Anda di halaman 1dari 22

Tindaklanjut Guru Pembelajar

Best Practice  atau praktik terbaik sangat diperlukan untuk medukung program guru
pembelajar (GP) yang telah menggerakan para guru berupaya memenuhi stadar kompetensi
pedagogik dan professionalnya. Pergerakan  telah  bergulir pada  program belajar tatap muka,
moda jejaring, dan daring kombinasi. Progam  disambut antusias, selain karena kepentingan
menambah ilmu, para guru bersiap belajar dan mengikuti  penilaian karena  kekhawatiran
hasilnya  berpengaruh terhadap tunjangan sertifikasi. Di sisi lain  MGMP menggeliat
menjadi organisasi guru pembelajar.

Semangat guru belajar  yang meningkat tentu perlu ditindaklanjuti dengan penguatan Best
Practice. Hal tersebut  sejalan dengan  hasil studi Hausman dan Goldring (2001) yang
menyatakan bahwa  kolaborsinya guru harus memusatkan perhatian terhadap perubahan
sekolah. Kegiatan MGMP dapat meningkatkan daya kolaborasinya yang semakin diperlukan
dalam peningkatan  penguasaan pengetahuan guru. Diharapkan, program MGMP dapat 
peningkatan keprofesian guru  serta berpengaruh baik terhadap perbaikan  hasil belajar siswa
dalam kelas.

Mengangkat data dari aktivitas guru dalam selama ini terkendala dengan kurangnya
pengembangan mengembangkan model terbaik dalam bentuk best practice. Dengan demikian
untuk menyambungkan antara program guru pembelajar dengan peningkatkan mutu hasil
belajar siswa, pengembangan model-model perlu didorong agar guru melakukan penelitian
terhadap perbaikan proses mengajarnya dalam kelas.

 Apakah Best Practice atau Praktik Terbaik

Best Practice adalah  metode atau teknik yang sudah konsisten menunjukkan hasil baik dapat
digunakan sebagai acuan. Sementara itu, Pada wikipedia dinyatakan bahwa   best practice
sudah diakui keunggulannya karena sebagai teori telah terbukti menjadi solusi alternatif
untuk mencapai hasil kerja terbaik berdasarkan riset.

Para meneliti  untuk mendapat best practice telah  mencermati proses dan hasil kerja secara
teliti dan berulang-ulang.  Jauh sebelum metode ini digunakan dalam bidang pengajaran,
studi sudah diterapkan  dalma proses atau hasil pada bidang ekonomi. Dari usaha ini lahirk
model ISO  yang dikenal luas dalam mengukur pemenuhan standar. Belakangan di Indosia
penerapannya diperluas dalam bidang pengajaran.

Kini penelitian ilmiah terhadap penggunaan metode dalam melaksanakan tugas para guru
telah dipergunakan secara luas untuk mendeskripsikan tenaga pendidik dan kependidikan.
Kegiatan best practice guru bertolak dari rencana pembelajaran, menerapkan strategi atau
menerapkan metode untuk menghasilkan outpout  yang memenuhi standar. Para guru dapat
memetakan kekuatan  penerapan metode dan dampak terhadap hasil belajar siswa, laporannya
menjadi acuan yang lain dalam mengerjakan hal yang sama atau menjadi sumber inspirasi
tumbuhnya ide baru.

Mempersiapan Best Practice

Menghimpun teori yang akan digunakan sebagai acuan merupakan bagian penting dalam
mengembangkan best practice.  Untuk itu guru dapat menghimpun berbagai prinsip
pembelajaran yang efektif dengan menerapkan pendekatan saintif.  Yang perlu mendapat
perhatian guru yaitu; perencanaan pembelajaran, menerapkan pendekatan dan penerapan
metode  pada proses pembelajaran, dan menilai pencapain kompetensi siswa.

Untuk mempersiapkan pembelajaran guru dapat memperhatikan contoh acuan teori yang
akan digunakan. Contoh penggunaan prinsip pembelajaran yang diadaptasi dari model best
practice dari Australia.

1. Merumuskan tujuan spesifik dan terukur sebagai alat ukur keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran
2. Memeragakan dan membicarakan fakta secara ringkas  untuk mebangkitkan
partisipasi siswa.
3. Mengembangkan pertanyaan untuk mengetahui hal yang sudah siswa kuasai dan
belum siswa kuasai.
4. Mengembangkan rencana belajar dengan menggunakan diagram.
5. Mengarahkan siswa belajar dari yang praktis agar keterampilan mereka relevan
dengan kebutuhan hidupnya.
6. Mendorong siswa untuk berbagi informasi dan pendapat
7. Memberikan waktu belajar yang fleksibel
8. Memfasilitasi siswa beraktivitas dan berkolaborasi dalam kelompok
9. Mengembangkan kompetensi menguasai materi dan menerapkan strategi belajar
10. Mengembangkaan kemampuan berpikir metakognisi.

