantor.
3. Dana
Pada tahun 2018, Kedeputian Bidang Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga didukung oleh anggaran sebesar Rp
25.750.000.000 yang tersebar di empat kegiatan di Direktorat dengan
realisasi anggaran pada tahun 2018 sebesar 98,60 persen dengan sisa
anggaran sebesar Rp 361.041.172 atau 1,40 persen. telah dipergunakan
secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
4. Metode
Kedeputian Bidang KSPK dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
berpedoman pada perangkat tata laksana dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, baik yang diterbitkan oleh BKKBN maupun oleh
sektor terkait. Untuk pengembangan metode bersinergi mitra kerja dan para
pakar dalam mewujudkan indikator kinerja utama.
5. Lain-lain
Memotivasi staf agar lebih meningkatkan kualitas SDM dengan melibatkan
dalam kegiatan dan forum-forum pertemuan baik internal dan eksternal
BKKBN. Penerapan budaya kerja CETAK TEGAS telah dilakukan melalui
pelaksanaan pola kerja yang sangat dinamis dan memberikan pelayanan
prima serta melakukan revolusi mental secara bertahap.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian Page 31


KSPK
Demikian LAKIP Kedeputian Bidang KSPK pada tahun 2018 ini, untuk dapat
dijadikan acuan dalam menetapkan kebijakan dan rencana strategis menuju upaya
perbaikan program di tahun berikutnya.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-Kedeputian Page 32


KSPK
STRUKTUR ORGANISASI
KEDEPUTIAN BIDANG KSPK
Tingkat Pendidikan SDM di Kedeputian Bidang KSPK

NO DIREKTORAT TINGKAT PENDIDIKAN TOTAL


≤ D3 S1 S2
1. Direktorat Bina Keluarga Balita 3 10 3 16
dan Anak
2. Direktorat Bina Ketahanan 3 8 6 17
Remaja
3. Direktorat Bina Ketahanan 3 13 5 19
Keluarga Lansia dan Rentan
4. Direktorat Pemberdayaan 2 6 6 14
Ekonomi Keluarga
TOTAL 11 37 20 66
ACARA PUNCAK HARGANAS XXV DAN
PEMBUKANAAN ACARA PAMERAN
GELAR DAGANG
ACARA RAKERNAS AKU di
PALEMBANG
KEGIATAN WORKSHOP BINA KELUARGA LANSIA
BAGI MITRA DI PROVINSI JAWA TIMUR
KEGIATAN GATHERING BINA
KELUARGA CERIA DALAM RANGKA
HARGANAS XXV
KEGIATAN PEMILIHAN DUTA GENRE
JALUR MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN
TINGKAT NASIONAL TAHUN 2018
KEGIATAN JAMBORE KELUARGA INDONESIA
KEGIATAN ORIENTASI MENJADI ORANGTUA HEBAT
MELALUI PENGASUHAN 1000 HPK DALAM
RANGKA PENURUNAN STUNTING
WORKSHOP PENYULUHAN BKB HOLISTIK INTEGRATIF (HI)
DALAM RANGKA MENDUKUNG PROGRAM PRIORITAS NASIONAL
TAHUN 2018
KEGIATAN JAMBORE AJANG
KREATIFITAS GENRE
HARI REMAJA INTERNASIONAL
AKSELERASI PROGRAM KKBPK DI
PROVINSI
GENRE BERTEMAN MENYAPA PAPUA,
PAPUA BARAT, DAN MANADO
HARI ANAK NASIONAL (HAN)

Anda mungkin juga menyukai