Anda di halaman 1dari 13

1

MAKALAH

PENDIDIKAN PROFESI

”Konsep Dasar Profesi Kependidikan”

Disusun Oleh:

Nining Rianti (A24116039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………..…….................................................................i

KATA PENGANTAR …………………………………..…………………….......................3

DAFTAR ISI …………………………………………………..……….................................2

BAB I PENDAHULUAN ………………..……………………………………......................4

1.1 Latar Belakang……………………………..……………………….......................4


3

1.2 Rumusan masalah …………………………………………...................................5

1.3 Tujuan penelitian…………………………… ..……............................................5

BAB II PEMBAHASAN..................................................…………………………………….6

3.1 Profesi……….………….............……………………............................................6

3.2 Syarat – syarat profesi kependidikan.......................................................................7

3.3 Kode etik profesi kependidikan...………………......……………………..............8

3.4 Kedudukan dan peranan guru sebagai evaluator.....................................................9

3.5 Ciri – ciri guru profesional.....................................................................................10

3.6 Profesionalisasi guru..............................................................................................11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………..............12

4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….........12

4.2 Saran ………………………………………………………………………….......12

DAFTAR PUSTAKA …………………..……..……………………………….....................13

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan makalah ilmiah mengenai Konsep
Dasar Profesi Kependidikan. Makalah ilmiah ini telah kami susun secara maksimal dengan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu,
Kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi
4

susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala
masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, sehingga kami bisa melakukan
perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ilmiah tentang Konsep Dasar Profesi Kependidikan ini bisa memberi
manfaat ataupun inpirasi pada pembaca.

Palu, 04 September 2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Derasnya arus infomasi di era globalisasi ini menuntut semua lapisan kehidupan untuk
mengembangkan segala diensinya baik itu dibidang pengetahuan, nilai dan sikap, maupun
keterampilan. Perkembangan dimensi manuasia dapat dilakukan melalui pendidikan seperti
kemampuan intelektual, kecerdasan mengendalikan emosi, dan memiliki kreatifitas yang tinggi.
5

Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis untuk memperiapan generasi muda yang
memiliki kebudayaan, kecerdasan emosional yang tinggi dan meguasai mega skill yang mantap.
Menurut Michael J. Marquard, 1996 (dalam buku Mohd. Surya 1997) menjelang abad 21 ada
beberapa perubahan yang akan membawa pengaruh terhadap dunia pendidikan, antara lain ini
telah dirasakan adanya perubahan dalam:
a. Lingkungan ekonomi dan social
b. Lingkungan kerja
c. Harapan konsumen dan pelanggan
d. Harapan pekerja
Menurut Mekagiansar (1996) memsuki abad 21 pendidikan akan mengalami perubahan
paradigma:
a. Belajar terminal ke belajar sepanjang hayat
b. Belajar yang berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistic
c. Ciri hubungan guru dan murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan
d. Pengajaran yang menekan pengetahuan skolastik ke kesimpangan focus pendidikan nilai
e. Kampanye buta aksara ke kampenye melawan buta teknologi, budaya dan computer.
f. Penampilan guru yang terisolasi ke penampilan tim kerja
g. Konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama

1.2 Rumusan Masalah


Apa yang dimaksud dengan profesi?
Apa saja yang menjadi Syarat – syarat profesi kependidikan?
Apa yang dimaksud dengan kode etik profesi kependidikan?
Bagaimanakah kedudukan dan peranan guru sebagai evaluator?
Bagaimanakah ciri-ciri guru profesional?
Apa yang dimaksud dengan profesionalisasi guru?