Pikiran inovatif guru selanjutnya  dipadukan pada  perancangan Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran (RPP). Guru menentukan tujuan, pendekatan dan metode pembelajaran,
perangkat yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan best practice dalam pembelajaran,
dan penilaian. Fokus utamanya ditujukan pada proses pembelajaran yang efektif. Untuk
mendukung kegiatannya guru menyiapkan proposal yang sangat ringkas agar ia
melaksanakan kegiatan dengan tujuan yang terarah, melaksanakan proses mengajar sesuai 
skenario, dan menghimpun data sesuai dengan rencana.

 Merumuskan Masalah dan Mencari Solusi

Teori menggambarkan tentang  yang seharusnya. Kebenarannya sudah diuji. Oleh karena itu, 
masalah dapat dilihat pada kesenjangan antara teori dengan realita. Memilih masalah  yang
tepat merupakan salah satu kunci sukses memilih best practice Cara mendingkan antara
kondisi ideal dengan yang seharusnya dapat dilihat pada contoh berikut:

Kondisi yang seharusnya: Guru menggunakan metode project based learning untuk
memfasilitasi siswa menunjukan penguasaan tiap indikator kompetensi.

Gejala: Hanya dua siswa seluruh siswa yang mengikuti pelajaran belum memperlihatkan
kecakapan  bertanya dan berpikir metakognisi.

Masalah:

Bagaimana guru meningkatkan keterampilan guru menggunakan untuk mengembangkan


keterampilan siswa menyusun pertanyaan dan berpikir metakognisi?

Salah satu bentuk solusi menyelesaikan masalah  yaitu melaksanakan kegiatan dengan judul
berikut:
Program:

Peningkatan keterampilan guru menggunakan metode project based learning berbasis fakta
dalam mengajar untuk mengembangkan keterampilan siswa menyusun pertanyaan dan
berpikir metakognisi

Dengan memperhatikan contoh program seperti itu, maka guru menggunakan kemampuan
berpikir metakognisi dan bentindak efektif melaksanakan belajar mandiri mengembangkan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan agar dapat  melaksanakan pembelajaran sesuai
standar.  Ia meningkatkan belajar membaca agar memperbanyak membaca sehingga belajar.
Guru meningkatkan daya literasinya.

 Proses Pengamatan

Pelaksanaan penelitian best practice  dalam sistem pembelajaran pada hakekatnya merupakan
kegiatan  mengamati  efektivitas untuk menghimpun data dalam melaksanakan tugas
sehingga diperoleh data keunggulan proses dan hasil. Jika itu diterapkan dalam proses
mengajar, maka yang diamati adalah kesesusaian  pelaksanaan dengan skenario yang
dirancang dalam RPP serta meneliti pencapaian belajar siswa. Dengan demikian guru
mengamati dirinya sendiri dengan mencatat fakta sesuai dengan proposal.

Kesulitan guru dalam proses kerja ini ialah kurang cermat mencatat fakta. Pada catatan hasil
pengamatan guru sering tergiur mengcatat opininya. Oleh karena itu, ada baiknya sebelum
proses observasi dimulai, guru melihat terlebih dahulu perbedaan fakta dengan opini.
Sebelum observasi dimulai maka siapkan format untuk mengimpun data atau bukti fisik yang
relevan untuk menjawab masalah.

Untuk menjaga objektivitas serta mengumpulkan peristiwa autentik mengenai pelaksanaan


tugas, guru dapat meminta bantuan teman agar ikut melakukan observasi dalam kelas. Hasil
observasi selanjutnya diolah dan ditafsirkan. Dengan berbekal hasil penafsiran akhirnya guru
dapat  menyusun kesimpulan dengan menjawab beberapa pertanyaan seperti:

1. Apakah guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana?


2. Apakah guru menggunakan metode sesuai dengan prosedur yang seharusnya?
3. Apakah metode mengajar yang diterapkan guru meningkatkan kemampuan siswa
menanya dan berpikir metakognisi?
4. Kendala apa yang guru dapatkan untuk mewujukan tujuan pembelajaran?
5. Bagimana solusi untuk mengatasi kendala?
6. Apakah guru melakukan penilaian autentik?
7. Apakah hasil belajar siswa memenuhi standar?
8. Apa keunggulan dan kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran?

Setiap pertanyaan  perlu dijawab dengan hasil analisis data. Pada akhirnya, jika guru terbukti
telah menerapkan metode pembelajaran seperti yang seharusnya dan telah membuat siswa
mecapai keunggulan hasil belajarnya melebihi pada proses penggunaan metode yang
sebelumnya, maka proses pelaksanaan tugas guru dinyatakan menerapkan best practice.

Percobaan untuk memperbaiki proses dapat dilakukan berulang-ulang seperti dalam


penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan best practice sasaran akhirnya tidak hanya
mendapatkan perbaikan proses melaksanakan tugas, namun menemukan model proses
pelaksanaan tugas yang memenuhi standar serta dapat digunakan sebagai acuan membangun
keunggulan dalam bidang yang sama di tempat lain.

Laporan Best Practice

Hasil penelitian selajutnya dirumuskan dalam bentuk laporan penelitaan ilmiah mengenai
best practice. Sebaimana karya ilmiah lainnya, sebelum menyusun laporan guru
mengembangkan daftar isi  seperti yang termuat dalam lampiran
APORAN WORKSHOP SEKOLAH MODEL KOTA BALIKPAPAN
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sistem pendidikan nasional yang didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan
dan martabat manusia Indonesia. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib
melakukan penjaminan mutu pendidikan sebagaimana diamanatkan di dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 19 tahun 2005. Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk memenuhi
atau melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Setiap satuan pendidikan beserta seluruh komponen didalamnya memiliki tanggungjawab dalam
peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan. Peningkatan mutu di satuan pendidikan tidak dapat
berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan. Untuk
peningkatan mutu sekolah secara utuh dibutuhkan pendekatan yang melibatkan seluruh komponen
satuan pendidikan (whole school approach) untuk bersama-sama memiliki budaya mutu. Agar
penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik di segala lapisan pengelolaan pendidikan telah
dikembangkan sistem penjaminan mutu pendidikan yang terdiri dari Sistem Penjaminan Mutu
Internal (SMPI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SMPE).

Sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh
komponen dalam satuan pendidikan disebut sebagai SPMI. SPMI mencakup seluruh aspek
penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP.
Sistem penjaminan mutu ini dievaluasi dan dikembangkan secara berkelanjutan oleh satuan
pendidikan dan juga ditetapkan oleh satuan pendidikan untuk dituangkan dalam pedoman
pengelolaan satuan pendidikan serta disosialisasikan kepada pemangku kepentingan satuan
pendidikan. Agar pelaksanaan SPMI dapat dilakukan oleh seluruh satuan pendidikan dengan optimal,
perlu dikembangkan satuan pendidikan yang akan menjadi model penerapan penjaminan mutu
pendidikan secara mandiri, yang selanjutnya disebut sekolah model, sebagai gambaran langsung
kepada satuan pendidikan lain yang akan menerapkan penjaminan mutu pendidikan sehingga terjadi
pola pengimbasan pelaksanaan penjaminan mutu hingga ke seluruh satuan pendidikan di Indonesia.

Pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan membutuhkan keterlibatan seluruh komponen sekolah.


Pembinaan akan dilakukan dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan seluruh komponen
pemangku kepentingan sekolah yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan,
komite sekolah, orangtua dan siswa.

Pengelolaan sekolah menjadi tanggungjawab pemerintah daerah, sehingga dukungan pemerintah


daerah sangat diperlukan saat LPMP melakukan pembinaan terhadap sekolah tersebut, karena
setelah sekolah tersebut mampu melaksanakan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri,
sekolah akan berada dalam pembinaan pemerintah daerah.

Sekolah model akan dibina bersama sama oleh LPMP dibantu oleh fasilitator daerah. Pembinaan
yang diterima oleh sekolah dalam bentuk pelatihan, pendampingan, supervisi serta monitoring dan
evaluasi. Pembinaan tersebut dilakukan hingga sekolah tersebut mampu melaksanakan penjaminan
mutu pendidikan secara mandiri. Kemandirian sekolah diukur oleh LPMP pada kegiatan monitoring
dan evaluasi sesuai instrumen yang disediakan. Pembinaan pengembangan sekolah model di awali
dengan pelaksanaan Workshop Sekolah Model yang akan di laksanakan di 15 Kab/Kota di Propinsi
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

B.     Dasar Hukum

a.         Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b.        Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

c.         Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;

d.        Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 49 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan;

e.         Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan;
f.         Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

g.        Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan;

C.     Maksud dan Tujuan

Pelaksanaan kegiatan bertujuan:

1.        Memberikan pemahaman kepada Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah dan guru dan Komite Sekolah
tentang Program Sekolah model.
2.        Memberikan keterampilan  tentang mekanisme pelaksanaan sistem Penjaminan Mutu  Internal di
sekolah model.
3.        Memberikan pemahaman tentang Mekanisme Pemetaan mutu di sekolah dan penyusunan rencana
pemenuhan mutu serta pelaksanaan pemenuhan mutu.
4.        Memahami mekanisme pendampingan , pengimbasan  sekolah model serta monitoring dan evaluasi.

D. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan Workshop Sekolah Model adalah:

1.        Pemahaman tentang sistem penjaminan mutu pendidikan

2.        Pemahaman tentang penerapan penjaminan mutu internal sekolah.

3.        Pendalaman tentang bagaimana menerapkan siklus penjaminan mutu internal mulai dari
memetakan mutu, perencanaan peningkatan mutu, implementasi peningkatan mutu, monitoring
dan evaluasi hingga penetapan standar baru serta strategi baru.

4.        Penguatan tentang bagaimana menjalankan pengelolaan sekolah yang ideal serta bagaimana cara
meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah

5.        Penguatan tentang bagaimana mengimplementasikan pembelajaran sekolah yang ideal serta
bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran

6.        Pembentukan tim penjaminan mutu sekolah sebagai penanggungjawab aktivitas penjaminan mutu
di sekolah
7.        Pendalaman bagaimana melakukan pengimbasan praktek penjaminan mutu internal kepada sekolah
lain.

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

   A.    Waktu dan Tempat Kegiatan

Pelaksanaan Workshop Sekolah Model di laksanakan di 15 Kab/Kota Dalam 2 Angkatan. Angkatan


pertama tanggal 26 September s.d 4 Oktober 2016 untuk Kab/Kota Balikpapan, Penajam Paser
Utara, Paser, Bontang, Kutai Timur, Mahakam Ulu dan Berau Untuk Propinsi Kalimantan Timur dan
Kab/Kota Tarakan, Malinau Untuk Propinsi Kalimantan Utara. Angkatan kedua tanggal pelaksanaan
kegiatan 9 s.d 15 Oktober 2016 untuk Kab/Kota Samarinda, Kutai Kartanegara dan Kutai Barat Untuk
Propinsi Kalimantan Timur dan Bulungan, Nunukan dan Tana Tidung untuk Propinsi Kalimantan
Utara. Tempat pelaksanaan Kegiatan berlangsung di Tempat Pelaksanaan Kegiatan(TPK) di 15
Kab/Kota Propinsi Kalimantan Timur dan Propinsi Kalimantan Utara.

B. Sasaran

Sasaran Pelaksanaan Kegiatan berjumlah 1296 peserta dengan rincian:

NO KAB/KOTA Pengawas Kepsek Komite Guru Jumlah

1 Samarinda 16 16 16 48 96
2 Balikpapan 16 16 16 48 96
3 Penajam Paser Utara 16 16 16 48 96
4 Paser 16 16 16 48 96
5 Bontang 16 16 16 48 96
6 Kutai Timur 16 16 16 48 96
7 Kutai Kartanegara 16 16 16 48 96
8 Kutai Barat 16 16 16 48 96
9 Mahakam Ulu 5 5 5 15 30
10 Berau 16 16 16 48 96
11 Tarakan 16 16 16 48 96
12 Bulungan 16 16 16 48 96
13 Malinau 16 16 16 48 96
14 Tana Tidung 5 5 5 15 30
15 Nunukan 14 14 14 42 84
Jumlah 216 216 216 648 1296

     C.     FASILITATOR

Sebagai fasilitator adalah Widyaiswara yang telah mengikuti pelatihan tingkat nasional/fasnas dan
pelatihan tingkat daerah/fasda berjumlah 2 narasumber setiap TPK di 15 Kab/Kota.

      D.    STRUKTUR PROGRAM

STRUKTUR PROGRAM

WORKSHOP SEKOLAH MODEL

No Program Materi Pelatihan Alokasi Penyaji


Waktu

A. Umum 1.  Kebijakan SPMI Sekolah Model 1 Fasilitator

2. Orientasi Program, Perkenalan, Kontrak Belajar 2

B. Pokok 1. Isu-isu Kritis tentang Mutu Pendidikan 1 Fasilitator

. 2. Standar Nasional Pendidikan 4

3. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan 2

4. Konsep Sistem Penjaminan Mutu Internal 2

5. Pemetaan Mutu Satuan pendidikan 6

6. Penyusunan Rencana Pemenuhan Mutu 2

7. Pengantar Pelaksanaan Pemenuhan Mutu 2


    7.1 Pelaksanaan Pemenuhan dan Peningkatan 3

          Kualitas Pengelolaan Sekolah

     7.2 Pelaksanaan Pemenuhan dan Peningkatan  3

           Kualitas Pembelajaran Sekolah

8. Penyusunan Rencana dan Pelaksanaan Evaluasi 3

9. Pembentukan Tim SPMI Sekolah 2

10. Pendampingan  Sekolah Model/Pengimbasan ke sekolah 2


Imbas

1. Rencana Tindak Lanjut di Sekolah


C. Penunjang 5 Fasilitator
2. Pretes dan Postes
2
3. Pembukaan/Penutupan
2

Jumlah 44

    E.     JADWAL KEGIATAN

WORKSHOP SEKOLAH MODEL

TAHUN 2016

September sd Oktober  2016

No. Waktu
Hari Hari Hari Hari Ke Hari Ke
Pertama Kedua Ketiga empat Lima

1 08.00 – 08.45 B2 B5 B7.1 B10


2 08.45 – 09.30 B2 B5 B7.2 B10

3 09.30 - 10.15 B2 B5 B7.2 C1

10.15 – 10.30 Istirahat

4 10.30 – 11.15 Pembukaan B3 B6 B7.2 C1

5 11.15 – 12.00 A1 B3 - B8 C1

12.00 – 13.30 Istirahat

6 13.30 – 14.15 Pre Test B4 B6 B8 C1

7 14.15 – 15.00 A2 B4 B7 B8 C1

8 15.00 – 15.45 A2 B5 B7 Post Test Penutupan

15.45 – 16.00 Istirahat

9 16.00 – 16.45 B1 B5 B7.1 B9

10 16.45 – 17.30 B2 B5 B7.1 B9

BAB III
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A.                Peserta Kegiatan Workshop Sekolah Model

Sekolah model adalah sekolah yang menerapkan seluruh siklus penjaminan mutu pendidikan secara
sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga budaya mutu tumbuh dan berkembang secara
mandiri pada sekolah tersebut.

