Anda di halaman 1dari 15

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI

KEPENDIDIKAN

DISUSUN OLEH:
NAMA : Rinald Parulian Butarbutar

NIM : 5193111028

KELAS : PTB REGULER B

DOSEN PENGAMPU : Prof.Dr.Paningkat Siburian M.Pd

Anada Leo Virganta S.Pd M.Pd

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya Kita
diberi kesempatan sehingga makalah profesi kependidikan ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbasan pengetahuan maupun pengalaman , penulis yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Medan,3 Maret 2020

Penulis

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.      Latar Belakang..........................................................................................................................4
2.      Masalah....................................................................................................................................4
3. Tujuan............................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A.    Organisasi profesi pendidikan....................................................................................................5
B.   Fungsi organisasi profesi kependidikan......................................................................................5
C.   Tujuan organisasi profesi............................................................................................................7
D.   Fungsi dan kewenangan organisasi profesi.................................................................................8
E.  Kode etik kependidikan................................................................................................................9
F.  Deskripsi Kode Etik Keguruan...................................................................................................10
G.  Fungsi Kode Etik Keguruan Dalam Keluarga............................................................................12
BAB III................................................................................................................................................14
PENUTUP...........................................................................................................................................14
1.   Kesimpulan................................................................................................................................14
2.   Saran..........................................................................................................................................14
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................14

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
kode etik adalah kumpulan peraturan atau norma-norma atau perbuatan. Kode etik
dapat diartikan sekumpulan peraturan atau norma-norma kesusilaan bagi perbuatan tingkah
laku. Kode etik profesi keguruan adalah kumpulan peraturan atau norma kesusilaan bagi para
guru sabagai pedoman bersikap, berbuat atau bertindak dalam praktik keguruannya.
Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan
profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pembangunan bangsa. Kemampuan  yang dimaksud adalah apa yang disebut denga istilah
kompetensi merupakan kecakapan atau kemampuan mengerjakan pendidikan. Peningkatan
kemampuan professional tenaga kependidikan berdasarkan kurlikulum 1994 dapat dilakukan
melalui dua program, yaitu program terstruktur dan tidak terstruktur. Program terstruktur
adalah program yang dibuat dan dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai bahan dan
produk kegiatan belajar yang dapat diakreditasi secara akademik dalam jumlah SKS tertentu.
Program tidak terstruktur adalah program pembinaan dan pengmbangan tenaga kependidikan
yang dibuka berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntutan waktu dan lingkungan
yang ada.

2.      Rumusan Masalah
1.    Dapat mengetahui tentang Organisasi Profesi Dan Kode Etik Kependidikan?
2.     Dapat mengetahui Fungsi organisasi profesi kependidikan?

3.     Dapat mengetahui Tujuan organisasi profesi?

4.     Dapat mengetahui Fungsi dan kewenangan organisasi profesi?

5.     Dapat mengetahui Kode etik kependidikan?

6.     Dapat mengetahui Deskripsi Kode Etik Keguruan?

7.     Dapat mengetahui Fungsi Kode Etik Keguruan Dalam Keluarga ?

3. Tujuan
1. untuk memahami tuuan dari organisasi dan kode etik kependidikan

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 4


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Organisasi profesi pendidikan


Suatu profesi bila ingin maju memerlikan organisasi yang sehat. Organisasi dapat
melindungi seluruh anggotanya. Sesuai dengan hakikat profesi dan ciri-cirinya, dapalah
diterima bahwa jabatan kependidikan/keguruan merupakan suatu profesi. Profesi keguruan
didukung oleh suatu disiplin ilmu, yaitu keguruan dan ilmu pendidikan. Profesi ini juga
memiliki kode etik dan organisasi profesinya. Dari pekerjaan seorang guru memperoleh
imbalan finansial dari masyarakat sebagai  konsekuensi dari layanan yang diberikannya.
            Jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk menyatakan gerak langkah dan
mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi, di Indonesia PGRI atau Guru
Republik Indonesia didirikan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945, sebagai wujudan
aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bangsa (Hermawan S.,1989). Salah satu
tujuan PGRI adalah mempertingg kesadaran, sikap, mutu, dan kegiatan profesi guru serta
meningkatkan kesejahteraan mereka (Basuni, 1986).
Basuni menguraikan empat misi utama PGRI, yaitu:
1.      Misi politis/ideology.
2.      Misi persatuan organisatoris.
3.      Misi profesi.
4.      Misi kesejahteraan.

Dalam praktiknya, misi politisi/ideology, dan misi persatuan/ organisasi lebih


menonjol relasinya dalam  program-program PGRI.  Dalam pelaksaanaan misi lainya, misi
kesejahteraan, kelihatannya masih perlu ditingkatkan. Sememtara pelaksanaan misi ketiga,
misi profesi, belum tampak kiprahnyatanya dan belum terlalu melembaga.
Dalam kaitanya dengan pengembangan professional guru, PGRI sampai saat ini
mengendalikan pihak pemerintah misalnya dalam merencanakan dan ,elakukan program-
program penataran guru serta program peningkatan mutu lainya. Kebanyakan kegiatan
biasnya dilakukan bersamaan dengan  kegiatan peringatan ulang tahun atau kongres, baik di
pusat maupun di daerah (Sanusi et ,al 1991). Oleh karena itu, peranan organisasi peningkatan
mutu professional keguruan belum begitu menonjol.

B.   Fungsi organisasi profesi kependidikan

1.      Fungsi Pemersatu
Kelahiran suatu orgnaisasi profesi tidak terlepas dari motif yang mendasarinya, yaitu
dorongan yang menggerakkan para professional untuk organisasi keprofesian. Motof tersebut
begitu bervariasi, ada yang ersifat social, politik, ekonomi, kultural, dan bervariasi, ada yang
bersifat system nilai. Namun, umumnya dilatarbelakangi oleh dua motif, yaitu motof insrinsik

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 5


dan ekstrisik. Secara instrinsik, para professional terdorong oleh keinginan mendapatkan
kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembanya, bahkan mungkin mereka
terdorong oleh semangat menunaikan tugasnya sebaik dan seiklasnya mungkin.  Secara
ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat pengguna jasa profesi yang semakin
hari semakin kompleks.
Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi pengemban suatu profesi
yang secara teoriritis sangat sulit dihadapi dan diselesaikan secara individual.kesadaran atas
realitas ini menyebabkan para professional membentuk organisasi kependidikan, merupakan
organisasi profesi sebagai wadah pemersatu pelbagi potensi profesi kependidikan dalam
menghadapi kompleksitas tantangan dan harapan masyarakat pengguna-pengguna jasa
kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut diharapkan organisai profesi
kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam menetukan kebijakan dan
melakukan tindakan bersama, yaitu upaya untuk melindungi dan memperjuangkan
kepentingan para pengemban profesi kependidikan itu sendiri dan kepentingan masyarakat
pengguna jasa profesi ini.

2.      Fungsi penigkatan kemampuan professional


Fungsi kedua dan organisasi profesi adalah meningkatkan kemampuan profesinal para
pengemban profesi kependidikan. Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP Np. 38  tahun
1992, pasal 61 yang berbunyi:
Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan pfosesi sebagai wadah untuk  Meningkatkan
dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan        professional, martabat, dan
kesejahteraan tenaga kependidikan.

PP tersebut menujukan adanya legalitas formal yang secara tersirat mewajibkan para
anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui
organisasi atau ikatan profesi kependididkan. Bahkan dalam UUSPN Tahun 1989, pasal 31:
Ayat 4 dinyatakan bahwa:
Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan
profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pembangunan bangsa.
 Kemampuan  yang dimaksud adalah apa yang disebut denga istilah kompetensi
merupakan kecakapan atau kemampuan mengerjakan pendidikan. Peningkatan kemampuan
professional tenaga kependidikan berdasarkan kurlikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua
program, yaitu program terstruktur dan tidak terstruktur. Program terstruktur adalah program
yang dibuat dan dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan
belajar yang dapat diakreditasi secara akademik dalam jumlah SKS tertentu. Program tidak
terstruktur adalah program pembinaan dan pengmbangan tenaga kependidikan yang dibuka
berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntutan waktu dan lingkungan yang ada.
Terlingkup program tidak terstruktur ini adalah:

a.    Penataran tingkat nasional dan wilayah;


b.    Supervsii yang dilaksanakan oleh pengawas atau pejabat yang terkait seperti kepala sekolah,
kepla Bidang, Kakadep;

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 6


c.   Pembina dan pengembangan sejawat, yaitu dengan sesame tenaga kependidikan sejenis
melalui from komunikasi, seperti MGI;
d.  Pembina dan pengembangan individual, yaitu upaya atas inisiatif sendiri dengan partisipasi
dalam seminar, loka karya, dan yang lainya.

Menurut jhonson (Abin Syasudin, 1999:72), kompetensi kependidikan dibangun oleh enam
perangkat kompetensi berikut ini:
a.         Performance component, yaitu unsur kemampuan penguasaan yang sesuai dengan profesi
kependidikan.
b.        Subject component, yaitu unsur kemampuan penguasaan bahan/subtansi pengetahuan
relevan.
c.         Professional component, yaitu unsur kemampuan subtansi pengetahuan dan keterampilan
teknis profesi kependidikan.
d.        Process component, yaitu unsur kemampuan penguasaan proses-proses mental mencakup
berpikir logis dalam pemecahan masalah.
e.         Adjustment component, yaitu unsur kemampuan penyerasian dan penyesuaian diri
berdasarkan karakteristik pribadi pendidik.
f.         Attitudes component, yaitu unsur komponen sikap, nilai, kepribadian pendidik/guru.

C.   Tujuan organisasi profesi


Salah satu organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu dan kegiatan
profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru. Dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61
ada lima misi dan tujuan organisasi profesi kependidikan yaitu: kewenangan dan/atau
mengembangan (1) karier, (2) kemampuan, (3) tenaga kependidikan, (4) martabat, dan (5)
kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya secara umum ialah
terwujudnya tenaga yang professional.
1.        Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan upaya dalam
mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang pekerjaan yang diembannya.
2.        Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota merupakan upaya
terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal.
3.      Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan profesionalan anggota, merupakan
upaya para professional untuk menempatkan anggota suatu profesi sesuai dengan
kemampuan.
4.      Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota, merupakan upaya organisasi
profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari perlakuan tidak manusiawi dari pihak
lain dan tidak melakukan praktik melecehkan nilai-nilai kemanusiaan.
5.      Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraan, merupakan upaya organisasi
profesi kependidikan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin anggotanya.

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 7


D.   Fungsi dan kewenangan organisasi profesi
Organisasi berfungsi untuk memajukan profesi meningkatkan kompetensi, karier,
wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan kepada masyarakat.
1.      Fungsi organisasi profesi kependidikan
a.       Sebagai pemersatu
Menyatukan dan mengendalikan gerak dan langkah dalam pembinaan dan upaya peningkatan
kapasitas dari anggota agar memiliki kekuatan dan kekuasaan dalam menjalankan tugas
professional.
b.      Peningkatan kemampuan professional yaitu:
                                      i.        Performance component
                                     ii.       Subject component
                                   iii.      Professional component
                                   iv.      Process component
                                     v.      Adjustment component
                                   vi.       Attitudes component
2.      Kewenangan organisasi
 Organisasi  profesi guru mempunyai kewenagnan:
a.       Menetapkan dan menegakkan kode etik guru;
b.      Memberikan bantuan hokum kepada;
c.       Memberikan perlidungan profensi guru;
d.      Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan
e.       Memajukan pendidikan nasional.
3.      Dewan kehormatan guru.
Dewan kehormatan guru dibentuk oleh organisasi profesi guru.
a.       Keanggotaan serta mekanisme kerja dewan kehormatan guru sebagaimana ndimaksud pada
ayat (1) diatur dalam anggaran dasar organisasi profesi guru.
b.      Dewan kehormatan guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk untuk mengawasi
pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggan
kode etik oleh guru.
c.       Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
objektif, tidak diskrinatif, tidak diskriminatif, dan  tidak bertentangan dengan anggraan dasar
organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.
d.      Organisasi profesi guru wajib melakukan rekomendasi dewan kehormatan guru
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 8


E.  Kode etik kependidikan
kode etik adalah kumpulan peraturan atau norma-norma atau perbuatan. Kode etik
dapat diartikan sekumpulan peraturan atau norma-norma kesusilaan bagi perbuatan tingkah
laku. Kode etik profesi keguruan adalah kumpulan peraturan atau norma kesusilaan bagi para
guru sabagai pedoman bersikap, berbuat atau bertindak dalam praktik keguruannya.
1.      Fungsi kode etik
Secara umum dirinci bahwa kode etik guru berfungsi:
a.       Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
dari penyimpangan profesi.
b.      Agar profesi guru terhindar dari pemecahan dan pertentanagan internal.
c.       Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kualitas pelayanan sehingga jasa profesi
guru diakui dan digunakan oleh masyarakat sebagai profesi membantu  dalam memecahkan
masalah dan mengembangkan diri.
d.      Agar guru bertanggung jawab atas profesinya.
e.       Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah.

