Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL JOURNAL REVIEW

“ Pendidikan Kewarganegaraan ”

Dosen Pengampu :
Dra. Yusna Melianti, MH

DISUSUN OLEH :

Nama : Fitri An Nisa


NIM : 7193142017

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Critical Journal Review mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.

Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Critical Journal Review Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Medan, 24 Maret 2021

Fitri An Nisa

7193142017

DAFTAR ISI

i
Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR.....................................................................................1

B. Tujuan penulisan CJR..................................................................................................1

C. Manfaat CJR................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2

REVIEW JOURNAL.................................................................................................................2

A. Jurnal I.........................................................................................................................2

B. Jurnal II......................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR


CJR atau Critical Journal Review adalah salah satu tugas yang diberikan kepada
mahasiswa, CJR dibuat dengan adanya maksud yaitu, bahwa jika pembaca ataupun
penulis ingin memahami dan membedah sebuah jurnal mengenai suatu bahan ajar itu
menggunakan waktu yang cukup lama. Tetapi dengan adanya CJR ini mahasiswa jadi
mendapat banyak pengetahuan mengenai membandingkan dan mereview suatu jurnal
maupun beberapa jurnal dengan baik dan benar.

B. Tujuan penulisan CJR


Tujuan dari penulisan CJR ini yaitu karena sebagai salah satu pemenuhan dari tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu, sebagaimana CJR ini dibuat untuk menambah
pemahaman isi artikel jurnal dengan cara mereview point-point yang terpenting saja, dan
meningkatkan kesadaran para pembaca mengenai materi yang bersangkutan serta
menguatkan pemahaman akan isi dari artikel jurnal tersebut dan juga untuk
membudayakan kebiasaan membaca artikel, jurnal maupun buku.

C. Manfaat CJR
CJR ini bermanfaat bagi pembaca, karena CJR ini membantu kita untuk memahami
suatu artikel jurnal dengan cara yang mudah, mengetahui isi sebuah artikel jurnal dengan
lebih mendalam, dan juga dapat sebagai perbandingan artikel lain yang relevan terhadap
satu mata kuliah.

1
BAB II

REVIEW JOURNAL

A. Jurnal I
1 Judul Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0

2 Jurnal Ensiklopedia social review

3 Download http://jurnal.ensiklopediaku.org/ojs-2.4.8-3/index.php/sosial/
article/view/647/582
4 Volume, Nomor Volume 2 No.3, halaman 333-339
dan Halaman
5 Tahun Oktober 2020
6 ISSN E-ISSN : 2657-0300 P-ISSN : 2657-0319
7 Penulis Laurensius Arliman S
8 Reviewer Fitri An Nisa
9 Tanggal 24 Maret 2021
10 Abstrak Penelitian
 Tujuan Semakin banyak tantangan pendidikan kewarganegaraan di
Penelitian dalam bangku pendidikan, baik dari tingkat dasar sampai
dengan pendidikan tinggi dikarenakan pendidikan yang
semakin berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi.
Jadi, artikel ini ingin melihat bagaimana perkembangan
pendidikan kewarganegaraan pada era revolusi 4.0 dan
bagaimana tantangan kedepan terkait pendidikan
kewarganegaraan pada era revolusi 4.0.
 Subjek Sunjek penelitian yang merupakan responden terdiri atas
Penelitian informan kunci, informan, dan peneliti sendiri.

 Kata Kunci Tantangan, pendidikan kewarganegaraan, revolusi 4.0


11 Pendahuluan

2
Latar Belakang Saat ini, negara sedang berkoar-koar tentang
dan Teori pembentukan karakter dan penerapan rasa nasionalisme yang
lebih nyata di setiap lini kehidupan masyarakat, khususnya
di bidang pendidikan. Lebih utama lagi dalam bidang
Pendidikan Kewarganegaraan (Simamora, 2014). Tantangan
mengajar Pendidikan Kewarganegaraan di era milenial saat
ini butuh usaha keras. Justru tantangan tersebut bukan datang
dari materi atau kurikulum pendidikan kewarganegaraan itu
sendiri. Melainkan dari kualitas sumber daya manusia yang
kompeten, yaitu guru.

Selanjutnya, Pendidikan Kewarganegaraan di lingkup


sekolah juga mengembangkan misi sebagai pendidikan bela
negara, pendidikan multikultural, pendidikan lingkungan
hidup, pendidikan hukum, dan pendidikan anti korupsi. Nah,
dari berbagai misi tersebut timbul pertanyaan bagaimanakah
pengajar masa kini, terutama guru Pendidikan
Kewarganegaraan, bersinergi dan beradaptasi seiring
perkembangan globalisasi dan perkembangan teknologi?

Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun


2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan,
bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
diantaranya pendidikan kewarganegaraan. Hal ini berarti
pendidikan kewarganegaraan memiliki peran yang sangat
penting dan strategis dalam pembentukan rasa nasionalisme
dan pembentukan karakter (character building) bagi
mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. Indonesia
sebagai negara kesatuan yang memiliki kultur dan
kepribadian yang terikat oleh Bhineka Tunggal Ika harus
dapat mempersiapkan diri untuk mencegah setiap ancaman
dan gangguan yang dapat memecah persatuan dan kesatuan
bangsa diantaranya melalui pendidikan kewarganegaraan

3
khususnya di perguruan tinggi.

12 Metode penelitian
 Langkah Penelitian ini menggunakan metode pendidikan kuantitatif,
Penelitian didukung dengan bahan-bahan perbandingan dari buku dan
artikel jurnal. Teknik pengumpulan data yang digunakan
terdiri dari data primer yang diperoleh dari responden dan
data sekunder berupa literatur, jurnal ilmiah baik nasional
maupun internasional.

 Hasil Penelitian Ada tiga komponen utama Pendidikan Kewarganegaraan,


yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),
keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan sikap
kewarganegaraan (civic disposition). Di era milenial ini,
ketiga komponen tersebut akan lebih mudah dicerna dan
diresapi anak didik dengan contoh nyata dan realis
(Laurensius Arliman S, 2018). Tidak sekedar ceramah yang
membosankan dan bikin kantuk. Logikanya, anak didik
milenial yang memiliki lebih banyak pengetahuan dan sikap
kewarganegaraan (Martaria Rizky Rinaldi, 2020) akan
menjadi warga negara yang percaya diri (civic competence).
Kemudian warga negara yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara
milenial yang mampu (civic competence). Selanjutnya,
warga negara milenial yang memiliki sikap dan keterampilan
akan menjadi warga negara milenial yang komitmen (civic
commitment).

Konsep pendidikan kewarganegaraan selama ini terdiri dari:


Pertama, Bagi kaum kosmopolitanisme, akan menganggap
setiap orang sebagai warga negaranya sendiri dan merasa
berhak untuk menjamin nasib mereka semua tanpa kecuali
(Hardi Alunaza SD, 2017). Kosmopolitanisme berasal dari
kata kosmopolites yang berarti warga negara semesta. Di

4
dalam kata ini terkandung pemahaman, bahwa manusia
bukanlah semata anggota dari negara atau bangsa tertentu,
tetapi ia, yang pertama dan terutama, adalah warga semesta.
Kehadirannya tidak lebih tinggi dan tidak terpisah dari
berbagai mahluk hidup lainnya. Sebaliknya, keberadaannya
amat tergantung dari keberadaan mahluk hidup lainnya
(Wattimena, 2018). Ketika diketahui bahwa orangorang
yang tinggal di negara X mengalami penderitaan karena
perlakuan semenamena oleh pemimpinnya, maka negara Y
yang menganut doktrin kosmopolitanisme akan melakukan
segala cara untuk menjatuhkan pemimpin negara X dan
menyelamatkan warga negara X dari tirani. Ketika warga
negara Z kehilangan rumahnya akibat bencana alam, maka
negara Y akan membuka lebar pintu imigrasinya,
memberikan tempat tinggal baru bagi mereka di negara Y,
dan memberikan mereka pekerjaan.