1.3 Tujuan
6

Untuk mengetahui pengertian profesi


Untuk mengetahui syarat – syarat kependidikan
Untuk mengetahui kode etik profesi kependidikan
Untuk mengetahui kedudukan dan perananan guru sebagai evaluator
Untuk mengetahui ciri – ciri guru profesional
Untuk mengetahui profesionalisasi seorang guru

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Profesi

Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka yang menyatakan
bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang
tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Istilah profesi, menurut Everest Hughes
(dalam Piet A Sahartian, 1994) merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi
7

pekerjaan itu sendiri. Hoyle,(dalam Dedi supriadi, 1997) merupakan salah satu versi tentang
ciri-ciri pokok suatu profesi walaupun tidak sepenuhnya dapat sesuai dengan kebutuhan, dan
kondisi kita yaitu:

a. Fungsi signifikan sosial: suatu profesi merupakan suatu pekerjaan yangmemiliki fungsi
dan signifikansi sosial yang benar.
b. Keterampilan: untuk mewujudkan fungsi ini dituntut derajat keterampilantertentu.
c. Proses pemerolehan keterampilan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin,melainkan
sifat pemecahan masalah atau penanganan situasi krisis yang menuntut pemecahan.
d. Batang tubuh ilmu: suatu profesi didasarkan pada suatu disiplin ilmu yang jelas,
sistematis dan ekplisit.
e. Masa pendidikan: upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu
danketerampilan-keterampilan tersebut membutuhkan masa latihan yang sama, bertahun-
tahun, dan tidak cukup hanya beberapa minggu atau bulan. Hal inidilakukan sampai
tingkat perguruan tinggi.
f. Sosialisasi nilai-nilai profesional: proses pendidikan tersebut juga merupakanwahana
untuk sosialisasi nilai-nilai profesional dikalangan para siswa/mahasiswa.
g. Kode etik: dalam memberikan pelayanan kepada client, seorang profesional berpegang
teguh kepada kode etik yang pelaksanaannya dikontrol oleh organisasi profesi. Setiap
pelanggaran taerhadap kode etik dapat dikenakan sanksi

2.2 Syarat-syarat Profesi Kependidikan National Education Association

Sucipto, Kosasi, dan Abimanyu pada tahun 1994 menyusun sejumlah syarat atau kriteria
yang mesti ada dalam jabatan guru, yaitu;

a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual


b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus
c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (bandingkan dengan
pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka)
d. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan
e. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen
8

f. Jabatan yang menentukan baku (standarnya)sendiri;


g. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keutungan pribadi
h. Jabatan yang mempunyai organisasi yang kuat dan terjalin erat.

Gambaran rinci tentang syarat-syarat jabatan kependidikan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.


b. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus.
c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
d. Jabatan yang memerluka latiha dalam jabatan yang berkesinambungan.
e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dalam keanggotaan yang permanen.
f. Jabatan yang menentukan baku (standarnya)sendiri.
g. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keutungan pribadi.
h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

Lebih khusus Sanusi (1991) mengajukan 6 asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi
dalam pendidikan,yakni sebagai berikut:

a. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi,dan


perasaan.
b. Tenaga semiprofesional,merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan
tenaga kependidikan D3 atau setara telah berwenang mengajar secara mandiri tetapi
masih harus melakukan konsultasi dengan tenaga kependidikan yang lebih tinggi jenjang
profesionalnya,baik dalam hal perencanaan,pelaksanaan,penilaian,maupun pengendalian
pengajaran.
c. Tenaga para profesional,merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi
pendidikan,tenaga kependidikan D2 kebawah,yang memerlukan pembinaan dalam
perencanaan,penilaian, dan pengendalian pengajaran.

2.3 Kode Etik Profesi Kependidikan

Kode etik merupakan pernyataan-pernyataan yang berisi persyaratan tindakan yang harus
dilakukan dan tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam kegiatan
9

layanan.Kode etik berisi seperangkat nilai,sebab nilai-nilai dan etik erat kaitannya. Etik
seseorang individu mencerminkan nilai yang mereka anut. Menurut Hermawan (1979), tujuan
umum kode etik profesi adalah:

a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.Diharapkan kode etik dapat menjaga


pandangan dan kesan dari pihak luar atau masyarakat,agar mereka tidak memandang
rendah atau remeh profesi yang bersangkutan.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.Kesejahteraan yang
dimaksud meliputi kesejahteraan lahir (material) maupaun kesejahteraan bathin
(spiritual/mental).
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.Hal ini berkaitan dengan
peningkatan kegiatan pengabdian profesi,sehingga anggota profesi dapat dengan mudah
mengetahui tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.Untuk itulah kode etik memuat norma-norma atau
anjuran agar anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para
anggotanya.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Setiap anggota profesi diwajibkan secara
aktif berpartisifasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang
direncanakan oleh organisasi.