2.      Implikasi kode etik dalam masyarakat dan keluarga


Dalam menetapkan kode etik guru di masyarakat perlu dipelihatkan karakteristik
masyarakat, yaitu masyarakat global ini dengan syarat dengan pemikiran kritis, amat peduli
terhadap hak asasi manusia dan banyak menuntut perlakuan demokratis.
Pentingan penerapan kode etik guru di msayarakat didasarkan pada tiga alasan:
a.       Karena masyarakat merupakan tempat melakukan tugas keprofesionalan guru.
b.      Karena masyarakat menjadi sumber belajar dan mendidik  diri seorang guru.
c.       Karena masyarakat sebagai knsumen dan pengguna jasa pendidikan.

Penerapan kode etik guru dalam keluarga sedikitnya memiliki empat fungsi sebagai pedoman
bagi guru dalam.
a.       Membentuk anggota keluarga manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
b.      Menanamkan kejujuran pada anggota keluarga.
c.       Memmupuk semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan anggota keluarga.
d.      Mendorong partisipasi anggota keluarga dalam menyukseskan jalannya pendidikan.

F.  Deskripsi Kode Etik Keguruan


Begitu pentingnya pendidikan dalam pembangunan nasional pemerintah RI
mengelurkan UU.No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Dimana pada pasal 1
menjelaskan bahkan,”Guru adalah pendidikan profesi  dengan tugas utama mendidik,
mengajak, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 9


pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah”. Serta pada pasal 43menjelaskan bahwa,” (1) untuk menjaga dan meningkatkan
kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi
professional guru membentuk kode etik. (2) kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesionalan” (Departemen Pendidikan Nasional. 2005: hal 3&32).
          Dengan demikian kode etik yang dimaksud pada UU.No 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen pasal 43 ayat 1 dan 2 tertuang pada kode etik Guru Indonesia (PGRI 1989) selaku
organisasi guru.

1.      Kode etik Guru Indonesia


Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan serta pada undang-undang dasar 1945, turut
bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Republik Indonesia 17 Agustus
1945. Oleh karena itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan
berpedoman kepada dasar-dasar sebagai berikut ini:
a.       Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya  yang berjiwa pancasila.
b.      Guru berusaha dan melaksanakan kejujuran professional.
c.       Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
d.      Guru menciptakan suasana sekolah sebaik- baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar.
e.       Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan  masyakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan rasa tangung jawab bersama terhadap pendidikan.
f.       Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
g.                  Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
social.
h.                  Guru  bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu oganisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.
i.                    Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

(BP-PGRI.1998:410)

Kode etik guru yang pertama


Mengundang pengertian bahwa perhatian utama seorang guru adalah peserta didik.
Yaitu mengembangkan potensinya secara optimal dengan mengupayakan terciptanya proses
pembelajaran yang edukatif. Melalui profesi inilah diharapkan peserta didik menjelma
sebagai manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Manusia utuh yang dimaksud adalah

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 10


manusia yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohaninya, manusia yang berjiwa
pancasila artinya manusia yang berkehidupan berbangsa dan benegara selalu mengindahkan
dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.

Kode etik guru yang kedua


Mengandung makna bahwa guru hanya sanggup menjalankan tugas profesi yang
sesuai dengan kemampuanya, ia tidak menunjukan sikap arogansi professional. Manakala
menghadapi maslaah yang ia sendiri tidak mampu mengatasinya, ia mengaku dengan jujur
bahwa masalah itu di luar  kemampuannya sambil terus meningkatkan kemampuan yang
dimilikinya.

Kode etik Guru yang ketiga


Menunjukan pentingnya seorang guru mendapatkan informasi tentang peserta didik
selengkap mungkin. Informasi tentang kemampuannya, minat, bakat, motivasi, kawan-
kawanya, dan informasi yang kira-kira berpengaruh pada perkembangan peserta didik dan
mempermudah guru dalam membimbing dan membina peserta didik tersebut.

Kode etik guru Keempat


Mengisyaratkan pentingnya guru menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman,
dan membuat peserta didik betah belajar. Yang perlu dibangun antara lain ilkim komunikasi
yang demokratis hangat dan penuh dengan rasa akekeluargaan, terapi menjauhkan diri dari
kolusi repotisme.

Kode etik guru Kelima


Mengingat pentingnya peran serta orang tua siswa dan masyarakat sekitar untuk ikut
andil dalam proses pendidikan di sekolah/madrasah. Peran serta mereka akan terwujud jika
terjalin hubungan baik antara guru dengan peserta didik akan terwujud jika terjalin hubungan
baik antara guru dengan peserta didik, dan ini harus diupayakan sekuat tenaga oleh seorang
guru.

Kode etik guru keenam


Guru diharuskan untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan mutu dan martabat
profesinya. Ini dapat dilakukan secra pribadi dapat juga secara kelompok.

Kode etik guru ketujuh


Intinya bagaimana menjalin kerjasama yang mutualistic dengan rekan seprofesi. Rasa
senasib dan sepwnanggungan biasanya mengikat para guru untuk bersatu dalam menyatukan
visi dan misinya.

Kode etik guru kedelapan


PGRI  ini seharusnya mampu menjembatani dan mengayomi aspirasi para guru, dan
bahkan jika memungkinkan, PGRI harus mampu meningkatkan harkat dan martabat guru
yang semakin cenderung terpuruk adanya.

Kode etik guru kesembilan

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 11


Didasari oleh dua asumsi pertama karena guru sebagai aparatur Negara (sepanjang
mereka itu PNS), kedua karena guru orang yang ahli dalam bidang pendidikan. Oleh Karena
itu sudah sewajarnya guru melaksanakan semua kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan, selagi sesuai dengan kemampuan guru itu dan tdak melecehkan harkat dan
martabat guru itu sendiri.

G.  Fungsi Kode Etik Keguruan Dalam Keluarga


Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil beupa  pengelompokan primer yang
terdiri atas sejumlah kecil orang karena hubungan sedarah dan kerabat. Peran dan fungsi
keluarga bagi anak sangat fundamental. Pendidikan keluarga bagi anak merupakan pertama
dan utama sehingga warnanya akan sangat sulit dihilangkan dalam diri anak. Pentingnya
pendidikan keluarga bagi perkembangan anak sehingga pemerintah RI menuangkannya
dalam UU No.2 Tahun 1989, pasal 10 ayat 4 yang menyatakan bahwa pendidikan keluarga
merupakan bagian dari jalur pendidikan bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari
jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan
keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.
Membentuk anggota keluarga menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
Kode etik guru di dalam keluarga berperan sebagai pedoman yang mengarahkan guru dalam
membentuk anggota keluarga menjadi manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman  dan
bertakwa kepada Tuhany yang Maha Esa, seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani,
selaras potensi yang dimiliki dengan yang berkembang. Nilai-nilai itu menjadi milik dan
menjelma  dalam pribadi mereka.
Menanamkan kejujuran pada anggota keluarganya.
1.        Sifat kejujuran ini sangat penting dalam perkembangan pribadi seseorang. Untuk itulah
kode etik guru telah mengarahkan para guru membimbing anggota keluarganya memiliki
kejujuran.
2.        Memupuk semangat kekeluargaan dan kesetidakkawanan anggota keluarganya.
3.        Memupukkan semangat kekeluargaan dan kesetidakkawanan itu mencakup anngota di
dalam keluarga dan anggota masyarakat. Melalui memupukkan semangat tersebut cepat
tanggap jika ada yang membutuhkan pertolongan baik di dalam maupun diluar keluarga.
4.        Mendorong partisipasi anggota keluarga dalam menyukseskan jalannya pendidikan.
5.         Guru  sebagai warga Negara yang baik turut  berperan serta dalam menyekseskan
kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Contoh-contoh penerapan kode etik guru dalam keluarga:
1.      Guru membimbing anggota keluarganya dengan bimbingan yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan keluarga dan rohani anggota keluarganya, pengembangan potensi
yang merdeka miliki secara optimal sesuai dengan potensi  dasarnya.
2.      Guru menanamkan kejujuran pada semua angota keluarga dengan cara memilih mereka
hidup jujur. Misalna guru meminta salah anggota keluarganya untuk bertanya jika ada
permasalahan yang tidak dipahami dalam keluarganya.

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 12


3.      Guru berusaha memperoleh informasi tentang anak dan anggota keluarga lainya, mislanya
guru dating ke sekolah atau ke tempat kerja anaknya untu mencari informasi selengkap
mungkin tentang kemajuan belajar atau kerja anaknya itu.
4.      Guru menciptakan suasana rumah yang membuat seluruh anggota keluarga senang dan giat
belajar. Misalnya, guru membuat jadwal kegiatan belajar keluarga, menyeiakan buku-buku
bacaan yang relevan dengan kebutuhan anggota keluarga, menata ruang belajar anggota
keluarga senyaman mungkin, dan sebagainya.
5.      Guru mengajak seluurh anggota keluarga untuk bersama-sama bertanggung jawab dalam
bidang pendidikan. Misalnya, guru mengajak anggota keluarganya menyisihkan hartanya
untuk disumbangkan bagi kelancaran pendidikan.
6.      Guru mnanamkan keyakinan kepada anggota keluarga bahwa pendidikan adalah profesi
yang patut dihargai karena  profesi ini telah memberikan banyak terhadap perkembangan
manusia dalam berbagai lapisan masyaraka, misalnya guru selalu menyuruh keluarga menaati
gurunya seperti mengerjakan pekerjaan rumah, menyuruh selalu mengucapkan salam ketika
bertemu dengan guru.
7.      Guru menciptakan kondisi tertentu bagi keluarganya agar mereka mampu berinteraksi
dengan profesi selain profesi kependidikan, misalnya : mengikuti  ceramah keagamaan,
seminar kesehatan, dan lain-lain, bahkan mungkin dengan menjalin kerja sama dengan
profesi lain.
8.      Guru mendorong anggota keluarga untuk memberikan gagasan, pemikiran, dan saran-saran
bersifat mengembangkan dan memelihara serta meningkatkan organisasi PGRI, misalnya
menulis tentang profil guru diharapkan siswa, strategi PGRI dalam meningkatkan
kesejahteraan anggotanya, dan lain-lain.
9.      Guru mendidik keluarganya minimal selesai pendidikan dasar 9 tahun (SD dan SLTA),
bahkan sebaiknya untuk memberikan contoh kepada masyarakat guru sebaiknya berupaya
mendidik anaknya (keluarganya) ke jenjang pendidikan yang setinggi mugkin.

Penerapan kode etik dalam menuaikan tugasnya, keluarga ataupun masyarakat


berkaitan dengan pengembangan manusia seutuhnya. Dalam hal ini guru perlu
mempertimbangkan tiga dimensi keutuhan, yaitu dimensi jasmani-rohani, social-individu,
dimensi keselarasan perkembangan potensi yang berlandaskan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 13


BAB III
PENUTUP

1.   Kesimpulan
kode etik adalah kumpulan peraturan atau norma-norma atau perbuatan. Kode etik
dapat diartikan sekumpulan peraturan atau norma-norma kesusilaan bagi perbuatan tingkah
laku. Kode etik profesi keguruan adalah kumpulan peraturan atau norma kesusilaan bagi para
guru sabagai pedoman bersikap, berbuat atau bertindak dalam praktik keguruannya.
Secara umum dirinci bahwa kode etik guru berfungsi:
Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
dari penyimpangan profesi.
Agar profesi guru terhindar dari pemecahan dan pertentanagan internal.

2.   Saran
Dalam penulisan makalah sendiri hendaknya menampilkan banyak acuan agar para
pembaca mendapatkan informasi yang luas, makalah diajukan bagi pembaca sebagai sumber
referensi alternative sehingga diharapkan kedepanya pembaca dapat mencari referensi lainya
agar lebih lengkap, pembaca hendaknya mencari referensi lainya untuk model pengguna
sehingga didapatkan pengetahuan yang seluas-luasnya.

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 14


DAFTAR PUSTAKA

Way Yasaratodo. 2019  Profesi Kependidikan. UNIMED, Medan: penerbit


UNIMED press
http://resticostagoals.blogspot.com/2016/10/organisasi-profesi-dan-kode-etik.html

HAKIKAT ORGANISASI DAN KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKANPage 15

Anda mungkin juga menyukai