Kedua, Bagi kaum konservatif, ketidaksederajatan


masyarakat merupakan suatu hukum keharusan alami, suatu
hal yang mustahil bisa dihindari dan sudah menjadi
ketentuan sejarah atau suratan takdir Tuhan. Perubahan
sosial bukan hal yang harus diperjuangkan, karena hal itu
akan membuat manusia lebih sengsara (Darmawan, 2017).
Dalam bentuknya yang klasik, paradigma konservatif
dibangun berdasarkan pandangan bahwa masyarakat pada
dasarnya tidak dapat merencanakan perubahan atau
memengaruhi perubahan sosial, karena hanya Tuhan yang
dapat merencanakan keadaan masyarakat dan hanya Dia
yang tahu makna di balik semua itu. Nasib manusia pada
umumnya sudah ditentukan oleh Tuhan (Salim, dkk. 2007).

Ketiga, Paradigma Pendidikan Liberal, Kelompok ini


berpendapat bahwa terdapat masalah di masyarakat, tetapi
bagi mereka pendidikan tidak ada kaitannya sama sekali

5
dengan persoalan politik dan ekonomi masyarakat. Tugas
pendidikan tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan
politik dan ekonomi masyarakat. Namun demikian, kaum
liberal selalu berusaha untuk menyesuaikan pendidikan
dengan jalan memecahkan berbagai masalah yang ada dalam
pendidikan dengan suatu usaha reformasi kosmetik (Fakih,
dkk. 1999). Dalam reformasi kosmetik ini, strategi yang
ditempuh di antaranya membangun kelas dan fasilitas baru,
modernisasi peralatan sekolah, dan menyehatkan rasio guru-
murid.

Keempat, Paradigma Pendidikan Kritis, Dalam pandangan


pendidikan kritis, manusia harus berjuang dalam hidupnya
untuk mengatasi belenggu masyarakatnya. Paradigma kritis
menghendaki perubahan struktur secara fundamental dalam
politik ekonomi di mana pendidikan itu berada (Salim, dkk.
2007). Kekuatan dari paradigma ini adalah ketajamannya
dalam membedah fenomena ketidakadilan dan ketimpangan
sosial. Perubahan sosial harus direncanakan dengan baik dan
bersifat memihak kepada rakyat kecil yang tertindas agar
tercipta sistem baru yang lebih adil

 Daftar Pusaka Penulis menggunakan sumber dan referensi yang banyak dari
beragam literatur pada daftar kepustakaannya. Pada
Kepustakanya, terlihat penulis menggunakan referensi
internasional dan beberapa sumber yang aktual seperti: buku-
buku ilmiah dan lainnya. Sehingga jurnal ini bisa dikatakan
relevan dari segi sumber materinya.
13 Analisis Jurnal
 Kekuatan Kekuatan artikel jurnal ini adalah:
Penelitian  Judul jurnal yang di angkat oleh peneliti cukup jelas