2.4 Kedudukan dan Peranan Guru Sebagai Evaluator

Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai
pengajar, pendidik dan sebagai evaluator dan sebagai pegawai.Yang paling utama ialah
kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya
sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat.
Apa yang dituntut dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi dari pada yang
dituntut dari orang dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan Pembina generasi muda harus
menjadi teladan, didalam maupun diluar sekolah. Guru harus senantiasa sadar akan
kedudukannya selama 24 jam sehari. Dimana dan kapan saja ia akan selalu dipandang sebagai
10

guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru oleh masyarakat, khususnya oleh
anak didik.

Penyimpangan dari kelakuan yang etis oleh guru mendapat sorotan dan kecaman yang lebih
tajam. Masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti berjudi, mabuk,
pelanggaran seks, korupsi atau ngebut, namun kalau guru melakukannya maka dianggap sangat
serius . Guru yang berbuat demikian akan dapat merusak murid-murid yang dipercayakan
kepadanya. Orang yang kurang bermoral dianggap tidak akan mungkin menghasilkan anak didik
yang mempunyai etik tinggi. Sebaliknya harapan-harapan masyarakat tentang kelakuan guru
menjadi pedoman bagi guru. Guru-guru memperhatikan tuntutan masyarakat tentang kelakuan
yang layak bagi guru dan menjadikannya sebagai norma kelakuan dalam segala situasi sosial di
dalam dan di luar sekolah. Ini akan terjadi bila guru menginternalisasi norma-norma itu sehingga
menjadi bagian dari pribadinya.

Ada norma-norma yang umum bagi semua guru di suatu Negara, adapula yang di tentukan
oleh norma-norma yang khas yang berlaku di daerah tertentu menurut adat istiadat yang terdapat
dilingkungan itu. Kedudukan guru juga ditentukan oleh fakta bahwa ia seorang dewasa .Dalam
masyarakat kita orang yang lebih tua harus di hormati. Oleh sebab guru lebih tua daripada
muridnya maka berdasarkan usianya ia mempunyai kedudukan yang harus dihormati, apalagi
karena guru juga dipandang sebagai pengganti orang tua. Hormat anak terhadap orang tuanya
sendiri harus pula diperlihatkannya terhadap gurunya dan sebaliknya guru harus pula dapat
memandang murid sebagai anak (Nasution,1995).

Adapun sejumlah kegiatan yang harus dilakukan guru sejalan dengan peranannya sebagai
evaluator dalam interaksi belajar-mengajar ini adalah:

a. Memahami sejumlah prinsip yang bersangkutan dengan penilaian terhadap rancangan


program, pelaksanaan program serta penilaian hasil belajar, baik yang dimanfaatkan
untuk memahami tingkat pencapaian tujuan pengajaran maupun tingkat penguasaan
materi pengajaran.
b. Berusaha mengidentifikasi fungsi dan pemanfaatan lanjut dari evaluasi, misalnya apakah
berkaitan dengan perbaikan rancangan program karena hasil belajar ternyata tidak sesuai
dengan situasi belajar-mengajar yang akan diciptakan, untuk mengadakan bimbingan
11

belajar, bimbingan pribadi atau mungkin juga bersangkutan dengan pelaksanaan program
itu sendiri.
c. Merancang alat pengukur yang akan digunakan, baik dalam kaitannya dengan penilaian
rancangan program pengajaran, pelaksanaan pengajaran, terutama yang bersangkutan
dengan rancangan tes yang memiliki sasaran siswa sebagai subjek belajar.
d. Mengembangkan rancangan tes sesuai dengan bentuk yes yang telah ditetapkan, sesuai
dengan tujuan serta pengalaman belajar yang dimiliki siswa.
e. Berusaha memahami tingkat kelebihan alat pengukur yang digunakan
f. Mengadministrasikan tes, baik dari pemberian skor, penentuan hasil, pengarsipan, dan
penyimpanan alat ukur.
g. Menyusun bahan umpan-balik hasil tes terhadap siswa maupun guru itu sendiri sebagai
perancang maupun pelaksana program dalam interaksi belajr-mengajar.
(Masnur,Hasanah, Bassenang,1987).

