Ada 5 pokok pikiran dalam aliran Syiah, tetapi yang membahas di bidang Teologi dan Politik antara lain : - At – Tauhid, Kaun Syi’ah juga meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tempat bergantung semua makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan juga tidak serupa dengan makhluk yang ada di bumi ini. Namun, menurut mereka Allah memiliki 2 sifat yaitu al- tsubutiyah yang merupakan sifat yang harus dan tetap ada pada Allah SWT. Sifat ini mencakup ‘alim (mengetahui), qadir (berkuasa), hayy (hidup), murid (berkehendak), mudrik (cerdik, berakal), qadim azaliy baq (tidak berpemulaan, azali dan kekal), mutakallim (berkata-kata) dan shaddiq (benar). Sedangkan sifat kedua yang dimiliki oleh Allah SWT yaitu al-salbiyah yang merupakan sifat yang tidak mungkin ada pada Allah SWT. Sifat ini meliputi antara tersusun dari beberapa bagian, berjisim, bisa dilihat, bertempat, bersekutu, berhajat kepada sesuatu dan merupakan tambahan dari Dzat yang telah dimilikiNya. - Al - Imamah, Bagi kaun Syi’ah imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama sekaligus dalam dunia.Ia merupakan pengganti Rasul dalam memelihara syari’at, melaksanakan hudud (had atau hukuman terhadap pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan serta ketentraman umat. Bagi kaum Syi’ah yang berhak menjadi pemimpin umat hanyalah seorang imam dan menganggap pemimpin-pemimpin selain imam adlah pemimpin yang ilegal dan tidak wajib ditaati. Karena itu pemerintahan Islam sejak wafatnya Rasul (kecuali pemerintahan Ali Bin Abi Thalib) adalah pemerintahan yang tidak sah. Di samping itu imam dianggap ma’sum, terpelihara dari dosa sehingga iamam tidak berdosa serta perintah, larangan tindakan maupun perbuatannya tidak boleh diganggu gugat ataupun dikritik.
Menurut Aliran Khawarij
Perkembangan Teologi Khawarij pada Zaman Pemerintahan Khalifah Usman ibn Affan, dan Khalifah Ali ibn Abi Thalib, tindakan- tindakan politik yang dijalankan Usman menimbulkan reaksi yang tidak menguntungkan dirinya, perasaan tidak senang muncul di daerah- daerah Di antara mereka yang menganut keyakinan ini adalah Khawarij yang mempromosikan pemahaman sesat mereka, eksploitasi kekacauan, dan mulai mengorganisir kelompoknya untuk menjadi sebuah kekuatan. Mereka yang membuat kosnpirasi melawan Usman, sehingga akhirnya Usman terbunuh di akhir pemerintahannya oleh orang-orang yang berkeyakinan Khawarij.
Selalu ada gerakan kekerasan yang menolak dialog dan perjanjian
damai untuk menghentikan sengketa, seperti menolak kebijakan taḥkīm (mengangkat Khalifah) yang dilakukan Ali ibn Abi Thalib sebelum perang Siffin. Selama konflik perang terjadi elemen Ali dalam prajurit perang tetap mendukungnya. Akan tetapi setelah peristiwa taḥkīm yang diambil Ali untuk menghindari pertumpahan darah, mereka menolak Ali dan melakukan desersi militer. Mereka menyebut Ali sebagai orang kafir dan umat Islam dan atas nama jihad. Cara berpikir Khawarij dapat dilihat dalam surat yang ditulis Ali ibn Abi Thalib; jelaskan kepada kami, alasan apa yang menyebabkan kalian menghalalkan untuk memerangi kami dan membelot dari jamaah. Mempersenjatai bekas hamba sahaya kalian dan menyerang orang-orang dengan memenggal kepada mereka? Sesungguhnya perbuatan ini adalah kerugian yang sangat nyata. Demi Allah, seandainya kalian membunuh seekor ayam atas dasar semua ini, pastilah dosanya sangat besar di sisi Allah, maka bagaimana dengan membunuh nyawa manusia yang diharamkan oleh Allah.
Persoalan-persoalan yang telah terjadi menimbulkan tiga aliran
teologi dalam Islam. Pertama, aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang berdosa besar adalah kafir. Kedua, aliran Murji’ah yang menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir. Ketiga, aliran Mu’tazilah, aliran ini tidak menerima pendapat di atas.