Anda di halaman 1dari 6

RAMUAN NASI AKING DAN SERASAH DAUN KERING DALAM PENERAPAN P5

UNTUK MEWUJUDKAN KARAKTER GOTONG ROYONG DAN BERNALAR KRITIS


DI SDN SONGGOKERTO 03 KOTA BATU
SDN Songgokerto 03 terletak di daerah pariwisata Kota Batu, tepatnya di Jalan Arumdalu
No 65 A Kelurahan Songgokerto.Terdapat potensi alam yang sangat berlimpah di wilayah sekitar
sekolah. Ada candi Songgoriti yang terkenal sebagai tempat pencucian keris empu gandring, dan
pemandian air panasnya, ada tempat landasan Paralayang, ada kolam wisata Tirtanirwana, dan
villa peristirahatan yang dikelola oleh sebagian besar wali murid.
Alam yang indah, sejuk, asri dan nyaman, didukung oleh banyaknya pepohonan
memberi persediaan oksigen dan kerindangan. Tak heran jika sekolah mendapatkan predikat
Adiwiyata Nasional, di tahun 2021. Banyaknya pepohonan yang rindang, menyebabkan
banyaknya sampah daun kering di halaman sekolah, hal ini menjadi tantangan bagi siswa untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut. Bagaimana menyelesaikan sampah daun kering di
sekolah?.
Berdasarkan pertanyaan pemantik tersebut, mendorong dilakukannya diskusi
terbimbing diantara siswa kelas 4, dan melakukan tahap pengenalan. Awalnya siswa masih belum
menemukan ide untuk menyelesaikan permasalahan penumpukan sampah daun kering tersebut.
Para siswa melihat bahwa tumpukan sampah daun kering tidak dapat dimanfaatkan dan dibuang
begitu saja oleh petugas kebersihan sekolah, bahkan dibakar.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, pertama kali melakukan sosialisasi
kepada guru dan orang tua, hal ini perlu dilakukan karena masih terdapat beberapa miskonsepsi
tentang P5, yaitu beberapa guru masih menganggap proyek harus dikaitkan dengan materi
pembelajaran intrakurikuler, hasil proyek harus berupa produk atau barang. Miskonsepsi ini sangat
berlawanan dengan tujuan utama penerapan P5, apa yang terjadi jika guru hanya sibuk menyiapkan
projek dan mementingkan produk yang akan dipamerkan, tanpa menekankan terbentuknya
karakter dan profil pelajar Pancasila.
Review modul projek, yang awalnya hanya mementingkan produk juga dilakukan oleh
komite pembelajar, dan dilakukan sosialisai. Berikut langkah penerapan P5 yang dilakukan dengan
mengambil tema ”Gaya hidup berkelanjutan”, dan mengacu kepada dimensi profil Pelajar
Pancasila, (1) Beriman dan Bertakwa pada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, khususnya elemen
akhlak terhadap alam, (2) Kreatif, khususnya elemen kerja sama dan komunikasi untuk tujuan
bersama menghasilkan gagasan yang orisinal dan menghasilkan karya dan tindakan yang
orisinal, (3) Mandiri, khususnya elemen regulasi diri, dan (4) gotong royong khususnya elemen
kerja sama. Serta bernalar kritis dengan elemen memperoleh dan memproses informasi dan
gagasan.
Permasalahan “bagaimana mengatasi Sampah daun kering” sebagai pertanyaan
pemantik akhirnya memunculkan ide digunakan sebagai pupuk kompos. Langkah pertama yang
dilakukan adalah mengenalkan fenomena sampah serta sebab akibatnya terhadap lingkungan
(knowledge- building). Diikuti dengan meningkatkan kesadaran pelajar (raise awareness) melalui
eksplorasi kegiatan berkaitan dengan pengelolaan sampah. Setelahnya, peserta didik akan
dikenalkan pengolahan sampah organik sebagai bentuk tanggung jawab untuk masalah sampah.
Pada tahapan pengenalan , peserta didik belajar mengenal dan mengidentifikasi bentuk,
jenis, ciri-ciri , kegunaan dan manfaat daun bagi kehidupan. Dalam prosesnya peserta didik diajak
mengembangkan diri berkreasi, kreatif dalam mengeksplorasi dan membandingkan karakteristik
daun.
Selanjutnya dalam kegiatan aksi nyata, peserta didik kemudian belajar mengenal bentuk
pengelolaan sampah, yaitu pengenalan sampah organik khususnya dari daun kering. Peserta didik
juga belajar cara sederhana untuk mengolah sampah organik, yaitu dengan cara memanfaatkan
daun kering dijadikan pupuk kompos sampai dengan tahap panen baik secara alami dan
menggunakan bakteri pengurai. Dalam hal ini digunakan pupuk Molase yang dibuat dari nasi aking
dibandingkan dengan pupuk kompos yang ditambahkan dengan EM4.
Tahapan terakhir dalam alur pembelajaran adalah kegiatan aksi memperkenalkan
peserta didik pada pemanfaatan kompos, melalui kegiatan berkebun di green house, TOGA dan
taman sekolah dan pengemasan kompos untuk dipamerkan pada pucak penen belajar. Berikut
adalah rancangan Jadwal P5 di SDN Songgokerto 03 Kota Batu.

Tabel 1. JADWAL PELAKSANAAN


NO. JENIS KEGIATAN PELAKSANAAN
I. TAHAP PENGENALAN
( Mencari data awal arti tumbuhan dan sampah
organik )

1. Fenomena sampah ( video ) 6 AGUSTUS 2022


2. 2. Identifikasi pengertian tumbuhan beserta bagian – 20 AGUSTUS 2022
bagianya
3. Deskripsi daun beserta manfaat dan kegunaanya 27 AGUSTUS 2022
4. 4. Membandingkan karakteristik dan cara kerja daun 3 SEPTEMBER 2022
5. 5. Pemaparan cara pengelolaan sampah organik dari 10 SEPTEMBER 2022
daun
6. kering ( video )
6. Belajar mengenal zat pengurai dalam sampah 17 SEPTEMBER 2022

II. TAHAP KONTEKSTUALISASI


( Pengelolaan dan pengolahan sampah organik )

7. Mengenal jenis sampah organik 24 SEPTEMBER 2022


8. Menngolah sampah organik menjadi composter 8 OKTOBER 2022
9. Laporan pengamatan perbandingan composter 15 OKTOBER 2022
alami dengan komposer yang di beri pengurai
10. Panen composter 22 OKTOBER 2022
11. Praktek memberi pupuk pada tanaman 29 OKTOBER 2022
12. Presentasi dan umpan balik 12 NOPEMBER 2022
13. Asesemen formatif 19 NOPEMBER 2022

III. TAHAP AKSI ( REFLEKSI DAN RENCANA TINDAK


LANJUT)
14. Melakukan refleksi dan evaluasi projek pengolahan 26 NOPEMBER 2022
composter
15. Asessmen sumatif 3 DESEMBER 2022
16. Praktek mengemas kompos ( KONDISIONAL ) 10 DESEMBER 2022
17. Pengemasan kompos, dan lebelling 20 DESEMBER 2022

Pada tahap aksi nyata pembuatan pupuk kompos, siswa diminta untuk meneliti kecepatan
pembentukan pupuk kompos dari serasah daun kering jika diberi molase dibandingkan dengan
menggunakan EM4. Molase dibuat dari bahan nasi aking atau nasi basi yang ditambahkan gula
untuk mempercepat proses fermentasi. MOL adalah singkatan dari Microorganisme Local.
Sebagai bahan Sebagai dekomposer: MOL dicampurkan dengan air dengan perbandingan 1:5 (1
bagian MOL: 5 bagian air). Kemudian siramkan MOL pada bahan organik yang akan dibuat
kompos. Semua proses ini dilakukan oleh para siswa. Ada Kerjasama dalam penyelesaian tugas
ini, kemandirian juga dikembangkan, melalui proses gotong royong dan bernalar kritis, siswa
meneliti selama beberapa bulan untuk mengetahui perbedaan pengaruh MOL dan EM4 pada
proses komposter.

Gb 1. Proses pembuatan MOLASE dari nasi


aking. Nasinya dikumpulkan dari sisa bekal
siswa yang tidak habis dimakan.

Gb 2. Menggunting daun kering

Setelah membuat Molase secara berkelompok, siswa


di ajak menggunting daun kering yang terkumpul.
Menjadikannya serasah kecil. Guru sebagai
fasilitator mencatat dalam jurnalnya siswa yang
bekerjasama, menyelesaikan tanggung
jawabnya secara penuh, berempaty dengan
pekerjaan teman. Catatan tersebut menjadi bagan
assessment formatif yang menjadi penilaian
performance siswa.

Menjemur kompos, agar cepar kering, dan


menganalisis hasil daun yang terurai. Siswa
menyimpulkan bahwa Molase lebih baik, dari pada
EM4. Kompos yang terbentuk lebih cepat, lebih halus
tanah yang terbentuk, lebih hitam. Dan menambahkan
Starter, Molase dan EM4 Gb. 5 Menjemur dan menganalisis hasil Komposing

Bekerja sama mengayak tanah yang


terbentuk. Pada tahap ini, siswa ditanamkan
bahwa proses komposing, melinatkan bakteri
pengurai, dan menunjukkan kekuasaan Tuhan
bahwa semua akan kembali ke tanah, dari tahap
ini karakter keimanan terhadap Tuhan terutama
terhadap alam dikembangkan.
Berbahagia panen kompos, bersama semua
siswa satu sekolah. Ada kemandirian, kerjasama,
gotong royong, dan kepedulian pada lingkugan.

Gb 7. Panen Kompos melibatkan semua siswa


Presentasi proses pembuatan kompos, disini
guru memfasiltasi siswa agar berani berbicara
dihadapan para siswa, dan menceritakan proses
pembuatan kompos. SIswa menyiapkan sendiri bahan
presentasi menggunakan google slide dari chroome
yang dimiliki sekolah. Asesmen formatif tentang kreativitas anak, kemampuan berpikir kritis,
dapat diamati oleh guru pada tahap ini.

Gb. Presentasi Siswa proses pembuatan kompos


Pengemasan kompos dan Labelling, sebelum
dipamerkan di puncak [anen belajar. Siswa mendesain
sendiri label, menggunting, dan menempelkan pada
kemasan kompos dan Molase yang telah dibuat.

Gb 10. Labelling dan pengemasan

Gb 11. Pameran hasil belajar dan publikasi


Agar lebih berdampak, apa yang dilakukan siswa, dilakukan pameran karya dan
publikasi. Melibatkan mitra dari Jawa POS, dan Dudi mitra flora, dan Batu Love Garden, pameran
karya siswa digelar, dan siswa mempresentasikan kompos yang telah dibuatnya. Jawa pos Radar
Batu, memuat berita tersebut, sehingga menjadi berdampak pada Pendidikan di sekolah yang lain.
Demikian tahapan P5, yang berupaya pada pencapaian profil pelajar Pancasila dimensi
gotong royong, mandiri, bernalar kritis, beriman dan bertakwa.. Sebagai langkah akhir adalah
refleksi kegiatan P5 semester 1, yang dilakukan bersama kepala sekolah, guru, siswa dan orangtua,
untuk mengetahui kekurangan, kelebihan, tantangan, hambatan dan solusinya, sehingga pada
pelaksanaan P5 semester 2 lebih meningkat dan berdampak pada siswa.

Penulis: Helmina Mauludiyah


Jabatan: Kepala Sekolah
Prestasi: Best Presentation AFC In Japan 2015
Best Poster IBSE Malaysia 2018
Peserta TPN IX Komunita Guru Belajar Nasional
Karya Tulis:
1. Belajar Sians lewat sulap (Buku ber ISBN)
2. Lahirnya Sang Profesor Rombeng (Buku ber ISBN)
3. No Name Learning (Buku ber ISBN)
4. Penerapan Supervisi Klinis untuk meningkatkan kemampuan guru menrakan
pembelajaran berdiferensiasi ( Artikel dimuat di jurnal Nasional)
5. Peserta Seminar Internasional bersama Universitas Teknologi Malaysia
6. Pemrasaran Seminar Nasional yang diselenggarakan jurnal Humaniora

Anda mungkin juga menyukai