2.5 Ciri-ciri guru profesional

Kesadaran akan perlunya peningkatan profesionalisme berlangsung dalam berbagai bidang


pekerjaan. Banyak orang menganggap begitu pentingnya profesionalisme. Tetapi begitu
dijabarkan secara operasional kedalam langkah-langkahyang nyata dalam apa dan
bagaimananya, tidak gampang, banyak kendala yang dihadapi, mulai pengertian profesionalisme
itu sendiri sampai pada cara untuk meningkatkan profesionalisme itu. Dalam bidang apapun,
profesionalisme seseorang ditunjang oleh tiga hal, dan tanpa ketiga hal ini dimiliki, sulit
seseorang mewujudkan profesionalismenya , yaitu: keahlian, komitmen dan skiil yang relevan.
Ketiga hal itu pertama-tama dikembangkan melalui pendidikan pra-jabatan, dan selanjutnya
ditingkatkan melalui pengalaman dan pendidikan/latihan dalam jabatan.
Karena keahliannya yang tinggi, maka seorang profesional dibayar tinggi. Menurut jurnal
(dalam Dedi Supriadi, 1998) untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut untuk memiliki
lima hal. Pertama, guru mempunyai komitmen pada murid dan proses belajarnya. Ini berarti
bahwa komitmen guru adalah kepada kepentingan siswanya. Kedua, guru menguasai secara
mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada siswanya.
Ketiga, guru bertanggung jawab memantau hasil belajar murid melalui berbagai teknik evaluasi,
12

mulai cara pengamatan dalam prilaku murid sampai tes hasil belajar. keempat, guru mempu
bersifir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Kelima, guru
seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

2.6 Profesionalisasi Guru

Usaha-usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru?


Meningkatkan kualifikasi dan pelatihan mereka adalah penting, melalui pendidikan pra-jabatan
maupun dalam jabatan. Suatu hal lagi yang menentukan penampilan profesional guru adalah
sejauh manakah ia menguasai prinsip-prinsip pedagogi secara umum mau pun didaktik-metodik
secara khusus yang berlaku pada setiap mata pelajaran. Segi lain yang perlu dicatat adalah
profesionalisasi harus dipandang sebagaiproses yang terus menerus.
Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam masa jabatan termasuk
penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap
profesi keguruan. Penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru,
imbalan, dan lain - lain. Secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme
seseorang termasuk guru. Jika demikian, maka usaha peningkatan profesionalisme guru
merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai penghasil guru, instansi yang
membina guru (dalam hal ini Dinas Pendidikan atau Yayasan swasta), PGRI, dan masyarakat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka yang menyatakan
bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang
tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Kode etik merupakan pernyataan-
13

pernyataan yang berisi persyaratan tindakan yang harus dilakukan dan tindakan yang tidak boleh
dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam kegiatan layanan.Kode etik berisi seperangkat
nilai,sebab nilai-nilai dan etik erat kaitannya. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh
kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar, pendidik dan sebagai evaluator dan
sebagai pegawai. Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam masa jabatan
termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan
masyarakat terhadap profesi keguruan. Penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan
kualitas calon guru, imbalan, dan lain – lain.

3.2 Saran

Dengan adanya tugas dan peranan guru dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses
belajar mengajar diharapkan guru dapat mengetahui serta menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik dan diharapkan terjalin hubungan antara peserta didik sebagai subjek dan
objek pembelajaran sehingga tujuan pendidikan mudah tercapai. Masyarakat juga diharapkan
dapat membantu peran guru sebagai pengajar, pendidik, pembimbing, tenaga profesional, dan
pembaharu. Semoga pembaca dapat menjadikan makalah ini sebagai sumber referensi untuk
penulisan karya selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Inasariedy. (2013). Profesi Kependidikan. [Online]. Tersedia:


https://inasari894.wordpress.com/2013/09/20/profesi-kependidikan/ [04 September 2019].

Sigalingging, D. (2011). Konsep Dasar Profesi Kependidikan. [Online]. Tersedia:


https://id.scribd.com/doc/59678547/1-Konsep-Dasar-Profesi-Kependidikan [04 September 2019].

Anda mungkin juga menyukai