PROFESI PENDIDIKAN
“PENDEKATAN DAN KELEMBAGAAN PROFESI PENDIDIKAN”
Oleh :
KELOMPOK II
Krisdiansari (21613050)
Endang Setyowati (2161 )
Entin May Situmeang (2161 )
Yuyun Nan Anggun Putri (2161 )
Nurni Ode (2161 )
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah yang berjudul ”Pendekatan dan kelembagaan profesi pendidikan” dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami panjatkan terimah kasih atas bantuan teman-teman
kelompok III dan dosen matakuliah Profesi pendidikan kami Bapak Drs. Sutomo S.Pd. M.Pd.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki dan menambah isi dari makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
A. Latar Belakang.....................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
1) Pendekatan Karakteristik................................................................................................7
2) Pendekatan Institusional.................................................................................................8
3) Pendekatan Legalistik...................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
A. Kesimpulan........................................................................................................................11
B. Saran..................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika pendidikan merupakan salah satu instrumen utama pengembangan sumber daya
manusia, berarti tenaga kependidikan terutama guru, memiliki tanggung jawab untuk
mengemban tugas itu. Siapa saja yang menyandang profesi sebagai tenaga kependidikan, dia
harus secara kontinyu menjalani profesionalisasi. Namun demikian, masalah esensial yang
dihadapi dalam pengelolaan tenaga kependidikan di Indonesia saat ini tidak lagi semata-mata
terletak pada bagaimana menghasilkan tenaga kependidikan yang bermutu melalui lembaga
pendidikan tenaga kependidikan atau perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan, melainkan sejauh mana profesi itu dapat diakui oleh negara sebagai profesi yang
sesungguhnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1) Pendekatan Karakteristik
seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lain. Seseorang penyandang
profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti itu sudah menjadi bagian integral
dari kehidupannya.
Hasil studi beberapa ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik profesi itu
adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan khusus
yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi.
penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi “guru”, akan tetapi guru yang
c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien.
Pengetahuan ini bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka teori yang jelas dan
teruji.
d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. Seorang guru harus
mampu berkomunikasi sebagai guru dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami
e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau selforganization. Istilah mandiri
disini berarti bahwa kewenangan akademiknya melekat pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan
dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski tidak berarti menafikan bantuan atau
f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap memberikan layanan
kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan, apakah dikelas, di lingkungan sekolah,
g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam bekerja.
h. Memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi “malpraktik”, seorang guru
harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari masyarakat atau sanksi dari atasannya.
j. Budaya profeesional. Budaya profesi bisa berupa penggunaan simbol-simbol yang berbeda
2) Pendekatan Institusional
Pendekatan intitusional (the institutional approach) memandang profesi dari segi proses institusional
atau perkembangan asosiasional. Maksudnya kemajuan suatu pekerjaan kearah pencapaian status
ideal suatu profesi dilihat atas dasar tahap-tahap yang harus dilalui untuk melahirkan proses
pekerjaan :
1. Memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu atau fulltime, bukan pekerjaan sambilan.
3. Mendirikan asosiasi profesi. Bentuk asosiasi itu bermacam-macam seperti persatuan guru
pekerjaan :
5. Secara bersama mengembangkan fasilitas latihan, yang merupakan wahana bagi penyandang
sesungguhnya.
Tahap-tahap untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan diatas, tidak mutlak dilakukan secara
rijid. Artinya tidak mutlak harus “menetapkan pekerjaan terlebih” dahulu melainkan dapat
Pendekatan legalistik (the legalistic approach) yaitu pendekatan yang menekankan adanya
pengakuan atas suatu profesi oleh negara atau pemerintah. Suatu pekerjaan dapat disebut profesi
jika dilindungi oleh undang-undang atau produk hukum yang ditetapkan oleh pemerintahan suatu
negara.
Menurut M. Friedman (1976), pengakuan atas suatu pekerjaan menjadi suatu profesi
a. Registrasi (registration) adalah suatu aktivitas, dimana jika seseorang yang ingin
melakukan pekerjaan profesional, terlebih dahulu rencananya harus diregistrasikan pada kantor
pendaftaran yang diajukan oleh calon penyandang profesi dipandang memenuhi persyaratan,
kepadanya diberikan pengakuan oleh negara atas kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya. Bentuk pengakuan tersebut adalah pemberian sertifikat kepada penyandang profesi
itu.
c. Lisensi (licensing) mengandung makna, bahwa atas dasar sertifikat yang dimiliki oleh
seseorang barulah orang tersebut memperoleh izin atau lisensi dari negara untuk mempraktikkan
PENUTUP
A. Kesimpulan
seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lain. Pendekatan intitusional
(the institutional approach) memandang profesi dari segi proses institusional atau perkembangan
asosiasional. Pendekatan legalistik (the legalistic approach) yaitu pendekatan yang menekankan
Guru profesional sesungguhnya adalah guru yang didalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual
tinggi. Kata otonom mengandung makna, bahwa guru profesional adalah mereka yang secara
profesional dapat melaksanakan tugas dengan pendekatan bebas dari intervensi kekuasaan atau
birokrasi pendidikan. Dengan demikian, guru harus menjadi profesional sungguhan untuk bisa
tumbuh secara madani. Guru profesional melebihi batas-batas yang dimiliki oleh guru
B. Saran
Makalah yang kami buat belum sempurna sesuai yang diharapkan, karena itu kami hanya
manusia biasa yang tidak luput dari khilaf / kesalahan, kelebihan itu hanya milik Allah SWT
semata. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak atau pembaca demi
A.M., Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, ed. I, cet. 21.
Nasional.