Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PROFESI PENDIDIKAN
“PENDEKATAN DAN KELEMBAGAAN PROFESI PENDIDIKAN”

Oleh :
KELOMPOK II

Krisdiansari (21613050)
Endang Setyowati (2161 )
Entin May Situmeang (2161 )
Yuyun Nan Anggun Putri (2161 )
Nurni Ode (2161 )

PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA

sehingga makalah yang berjudul ”Pendekatan dan kelembagaan profesi pendidikan” dapat

tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami panjatkan terimah kasih atas bantuan teman-teman

kelompok III dan dosen matakuliah Profesi pendidikan kami Bapak Drs. Sutomo S.Pd. M.Pd.

yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan materi maupun pikirannya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan harapan kami semoga makalah ini

dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat

memperbaiki dan menambah isi dari makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak

kekurangan dalam makalah ini oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca demi kesempurnaan Makalah ini.

Kendari, April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................5

PENDAHULUAN...........................................................................................................................5

A. Latar Belakang.....................................................................................................................5

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................5

C. Tujuan...................................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................7

PEMBAHASAN..............................................................................................................................7

A. Pendekatan Pelembagaan Profesi.........................................................................................7

1) Pendekatan Karakteristik................................................................................................7

2) Pendekatan Institusional.................................................................................................8

3) Pendekatan Legalistik...................................................................................................10

BAB III..........................................................................................................................................11

PENUTUP.....................................................................................................................................11

A. Kesimpulan........................................................................................................................11

B. Saran..................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika pendidikan merupakan salah satu instrumen utama pengembangan sumber daya

manusia, berarti tenaga kependidikan terutama guru, memiliki tanggung jawab untuk

mengemban tugas itu. Siapa saja yang menyandang profesi sebagai tenaga kependidikan, dia

harus secara kontinyu menjalani profesionalisasi. Namun demikian, masalah esensial yang

dihadapi dalam pengelolaan tenaga kependidikan di Indonesia saat ini tidak lagi semata-mata

terletak pada bagaimana menghasilkan tenaga kependidikan yang bermutu melalui lembaga

pendidikan tenaga kependidikan atau perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga

kependidikan, melainkan sejauh mana profesi itu dapat diakui oleh negara sebagai profesi yang

sesungguhnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pendekatan Karakteristik?

2. Bagaimana Pendekatan Institusional?

3. Bagaimana Pendekatan Legalistik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana Pendekatan Karakteristik.

2. Untuk mengetahui Bagaimana Pendekatan Institusional.

3. Unutk mengetahui Bagaimana Pendekatan Legalistik.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Pelembagaan Profesi

1) Pendekatan Karakteristik

Pendekatan karakteristik (the trait approach) memandang bahwa profesi mempunyai

seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lain. Seseorang penyandang

profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti itu sudah menjadi bagian integral

dari kehidupannya.

Hasil studi beberapa ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik profesi itu

menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

a. Kemampuan Intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan yang dimaksud

adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan khusus

yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi.

b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah kekhususan

penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi “guru”, akan tetapi guru yang

sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi dan penguasaan metodologi pembelajaran.

c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien.

Pengetahuan ini bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka teori yang jelas dan

teruji.
d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. Seorang guru harus

mampu berkomunikasi sebagai guru dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami

oleh peserta didik.

e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau selforganization. Istilah mandiri

disini berarti bahwa kewenangan akademiknya melekat pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan

dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski tidak berarti menafikan bantuan atau

mereduksi semangat kolegialitas.

f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap memberikan layanan

kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan, apakah dikelas, di lingkungan sekolah,

bahkan diluar sekolah.

g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam bekerja.

h. Memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi “malpraktik”, seorang guru

harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari masyarakat atau sanksi dari atasannya.

i. Mempunyai sistem upah. Maksudnya adalah standar gaji.

j. Budaya profeesional. Budaya profesi bisa berupa penggunaan simbol-simbol yang berbeda

dengan simbol-simbol profesi lain.

2) Pendekatan Institusional

Pendekatan intitusional (the institutional approach) memandang profesi dari segi proses institusional

atau perkembangan asosiasional. Maksudnya kemajuan suatu pekerjaan kearah pencapaian status

ideal suatu profesi dilihat atas dasar tahap-tahap yang harus dilalui untuk melahirkan proses

pelembagaan suatu pekerjaan menuju profesi yang sesungguhnya.