Sekolah model dipilih dari sekolah yang belum memenuhi SNP untuk dibina oleh LPMP agar dapat
menerapkan penjaminan mutu pendidikan di sekolah mereka sebagai upaya untuk memenuhi SNP.
Pembinaan oleh LPMP dilakukan hingga sekolah telah mampu melaksanakan penjaminan mutu
pendidikan secara mandiri. Sekolah model dijadikan sebagai sekolah percontohan bagi sekolah lain
yang akan menerapkan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah model memiliki
tanggungjawab untuk mengimbaskan praktik baik penerapan penjaminan mutu pendidikan kepada
lima sekolah di sekitarnya, sekolah yang diimbaskan ini selanjutnya disebut dengan sekolah imbas.
Pemilihan sekolah yang akan dibina untuk dijadikan sekolah model memperhatikan beberapa
kriteria, antara lain:

1. Sekolah belum memenuhi SNP.

Pemetaan mutu yang dilakukan oleh LPMP terhadap sekolah tersebut dapat digunakan sebagai data
dasar penetapan pencapaian sekolah terhadap SNP. Data hasil pemetaan tersebut diberikan kepada
sekolah untuk digunakan sebagai data dasar dalam pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan ke
depan.

2. Seluruh komponen sekolah bersedia dan berkomitmen untuk mengikuti seluruh rangkaian
pelaksanaan pengembangan sekolah model.

Pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan membutuhkan keterlibatan seluruh komponen sekolah.


Pembinaan akan dilakukan dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan seluruh komponen
pemangku kepentingan sekolah yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan,
komite sekolah, orangtua dan siswa. Sekolah akan dibina untuk melibatkan pemangku kepentingan
di luar sekolah seperti lurah/kepala desa, perusahaan, lembaga swadaya masyarakat dan lainnya.

3. Adanya dukungan dari pemerintah daerah.

Pengelolaan sekolah menjadi tanggungjawab pemerintah daerah, sehingga dukungan pemerintah


daerah sangat diperlukan saat LPMP melakukan pembinaan terhadap sekolah tersebut, karena
setelah sekolah tersebut mampu melaksanakan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri,
sekolah akan berada dalam pembinaan pemerintah daerah.

Sekolah model akan dibina oleh LPMP dibantu oleh fasilitator daerah. Pembinaan yang diterima oleh
sekolah dalam bentuk pelatihan, pendampingan, supervisi serta monitoring dan evaluasi. Pembinaan
tersebut dilakukan oleh LPMP hingga sekolah tersebut mampu melaksanakan penjaminan mutu
pendidikan secara mandiri. Kemandirian sekolah diukur oleh LPMP pada kegiatan monitoring dan
evaluasi sesuai instrumen yang disediakan.
Pada tahun 2016 di laksanakan rangkaian kegiatan penjaminan mutu pendidikan. Kegiatan
Workshop sekolah model adalah kegiatan yang pertama di laksanakan pasca rakor penjaminan mutu
pendidikan yang di laksanakan di LPMP Kalimantan Timur.

Program Pengembangan Sekolah Model pada tahun anggaran 2016 yang dilakukan di LPMP terdiri
atas beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut:

Ada pun tahapan kegiatan dalam pengembangan sekolah model meliputi kegiatan kegiatan:

No Kegiatan

1 Persiapan
Sosialisasi dan koordinasi
Pengusulan calon sekolah
Penetapan sekolah
Penyiapan dan seleksi fasilitator daerah
2 Pelatihan/WorkshopSekolah Model
3 Implementasi Sekolah Model
Pendampingan SPMI di Sekolah Model
Pengimbasan
4 Monitoring dan Evaluasi
5 Potret Sekolah Model
6 Diseminasi

Workshop Sekolah model menjadi kegiatan lanjutan pasca Rakor Penjaminan Mutu Pendidikan dan
Penetapan sekolah model. Kegiatan berlangsung di 10 Kabupaten Kota di Propinsi Kalimantan Timur
dan 5 Kabupaten Kota di Propinsi Kalimantan Utara.
Workshop Sekolah Model Kalimantan Timur:

NO KABUPATEN/KOTA TANGGAL
1 Balikpapan 27 September s.d 3 Oktober 2016
2 Penajam Paser Utara 27 September s.d 3 Oktober 2016
3 Paser 27 September s.d 3 Oktober 2016
4 Bontang 27 September s.d 3 Oktober 2016
5 Kutai Timur 27 September s.d 3 Oktober 2016
6 Mahakam Ulu 26 September s.d 4 Oktober 2016
7 Berau 27 September s.d 3 Oktober 2016
8 Malinau 27 September s.d 3 Oktober 2016
9 Tarakan 27 September s.d 3 Oktober 2016
10 Samarinda 9 s.d 15 Oktober 2016
11 Kutai Kartanegara 9 s.d 15 Oktober 2016
12 Kutai Barat 9 s.d 15 Oktober 2016
13 Bulungan 9 s.d 15 Oktober 2016
14 Nunukan 9 s.d 15 Oktober 2016
15 Tana Tidung 9 s.d 15 Oktober 2016
Dari hasil dua tahap pelaksanaan Workshop Sekolah Model, peserta yang hadir :

REKAP PESERTA WORKSHOP SEKOLAH MODEL

KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN UTARA 2016

NO KAB/KOTA JUMLAH HADIR


1 Balikpapan 95
2 Berau 96
3 Bontang 96
4 Bulungan 96
5 Kutai Kartanegara 96
6 Tana Tidung 30
7 Kutai Timur 93
8 Mahakam Ulu 28
9 Malinau 86
10 Paser 93
11 Penajam Paser Utara 96
12 Samarinda 96
13 Tarakan 96
14 Nunukan 81
15 Kutai Barat 96
JUMLAH 1274

B.            Workshop Sekolah Model Kota Balikpapan


Kegiatan workshop sekolah model Kota Balikpapan berlangsung dari tanggal 27 September s.d 4
Oktober 2016. Kegiatan berlangsung di  Aula SMPN 1 Balikpapan. Peserta kegiatan berjumlah 96
peserta dari 16 sekolah model di Kota Balikpapan.

Ada pun 16 sekolah model dari Kota Balikpapan Yaitu:


NO NAMA SEKOLAH NPSN
1 SDN 004  Balikpapan  Utara 30401544
2 SDN 020  Balikpapan  Timur 30401619
3 SDN 013  Balikpapan  Selatan 30402880
4 SDN 013  Balikpapan  Kota 30402878
5 SDN 009  Balikpapan  Tengah 30401652
6 SDN 002  Balikpapan  Barat 30402851
7 SDN 027  Balikpapan  Tengah 30401377
8 SMPN 2  Balikpapan 30401479
9 SMPN 3  Balikpapan 30401476
10 SMPN 5  Balikpapan 30401474
11 SMPN 6  Balikpapan 30401473
12 SMPN 7  Balikpapan 30401472
13 SMPN 22  Balikpapan 30405707
14 SMAN 4  Balikpapan 30401488
15 SMAN 7  Balikpapan 30401504
16 SMKN 5 Balikpapan 30404599

Rekap Peserta Workshop Sekolah Model

Kota Balikpapan Tahun 2016

NO PESERTA JUMLAH
1 Pengawas 16
2 Komite/Orang Tua 15
Guru
3 SD        28
4 SMP 24
5 SMA 8
6 SMK 4
JUMLAH 95

C.  Pelaksanaan Kegiatan


Secara umum kegiatan sudah berjalan dengan lancar. Selama 5 hari kegiatan dua orang nara sumber
dari LPMP Kalimantan Timur melaksanakan pembelajaran, dengan metode metode ceramah,
pemaparan, penugasan kelompok. Setiap sekolah berkelompok dan melaksanakan setiap
penugasan, dengan langsung melalui laptop atau pun melalui kertas plano dan kemudian di
paparkan di depan kelas oleh setiap kelompok.
1.    Isu-isu Kritis tentang Mutu Pendidikan
Isu kritis membahas tentang bagaimana isu pendidikan terkini seperti masalah kurikulum, masalah
sistem penilaian, masalah sarpras sekolah, masalah kenakalan siswa, masalah pembiayaan. Bahwa
telaah terhadap isu kritis ini bertujuan menyepakati masalah utama yang di hadapi di dalam dunia
pendidikan di Indonesia maupun di sekolah.
2.    Standar Nasional Pendidikan
Standar pendidikan yang terdiri atas 8 standar yakni SKL, standar isi, standar proses, standar
penilaian, standar PTK, standar pengelolaan, standar sarpras dan standar pembiayaan. 8 standar
nasional pendidikan ini adalah acuan bagi upaya upaya pelaksanaan sistem penjaminan mutu
pendidikan di sekolah. Melalui hasil identifikasi/pemetaan 8 standar SNP dengan indikator masing
masing di lakukan perbaikan dengan menyusun perencanaan mutu.
3.    Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu
pendidikan sebagaimana diamanatkan di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19
tahun 2005. Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar
Nasional Pendidikan (SNP).

Setiap satuan pendidikan beserta seluruh komponen didalamnya memiliki tanggungjawab dalam
peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan. Peningkatan mutu di satuan pendidikan tidak dapat
berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan pendidikan. Untuk
peningkatan mutu sekolah secara utuh dibutuhkan pendekatan yang melibatkan seluruh komponen
satuan pendidikan (whole school approach) untuk bersama-sama memiliki budaya mutu. Agar
penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik di segala lapisan pengelolaan pendidikan telah
dikembangkan sistem penjaminan mutu pendidikan yang terdiri dari Sistem Penjaminan Mutu
Internal (SPMI)

4. Konsep Sistem Penjaminan Mutu Internal

     Sistem penjaminan mutu internal pada umumnya adalah satu system yang secara garis besarnya
yaitu melaksanakan 5 siklus di dalam pengelolaan sekolah atau satuan pendidikan lain semacam
disdik. 5 siklus itu adalah pemetaan mutu, perencanaan pemenuhan mutu, implementasi
pemenuhan mutu, audit mutu internal/evaluasi dan penetapan standar baru denga harapan telah
terjadi peningkatan. Kelima siklus ini terus di laksanakan dengan menciptakan perangkat untuk
pelaksanaannya seperti adanya struktur pelaksana SPMI, dokumen dokumen 8 standar, instumen
evaluasi diri/audit mutu internal. SPMI mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan
dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai SNP. Sistem penjaminan mutu ini
dievaluasi dan dikembangkan secara berkelanjutan oleh satuan pendidikan dan juga ditetapkan oleh
satuan pendidikan untuk dituangkan dalam pedoman pengelolaan satuan pendidikan serta
disosialisasikan kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan.

