Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Anugerah-Nya,
sehingga Buku Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga telah dapat
terselesaikan.
Sesuai Intruksi Presiden, Nomor 7 tahun 1999 sebagai salah satu instansi
pemerintah berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan
kegagalan dalam melaksanakan misi organisasi dalam bentuk Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerinah (LAKIP), berdasarkan atas perencanaan strategis,
perencanaan kinerja dan pengukuran kinerja. LAKIP ini menjelaskan
pertanggungjawaban terhadap pencapaian sasaran strategis dan indikator kerja
serta pengelolaan sumber daya yang ada pada tahun 2018.
Page ii
Berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B.5/2011, tanggal 1 Februari
2011, BKKBN selaku Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang melaksanakan
tugas pemerintah di bidang Pengendalian Penduduk dan Penyelenggaraan
Keluarga Berencana. Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk yang
dilaksanakan melalui Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga dalam rangka mewujudkan norma keluarga kecil bahagia
sejahtera. Pada masa yang akan datang, buku LAKIP ini diharapkan dapat menjadi
bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja untuk lebih produktif, efektif dan efisien
dalam aspek perencanaan, pengorganisasian dan pengelolaan sumber daya yang
ada. Kami harapkan adanya saran, masukan serta kritik bersifat membangun dalam
penyempurnaan LAKIP di tahun yang akan datang.
Page ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, sasaran kinerja Kedeputian Bidang
Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga adalah meningkatnya
ketahanan keluarga guna mewujudkan keluarga berkualitas dengan pengukuran
sebagai berikut:
1. Persentase Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS);
2. Persentase remaja perempuan 15-19 tahun yang menjadi ibu dan atau sedang
hamil anak pertama; dan
3. Median Usia Kawin Pertama Perempuan.
Persentase remaja perempuan 15 – 19 tahun yang menjadi ibu dan atau sedang
hamil anak pertama telah berhasil diturunkan melebihi target 2018, yaitu 7 persen
dari target 9,10 persen. Hasil ini sejalan dengan Trend pada SDKI 1991 – 2012.
Capaian ini bahkan melebihi target di akhir Renstra 2015 – 2019.
Page ii
Capaian indikator median usia kawin pertama perempuan tahun 2018 adalah 21
tahun dari 20,9 tahun yang ditargetkan. Hasil ini tidak berbeda dengan capaian di
tahun 2016 (20 tahun) dan lebih kecil hasil dari tahun 2015 di posisi 21.3 tahun
(PMA, 2015). Secara umum, mengalami Trend kenaikan signifikan sejak tahun 1991
hingga 2012 (SDKI 1991 – 2012).
Dalam pencapaian sasaran dan tujuan masih menghadapi berbagai kendala dalam
pelaksanaan program dan kegiatan serta pengelolaan keuangan kedeputian KSPK
antara lain :
1. Belum Optimalnya komitmen pemerintah daerah dalam mendukung program
Pembangunan Keluarga
2. Belum optimalnya pelatihan Bina Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan
Keluarga (KSPK) sejak 2015
Page ii
3. Belum tersedianya Grand Design KSPK yang terkini.
4. Belum optimalnya pembinaan Kelompok Poktan oleh PKB/PLKB
5. Belum optimalnya sosialisasi Program Pembangunan Keluarga
Page ii
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR…………......................................................................... i
IKHTISAR EKSEKUTIF ….……………………………………………………... iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..... vi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ………………………………………………. viii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………. ix
Page ii
KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN ........................................... 27
H. REALISASI ANGGARAN ............................................................... 28
Page ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Page ii
DAFTAR LAMPIRAN
Page ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Kedudukan
Kedeputian Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
merupakan unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BKKBN di bidang
Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga yang kedudukan dan
tanggung jawabnya berada di bawah Kepala BKKBN. Bidang keluarga
sejahtera dan pemberdayaan keluarga meliputi upaya pemberian akses
informasi, konseling, pembinaan, bimbingan, dan pemberian pelayanan
dalam rangka mewujudkan keluarga berkualitas dan ketahanan keluarga
sesuai dengan Perka BKKBN No. 72/PER/B5/2011 pasal 222.
3. Struktur Organisasi
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Deputi Bidang Keluarga
Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (Perka BKKBN No. 72/PER/B5/2011
pasal 225) terdiri atas :
1) Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
pengembangan program, pelembagaan, serta monitoring dan
evaluasi pembinaan keluarga balita dan anak;
b. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengembangan program, pelembagaan, serta monitoring
dan evaluasi pembinaan keluarga balita dan anak;
c. Penyiapan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang
pengembangan program, pelembagaan, serta monitoring dan
evaluasi pembinaan keluarga balita dan anak;
d. Pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi di bidang pengembangan
program, pelembagaan, serta monitoring dan evaluasi pembinaan
keluarga balita dan anak; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Keluarga
Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga.
2. Kesempatan
a. Pengembangan pembangunan keluarga akan menyesuaikan dengan
revolusi industri Revolusi Industri 4.0. sebagai salah satu peluang bagi
pemerintah, swasta, masyarakat dan keluarga, yang akan membawa
arah baru relasi antara manusia dan teknologi dalam segala aspek
2. Ancaman
a. Adanya kewenangan yang tumpang tindih antara BKKBN dengan
instansi pemerintah lainnya;
b. Potensi negatif dari akses keluarga yang tinggi terhadap ICT (media
elektronik, media cetak, internet, dan lain sebagainya);
c. Meningkatnya penduduk lanjut usia sebesar 23,4 juta jiwa atau 8,96
persen, namun angka kesakitan penduduk lansia sejumlah 26,72
persen artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang
yang sakit (Susenas 2017);
d. Masih tingginya jumlah keluarga pra sejahtera Tahun 2018 sebesar
16,9 persen (data PK 2018);
e. Tingginya perilaku berisiko pada remaja;
f. Masih rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) keluarga
balita dan anak dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang
anak;
g. Belum optimalnya pembinaan, keterampilan dan akses permodalan
bagi PUS yang tergabung dalam kelompok UPPKS; dan
h. Belum seluruhnya Lanjut usia menjadi lanjut usia yang tangguh
(kreatif, aktif dan mandiri).
BKKBN memiliki visi, misi, tujuan, sasaran dan program yang realistis dengan
mengantisipasi perkembangan lingkungan strategis dimasa depan. Dalam
mencapai hal tersebut Kedeputian KSPK menyelaraskan dengan tugas dan
fungsi yang telah ditetapkan sebagai berikut:
b. Sasaran Strategis
Untuk mewujudkan tujuan BKKBN dapat dicapai, maka ditetapkan
sasaran strategis BKKBN 2015 -2019 sesuai dengan sasaran
pembangunan kependudukan dan keluarga berencana yang tertera
pada RPJMN 2015 – 2019, yaitu:
1. Meningkatnya Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) keluarga
balita dan anak dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh
kembang balita dan anak;
2. Meningkatnya remaja yang mendapatkan pembinaan tentang
Generasi Berencana (GenRe);
d. Program
Dalam mewujudkan sasaran strategis diatas, Kedeputian KSPK
melakukan kegiatan prioritas melalui:
1. Peningkatan pembinaan keluarga balita dan anak;
2. Peningkatan pembinaan ketahanan remaja;
3. Peningkatan pembinaan ketahanan keluarga lansia dan rentan;
dan
4. Peningkatan pemberdayaan ekonomi keluarga.
C. PENETAPAN KINERJA
Penetapan Kinerja dalah suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan
target kinerja berdasarkan sumber daya yang dimiliki. Penetapan kinerja
kedeputian bidang KSPK digunakan untuk memantau dan mengendalikan
Tabel 3.1
Pengukuran Indikator Kinerja Utama Kedeputian Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Tahun 2018
TARGET CAPAIAN
SASARAN SUMBER
INDIKATOR KINERJA KINERJA
KEGIATAN DATA
2018 2018
C.1 1. Persentase Keluarga 15,5% 16,9% Pendataan
Pra Sejahtera (Pra KS) Keluarga
Meningkatnya C.2 2. Persentase remaja 9,10 7 SDKI 2017
ketahanan perempuan 15-19 tahun
Keluarga guna yang menjadi ibu dan
mewujudkan atau sedang hamil anak
keluarga yang pertama
berkualitas
C.3 3. Median Usia Kawin 20,9 21 SKAP 2018
Pertama perempuan
17.5
17.14 17.09
16.9
17 16.7
17 16.5
16.5
16
Persen
16
15.5
15.5
15
14.5
2015 2016 2017 2018
Tahun
Target Capaian
Untuk mencapai target pada akhir Renstra (15.5 persen), Kedeputian KSPK
harus memfokuskan kembali program-program kerja agar setiap program
mempunyai sasaran yang tepat, seperti: peningkatan manajemen UPPKS,
peningkatan kemitraan, peningkatan kapasitas petugas terutama dalam
interpreneurship serta meningkatkan komitmen pemerintah daerah dalam
hal pengembangan UPPKS di daerah.
b. Persentase remaja perempuan 15-19 tahun yang menjadi ibu dan atau
sedang hamil anak pertama
Tinggi rendahnya ASFR 15-19 tahun merupakan representasi fertilitas pada
kelompok usia remaja. Tingginya fertilitas usia remaja merupakan alarm
peringatan dini terhadap ancaman tingginya fertilitas secara umum. Hal
tersebut karena fekunditas (kemampuan perempuan untuk hamil dan
melahirkan) yang terbentang sepanjang usia reproduksinya hingga usia 49
tahun. Jika di usia muda (masa reproduksi awal) sudah hamil dan
melahirkan berarti akan memiliki potensi besar untuk hamil dan melahirkan
lebih banyak lagi. Oleh karena itu, menurunkan fertilitas remaja (ASFR 15–
19 tahun) adalah upaya dalam menurunkan fertilitas secara umum (TFR).
70 67
61 62
60
51 51
48
50
40 36
30
20
12.2 11.2 12.2 10.4 8.5 9.5
10 7.1
0
1991 1994 1997 2002-03 2007 2012 2017
Hasil ini tidak terlepas dari hasil kerja keras pemerintah kabupaten/kota
dalam hal penyampaian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kesehatan
reproduksi kepada kelompok remaja, disamping upaya lintas sektor
(Kementerian PPA) dalam menurunkan persentase remaja perempuan 15 –
19 tahun yang menjadi ibu dan atau sedang hamil anak pertama.
Gambar 3.3
Tren Media Usia Kawin Pertama Perempuan Tahun 1991 – 2017
22
21
21
20.1
19.8
20
19.2
19 18.6
18.1
18 17.7
17
16
1991 1994 1997 2002-03 2007 2012 2017
Tabel 3.2
Pengukuran Indikator Kinerja Utama Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Tahun 2015-2018
Tabel 3.4
Realisasi Anggaran Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Tahun 2018
TOTAL
No DIREKTORAT PAGU % SISA PAGU
REALISASI
1 DITBALNAK 98.55%
5,950,000,000 5,863,942,852 86,057,148
2 DITHANREM 99.26%
6,200,000,000 6,154,207,196 45,792,804
3 DITPEMKON 98.48%
7,800,000,000 7,681,461,105 118,538,895
4 DITHANLAN 98.22%
5,800,000,000 5,696,657,675 103,342,325
JUMLAH 98.63%
25,750,000,000 25,396,268,828 353,731,172
A. Kesimpulan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kedeputian Bidang
Keluarga Sejahtera dan dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Tahun 2018
merupakan laporan yang memberikan informasi dan gambaran tentang
pencapaian kinerja, berbagai jenis program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh
Kedeputian Bidang KSPK selama satu tahun sesuai rencana dan sasaran
strategis yang telah ditetapkan.
Indikator Kinerja Persentase Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dari target Kinerja
2018 sebesar 15,5 persen, tahun ini tercapai 16,9 persen, hal ini disebabkan
karena (1) belum maksimalnya pengelolaan usaha ekonomi mikro melalui
UPPKS; (2) kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan pendampingan bagi
keluarga pra sejahtera dalam kewirausahaan; (3) belum optimalnya fasilitasi
pemberian akses permodalan kepada keluarga Pra Sejahtera; dan (4) masih
rendahnya pemahaman pengelolaan keuangan keluarga bagi keluarga pra
sejahtera.
Faktor lain dikarenakan juga masih rendahnya pemahaman dan pola pikir dari
masyarakat atau keluarga itu sendiri tentang pentingnya program pembangunan
keluarga sebagai dasar menciptakan terbentuknya manusia yang berkarakter
dalam upaya menciptakan keluarga yang sejahtera dan berkualitas.
Permasalahan ini akan menjadi perhatian utama bagi Kedeputian Bidang KSPK
B. Langkah-Langkah Antisipasi
Dalam upaya meningkatkan program pembangunan keluarga melalui ketahanan
dan kesejahteraan keluarga Kedeputian Bidang KSPK akan terus melakukan
peningkatan kualitas melalui beberapa kegiatan prioritas antara lain :