H.L. Wilensky (1976) mengemukakan lima langkah untuk memprofesionalkan suatu

pekerjaan :

1. Memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu atau fulltime, bukan pekerjaan sambilan.

2. Menetapkan sekolah tempat menjalani proses pendidikan atau pelatihan.

3. Mendirikan asosiasi profesi. Bentuk asosiasi itu bermacam-macam seperti persatuan guru

(PGRI), ikatan petugas bimbingan indonesia (IPBI) dan sebagainya.

4. Melakukan perlakuan politisi utntuk memperjuangkan adanya perlindungan hukum terhadap

asosiasi atau penghimpunan tersebut.

5. Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan.

Berbeda dengan Wilensky, T. Caplow (1975) mengemukakan lima tahap memprofesionalkan

pekerjaan :

1. Menetapkan perkumpulan profesi, yang merupakan sebuah organisasi yang keanggotaannya

terdiri dari orang-orang yang seprofesi atau seminat.

2. Mengubah dan menetapkan pekerjaan itu menjadi suatu kebutuhan.

3. Menetapkan dan mengembangkan kode etik.

4. Melancarkan agitasi untuk memperoleh dukungan masyarakat.

5. Secara bersama mengembangkan fasilitas latihan, yang merupakan wahana bagi penyandang

profesi untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya menuju sosok profesi yang

sesungguhnya.

Tahap-tahap untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan diatas, tidak mutlak dilakukan secara

rijid. Artinya tidak mutlak harus “menetapkan pekerjaan terlebih” dahulu melainkan dapat

diawali dengan mendirikan sekolah-sekolah atau universitas sebagai wahana pendidikan.


3) Pendekatan Legalistik

Pendekatan legalistik (the legalistic approach) yaitu pendekatan yang menekankan adanya

pengakuan atas suatu profesi oleh negara atau pemerintah. Suatu pekerjaan dapat disebut profesi

jika dilindungi oleh undang-undang atau produk hukum yang ditetapkan oleh pemerintahan suatu

negara.

Menurut M. Friedman (1976), pengakuan atas suatu pekerjaan menjadi suatu profesi

sungguhan dapat ditempuh melalui tiga tahap, yaitu :

a. Registrasi (registration) adalah suatu aktivitas, dimana jika seseorang yang ingin

melakukan pekerjaan profesional, terlebih dahulu rencananya harus diregistrasikan pada kantor

registrasi milik negara.

b. Sertifikasi (certification) mengandung makna, jika hasil penelitian atau persyaratan

pendaftaran yang diajukan oleh calon penyandang profesi dipandang memenuhi persyaratan,

kepadanya diberikan pengakuan oleh negara atas kemampuan dan keterampilan yang

dimilikinya. Bentuk pengakuan tersebut adalah pemberian sertifikat kepada penyandang profesi

itu.

c. Lisensi (licensing) mengandung makna, bahwa atas dasar sertifikat yang dimiliki oleh

seseorang barulah orang tersebut memperoleh izin atau lisensi dari negara untuk mempraktikkan

pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan karakteristik (the trait approach) memandang bahwa profesi mempunyai

seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lain. Pendekatan intitusional

(the institutional approach) memandang profesi dari segi proses institusional atau perkembangan

asosiasional. Pendekatan legalistik (the legalistic approach) yaitu pendekatan yang menekankan

adanya pengakuan atas suatu profesi oleh negara atau pemerintah.

Guru profesional sesungguhnya adalah guru yang didalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual

tinggi. Kata otonom mengandung makna, bahwa guru profesional adalah mereka yang secara

profesional dapat melaksanakan tugas dengan pendekatan bebas dari intervensi kekuasaan atau

birokrasi pendidikan. Dengan demikian, guru harus menjadi profesional sungguhan untuk bisa

tumbuh secara madani. Guru profesional melebihi batas-batas yang dimiliki oleh guru

profesional yang banyak dibahas dalam literatur akademik.

B. Saran

Makalah yang kami buat belum sempurna sesuai yang diharapkan, karena itu kami hanya

manusia biasa yang tidak luput dari khilaf / kesalahan, kelebihan itu hanya milik Allah SWT

semata. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak atau pembaca demi

perbaikan di masa mendatang.


DAFTAR PUSTAKA

Sudarwan Danim, 2010. Profesi Kependidikan. Bandung : Alfabeta, cv

Bafadal, Ibrahim, 1992. Supervisi Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara

A.M., Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, ed. I, cet. 21.

Jakarta: Rajawali Pers.

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Anda mungkin juga menyukai