5. Pemetaan Mutu Satuan pendidikan

    Pemetaan mutu menjadi hal yang sangat penting di lakukan sekolah karena menjadi siklus pertama
bagi 5 siklus SPMI. Dalam kegiatan pemetaan mutu di lakukan identifikasi terhadap setiap kelebihan
atau kekurangan sekolah dengan instrumen yang di pergunakan dapat dari instrumen EDS, atau
insturmen akreditasi sekolah dan insturmen lainya.Menetapkan permasalahan dan akar
permasalahan yang dihadapi oleh sekolah terkait pemenuhan SNP berdasarkan indikator kondisi
sekolah yang capaiannya kurang dari standar . Dilakukan analisis terhadap hasil pemetaan,  proses
pengolahan dan analisis data sesuai dengan hasil  untuk mengidentifikasi hal yang perlu
diperbaiki untuk pemenuhan mutu pendidikan.

5.    Penyusunan Rencana Pemenuhan Mutu


Rencana pemenuhan mutu adalah langkah kedua dalam siklus SPMI, yakni menyusun perencanaan
berdasarkan hasil pemetaan yang sudah di lakukan. Dalam penyusunan perencanaan di hal hal yang
masih menjadi kelemahan sekolah, dalam standar nasional pendidikan di lakukan perencanaan
untuk perbaikan. Hasil dari langkah kedua ini adalah adanya dokumen dokumen semacam RKS, RKT,
RKJM, dokumen 1.

7. Pengantar Pelaksanaan Pemenuhan Mutu

    7.1 Pelaksanaan Pemenuhan dan Peningkatan

          Kualitas Pengelolaan Sekolah

     7.2 Pelaksanaan Pemenuhan dan Peningkatan 

           Kualitas Pembelajaran Sekolah

Pemenuhan dan peningkatan mutu berdasarkan SNP dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu (1)
mutu pengelolaan sekolah dan (2) mutu kurikulum dan pembelajaran. Merupakan kelanjutan
dari perencanaan yang sudah di laksanakan. Untuk Pelaksanaan implementasi harus disediakan
juga tools atau perangkat pendukung seperti adanya dokumen kebijakan mutu, manual mutu,
instruksi kerja dan ketersediaan boring/formulir formulir pendukung.
8.    Penyusunan Rencana dan Pelaksanaan Evaluasi
Evaluasi diri menjadi siklus berikutnya dari SPMI setelah implementasi. Yaitu untuk melihat sejauh
mana capaian pelaksanaan program pemenuhan mutu yang sudah di laksanakan oleh sekolah dalam
pengelolaan manajemen atau dalam pengelolaan pembelajaran.
9.    Pembentukan Tim SPMI Sekolah
Pembentukan tim system penjaminan mutu internal di sekolah dimaksudkan untuk melaksanakan
SPMI di sekolah, secara garis besar di pimpin oleh Kepala Sekolah dan tenaga PTK yang di tunjuk. tim
SPMI ini bertugas menjalankan segala aspek berkait pelaksanaan SPMI dari proses pemetaan ,
Perencanaan pemenuhan mutu, implementasi pemenuhan mutu, evaluasi dan penetapan standar
baru oleh sekolah. Tugas mereka antara lain menyiapkan dokumen dokumen pelaksanaan dan
dokumen evaluasi serta format format pendukung implementasi dan evaluasi.
10.              Pendampingan  Sekolah Model/Pengimbasan ke sekolah Imbas
Sekolah model di harapkan dapat menjadi sekolah contoh bagi pelaksanaan SPMI terhadap sekolah
lain. Namun sekolah mempunyai kewajiban untuk mengimbaskan pelaksanaan SPMI kepada sekolah
lain di sekitarnya. Dalam pelaksanaan Wrokshop Sekolah Model Kota Balikpapan, di usulkan daftar
sekolah imbas sebagai berikut:

No Sekolah Model Sekolah Imbas

1 SDN 003 Balikpapan Utara

1 SDN 004 Balikpapan Utara 2 SDN 013 Balikpapan Utara

3 SDN 005 Balikpapan Utara

1 SD 001 Balikpapan Timur

2 SDN NO 020 Balikpapan Timur 2 SD 010 Balikpapan Timur

3 SD 011 Balikpapan Timur

1 SDN 003 Balikpapan Selatan

3 SDN 013 Balikpapan Selatan 2 SDN 014 Balikpapan Selatan

3 SDN BIS Balikpapan Selatan

1 SDN 002 Balikpapan Kota

4 SDN 013 Balikpapan Kota 2 SDN 006 Balikpapan Kota

3 SDN 014 Balikpapan Kota

5 SDN 009 Balikpapan Tengah 1 SDN 005 Balikpapan Tengah

2 SDN 019 Balikpapan Tengah


3 SDN 023 Balikpapan Tengah

1 SDN 003 Balikpapan Barat

6 SDN 002 Balikpapan Barat 2 SDN 006 Balikpapan Barat

3 SDN 013 Balikpapan Barat

1 SDN 10 Balikpapan Tengah

7 SDN 027 Balikpapan Tengah 2 SDN 011 Balikpapan Tengah

3 SDN 013 Balikpapan Tengah

1 SMPN 12 Balikpapan

8 SMPN 2 Balikpapan 2 SMPN 4 Balikpapan

3 SMP PD 1 Balikpapan

1 SMPN 11 Balikpapan

9 SMPN 3 Balikpapan 2 SMPN 14 Balikpapan

3 SMP KPS Balikpapan

1 SMPN 8 Balikpapan

10 SMPN 5 Balikpapan 2 SMPN 13 Balikpapan

3 SMPN 19 Balikpapan

1 SMP N 15 Balikpapan

11 SMPN 6 Balikpapan 2 SMP N 16 Balikpapan

3 SMP Muhammadiyah 3 Balikpapan

1 SMP N 10 Balikpapan

12 SMPN 7 Balikpapan 2 SMP N 18 Balikpapan

3 SMP N 21 Balikpapan

1 SMP N 9 Balikpapan

13 SMPN 22 Balikpapan 2 SMPN 17 Balikpapan

3 SMPN 20 Balikpapan

1 SMAN 3 Balikpapan
14 SMAN 4 Balikpapan
2 SMAN 5 Balikpapan
3 SMAN 9 Balikpapan

1 SMAN 2 Balikpapan

15 SMAN 7  Balikpapan 2 SMAN 6 Balikpapan

3 SMAN 8 Balikpapan

1 SMKN 3 Balikpapan

16 SMKN 5 Balikpapan 2 SMKN 4 Balikpapan

3 SMKN 6 Balikpapan
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Workshop Sekolah Model yang telah di laksanakan:

1.        Sekolah pada umumnya telah memahami bagaimana mekanisme pengembangan SPMI, bagaimana
melaksanakan program sekolah model.

2.        Dengan workshop yang di berikan di harapkan sekolah memahami akan mekanisme pengembangan
Sekolah Model secara lebih baik.

3.        Pengembangan dokumen Sekolah Model seperti SK, adanya instruksi kerja , dokumen program
sekolah yang telah di masukkan program Sekoah Model dan dokumen lain harus terus di
kembangkan.

4.        Proses pembelajaran berbasis SNP yang di lakukan dengan terus melakukan praktik yang baik harus
terus di tingkatkan

5.        Sekolah siap melaksanakan tindaklanjut Workshop yakni melakukan pengimbasan ke sekolah di
sekitar sebanyak 3 sekolah/

B.       Saran-saran

Bagi Sekolah,

1.      Melakukan kegiatan diklat, workshop, seminar, diantaranya melalui kegiatan KKG/MGMP untuk
peningkatan mutu pendidikan di sekolah secara terus menerus,  sehingga dalam proses pemetaan
mutu kedepannya tidak mengalami kendala, demikian juga dalam pengembangan sekolah model
secara keseluruhan.

2.      Melalui hasil pemetaan mutu tingkat sekolah dapat di tingkatkan hal-hal yang masih kurang untuk
kepentingan pengembangan kedepannya.

3.      Melakukan perencanaan program secara lebih baik dengan pedoman, panduan Sekolah Model,
panduan Audit internal, Naskah Akademik dan analisis hasil EDS yang ada.
4.      Meningkatkan pencapaian SNP dengan terus melengkapi berbagai dokumen yang masih kurang, dan
mengusahakan agar semua bukti telah ada di dalam arsip sekolah.

Bagi Pemerintah daerah

1.      Bagi Pemerintah Kabupaten/kota berdasarkan kewenanganya, wajib meningkatkan dan


memperbaiki terutama pada penyediaan fasilitas sekolah

2.      Berdasarkan hasil pemetaan sekolah  yang di laksanakan dapat melakukan tindak lanjut berupa
program peningkatan kualitas pendidikan melalui peningkatan 8 standar SNP.

3.      Memperluas pengembangan sekolah model ke seloah lain dengan dana dari pemerintah daerah

Bagi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur

1.      Melakukan pendampingan/Supervisi penjaminan mutu secara terus menerus di Kabupaten/Kota


umumnya dan pada khususnya sekolah-sekolah Model, sehingga proses yang sedang berjalan tidak
terputus begitu program selesai dan dapat terus berkesinambungan.

2.      Melakukan fasilitasi proses penjaminan mutu secara terus menerus dengan program-program
tindaklanjut sebagai respon dari permasalahan-permasalahan pendidikan yang di alami oleh
daerah/sekolah, misalnya dengan melaksanakan diklat khusus pengembangan program Sekolah
Model, dll.

Anda mungkin juga menyukai