Anda di halaman 1dari 22

P9

Disusun oleh :

Drs. Syarbini
A.    Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Dini

1.   Karakteristik Umum Anak Usia Dini


a.   Unik, artinya sifat anak itu berbeda satu sama lainnya.
b.   Egosentris, artinya anak lebih cenderung melihat dan
memahami sesuatu dari sudut pandang dan
kepentingannya sendiri.
c.    Aktif dan Energik, artinya anak lazimnya senang
melakukan aktivitas.
d.   Rasa inigin tahu yang kuat dan antusias terhadap
banyak
hal
e.   Eksploratif dan berpetualang, maksudnya terdorong
oleh rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya
menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal baru.
f.   Spontan, artinya perilaku yang ditampilkan anak umumnya
relatif asli dan tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan
apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya.
g.  Senang dan kaya dengan fantasi, artinya anak senang dengan
hal-hal yang imajinatif.
h.  Masih muda frustasi.
i.   Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu.
j.   Daya perhatian yang pendek
k.  Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman
2.  Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Piaget berpendapat bahwa anak berada pada tahap atau


periode  “Praoperasional”, yang deskripsi kemampuannya
adalah sebagai berikut:
a.   Mampu berfikir dengan menggunakan simbol. Kemampuan ini
merupakan sub tahap pada praoperasional, yang terjadi kira-
kira antara usia 2-4 tahun.
b.   Berpikirnya masih dibatasi oleh persepsinya.
c.    Berpikirnya masih kaku belum fleksibel
d.    Dapat mengelompokkan sesuatu berdasarkan satu dimensi,
seperti kesamaan warna, bentuk dan ukuran.
e.    Dikatakan juga bahwa cara berpikirnya masih egocentrism,
yaitu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif
sendiri dengan perspektif orang lain.
3.    Perkembangan Emosional

a.   Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang


dianggap membahayakan.
b.   Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang
tidak ada objeknya.
c.    Marah, yaitu perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap
orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu yang diwujudkan
dalam bentuk verbal atau nonverbal.
d.    Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang
dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah
mencurahkan kasih sayang kepadanya.
e.    Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang
positif, nyaman, karena terpenuhi keinginannya.
f.      Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan
perhatian, atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau
benda.
4.   Perkembangan Bahasa

a.   Usia 2,0 - 2,6 tahun, bercirikan:

1)  Anak sudah bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna


2)  Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan,
misalnya burung pipit lebih kecil dari burung perkutut,
anjing
lebih besar dari kucing.
3)  Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, di mana,
dan dari mana.
4)  Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan
dan yang berakhiran.
b.   Usia 2,6-6,0 tahun, bercirikan:

1)   Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk


beserta anak kalimatnya.
2)   Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak
menanyakan soal waktu – sebab akibat melalui
pertanyaan-pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa dan
bagaimana.
5.   Perkembangan Sosial

Tanda-tanda perkembangan sosial pada anak, yaitu:


a.   Anak mulai mengetahui  aturan-aturan, baik di lingkungan
keluarga maupun dalam lingkungan bermain.
b.   Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada
peraturan.
c.    Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
d.   Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau
teman sebaya (peer group)
6.   Perkembangan Bermain

Beberapa macam permainan anak (Abu Ahmadi, 1977), yaitu


sebagai berikut:
a.   Permainan Fungsi (permainan gerak), seperti meloncat-loncat,
naik
dan turun tangga, berlari-larian, bermain tali, dan bermain
bola.
b.   Permainan Fiksi, seperti menjadikan kursi sebagai kuda, main
sekolah-sekolahan, dagang-dagangan, perang-perangan, dan
masak-
masakan.
c.   Permainan Reseptif dan Apresiatif, seperti mendengarkan
cerita
atau dongeng, melihat gambar, atau melihat orang melukis.
d.   Permainan membentuk (konstruksi), seperti membuat kue dari
tanah liat, membuat gunung pasir, membuat kapal-kapalan dari
kertas.
e.   Permainan Prestasi, seperti sepak bola, bola voli, tenis meja
dan
7.   Perkembangan Kepribadian

Aspek-aspek perkembangan kepribadian anak itu meliputi hal-


hal berikut:
a.   Dependency & Self – Image
Perkembangan sikap “independensi” dan kepercayaan diri
(self confididence) anak amat terkait dengan perlakuan
orangtuanya. Salah satu penelitian Braumrind (Ambron,
1981) menemukan bahwa anak  yang orangtuanya
memberikan pengasuhan atau perawatan yang penuh
kehangatan, dan pemahaman serta memberikan arahan atau
tuntunan, maka anak akan memiliki rasa percaya diri (self
confidence), bersikap ramah, mempunyai tujuan yang jelas,
dan mampu mengontrol diri.
b.   Initiative vs Guilt

Perkembangan dengan initiative (inisiatif), pada tahap ini


anak sudah siap dan berkeinginan untuk belajar dan bekerja
sama dengan orang lain untuk mencapai tujuannya. Yang
berbahaya pada tahap ini adalah tidak tersalurkannya energi
yang mendorong anak untuk aktif, karena mengalami
hambatan dan kegagalan, sehingga anak
mengalami guilt (rasa bersalah). Perasaan bersalah ini
berdampak kurang baik bagi perkembangan kepribadian
anak, dia bisa menjadi nakal atau pendiam.
8.   Perkembangan Moral

Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap


moralitas terhadap kelompok sosialnya. Melalui pengalaman
berinteraksi dengan orang lain anak belajar memahami
tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik/boleh/
diterima/disetujui /buruk/tidak boleh/ditolak /disetujui.
Berdasarkan pemahamannya itu, maka pada masa ini anak
harus dilatih atau dibiasakan mengenai bagaimana dia harus
bertingkah laku.
9.   Perkembangan Kesadaran Beragama

Kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri


sebagai berikut:
a.   Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima) meskipun
banyak bertanya.
b.   Pandangan ketuhanannya
bersifat  anthropormoph (dipersonifikasikan).
c.    Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum
mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.
d.   Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut
khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf berpikirnya yang
masih bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari
sudut dirinya) (Abin Syamsuddin Makmun, 1996)
Beberapa Upaya Menfasilitasi Perkembangan Anak Usia Dini

a.   Dari segi Fisik, yaitu Kesehatan, Motorik (kasar dan halus),


Pemahaman tentang bagian dan fungsi tubuh.

1)        Mengembangkan pemahaman dan sikap positif


terhadap kondisi fisiknya;
2)        Menyediakan sarana untuk bermain atau berolahraga;
3)        Melatih olahraga dan keterampilan;
4)        Menjelaskan bagian-bagian dan fungsi tubuh;
5)        Menjelaskan keterbatasan tubuh;
6)        Mengembangkan kebiasaan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan tubuh.
b.   Dari segi intelektual, yaitu: keberbakatan atau kerativitas
daya fikir, dan daya cipta. Upaya pengembangannya:

1)        Memberi contoh mendorong anak untuk gemar membaca;


2)        Mengenalkan lingkungan atau menstimulasi anak dengan
berbagai informasi yang berada dalam lingkungannya;
3)        Mengenalkan angka, huruf, dan bangun geometri;
4)        Melatih anak untuk belajar berfikir sebab akibat;
5)        Membiasakan anak untuk berani mengungkapkan ide/ gagasan
atau mengajukan pertanyaan;
6)        Melatih problem solving artinya bertanya jawab dengan anak
tentang cara memecahkan masalah-masalah kehidupan
sehari-hari;
7)        Mendorong kemandirian anak untuk melakukan tugas atau
pekerjaannya sendiri;
8)        Mengembangkan kemampuan imajinatif atau daya cipta anak;
9)        Mengadakan program-program yang memberikan kesempatan
kepada anak untuk berkompetisi;
c.    Dari segi emosi, yaitu kecerdasan emosional.
Upaya-upayanya:

1)        Menciptakan suasana emosional yang kondusif baik


di rumah maupun di sekolah;
2)        Membicarakan tentang perasaan-perasaan baik diri
sendiri maupun orang lain;
3)        Membicarakan tentang cara menyalurkan keinginan
tanpa mengganggu perasaan orang lain;
4)        Mengembangkan sikap dan kebiasaan saling
menyayangi dengan teman;
5)        Mengembangkan sikap positif (respek) terhadap diri
sendiri dan orang lain;
6)        Menghormati pribadi anak;
7)        Memberikan penghargaan kepada anak yang
menampilkan prilaku atau prestasi yang diharapkan.
d.    Dari segi sosial, yaitu kedisiplinan, sikap toleransi, sikap
altruis (tolong-menolong), sikap kooperatif atau kolaborasi
(kebiasaan berkerjasama). Upaya-upayanya:

1)        Menyusun tata tertib;


2)        Mengembangkan sikap dan kebiasaan untuk mentaati
tata tertib dan menjelaskan alasan penerapannya;
3)        Mengembangkan sikap dan kebiasaan untuk saling
menghormati, menolong, dan menjalin persahabatan;
4)        Memberikan informasi tentang adanya keragaman
agama, budaya dan suku dalam masyarakat;
5)        Menyusun program yang melibatkan siswa dalam
kegiatan kelompok;
6)        Menerangkan tata krama atau adat istiadat.
b. Masa Pra Operasional ( 2 – 7 tahun)
- ciri khas anak menggunakan simbol yang
mewakili sesuatu konsep.
Kemampuan simbolik ini memungkinkan
anak
melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan
dengan hal-hal yang telah lewat.

Misalnya seorang anak pernah melihat dokter


praktek, maka anak akan bermain ; dokter-
dokteran.
c. Masa Konkreto Prerasional ( 7 – 11 tahun )
- anak sudah dapat melakukan berbagai
macam
tugas yang konkrit.

Anak mulai mengembangkan tiga macam


operasi berpikir :
- identifikasi : mengenali sesuatu
- negasi : mengingkari sesuatu
- reprokasi : mencari hubungan timbal-
balik antara beberapa hal
3. EMOSI

Emosi merupakan gejala perasaan disertai dengan


perubahan atau prilaku fisik, seperti ; marah dengan
teriakan suara keras atau tingkah laku yang lain.

Kecewa, senang, dan puas, merupakan gejala perasaan yang


mengandung unsur senang dan tidak senang.
4. BAHASA

Pengertian bahasa sebagai alat komunikasi dapat diartikan


sebagai tanda, gerak, dan suara untuk menyampaikan isi
pikiran kepada orang lain.

Bicara adalah bahasa suara, bahasa lisan. Dalam


pertumbuhan awal berbahasa lisan, bayi menyampaikan isi
pikiran atau perasaannya dengan tangis dan atau ocehan.
Ia menangis atau mungkin menjerit jika tidak senang atau
sakit, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai