Anda di halaman 1dari 19

BAHAN AJAR BERBASIS KEARIFAN LOKAL DENGAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN PPKn TEMA 3 KELAS VI


SEKOLAH DASAR

DOSEN PENGAMPU : FERIYANSYAH, SPd., M.Pd.


MATA KULIAH : PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN
MEDIA PKN DI SD
KELAS : I EKSTENSI 2019

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

DARMAWATY ANDREANI NADEAK (1193311109)


WULAN TAHNIA SARI (1193311108)
VERYAMAN SINAGA (1193311085)
KARENINA SITANGGANG (1193311092)
SITI NURHALIZAH (1193311105)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN–UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 4
1.4 Manfaat...................................................................................................................... 4
BAB 2. GAMBARAN UMUM PESERTA DIDIK ............................................................. 5
2.1 Sasaran ...................................................................................................................... 5
2.2 Kondisi Sosial Sasaran .............................................................................................. 5
2.3 Permasalahan Yang Dihadapi Peserta Didik ............................................................. 5
BAB 3. METODE PELAKSANAAN ................................................................................... 9
3.1 Tahap Perencanaan .................................................................................................... 9
3.2 Tahap Persiapan ........................................................................................................ 9
3.3 Tahap Pelaksanaan .................................................................................................. 13
3.4 Tahap Evaluasi ........................................................................................................ 13
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN................................................................... 14
4.1 Anggaran Biaya ....................................................................................................... 14
4.2 Jadwal Kegiatan ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 17

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kurikulum adalah suatu alat dalam proses perencanaan dan pengaturan dalam kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Kemendikbud (2013:6)
“Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan dan bertindak”. Menurut Rahmi Edwar, kurikulum
merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi dalam mutu pembelajaran yang
berkualitas. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang berkualitas, perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum selalu dilakukan secara berkelanjutan seiring dengan tuntutan
kebutuhan dan kondisi pendidikan.(Edwar, 2019). Menurut Prof. Drs. H. Darkir, Menyatakan
bahwa kurikulum merupakan alat mencapai tujuan pendidikan. Jadi kurikulum, ialah program
pendidikan dan bukan program pengajaran, sehingga program itu direncanakan dan dirancang
sebagai bahan ajar dan juga pengalaman belajar.
Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan ajar yang digunakan untuk
membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar
yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (Dwi cahyono,
2014). Bahan ajar itu sangat unik dan spesifik. Unik, artinya bahan ajar tersebut hanya dapat
digunakan untuk audiens tertentu dalam suatu proses pembelajaran tertentu. Spesifik artinya
isi bahan ajar tersebut dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai tujuan tertentu dari
audiens tertentu (Nuryasana & Desiningrum, 2020). Bahan ajar adalah seperangkat materi yang
disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta suatu
lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar. Melihat penjelasan di atas, dapat
kita ketahui bahwa peran seorang guru dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar
sangatlah menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar.
Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis
yang memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri dan dirancang sesuai kurikulum yang
berlaku. Dapat disimpulkan bahwa bahan ajar sangat penting untuk kita terapkan dalam proses
pembelajaran, dengan menggunakan bahan ajar dapat membuat pendidik lebih terbantu dalam
menerangkan sebuah materi pada siswa dengan kompotensi dasar yang sudah diatur di
dalamnya.

1
Globalisasi secara nyata telah menggeser nilai-nilai budaya lokal asli Indonesia.Nilai
budaya asing yang berkembang begitu pesat di dalam kehidupan masyarakat sehingga
berdampak luas pada keseimbangan lingkungan.Sebagian dari kehidupan masyarakat masih
kokoh mempertahankan tradisi, berbeda dengan masyarakat yang mengalami pergeseran nilai-
nilai.Realita pergeseran nilai-nilai budaya, mengakibatkan nilai-nilai budaya lokal terlupakan.
Seiring perkembangan zaman, eksistensi budaya dan nilai-nilai budaya yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia sampai saat ini belum optimal dalam upaya membangun karakter warga
negara, fenomena sosial yang muncul akhir-akhir ini cukup mengkhawatirkan, fenomena
kekerasan dalam menyelesaikan masalah, meningkatnya perilaku merusak diri, seperti
narkoba, alkohol dan seks bebas, menurunnya perilaku sopan santun, menurunnya perilaku
kejujuran, menurunnya rasa kebersamaan, dan menurunnya rasa gotong royong di antara
anggota masyarakat. Sustrino mengatakan bahwa “The teaching materials used in student
books are still on a national scale and are very limited in bringing out the repertoire of local
wisdom from an area. Practically with the existing conditions and realities, Civics learning is
getting further away from the values of local wisdom in the learning environment of students.
Teachers are required to be able to develop learning materials by the potential and
characteristics of students by developing various appropriate teaching materials (Bahan ajar
yang digunakan dalam buku siswa masih dalam skala nasional dan sangat terbatas dalam
memunculkan khasanah kearifan lokal dari suatu daerah. Praktis dengan kondisi dan kenyataan
yang ada, pembelajaran PKn semakin jauh dari nilai-nilai kearifan lokal di lingkungan belajar
siswa. Guru dituntut untuk dapat mengembangkan bahan ajar sesuai dengan potensi dan
karakteristik peserta didik dengan mengembangkan berbagai bahan ajar yang sesuai)”
(Sutrisno, Sarmin, & Setyowati, 2021).
Adapun permasalahan bahan ajar yang ada di sekolah dasar, pertama yaitu dalam proses
pembelajaran di kelas guru masih terbiasa menggunakan buku yang tersedia dari sekolah, hal
ini terjadi karena guru belum terbiasa mengembangkan materi pembelajaran sendiri yang mana
hal ini berdampak pada pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi. Seringnya bahan
ajar yang bersifat textbook centre (berpusat pada buku pelajaran) membuat siswa merasa jenuh,
bosan, ataupun monoton dalam belajar.

2
Selain itu sumber belajar sangat kurang untuk dimiliki setiap siswa, hal ini disebabkan
guru yang kurang kreatif dalam mencari maupun membuat bahan ajar. Kedua, guru belum
terbiasa melibatkan peserta didik dalam setiap pembelajaran sehingga peserta didik tidak
terlibat aktif dan terbiasa hanya menerima pembelajaran dari guru. Ketiga, guru belum
menggunakan model atau pendekatan yang tepat dalam pembelajaran sehingga belum
membawa hasil yang sesuai dengan harapan.
Sutrisno mengatakan bahwa (Masih banyak guru yang belum mampu mengembangkan
bahan ajar berdasarkan kondisi lingkungan sosial budaya siswanya.Banyak siswa yang masih
beranggapan bahwa pembelajaran PKn tidak menarik, monoton, dan tidak variatif untuk
dipelajari.Untuk itu, kami mengupayakan dengan hadirnya bahan ajar modul berbasis kearifan
lokal, yang diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk menumbuhkan semangat
belajar siswa. Kearifan lokal berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa
akan mudah memahaminya. Pengembangan modul pembelajaran berbasis kearifan lokal
diharapkan dapat merangsang siswa dalam proses pembelajaran terkait dengan keragaman
sosial budaya kota Surabaya).
Dengan demikian yang dapat disimpulkan dari permasalahan diatas yaitu bahwa kearifan
lokal kita semakin menurun di akibatkan adanya perkembangan zaman, dengan adanya
globalisasi banyak budaya asing yang masuk ke indonesia sehingga menggeser budaya-budaya
yang turun temurun dan kurangnya pembelajaran dari sekolah yang mengajarkan tentang
mengenalkan budaya-budaya yang ada diindonesia yang diakibatkan bahwa guru dalam proses
pembelajaran tidak memiliki bahan ajar tersendiri, melainkan menggunakan bahan ajar yang
berupa buku paket yang di sediakan oleh sekolah, guru juga kurang kreatif dalam
mengembangkan suatu bahan ajar sehingga membuat siswa merasa bosan dalam belajar.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian pengembangan dengan judul: “Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal Dengan
Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas VI Sekolah Dasar”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Bagaimanakah bahan ajar berbasis kearifan lokal dengan menggunaan
pendekatan saintifik pada mata pelajaran PPKn Tema 3 kelas VI sekolah dasar ?

3
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan penelitian
pengembangan ini adalah: Menghasilkan bahan ajar yang berbasis kearifan lokal yang
berorientasi pada pengembangan bahan ajar tematik terpadu menggunakan pendekatan
saintifik pada mata pelajaran PPKn Tema 3 kelas VI Sedkolah Dasar.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, bermanfaat sebagai penambah pengetahuan dan wawasan serta bekal
untuk digunakan dalam proses pembelajaran jika menjadi seorang guru.
2. Bagi sekolah yang menerapkan pembelajaran tematik terpadu agar mencoba untuk
menggunakan bahan ajar yang telah kami kembangkan.
3. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai alat proses pembelajaran dalam mengajar peserta
didik di kelas VI Sekolah Dasar.
4. Sebagai peserta didik, bermanfaat untuk menambah wawasan bagi peserta didik dalam
mengetahui budaya kearifan lokal yang ada di indonesia, dan dapat digunakan untuk
mencapai suatu proses pembelajaran dengan baik bagi peserta didik kelas VI Sekolah
Dasar.

4
BAB II
GAMBARAN UMUM PESERTA DIDIK

2.1. Sasaran
Sasaran pada pengembangan bahan ajar ini ialah peserta didik kelas VI dimana
karakteristik pada masa kelas tinggi Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari,
Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.

2.2. Kondisi Sosial Sasaran


Globalisasi sudah menjadi tuntutan untuk semua masyarakat dunia, yang diantaranya
para peserta didik disekolah dasar. Banyak siswa disekolah dasar yang sudah mampu
menggunakan handphone, computer, dan teknologi canggih lainnya. Perkembangan yang serba
cepat ini tentu akan berdampak pada prilaku siswa seharihari. Guru harus mampu menyiapkan
siswa menjadi manusia yang berkarakter unggul dengan sesuai dengan budaya dan nilai-nilai
luhur yang sudah diwariskan kepada kita semua. Era global berdampak pada perilaku peserta
didik kelas VI dimana murid lebih suka game online daripada belajar adanya peningkatan
kenakalan anak, dan murid kurang memiliki karakter sesuai nilai budaya bangsa Indonesia lalu
peserta didik juga masih membeda-bedakan teman dalam bergaul, mengejek teman, suka
berkelahi dengan temannya yang lain Berdasarkan dari latar belakang tersebut di atas, maka
diperlukan suatu upaya untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya nasional sebagai salah
satu unsur pemersatu bangsa Indonesia sejak dini. Nilai-nilai yang selama ini mencirikan
bangsa Indonesia adalah hidup rukun, saling menghargai, pekerja keras, gotong-royong, ramah
tamah, dan lain-lain harus tetap dipelihara dan harus ditanamkan sejak anak berada di bangku
Sekolah Dasar. Contohnya mengajarkan bersahabat dengan teman sekelas, bekerja dalam
kelompok yang beragam latar belakang agama dan suku bangsa dan seterusnya

2.3. Permasalahan Yang Dihadapi Peserta Didik


Implementasi pembelajaran tematik seharusnya dikaitkan dengan lingkungan peserta
didik yang mengarah kepada tercapainya pengetahuan maupun pengenalan lingkungan sekitar
siswa. Dalam lampiran IV Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 ditegaskan bahwa
pembelajaran di sekolah tingkat dasar dikembangkan secara tematik, keterpaduan lintas mata
pelajaran untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan serta mengapresiasi
keragaman budaya lokal.

5
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan pengintegrasian kearifan lokal
dalam pembelajaran.Pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran sebagai untuk
meningkatkan rasa kearifan lokal dilingkungannya serta sebagai upaya menjaga eksistensi
kearifan lokal ditengah derasnya arus globalisasi.Namun dalam kenyataannya banyak guru
yang belum mengintegrasikan kearifan lokal dalam pembelajaran terutama pada peserta didik
kelas VI sehingga tujuan pendidikan belum tercapai selain itu belum mengenal kearifan lokal
di lingkungannya.
Pernyataan tentang penting-nya pembelajaran berbasis kearifan lokal tersebut sesuai
dengan tujuan pendidikan sebagai salah satu upaya pewarisan budaya. Pernyataan tersebut
didukung oleh (Daryanto, 2014:1) bahwa melalui pendidikan, nilai-nilai luhur kebudayaan
hendaknya dapat diperkenalkan kepada peserta didik serta dapat dikembangkan sehingga
peserta didik mampu menjadi pewaris yang bangga serta mampu mengembangkan budaya
bangsa. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal bukan hanya
tepat diterapkan dalam pembelajaran yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan siswa
serta sebagai penanaman karakter dan membekali siswa untuk menghadapi segala
permasalahan diluar sekolah. Dikarenakan penyelenggaraan pendidikan memiliki peran
strategis dalam pengenalan serta pewarisan budaya maka pembelajaran berbasis kearifan lokal
sangat tepat diterapkan disekolah. Khusunya sekolah dasar karena sekolah dasar adalah tahap
awal peserta didik memperoleh pengetahuan dan sebagai dasar sebelum melangkah menuju
pengetahuan seterusnya dalam tingkatan yang lebih tinggi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan diatas, penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam tentang betapa pentingnya pengintegrasian kearifan lokal dalam
pembelajaran sebagai upaya menciptakan pembelajaran yang bukan hanya membekali siswa
pengetahuan saja tetapi juga menanamkan rasa cinta terhadap keberagaman lokal
dilingkungannya, dampak dari pelaksanaan pembelajaran berbasis kearifan. Serta bagaimana
langkah guru dalam mengintegrasikan kearifan kearifan lokal. Dalam pengintegrasian ini
tentunya harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, perkembangan peserta
didik, dan juga metode yang digunakan. Melihat hal ini lah penulis mengembangkan bahan ajar
berbasis kearifan local dengan menggunakan pendekatan saintifik dimana karakteristik pada
peserta didik kelas tinggi senang untuk melakukan eksperimen atau observasi, bahwa tahap
usia siswa sekolah dasar menemapati tahap operasional konkret.

6
Maka dari itu perlu adanya suatu tindakan ilmiah yang dilakukan oleh siswa agar siwa
terlibat langsung di dalam pembelajaran, seperti mengamati, bertanya, menalar, dan
mengkomunikasikan. Pada kegiatan pembelajaran berbasis saintifik ada lima langkah tahapan
yaitu: mengobservasi, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Melakukan pengamatan atau observasi
Dengan menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi seperti
pencium, pendengar, pengecap dan peraba. Untuk kegiatan mengamati biasanya
meliputi mengamati gambar, mengamati lingkungan, video dan lain sebagainya. Dalam
melakukan pengamatan tentu tidak terlepas dari keterampilan lain seperti melakukan
pengelompokan dan membandingkan. Contoh mengamati benda yang sudah disediakan
oleh pendidik dan melakukan perbandingan serta pengelompokan.
2) Mengajukan pertanyaan
Peserta didik diminta untuk belajar merumuskan masalah mengenai topik yang
dipelajari. Aktivitas seperti ini tentu sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan
dalam diri peserta didik. pendidik tentu perlu memberikan sebuah stimulus atau
motivasi untuk peserta didik dalam mengajukan pertanyaan. Dengan adanya pertanyaan
yang diajukan dapat menggiring peserta didik untuk melakukan sebuah pengamatan
dengan teliti. Melalui pertanyaan tentang fenomena sosial tentu perlu dikembangkan
dalam proses belajar sehingga peserta didik memiliki keingintahuan dan minat untuk
belajar secara mandiri.
3) Melakukan eksperimen/percobaan
Pada pendekatan ini pendidik menugaskan kepada peserta didik untuk
mengumpulkan berbagai informasi dari sumber, misalnya dalam pelajaran bahasa dan
kelompok pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Tentunya pendidik perlu memberikan
pengarahan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas, melaksanakan
aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan. Kemudian dengan melakukan
sebuah percobaan dapat dilakukan untuk memancing minat siswa menyelidiki
fenomena sosial yang diamati ketika melakukan sebuah percobaan, tanpa dimulai
dengan pengajuan pertanyaan terlebih dahulu. Pada komponen mencoba dalam kasus
ini adalah mencoba berkomunikasi, mencoba berperan dalam sebuah situasi sosial
(membantu orang lain, memberikan saran kepada pihak yang berwenang), dan
sebagainya.

7
4) Mengasosiasikan atau menalar
Peserta didik mampu mengolah informasi melalui penalaran dan mampu
berpikir rasional. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang
dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainnya. Pengolahan informasi membutuhkan kemampuan logika (ilmu
menalar). Menalar adalah suatu aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi.
5) Mengkomunikasikan
Kegiatan peserta didik digunakan untuk memberikan hasil temuan kegiatan
mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data serta mengasosiasi dan
mengkomunikasikan. Setiap peserta didik diberikan kesempatan untuk berkomunikasi
dengan orang lain, menjalin persabahabatan yang potensial, serta mengenal orang lain

Melalui kajian ini diharapkan bermanfaat bagi guru untuk ikut serta merancang dan
melaksanakan pembelajaran berbasis kearifan lokal di sekolah dasar. Melalui kajian ini
diharapkan bermanfaat bagi guru untuk ikut serta merancang dan melaksanakan pembelajaran
berbasis kearifan lokal di sekolah dasar.

8
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Tahap Perencanaan


Tahap perencanaan diawali dengan pembentukan kelompok yang terdiri dari 5 orang
anggota. Dimana nantinya akan membuat sebuah bahan ajar yang diperuntukkan untuk mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar.
Dengan mengumpulkan, membedah dan memahami serta membahas berbagai sumber
referensi terkait Bahan Ajar yang berasal dari berbagai Jurnal, penulis memilih dan
memutuskan akan membuat pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar.

3.2. Tahap Persiapan


Sebelum penulis membuat bahan ajar berbasis kearifan lokal, hal yang perlu disiapkan
terlebih dahulu adalah memahami apa saja langkah pokok dalam penyusunan dan pembuatan
bahan ajar.
3.2.1 Langkah 1 : Melakukan Analisis Kebutuhan Bahan Ajar
1. Tahap 1 : Menganalisis kurikulum
Tahap pertama ini ditunjukkan untuk menentukan kompetensi-kompetensi yang
memerlukan bahan ajar. Dengan demikian, bahan ajar yang kita buat benar-benar
diharapkan dapat menjadikan peserta didik menguasai segala kompetensi yang ditentukan.
Untuk mencapai hal tersebut, kita perlu mempelajari lima hal sebagai berikut:
a. Kompetensi Inti
KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah
dan di sekolah.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakanyang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

9
b. Kompetensi Dasar dan Indikator:
PPKn
Tema 1 : Selamatkan Makhluk Hidup
1.1. Bersyukur kepada tuhan yang maha esa atas nilai-nilai pancasila secara utuh
sebagai satu kesatuan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2. Bersikap penuh tanggung jawab sesuai nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.
3.1. Menganalisis penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3.2. Menyajikan hasil analisis pelaksanaan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.

Tema 2 : Persatuan Dalam Perbedaan


1.4. Mensyukuri persatuan dan kesatuan sebagai anugrah tuhan yang tuhan yang
maha esa beserta dampaknya.
2.4. Menyampaikan sikap tanggung jawab terhadap penerapan nilai persatuan
dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3.3. Menelaah persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara beserta dampaknya.
4.4. Menyajikan hasil telaah persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara beserta dampaknya.

Tema 3 : Tokoh dan Penemuan


3.2 Menganalisis pelaksanaan kewajiban, hak dan tanggung jawab sebagai warga
negara beserta dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.
4.2 Menyajikan hasil analisis pelaksanaan kewajiban, dan tanggung jawab
sebagai warga masyarakat beserta dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.

Tema 4 : Globalisasi
1.3 Mensyukuri keberagaman sosial, budaya dan ekonomi masyarakat sebagai
anugerah tuhan yang maha esa dalam konteks Bhineka Tunggal Ika.
2.3 Bersikap toleran dalam keberagaman sosial, budaya, dan ekonomi
masyarakat dalam konteks Bhineka Tunggal Ika.

10
3.3 Menelaah keberagaman sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.
4.3 Mengampanyekan manfaat keanekaragaman sosial, budaya dan ekonomi.

c. Ketercapaian hasil
d. Belajar Materi pokok
e. Pengalaman Belajar

2. Tahap 2 : Analisis Sumber Belajar


Adapun kriteria analisis terhadap sumber belajar tersebut dilakukan berdasarkan
kesesuaian, ketersediaan, dan kemudahan dalam memanfaatkannya.Cara analisis sumber
belajar adalah dengan menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan
dengan kebutuhan.

3. Tahap 3 : Memilih dan Menentukan Bahan Ajar


Langkah-langkah yang hendaknya dilakukan antara lain menentukan dan membuat
bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan kompetensi dasar yang
akan diraih oleh peserta didik, serta menetapkan jenis dan bentuk bahan ajar berdasarkan
analsis kurikulum dan analisis sumber bahan.
Berkaitan dengan pemilihan bahan ajar, ada tiga prinsip yang dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam memilih dan menentukan bahan ajar, yaitu :
a. Prinsip Relevasi. Arti dari prinsip relevansi yaitu bahan ajar yang dipilih sebaiknya
ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
b. Prinsip Konsistensi. Dalam prinsip konsistensi, bahan ajar yang dipilih harus
mempunyai niai keajegan. Jadi, antara kompetensi dasar yang mesti dikuasai peserta
didik dengan bahan ajar yang telah disiapkan mempunyai keselarasan dan kesamaan.
c. Prinsip Kecukupan. Dalam prinsip kecukupan, ketika kita memilih bahan ajar,
hendaknya dicari yang memadai untuk membantu siswa menguasai kompetensi
dasar yang diajarkan.

3.2.3 Langkah 2 : Menyusun Peta Bahan Ajar


Setelah proses analisis kebutuhan bahan ajar selesai kita laksanakan, selanjutnya dalam
membuat dan menyusun bahan ajar kita akan mengetahui jumlah bahan ajar yang mesti kita

11
siapkan dalam satu semester tertentu. Maka, langkah yang perlu kita lakukan berikutnya adalah
menyusun peta kebutuhan bahan ajar.
Jika peta kebutuhan bahan ajar telah kita buat, maka tahap berikutnya dalam menyusun
bahan ajar adalah menyusun bahan ajar menurut struktur bentuk bahan ajar masing-masing.

3.2.4 Langkah 3 : Membuat Struktur Bahan Ajar


Langkah ketiga dalam pembuatan bahan ajar adalah membuat struktur bahan ajar.Bahan
ajar terdiri dari atas susunan bagian-bagian yang kemudian dipadukan, sehingga menjadi
sebuah bangunan utuh yang layak disebut sebagai bahan ajar.Susunan atau bangunan atau
bangunan bahan ajar inilah yang dimaksud dengan struktur bahan ajar.
Secara umum ada tujuh komponen dalam setiap bahan ajar, yaitu judul, petunjuk belajar,
kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja,
dan penilaian.

12
3.3. Tahap Pelaksanaan
Adapun langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kearifan lokal
adalah sebagai berikut:
3.3.1. Mengidentifikasi keadaan dan potensi daerah
Mengidentifikasi potensi daerah dipandang sangat penting untuk mengetahui
potensi atau keberagaman seperti apa saja yang berkembang dalam daerah tersebut
kemudian nantinya dapatkah diintegrasikan dalam materi pelajaran yang dilaksanakan.
Kearifan lokal dapat ditinjau dari potensi alam daerah tersebut, kepercayaan, potensi
sejarah, potensi budaya, dan lain sebagainya.
3.3.2. Menentukan fungsi dan tujuan
Untuk merancang guru harus menentukan fungsi dan tujuan apa yang hendak
dicapai dalam pembelajaran berbasis kearifan lokal sebagai batasan dan panduan.
Fungsi dan tujuan ini harus dapat mengembangkan pengetahuan, sikap serta
keterampilan bagi peserta didik.
3.3.3. Menentukan kriteria dan bahan kajian
Kriteria dan bahan kajian dapat meliputi kesesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa, kesediaan sarana dan prasarana yang mendukung, tidak
bertentangan dengan nilai luhur kearifan lokal yang ada serta kelayakan apabila
diterapkan.
3.3.4. Menyusun rencana pembelajaran
Langkah yang dapat dilakukan adalah penentuan topik keunggulan lokal yang
dipilih sesuai kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator yang dikembangkan.
Menelaah kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator untuk memastikan bahwa
inovasi penyajian konsep sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian materi atau kompetensi muatan keunggulan lokal ke pembelajaran
dan menentukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui kelayakan pembelajaran.

3.4 Tahap Evaluasi


Tahap evaluasi adalah tahap yang menilai bahan ajar, dimana bahan ajar ini di nilai dari
isi yang sudah sesuai apa belum sesuai, cover dan lain-lain. Dari penilaian pasti ada masalah-
masalah yang ada di bahan ajar kita dan kemudian memberikan solusi dari permasalahan yang
dihadapi saat dan setelah proses pengerjaan pembuatan bahan ajar berbasis kearifan lokal untuk
mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar.

13
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Anggaran Biaya


4.1.1. Harga Editing
No Jenis Biaya Jumlah Harga Satuan Biaya

1. Editing 250 halaman 250 halaman x Rp. 50.000,00


Rp.200,00
2. Setting/layout 250 halaman 250 halaman x Rp. 25.000,00
Rp.100,00
3. Cover Buku Di desaign sendiri Rp. 0,- Rp.0,-
Total Rp. 75.000,00

4.1.2. Harga Percetakan


No Jenis Kertas Jumlah Harga Satuan Biaya

1. A4 HVS 250 halaman 250 halaman x Rp. 125.000,00


warna Rp.500,00
Per halaman
Total Rp. 125.000,00

4.1.3. Biaya Keseluruhan


No Jenis Biaya Biaya

1. Harga Editing Rp. 75.000,00


2. Harga Percetakan Rp. 125.000,00
Sub Total Rp. 200.000,00

14
4.2. Jadwal Kegiatan

Minggu ke-

Penanggung
No Jenis Kegiatan
M1 M2 M3 M4 Jawab

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
1. Perencanaan
Pembentukan Tim Semua
Kelompok Anggota
2. Persiapan
Melakukan Analisis Wulan dan
Kebutuhan Bahan Darma
Ajar
Menyusun Peta Bahan Karenina dan
Ajar Siti
Membuat Struktur Veryaman
Bahan Ajar
3. Tahap pelaksanaan
Mengidentifikasi Semua
keadaan dan potensi
daerah
Menentukan Fungsi Darma
dan Tujuan

Menentukan kriteria Veryaman


dan bahan kajian dan Karenina
Menyusun Rencana Wulan dan
Pembelajaran Siti
4. Evaluasi Semua

16
DAFTAR PUSTAKA

Edwar, R. (2019, January 4). Pengembangan Bahan Ajar Tematik Terpadu Berbasis Model
Discovery Learning Di Kelas IV Sekolah Dasar. Proposal Pengembangan , pp. 1-79.
Nuryasana, E., & Desiningrum, N. (2020). Pengembangan Bahan Ajar Strategi Belajar
Mengajar Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Inovasi
Penelitian , 967-974.
Sutrisno, Sarmin, & Setyowati, N. (2021). Development of PPKn learning module based on
Surabaya local wisdom to improve student's learning achievement on social cultural
diversity materials in Class IV at SDN Kandangan I/121 Surabaya. International
Journal Of Educational Studies In Social Sciences , 87-101.
Wulan, R. D., Anggari, A. S., Puspitawati, N., & Khasanah, L. M. (2018). Tema 4 Globalisasi
Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas VI SD/MI. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Wulan, R. D., Puspitawati, N., Anggari, A. S., & Khasanah, M. L. (2018). Tema 1 Selamtakan
Makhluk Hidup Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas VI SD/MI. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai