Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bahasa adalah alat pertama dan utama yang memanusiakan manusia. Bahasa adalah
sebuah bentuk budaya dasar yang dihasilkan oleh manusia dan untuk memanusiakan manusia
pada setiap generasi dalam suatu masyarakat bahasa. Di samping itu, bahasa dikatakan sebagai
budaya dasar karena menjadi alat utama pembentuk berbagai wujud dan jenis budaya lain.
Dengan demikian, perbedaan bahasa menjadi penanda permukaan adanya perbedaan sistem dan
pola budaya. Lebih lanjut dapat dikatakan pula bahwa perbedaan sistem dan pola budaya
menjadi penanda perbedaan karakteristik, sifat, atau watak suatu masyarakat bahasa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Metode Tata bahasa (Gramatika)

2. Metode Terjemah (Translation)

3. Metode Gramatikal-Terjemah (Grammatical Translation)

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Seorang calon guru bahasa yang baik, kita harus memiliki dan menguasai sejumlah
pendekatan, metode-metode, atau strategi pembelajaran. Dan kita juga mampu menguasai
gramatika dengan baik dan benar.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Tata Bahasa (Gramatikal)

Metode tata bahasa yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan menghafal aturan-
aturan atau kaidah-kaidah tata bahasa arab yang mencakup nahwu sharaf. Metode ini juga sering
disebut dengan metode tradisional (Tariqoh Intiqaiyyah). Dan metode tata bahasa ini sangat kuat
berpegang pada disiplin mental dan pengembangan intelektual.

Ada beberapa ciri utama yang dimiliki metode ini. Pertama, menitik beratkan keterampilan
membaca, menulis, dan terjemah. Tetapi kurang memperhatikan keterampilan membaca. Kedua,
menggunakan bahasa ibu siswa sebagai bahasa pengatar dalam PBM. Dengan kata lain, metode
ini menggunakan penerjemahan sebagai strategi utama dalam mengajar. Ketiga, memperhatikan
sisi gramatikal sebagai sarana pembelajaran bahasa asing. Keempat, guru sering kali
memfokuskan analisis gramatikal/ tata bahasa pada kalimat-kalimat bahasa yang dipelajari.[1]

Kelebihan dari metode gramatikal adalah sebagai berkut:

1) Siswa terbiasa menghafal kaidah-kaidah tata bahasa asing yang sangat diperlukan untuk
mampu bercakap-cakap dalam bahasa asing yang benar, dan mampu menulis dengan
betul.

2) Melatih mental disiplin dan ulet dalam mempelajari bahasa.

3) Bagi guru tidak terlalu sulit menerangkan metode ini, karena kemampuan percakapan
tidak diutamakan, dengan kata lain guru asalkan ia menguasai gramatika/ tata bahasa
yang baik maka pengajaran dapat dilaksanakan.[2]

Adapun kekurangan gramatikal adalah sebagai berikut:

2
1) Secara didaktis dan psikologis, metode ini bertentangan dengan kenyataan. Bahwa
penguasaan bahasa seseorang tidaklah didahului dengan pengajaran gramatika/ tata
bahasa terlebih dahulu, tetapi melalui peniruan ucapan/ percakapan.

2) Penguasaan gramatika/ tata bahasa tidak dengan sendirinya menguasai percakapan. Oleh
sebab itu anak didik menjadi pasif, bertahun-tahun bahkan lebih dari 10 tahun belajar
bahasa asing (Arab dan Inggris) tak bisa juga.

3) Dapat membosankan/ jenuh terutama apabila guru tidak dapat menyajikan pelajaran
secara baik dan menarik bagi siswa.

B. Metode Terjemah (Translation)

Metode terjemah yaitu metode menerjemahkan dengan kata lain menyajikan pelajaran
dengan menerjemahkan buku-buku bacaan berbahasa asing ke dalam bahasa sehari-hari, dan
buku bacaan tersebut tentunya telah direncanakan sebelumnya.[3]

Pada umumnya paling tidak, ada 3 syarat yang harus dimiliki jika ingin menjadi penerjemah
yang baik dan berbobot yaitu:

a. Menguasai gramatika (kaidah-kaidah tata bahasa) dan kaidah-kaidah menerjemahkan.

b. Kaya pembendaharaan kata-kata (vocabulary).

c. Memiliki pengetahuan sosial dan wawasan luas.[4]

Metode terjemah ini berisi praktik penerjemahan naskah-naskah, dari yang mudah sampai
yag sulit. Salah satu variasi dari metode terjemahan ialah metode terjemahan harfiah. Dalam
metode terjemahan harfiah ini dilakukan sekaligus terjemahan dari kata ke kata dan terjemahan
idiomatik atau terjemahan ungkapan-ungkapan.

Sebagaimana metode tata bahasa, metode terjemah dapat diajarkan dalam kelas yang besar
atau kecil, jumlah jam pengajaran tidak ditentukan: boleh banyak boleh sedikit, tergantung pada
tujuan dan pengelolaan.

3
Langkah-langkah pelaksanaan metode Translation (menerjemahkan) ini dapat dilakukan
dengan cara guru menunjuk/ menentukan bahan-bahan bacaan yang akan diterjemahkan itu
kepada siswa/ anak didik dan menetapkan pula pokok-pokok/ seri-seri pelajaran yang akan
dipelajari (diterjemahkan). Kalau sudah diketahui bersama oleh siswa topik yang akan
diterjemahkan itu, langkah berikutnya guru memulai membuka seri pertama pelajaran baru itu
dan menerjemahkannya.Pada tingkat-tingkat dasar sebaik-baiknya siswa terlebih dahulu
diperkenalkan dengan/ diajarkan kaidah-kaidah (aturan-aturan) dalam menerjemahkan. Jangan
langsung menerjemahkan, namun setelah pengetahuan dasar menerjemahkan ini telah dimiliki/
dikuasai siswa barulah pelajaran menerjemahkan dapat dimulai.[5]

C. Metode Gramatikal-Terjemah (Grammatical Translation)

Metode ini merupakan metode pembelajaran bahasa asing yang lebih dulu telah
berkembang. Dari namanya bisa kita pahami bahwa dalam penerapannya metode ini banyak
menekankan pada penggunaan gramatika (tata bahasa) dan praktik penerjemahan dari bahasa dan
ke dalam bahasa sasaran. Metode ini bahkan harus kita akui sebagai metode yang paling populer
digunakan dalam pembelajaran bahasa Asing baik di sekolah, pesantren maupun di perguruan
tinggi.[6]

Metode ini merupakan gabungan antara metode gramatika dengan metode menerjemah
(translation). Metode ini dapat dibilang ideal daripada salah satu metode gramatika atau
translation. Karena kelemahan dari salah satu atau keduanya dari metode tersebut (gramatika dan
terjemah) telah sama-sama saling menutupi dan melengkapi (jadi kedua-duanya dilakukan
bersama-sama, serentak) artinya materi gramatika (tata bahasa) terlebih dahulu diajarkan dan
kemudian pelajaran menerjemah, pelaksanaannya sejalan.[7]

Penerapan metode ini, guru memulai dengan mengajarkan gramatika/ kaidah-kaidah bahasa
asing (misalnya mengenai al asma, al af’al, dan al huruf). Barulah kemudian mengajarkan
pelajaran terjemahan.

Dalam praktiknya metode gramatika-terjemah (tata bahasa dan terjemah) mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:

4
1) Pertama-tama para siswa mempelajari kaidah-kaidah gramatika (tata bahasa) dan
daftar kosa kata bahasa yang berkaitan erat dengan bahan bacaan pada pelajaran yang
bersangkutan. Tata bahasa dipelajari secara deduktif dengan bantuan penjelasan-
penjelasan yang panjang serta terperinci.

2) Setelah kaidah-kaidah dan kosa kata dipelajari, maka petunjuk-petunjuk bagi


penerjemahan latihan-latihan yang mengikuti penjelasan-penjelasan ketatabahasaan pun
diberikan.

3) Pemahaman-pemahaman akan kaidah-kaidah dan bahan bacaan pun diuji melelui


terjemahan. Para siswa/ anak didik dapat dikatakan telah dapat mempelajari bahasa
tersebut kalau mereka dapat menerjemahkan paragraf-paragraf atau bagian-bagian prosa
dengan baik.

4) Bahasa asli/ bahasa ibu dan bahasa sasaran dibandingkan secara konstan. Tujuan
pembelajaran adalah untuk mengalihkan bahasa sasaran ke bahasa ibu, dan sebaliknya,
dengan menggunakan kamus jika diperlukan.

5) Memang sedikit kesempatan untuk praktik/ latihan menyimak dan berbicara selama
penggunaan metode ini, karena lebih memusatkan perhatian pada latihan-latihan
membaca dan terjemahan. Kebanyakan waktu di kelas digunakan untuk membicarakan
mengenai bahasa, dan sedikit waktu yang tersedia untuk menggunakan (berbicara di
dalam dan dengan ) bahasa yang dipelajari.

Kelebihan metode Gramatika-Terjemah adalah sebagai berikut:

1) Tanpa disadari siswa/ peserta didik memperoleh pengetahuan dari keduanya (grammar
dan translation) dengan pengetahuan menjadi utuh.

2) Meskipun belum dengan sendirinya siswa dapat aktif/ lancar bercakap-cakap dalam
berkomunikasi bahasa asing, tapi siswa paling tidak dapat berbahasa pasif, artinya dapat

5
membaca dan menerjemahkan buku-buku bacaan, buletin, brosur, koran, majalah-
majalah serta buku-buku ilmiah lainnya yang berbahasa asing.[8]

Adapun kekurangan metode Gramatika-Terjemah adalah sebagai berikut:

· Pengajar hanya dapat menyusun/ membimbing siswa terampil berbahasa pasif. Sedangkan
opengertian utama dari berbahasa adalah berbicara lisan atau bercakap-cakap/ berdialog.

· Secara linguistik dibutuhkan guru yang terlatih.

· Tidak sesuai bagi orang yang tuna aksara, misalnya anak kecil atau imigran tertentu, sedikit
sekali bahasa yang digunakan bagi komunikasi antar pribadi, kesempatan bagi pengemukaan
tuturan atau ujaran spontan sangat terbatas.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ada beberapa ciri utama yang dimiliki metode Gramatika:

 Menitik beratkan keterampilan membaca, menulis, dan terjemah. Tetapi kurang


memperhatikan keterampilan membaca.

 Menggunakan bahasa ibu siswa sebagai bahasa pengatar dalam PBM. Dengan kata
lain, metode ini menggunakan penerjemahan sebagai strategi utama dalam
mengajar.

 memperhatikan sisi gramatikal sebagai sarana pembelajaran bahasa asing.


Keempat, guru sering kali memfokuskan analisis gramatikal/ tata bahasa pada
kalimat-kalimat bahasa yang dipelajari.

2. Tiga syarat yang harus dimiliki jika ingin menjadi penerjemah yang baik dan berbobot
yaitu:

 Menguasai gramatika (kaidah-kaidah tata bahasa) dan kaidah-kaidah


menerjemahkan.

 Kaya pembendaharaan kata-kata (vocabulary).

 Memiliki pengetahuan sosial dan wawasan luas.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ali Al-Khuli, Muhammad. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta, 2010

Izzan, Ahmad. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora, 2009.

Hamid, Abduul, Baharuddin, Uril dan Mustofa, Bisri. Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan,
Metode, Strategi, Materi dan Media. Malang: UIN-Malang, 2008.

Tayar Yusuf. Metodologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995

Anda mungkin juga menyukai