Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH JENIS - JENIS TEORI BELAJAR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Teori Belajar dan Pembelajaran Kejuruan

DISUSUN OLEH :

Silvia Irma Devita 190631100090


Azizah Lutfiyanti Devi 190631100094
Satrio Arief .W 190631100080
Syaidin Joyo B. 190631100091

PENDIDIKAN INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERITAS TRUNOJOYO MADURA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah jenis jenis teori belajar.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami harap makalah jenis jenis teori belajar dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi bagi pembaca.

Bangkalan, 20 Agustus 2019

Penyusun

[Type text] Page 2


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................4
1.3 Tujun Penulisan ............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori Behavioristik .......................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Teori Behavioristik ............................................................................6
2.1.2 Ciri Ciri Teori Behavioristik ................................................................................7

2.2 Teori Kognitivistik .......................................................................................................7


2.2.1 Pengertian Teori Belajar Kognitivistik ................................................................7
2.2.2 Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran ..........................................8

2.3 Teori Belajar Humanistik ............................................................................................10


2.3.1 Pengertian Teori Belajar Humanistik...................................................................10
2.3.2 Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa .............13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................15
3.2 Saran ............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................16

[Type text] Page 3


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris
yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. kurangnya pemahaman akan
pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya, serta
bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.
Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang
perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas, serta
beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para guru.
Berdasarkan penelitian selama beberapa tahun terakhir, cukup jelas bagi saya (Jerome
S.Bruner), bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum itu sendiri, sangatlah minim
dibahas tentang teori pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya
terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori
perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial dan
bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada di masyarakat.
Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek
sosial dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak
memiliki tangungjawab moral.
Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran sebaiknya juga
menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya ia memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan
masyarakat sekitarnya. Akan hal itu, mari kita susun beberapa teorema yang memungkinkan,
yang mungkin akan membawa kita kepada sebuah teori pembelajaran yang baik
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Teori Belajar Behavioristik dan Ciri Ciri Beserta Pandangan Belajar
2. Bagaimana Pengertian Teori Belajar Kognitivistik dan Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam
Pembelajaran
3. Bagaimana Pengertian Teori Belajar Humanistik dan Teori Belajar Humanistik dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

[Type text] Page 4


1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Teori Belajar Behavioristik dan Ciri Ciri Beserta Pandangan
Belajar
2. Untuk Mengetahui Pengertian Teori Belajar Kognitivistik dan Implikasi Teori Kognitif Piaget
dalam Pembelajaran
3. Untuk Mengetahui Pengertian Teori Belajar Humanistik dan Teori Belajar Humanistik dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

[Type text] Page 5


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Behavioristik
2.1.1 Pengertian Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku
manusia.Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik merupakan teori belajar
memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik,
dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan
melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang
seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat,
bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan
pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respons (Slavin, 2000).Seseorang dianggap telah belajar apabila
dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah
sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respons berupa reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi
antara stimulus dan respons tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respons, oleh karena itu,
apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respons) harus
dapat diamati dan diukur (Putrayasa, 2013:42). Teori behavioristik menekankan pada
kajian ilmiah mengenai berbagai respon perilaku yang dapat diamati dan penentu
lingkungannya. Dengan kata lain, perilaku memusatkan pada interaksi dengan
lingkungannya yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-prinsip perilaku diterapkan secara
luas untuk membantu orang-orang mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik (King,
2010:15).Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah
laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.Teori belajar
behavioristik berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran
yang dikenal dengan aliran behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

[Type text] Page 6


2.1.2 Ciri Ciri Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristic melihat semua tingkah laku manusia dapat ditelusuri
dari bentuk refleks.Dalam psikologi teori belajar behavioristik disebut juga dengan teori
pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisian
lingkungan.Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. Hal ini dilihat
secara sistematis dapat diamati dengan tidak mempertimbangkan keseluruhan keadaan
mental. Menurut Ahmadi (2003:46), teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri,
yaitu. Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya,
melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan.
Pengalamanpengalaman batin di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang
dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala
perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling
sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks
adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu
yang kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada
waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah
maha kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan
pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan hati.
2.2 Teori Kognitivistik
2.2.1 Pengertian Teori Belajar Kognitivistik
Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang berhubungan
atau melibatkan kognisi, atau berdasarkan pengetahuan faktual yang empiris.2 Dalam
pekembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah
psikologi, baik psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan. Dalam psikologi,
kognitif mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental
manusia yang berhubungan dengan masalah pengertian, pemahaman, perhatian,
menyangka, mempertimbangkan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, membayangkan, memperkirakan, berpikir, keyakinan dan sebaganya. 3
Dalam istilah pendidikan, kognitif disefinisikan sebagai satu teori di antara teori-teori
belajar yang memahami bahwa belajar merupakan pengorganisasian aspek-aspek kognitif
dan persepsi untuk memperoleh pemahaman.4 Dalam teori kognitif, tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan. Perubahan tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh proses belajar

[Type text] Page 7


dan berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.5 Teori belajar kognitif
merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar. Teori kognitf pada awalnya dikemukakan oleh Dewwy, dilanjutkan oleh Jean
Piaget, Kohlberg, Damon, Mosher, Perry dan lain-lain,6 yang membicarakan tentang
perkembangan kognitif dalam kaitannya dengan belajar. Kemudian dilanjutkan oleh
Jerome Bruner, David Asubel, Chr. Von Ehrenfels Koffka, Kohler, Wertheimer dan
sebagainya.7 Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antar
stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks. Belajar melibatkan prinsip-prinsip dasar psikologi, yaitu belajar aktif,
belajar lewat interaksi sosial dan lewat pengalaman sendiri. Teori belajar kognitif muncul
dilatarbelakangi oleh ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-
penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar, sebagaimana dikemukakan oleh teori
Behavior, yang menekankan pada hubungan stimulus-responsreinforcement. Munculnya
teori kognitif merupakan wujud nyata dari kritik terhadap teori Behavior yang dianggap
terlalu naïf, sederhana, tidak masuk akal dan sulit dipertanggungjawabkan secara
psikologis.8 Menurut paham kognitif, tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh
reward (ganjaran) dan reinforcement (penguatan). Tingkahlaku seseorang senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan untuk mengenal atau memikirkan situasi di mana
tingkahlaku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu
dan memperoleh pemahaman atau insight untuk pemecahan masalah. Paham kognitifis
berpandangan bahwa, tingkahlaku seseorang sangat tergantung pada pemahaman atau
insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi.9 Menurut teori
kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi
yang berkesinambungan dengan lingkungan.10 Proses ini tidak berjalan secara terpisah-
pisah, tetapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung dan menyeluruh. Ibarat
seseorang yang memainkan alat musik, orang tidak akan bisa alat memainkan musik
tanpa memahami terlebih not-not balok yang terpampang pada portitur sebagai informasi
yang saling lepas dan berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan yang secara utuh masuk
pikiran dan perasaannya. Dalam praktik, teori ini terwujud dalam “tahap-tahap
perkembangan“ yang diusulkan oleh Jean Piaget, “belajar bermakna” oleh Ausubel, dan
“belajar penemuan” (Discovery Learning) oleh Jerome Bruner, belajar pemahaman
(insight) dan sebagainya. Kesemuanya itu akan dibahas dalam makalah ini dengan
menggunakan pendekatan library research dengan teknik study dokumentasi. Maksudnya
adalah data berkaitan dengan teori kognitif dikumpulkan dari buku-buku, jurnal dan

[Type text] Page 8


karya iilmiah dan sebagainya. Kemudian dianalisis dengan pendekatan reflektif thinking,
yaitu kombinasi antara pendekatan induksi dan deduksi.
2.2.2 Implikasi Teori Kognitif Piaget dalam Pembelajaran
Ada beberapa hal penting yang diambil terkait teori kognitif sebagaimana
dikemukakan oleh Piaget, diantaranya adalah :
a). Individu dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri Yang menjadi titik
pusat dari teori belajar kognitif Piaget ialah individu mampu mengalami kemajuan
tingkat perkembangan kognitif atau pengetahuan ke tingkat yang lebih tinggi. Maksudnya
adalah pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu dapat dibentuk dan dikembangkan
oleh individu sendiri melalui interaksi dengan lingkungan yang terus-menerus dan selalu
berubah. Dalam berinteraksi dengan lingkungan tersebut, individu mampu beradaptasi
dan mengorganisasikan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan dalam struktur
kognitifnya, pengetahuan, wawasan dan pemahamannya semakin berkembang. Atau
dengan kata lain, individu dapat pintar dengan belajar sendiri dari lingkungannya.
Walaupun demikian, pengetahuan yang diperoleh individu melalui interaksi dengan
lingkungan, adakalanya tidak persis sama dengan apa yang diperoleh dari lingkungan itu.
Individu mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri, mampu memodivikasi
pengalaman yang diperoleh dari lingkungan, sehingga melahirkan pengetahuan atau
temuantemuan baru. Hal ini terbukti banyak ilmuwan yang menghasilkan temuan-temuan
baru yang selama ini tidak dipelajari di bangku sekolah. Oleh karena itu, proses
pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge, tetapi juga bagaimana
merangsang struktur kognitif inadividu sehingga mampu melahirkan pengetahuan dan
temuan-temuan baru.
b). Individualisasi dalam pembelajaran Dalam proses pembelajaran, perlakuan
terhadap individu harus didasarkan pada perkembangan kognitifnya. Atau dengan kata
lain, dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
individu. Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif peserta didik. Hal ini disebabkan karena setiap tahap perkembangan kognitif
memiliki karakteristik berbeda-beda. Susunan saraf seorang akan semakin kompleks
seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini memungkinkan kemampuannya semakin
meningkat. Oleh karena itu, dalam proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan
tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Penjenjangan ini bersifat hirarki,
yaitu melalui tahap-tahap tertentu sesuai dengan umurnya. Seseorang tidak dapat
mempelajari sesuatu yang di luar kemampuan kognitifnya.42 Tingkat perkembangan

[Type text] Page 9


peserta didik harus dijadikan dasar pertimbangan guru dalam menyusun struktur dan
urutan mata pelajaran di dalam kurikulum. Hunt (dalam Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono) mempraktekkan di dalam program pendidikan TK yang menekankan pada
perkembangan sensorimotoris dan praoperasional. Misalnya: belajar menggambar,
mengenal benda, menghitung dan sebagainya. Seorang guru yang bila tidak
memperhatikan tahapan-tahapan perkembangan kognitif, maka akan cenderung
menyulitkan siswa. Contoh lain, mengajarkan konsep-konsep abstrak tentang shalat
kepada sekelompok siswa kelas dua SD, tanpa adanya usaha untuk mengkongkretkan
konsep-konsep tersebut, tidak hanya sia-sia, tetapi justru akan lebih membingungkan
siswa. Dalam proses pembelajaran juga harus memperhatikan tingkat perkembangan
peserta didik. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu dalam proses pembelajaran, guru harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.
2.3 Teori Belajar Humanistik
2.3.1 Pengertian Teori Belajar Humanistik
Teori Belajar Humanistik Pada dasarnya kata “humanistik” merupakan suatu
istilah yang mempunyai banyak makna sesuai dengan konteksnya. Misalnya, humanistik
dalam wacana keagamaan berarti tidak percaya adanya unsur supranatural atau nilai
transendental serta keyakinan manusia tentang kemajuan melalui ilmu dan penalaran. Di
sisi lain humanistik berarti minat terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang tidak bersifat
ketuhanan. Sedangkan humanistik dalam tataran akademik tertuju pada pengetahuan
tentang budaya manusia, seperti studi-studi klasik mengenai kebudayaan Yunani dan
Roma (Roberts, 1975). Pendidikan humanistik sebagai sebuah nama pemikiran/teori
pendidikan dimaksudkan sebagai pendidikan yang menjadikan humanisme sebagai
pendekatan. Dalam istilah/nama pendidikan humanistik, kata “humanistik” pada
hakikatnya adalah kata sifat yang merupakan sebuah pendekatan dalam pendidikan
(Mulkhan, 2002). Teori pendidikan humanistik yang muncul pada tahun 1970-an bertolak
dari tiga teori filsafat, yaitu: pragmatisme, progresivisme dan eksistensisalisme. Ide
utama pragmatisme dalam pendidikan adalah memelihara keberlangsungan pengetahuan
dengan aktivitas yang dengan sengaja mengubah lingkungan (Dewey, 1966).
Progresivisme menekankan kebebasan aktualisasi diri supaya kreatif sehingga menuntut
lingkungan belajar yang demokratis dalam menentukan kebijakannya. Kalangan
progresivis berjuang untuk mewujudkan pendidikan yang lebih bermakna bagi kelompok
sosial. Progresivisme menekankan terpenuhi kebutuhan dan kepentingan anak. Anak

[Type text] Page 10


harus aktif membangun pengalaman kehidupan. Belajar tidak hanya dari buku dan guru,
tetapi juga dari pengalaman kehidupan. Pengaruh terakhir munculnya pendidikan
humanistik adalah eksistensialisme yang pilar utamanya adalah invidualisme. Kaum
eksistensialis memandang sistem pendidikan yang ada itu dinilai membahayakan karena
tidak mengembangkan individualitas dan kreativitas anak. Sistem pendidikan tersebut
hanya mengantarkan mereka bersikap konsumeristik, menjadi penggerak mesin produksi,
dan birokrat modern. Kebebasan manusia merupakan tekanan para eksistensialis
(Noddings, 1998). Pemikiran pendidikan ini mengantarkan pandangan bahwa anak
adalah individu yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga muncul keinginan
belajar. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa eksistensialisme adalah suatu
humanisme (Scruton, 1984). Teori humanistik berasumsi bahwa teori belajar apapun baik
dan dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pemcapaian
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang belajar secara optimal (Assegaf,
2011). Penuturan Knight tentang humanistic ialah “Central to the humanistic movement
in education has been a desire to create learning environment where children would be
free from intense competition, harsh discipline, and the fear of filure”. Hal mendasar
dalam pendidikan humanistik adalah keinginan untuk mewujudkan lingkungan belajar
yang menjadikan peserta didik terbebas dari kompetisi yang hebat, kedisiplinan yang
tinggi, dan ketakutan gagal. Freire mengatakan; “Tidak ada dimensi humanistik dalam
penindasan, juga tidak ada proses humanisasi dalam liberalisme yang kaku” (Freire,
2002). Prinsip-prinsip pendidik humanistik: (1) Siswa harus dapat memilih apa yang
mereka ingin pelajari. Guru humanistik percaya bahwa siswa akan termotivasi untuk
mengkaji materi bahan ajar jika terkait dengan kebutuhan dan keinginannya. (2) Tujuan
pendidikan harus mendorong keinginan siswa untuk belajar dan mengajar mereka tentang
cara belajar. Siswa harus termotivasi dan merangsang diri pribadi untuk belajar sendiri.
(3) Pendidik humanistik percaya bahwa nilai tidak relevan dan hanya evaluasi belajar diri
yang bermakna. (4) Pendidik humanistik percaya bahwa, baik perasaan maupun
pengetahuan, sangat penting dalam sebuah proses belajar dan tidak memisahkan domain
kognitif dan afektif. (5) Pendidik humanistik menekankan pentingnya siswa terhindar
dari tekanan lingkungan, sehingga mereka akan merasa aman untuk belajar. Dengan
merasa aman, akan lebih mudah dan bermakna proses belajar yang dilalui. Prinsip-prinsip
belajar yaitu: (1) Belajar dimulai dari suatu keseluruhan, kemudian baru menuju bagian-
bagian. (2) Keseluruhan memberi makna pada bagian-bagian. (3) Belajar adalah
penyesuaian diri terhadap lingkungan. (4) Belajar akan berhasil apabila tercapai

[Type text] Page 11


kematangan untuk memperoleh pengertian. (5) Belajar akan berhasil bila ada tujuan yang
berarti individu. (6) Dalam proses belajar itu, individu merupakan organisme yang aktif,
bukan bejana yang harus diisi oleh orang lain (Sobur 2003). Pembelajaran humanistik
memandang siswa sebagai subjek yang bebas untuk menentukan arah hidupnya. Siswa
diarahkan untuk dapat bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup
orang lain. Beberapa pendekatan yang layak digunakan dalam metode ini adalah
pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif. Pendekatan dialogis mengajak siswa untuk
berpikir bersama secara kritis dan kreatif. Guru tidak bertindak sebagai guru yang hanya
memberikan asupan materi yang dibutuhkan siswa secara keseluruhan, namun guru
hanya berperan sebagai fasilitator dan partner dialog (Arbayah, 2013). Pembelajaran
humanistik memandang manusia sebagai subyek yang bebas merdeka untuk menentukan
arah hidupnya. Manusia bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas
hidup orang lain. Pendidikan yang humanistik menekankan bahwa pendidikan pertama-
tama dan yang utama adalah bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara
pribadipribadi dan antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini
berkembang dengan pesat dan menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi oleh
cinta kasih antar mereka. Pribadi-pribadi hanya berkembang secara optimal dan relatif
tanpa hambatan jika berada dalam suasana yang penuh cinta, hati yang penuh pengertian
(understanding heart) serta relasi pribadi yang efektif (personal relationship) (Arbayah,
2013). Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaikbaiknya. Teori belajar ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya
(Arbayah, 2013). Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik.
Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa
mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang
Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu
physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan
rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa
memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan
akan aktualisasi diri). Sehingga pendidikan humanistik haruslah pendidikan yang
mencakup lima kebutuhan tersebut (Arbayah, 2013) Carl Rogers adalah seorang psikolog
humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka

[Type text] Page 12


(antara klien dan terapis) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah
kehidupannya. Carl Rogers menyakini bahwa berbagai masukan yang ada pada diri
seseorang tentang dunianya sesuai dengan pengalaman pribadinya. Masukan-masukan ini
mengarahkannya secara mutlak ke arah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dirinya
(Arbayah, 2013). Beberapa model pembelajaran humanistik: (1) Humanizing of the
classroom, model ini bertumpu pada tiga hal, yakni menyadari diri sebagai suatu proses
pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri,
dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran. (2) Active learning, merupakan strategi
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai
informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas,
sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan
kompetensinya. Selain itu, belajar aktif juga memungkinkan peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai
baru yang diambil dari hasil analisis mereka sendiri (Baharun, 2015). (3) Quantum
learning, merupakan cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan
inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum
learning mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan
emosinya secarabaik, maka mereka akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak
bisa terduga sebelumnya dengan hasil mendapatkan prestasi bagus. (4) The accelerated
learning, merupakan pembelajaran yang berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan
memuaskan. Dalam model ini, guru diharapkan mampu mengelola kelas menggunakan
pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI) (Arbayah, 2013). Konsep
utama dari pemikiran pendidikan humanistik menurut Mangunwijaya adalah
menghormati harkat dan martabat manusia (Mangunwijaya, 2001). Konsep ini senada
dengan pandangan Mazhab Kritis bahwa pendidikan dimaknai lebih dari sekedar
persoalan penguasaan teknik-teknik dasar yang diperlukan dalam masyarakat industri
tetapi juga dioerientasikan untuk lebih menaruh perhatian pada isu-isu fundamental dan
esensial, seperti meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan, menyiapkan manusia
untuk hidup di dan bersama dunia, dan mengubah sistem sosial dengan berpihak kepada
kaum marjinal (Nuryatno, 2008).
2.3.2 Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Hakikat pendidikan adalah mengembangkan harkat dan martabat manusia (human
dignity) atau memperlakukan manusia sebagai humanizing human sehingga menjadi
manusia yang sesungguhnya (Mastuhu, 2003). Pendidikan dan pembelajaran di sekolah

[Type text] Page 13


selama ini dinilai kurang demokratis. Kurangnya ruang bagi peserta didik untuk
berimajinasi dan berkreasi menunjukkan eksistensinya dengan perspektif mereka sendiri
menunjukkan hal itu. Padahal, kreativitas dan kemampuan berpikir kritis merupakan
kecakapan yang menjadi modal anak agar mampu menghadapi tantangan dan lebih
kompetitif (Arbayah, 2013). Belajar adalah perubahan struktur mental individu yang
memberikan untuk menunjukkan perubahan perilaku (learning is a change in a person’s
mental structure that provides the capacity to demonstrate change in behaviour)
(Syarifuddin, 2011).

[Type text] Page 14


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Teori belajar merupakan
landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk
belajar. Oleh karena itu dengan adanya teori-teori belajar maka akan memberikan
kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan
dilaksanakan dan akan membantu peserta didik dalam belajar.
Ada beberapa macam teori belajar yang muncul di dalam masa perkembangan
psikologi pendidikan, diantaranya yaitu:
1. Teori Belajar Behavioristik
2. Teori Belajar Kognitif
3. Teori Belajar Humanistik
3.2 Saran
Dengan memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan
pengajaran, pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan
peserta didik yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

[Type text] Page 15


DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/viewFile/94/94
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik/article/download/17/17

https://journal.staincurup.ac.id/index.php/JBK/article/download/331/pdf

[Type text] Page 16

Anda mungkin juga menyukai