6
dan akurat.
 Abstrak sebagai penjelasan mengenai isi jurnal sudah
cukup jelas sehingga pembaca langsung tahu isi jurnal
dengan membaca abstrak.
 Di dalam jurnal ini, penulis menyajikan hasil
penelitiannya dengan baik, sehingga para pembaca
dapat memahaminya.
 Kelemahan Kelemahan artikel ini adalah:
Penelitian  Teori yang disampaikan mengenai pembahasan masih
kurang.
14 Kesimpulan Hasil penelitian menunjukan, Pertama, perkembangan
pendidikan kewarganegaraan pada era revolusi 4.0 mengikuti
perkembangan zaman dan teknologi, maka dibutuhkan aturan
yang lebih fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan warganegara
Republik Indonesia. Kedua, tantangan kedepan terkait
pendidikan kewarganegaraan pada era revolusi 4.0 adalah
mengenalkan apa saja yang menjadi hak dan kewajiban warga
negara, sehingga pendidikan kewargangearaan wajib untuk
diajarkan didalam level pendidikan apapun di Indonesia.
Pendidikan kewarganegaraan saat ini, karena dinilai kurang
bermanfaat untuk melawan arus persaingan di masa Revolusi
Industri 4.0. Dalam dunia Pendidikan, kebanyakan orang lebih
melihat Nilai Pelajaran daripada nilai moral seseorang, lebih
ingin tahu apakah nilainya bagus atau tidak ketimbang
memperdulikan apakah nilai tersebut didapatkan dengan jujur
atau tidak (Pangalila, 2017). Pola pikir masyarakat yang seperti
inilah yang harus dirubah, masyarakat yang berpendidikan dan
bermoral akan membangun Indonesia menjadi negara yang
lebih baik lagi, dan sehingga masyarakat akan berfikir lagi dan
takut untuk menyebarkan berita-berita hoax serta dapat
menyaring manakah berita yang salah dan berita yang benar.
Nah, disinilah peran tenaga pendidik dan orang tua sangat
diperlukan.

7
15 Saran Dalam pembuatan Critical Jurnal Review ini kami menyadari
bahwa masih banyak kekeliruan dan masih jauh dari kata
sempurna, Oleh karena itu penulis mengharapkan dari semua
pihak untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun, untuk kelancaran pembuatan Critical Jurnal
Review selanjutnya. Namun, penulis berharap Critical Jurnal
Review ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
16 Referensi Darmawan, A. B. dan C. (2017). Revitalisasi Paradigma
Konservatif Pendidikan Demokrasi Pada Pkn Dengan
Inovasi Media Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pancasila Dan Kewarganegaraan, 2(2).
Desmon, A. (2018). Penafsiran Konstitusi Dalam Bingkai
Hukum Pancasila. Jurnal Cendekia Hukum, 3(2).
Hardi Alunaza SD, M. S. (2017). Globalisasi Sebagai Katalis
Kosmopolitanisme Dan Multikulturalisme: Studi Kasus
Resistance Cina Terhadap Kosmopolitanisme. ,
Intermestic: Journal of International Studie, 1(2).
Kostina, E., Kretova, L., Teleshova, R., Tsepkova, A., &
Vezirov, T. (2015). Universal Human Values: Cross-
Cultural Comparative Analysis. Jurnal Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 214(1), 1019–1028.
Laurensius Arliman S. (2018). Perlindungan Hukum Bagi
Anak dalam Perspektif Pancasila dan Bela Negara. Jurnal
Ilmu Hukum Unifikasi, 5(1), 58–70.
Martaria Rizky Rinaldi, R. Y. (2020). Kecemasan pada
Masyarakat Saat Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia.
APPTI, 1(1).
Mochamad Nasichin Al Muiz, M. M. (2020). Pendekatan
Konservatif dalam Pendidikan Islam (Kajian Teori Al
Muhafidz Al-Ghazâli dalam Pendidikan Islam). Jurnal
Penelitian, 14(1), 1–25.
Pangalila, T. (2017). Interaksi Sosial Dosen dan Mahasiswa
Dalam Proses Perkuliahan Di Jurusan PPKn FIS UNIMA.

8
Jurnal PKn Progresif, 12(2).
Simamora, E. (2014). Hak Pemerataan Pendidikan Di
Indonesia (Tinjauan Terhadap Pasal 31 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945). Jurnal
Advokasi, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Padang, 5(2),
2014.
Wattimena, R. A. . (2018). Kosmopolitanisme Sebagai Jalan
Keluar Atas Tegangan Abadi Antara Neokolonialisme,
Radikalisme Agama, Dan Multikulturalisme. Jurnal
Ledalero, 17(7), 7–8.

9
B. Jurnal II
1 Judul Hak dan Kewajiban Sebagai Dasar Nilai Intrinsik Warga
Negara Dalam Membentuk Masyarakat Sipil

2 Jurnal Jurnal Kajian Agama, Sosial, dan Budaya

3 Download https://www.journal.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php/jf/
article/view/426/421
4 Volume, Nomor Volume 4 No.1, Halaman 113-128
dan Halaman
5 Tahun Juni 2019
6 ISSN E-ISSN : 2548-7620 P-ISSN : 2527-4430
7 Penulis Fahdian Rahmandani dan Samsuri
8 Reviewer Fitri An Nisa (7193142017)
9 Tanggal 24 Maret 2021
10 Abstrak Artikel
 Tujuan Artikel Tujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui pemetaan hak
dan kewajiban kewarganegaraan secara luas yang dapat
menjadi dasar kajian secara intrinsik oleh warga negara dalam
membentuk masyarakat sipil.

 Kata Kunci Hak dan Kewajiban, warga negara, PKN, dan masyarakat sipil
11 Pendahuluan
Latar Belakang Pada era Revolusi Industri 4.0 ini, segala upaya telah
dan Teori ditempuh dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat yang
adil dan makmur. Agar proses dalam pembangunan pada era
ini berjalan dengan baik, perlu dukungan dari seluruh lapisan
masyarakat dan seluruh aparatur Pemerintah. Salah satunya
yaitu dengan melindungi kepentingan individu dan negara
melalui proteksi hak dan kewajiban warga negara agar dapat
terlaksana. Dalam batas tertentu hampir semua orang telah

10
memahami antara hak dan kewajiban sebagai warga negara,
akan tetapi karena setiap orang melakukan aktivitas yang
beragam maka apa yang menjadi hak dan kewajibannya
seringkali terlupakan. Dalam kehidupan kenegaraan kadang
hak warga negara saling berhadapan dengan kewajibannya.
Bahkan tidak jarang kewajiban warga negara lebih banyak
dituntut sementara hak-hak warga negara kurang mendapatkan
perhatian.
Pendidikan kewarganegaraan atau civic education adalah
suatu ilmu pengetahuan yang bersifat multi-disiplin karena di
dalamnya terdapat berbagai cabang ilmu yang mendukung
pendidikan kewarganegaraan seperti ilmu politik, demokrasi,
karakter dan moral. Dan pendidikan kewarganegaraan sendiri
pada dasarnya memiliki tujuan tertentu yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Seperti yang dikatakan oleh
Sunarso dkk bahwa Pendidikan kewarganegaraan (civic
education) merupakan salah satu bidang kajian yang
mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa Indonesia melalui koridor ―value-based education‖.2
12 Metode penelitian
 Langkah Penulisan artikel ini menggunakan metode studi
Penelitian kepustakaan dengan mengolah data yang berasal dari berbagai
sumber literatur. Setelah diolah, data kemudian dianalisis,
dirangkum, dan digeneralisasikan dengan menggunakan kajian
teori yang memiliki relevansi sehingga dapat dirangkai
menjadi satu kesatuan yang utuh.
 Hasil Penelitian Kewarganegaraan menyangkut hubungan negara dan
warga negara. Kewarganegaraan adalah keanggotaan individu
yang pasif dan aktif di negara-bangsa dengan hak dan
kewajiban universalitas tertentu pada tingkat kesetaraan yang
ditentukan. Dalam kajian Janoski telah menjadi diskursus
terhadap bentuk kewarganegaraan yang dapat diterapkan pada
tingkat nasional maupun individu. Konsep kewarganegaraan

11
ini dapat ditinjau dari empat penjelasan sebagai berikut: 1)
Kewarganegaraan dimulai dengan menentukan keanggotaan di
suatu negara; 2) Kewarganegaraan melibatkan hak dan
kewajiban aktif dan pasif; 3) Hak kewarganegaraan adalah hak
universal yang disahkan menjadi undang-undang dan
diimplementasikan untuk semua warga negara, dan tidak
informal, tidak disengaja, atau partikular; dan 4)
Kewarganegaraan adalah pernyataan kesetaraan, dengan hak
dan kewajiban yang seimbang dalam batas-batas tertentu.
Antara Hak dan kewajiban kewarganegaraan ada di
tingkat individu, kelompok, atau masyarakat. Di tingkat
masyarakat mereka mengacu pada pengembangan hak, dan
kewajiban kewarganegaraan di negara. Pada tingkat makro,
fokusnya adalah pada keberadaan antara hak dan kewajiban
secara universal dalam masyarakat dengan tingkat kesetaraan
yang ditentukan. Di tingkat kelompok, mereka memperhatikan
hak dan kewajiban untuk membentuk dan bertindak, dan
sebagai penjelasan kewarganegaraan. Mereka memasukkan
ideologi dan tuntutan akan hak dan kewajiban yang dapat
dibuat oleh berbagai kelas dan status kelompok.
Kewajiban hukum terdiri dari tiga elemen meliputi
kewajiban interpersonal, tugas organisasi, dan kewajiban
penegakan dan implementasi. Kewajiban interpersonal berupa
menghormati hak orang lain atas kebebasan, seperti kebebasan
berbicara/berpendapat, memeluk agama, dan memiliki
properti; dan menghormati hukum/perjanjian kontrak, asosiasi,
dan perlakuan yang sama/setara. Tugas organisasi berupa tugas
untuk mempromosikan kesejahteraan umum, menghormati
hak-hak individu, dan menghormati hak hukum yang dibuat
oleh pemerintah. Penegakan dan pelaksanaan dalam kewajiban
hukum berupa menyediakan sumber daya untuk sistem hukum,
membantu dalam memastikan ketenangan domestik, dan
menghormati dan bekerja sama dengan polisi dalam
memastikan hak-hak hukum.
12
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai disiplin khusus di
sekolah, diharapkan mampu membawa siswa untuk belajar
tentang masyarakat mereka sendiri. Artinya bagaimana mereka
menjadi individu yang terkait dengan masyarakat, atau
bagaimana mereka mampu memaknai menjadi seorang warga
negara dengan memahami hak dan tanggung jawabnya.
Pendidikan Kewarganegaraan di sini bertujuan untuk
mengembangkan kapasitas siswa agar berguna dalam
masyarakat modern. Seperti kapasitas untuk membentuk dan
mengekspresikan pendapat sendiri, untuk mengevaluasi
kontribusi dan kinerja tokoh-tokoh publik seperti politisi dan
pejabat dan sampai pada kemampuan memberikan kesimpulan
rasional tentang apa yang benar dan salah.
Antara Negara dan masyarakat sipil dalam bukunya
Hikam dijelaskan sebagai dua bentuk entitas berbeda, pertama
sejalan dengan proses pembentukan sosial dan perubahan arus
atau struktur politik di Eropa diakibatkan oleh zaman
enlighment, dan kedua tergesernya rezim absolut oleh
modernisasi.23 Sedang model yang dikemukakan Gramsci dan
Tocqueville banyak memberikan inspirasi terhadap pergerakan
masyarakat sipil, terutama beberapa negara Eropa yang
menular sampai dengan negara di Asia bahkan seluruh dunia.
Karena gerakan masyarakat sipil menjadi gambaran
perjuangan untuk membangun harga diri individu sebagai
warga negara. Gagasan masyarakat sipil merupakan landasan
ideologis untuk membebaskan diri dari cengkraman negara
secara sistemis dalam penguatan daya kreasi dan kemandirian.
Analisis tentang lahirnya masyarakat sipil dapat ditinjau
dari dua sudut pandang. Pertama dari sudut pandang intervensi
oleh negara, dengan memanfaatkan penggunaan modal sosial,
yaitu melalui strategi penunjukan sebagai fungsi dari
pemerintah. Kedua yaitu melalui pendidikan secara
berkelanjutan atau pendidikan untuk masa depan. Pendidikan
Kewarganegaraan dapat dikatakan sebagai penguat
13
pemahaman warga negara tentang hak dan kewajiban yang
dimilikinya. Banyak tokoh menyebutkan hal yang senada,
seperti Kerr; dan Ubaedillah. Dengan demikian, PKn dapat
dijadikan sebagai instrumen penguat dasar nilai intrinsik hak
dan kewajiban warga negara.
Hak dan kewajiban ini sebenarnya memiliki bobot
muatan yang sama, yaitu terbagi dalam empat jenis yang
meliputi hukum, politik, sosial, dan partisipasi. Jika
pemahaman warga negara terhadap hak dan kewajiban
seimbang, tentunya cita-cita dalam membentuk masyarakat
sipil atau masyarakat madani yang sering digunakan dalam
kajian ke-Islaman bukan sekedar wacana publik. Setidaknya
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai sarana pendidikan yang
efektif untuk warga negara mampu membentuk warga negara
yang transformatif, yang akan mengambil tindakan untuk
mengimplementasikan dan mempromosikan kebijakan, dan
perubahan yang konsisten dengan nilainilai seperti hak asasi
manusia, keadilan sosial, dan kesetaraan. Singkatnya bertindak
sebagai warga negara berarti bertindak atas dasar kepedulian
terhadap apa yang diperlukan oleh sesama warga negara.

 Daftar Pusaka Penulis menggunakan sumber dan referensi yang banyak


dari beragam literatur pada daftar kepustakaannya. Pada
Kepustakanya, terlihat penulis menggunakan referensi
internasional dan beberapa sumber yang aktual seperti: buku-
buku ilmiah dan lainnya. Sehingga jurnal ini bisa dikatakan
relevan dari segi sumber materinya.
13 Analisis Jurnal
 Kekuatan Kekuatan artikel jurnal ini adalah:
Penelitian  Judul jurnal yang di angkat oleh peneliti cukup jelas
dan akurat.
 Abstrak sebagai penjelasan mengenai isi jurnal sudah
cukup jelas sehingga pembaca langsung tahu isi jurnal

14
tanpa harus membaca jurnal lebih lanjut.
 Di dalam jurnal ini juga di lengkapi dengan grafik
sebagai bahan pendukung dari hasil penelitian,
sehingga dapat membantu para pembaca dalam
menganalisis hasil penelitian jurnal tersebut.
 Di dalam jurnal ini, penulis menyajikan hasil
penelitiannya dengan baik, sehingga para pembaca
dapat memahaminya.
 Menggunakan banyak referensi literatur
 Kelemahan Kelemahan artikel ini adalah:
Penelitian  Di dalam jurnal ini terdapat kata-kata yang sulit untuk
diterjemahkan.
 Pada jurnal ini juga terdapat banyak kata yang sulit
untuk dipahami. Sehingga perlu mencari dulu apa arti
kata tersebut.
14 Kesimpulan Hak dan kewajiban telah dipetakan secara luas dengan
memiliki empat jenis komponen yang sama seperti hukum,
politik, sosial, dan partisipatif. Dalam setiap komponen
tersebut telah diatur sedemikian rupa pola kerja setiap jenis hak
dan kewajiban warga negara. Demi merealisasi keseimbangan
antara hak dan kewajiban ini dibutuhkan sebuah Pendidikan
sebagai sosialisasi. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan,
setiap komponen dalam jenis hak dan kewajiban dapat
terinternalisasi pada diri setiap warga negara. Sehingga melalui
Pendidikan Kewarganegaraan akan melahirkan warga negara
yang transformatif, mampu membawa perubahan. Secara
kelompok warga negara transformatif akan membentuk sebuah
masyarakat yang baik (good society). Dalam bahasa artikel ini
yang dimaksud dari masyarakat yang baik adalah masyarakat
sipil, karena memiliki tujuan untuk kepentingan publik dan
merupakan organisasi atau kelompok yang mampu
meningkatkan demokrasi.
15 Saran Dalam pembuatan Critical Jurnal Review ini kami

15
menyadari bahwa masih banyak kekeliruan dan masih jauh
dari kata sempurna, Oleh karena itu penulis mengharapkan dari
semua pihak untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun, untuk kelancaran pembuatan Critical Jurnal
Review selanjutnya. Namun, penulis berharap Critical Jurnal
Review ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
16 Referensi Banks, J. A. ―Failed Citizenship and Transformative Civic
Education.‖ Educational Researcher 46, no. 7 (2017):
366–77. https://doi.org/10.3102/0013189X17726741.
Brandsen, W. T. Trommel, and B. verschuere. ―The State and
The Reconstruction of Civil Society.‖ International
Review of Administrative Sciences 83, no. 4 (2017):
676–93. https://doi.org/10. 1177/0020852315592467.
Budiman, A. State and Civil Society: The Publications Officer,
Centre of Southeast Asian Studies. Victoria: Monash
University, 1990.
Cohen, J.L., and A. Arato. Civil Society and Political Theory.
Cambridge: The MIT Press, 1992.
Diamond, L. Developing Democracy toward Consolidation.
Yogyakarta: IRE Press, 2003.
Frimannsson, G. H. ―Civic Education and the Good.‖ Studies
in Philosophy and Education 20, no. 4 (2001): 303–15.
https://doi.org/10. 1023/A:1011834707490.
Giroux, H. A. ―Critical Theory and Rationaloty in Citizenship
Education.‖ Curriculum Inquiry 10, no. 4 (1980): 329–66.
Gonzales, M. H., E. Riedel, P. G. Avery, and J. L. Sullivan.
―Rights and Obligations in Civic Education: A Content
Analysis of the National Standards for Civics and
Government.‖ Theory & Reserch in Social Education 29,
no. 1 (2001): 109–28.
https://doi.org/1080/00933104.2001.10505931.
Hikam, M. A.S. Demokrasi Dan Civil Society. II. Jakarta:
LP3ES, 1999.

16
Janoski, T. Citizenship and Civil Society: A Framework of
Right and Obligation in Liberal, Traditional, and Social
Democratic Regimes. Cambridge: Cambridge University
Press, 1998.
Jaysawal, N. ―Civil Society, Democratic Space, and Social
Work.‖ Journal Stage, OctoberDecember 2013, 2013, 1–
12. https://doi.org/10. 1177/2158244013504934.
Jover, G. Citizenship Education In and Out of School. In
School Curriculum and Civic Education for Building
Democratic Citizens by Murray Print and Dirk Lange.
Rotterdam: Sense Publishers, 2012.
Karni, A. S. Civil Society & Ummah. Jakarta: Logos, 1999.
Kerr, D. ―Citizenship Education in England: The Making of a
New Subject.‖ Online Journal for Social Science
Education 2 (2003): 1–10.
Mason, A. ―Citizenship and Justice.‖ Politics, Philosophy &
Economics 10, no. 3 (2011): 263–81.
https://doi.org/10.1177/1470594X10386563.
Murdiono, M. Pendidikan Kewarganegaraan Global:
Membangun Kompetensi Global Warga Negara Muda.
Cetakan Kedua. Yogyakarta: UNY Press, 2018.
Pérez-Díaz, V. ―Civil Society: A Multi-Layered Concept.‖
Current Sociology Review 62, no. 6 (2014): 812–30.
https://doi.org/10.1177/0011392114533115.
Setiawan, Deny. ―Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis
Karakter Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan.‖ Jurnal
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 6, no. 2 (2014): 61–72.
Staeheli, L. A. ―Political Geography: Where’s Citizenship?‖
Progress in Human Geography 35, no. 3 (2010): 393–
400. https://doi.org/10.1177/0309132510370671.
Sunarso, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan: PKN Untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press, 2008.
Tonge, j., A. Mycock, and B. Jeffery. ―Does Citizenship
17
Education Make Young People BetterEngaged Citizens?‖
Political Studies 60, no. 3 (2012): 578–602.
https://doi.org/10. 1111/j. 1467-9248.2011.00931.x.
Ubaedillah, A., and A. Rozak. Pendidikan Kewargaan (Civic
Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia Dan
Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah, 2008.

18

Anda mungkin juga menyukai