Anda di halaman 1dari 3

SAMKYA YOGA

OLEH :

NI WAYAN LYSNIA PRANIKA WULAN DEWI


NIM: 2006020816

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA HINDU


PASCASARJANA
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
DENPASAR
2021
Arjuna berkata: Wahai Krishna, jika jalan pengetahuan lebih baik dibandingkan jalan
karma, lalu mengapa Engkau menghendaki agar aku melakukan tindakan yang
mengerikan ini?
Arjuna uvāca

Jyāyasi cet karmanas te matā buddhir janārdana,


Tat kim karmani ghore mām niyojayasi kesava.
(Bhagavad-gita, 3.1)

DALAM proses belajar, mempelajari sesuatu dari hal yang paling dasar sampai yang
tertinggi merupakan metode yang paling ideal. Setiap orang diajarkan dari dasar
agar materi tersebut bisa dipahami dengan baik. Belajar tidak ubahnya seperti naik
tangga, semuanya dimulai dari tangga terbawah menuju tingkat berikutnya sampai
tangga terakhir. Hanya dengan cara itu pengetahuan bisa dikuasai dengan baik dan
terstruktur. Namun, apa yang diajarkan oleh para Guru dan Maharsi zaman kuno
tidak demikian. Mereka senantiasa mengajarkan sesuatu dari tangga tertinggi.
Hampir sebagian besar teks mengajarkan bahwa kesimpulan dari apa yang
diajarkan ada di depan. Tidak terkecuali Krishna mengajarkan pelajaran rahasia
kepada Arjuna.

Setelah Krishna mendengar dengan seksama penderitaan yang dirasakan oleh


Arjuna di tengah-tengah medan Kuruksetra, Krishna langsung mengajarkan
Samkhya dengan harapan Arjuna segera mampu mengakhiri penderitaannya.
Krishna mengajari Arjuna diawali dengan Samkhya pada bab II Bhagavad-gita,
bahwa hanya jalan pengetahuan saja yang mampu membebaskan manusia dari
penderitaan. Namun, rupanya setelah Krishna selesai menyampaikan ajarannya,
Arjuna belum memahaminya, sehingga dia langsung bertanya, “jika memang jalan
pengetahuan adalah jalan tertinggi, lalu mengapa Arjuna diminta melanjutkan
peperangan itu?” Bukankah melepaskan diri dari semua tindakan akan lebih baik
ketimbang sibuk dalam pertempuran yang mengerikan?

Mendengar pertanyaan itu, Krishna menyadari bahwa Arjuna sama sekali tidak
mengerti dengan ajaran Samkhya, sebab jika seandainya dia mengerti, pertanyaan
itu tidak akan lagi muncul. Bagaimana mungkin seseorang yang mengerti di jalan
pengetahuan akan bertanya lagi? Ini bukan berarti bahwa orang yang telah paham
di jalan pengetahuan akan memiliki semua jawaban atas semua pertanyaan,
melainkan setiap pertanyaan sudah tidak muncul lagi sehingga tidak ada lagi yang
perlu dijawab. Jika orang paham, maka pertanyaan akan berakhir. Pertanyaan
muncul hanya ketika orang belum paham.

Rupanya, Arjuna tidak concern dengan ajaran Samkhya. Apa yang menjadi concern-
nya adalah menemukan justifikasi atas kelemahannya. Arjuna ingin melarikan diri
dari peperangan itu, dan untuk menemukan pembenaran, dia mulai berbicara
tentang tata cara Brahmana di dalam menjalankan kehidupan. Karena Arjuna tidak
sanggup melakukan perang yang sebenarnya sejak awal dia persiapkan, dia
mengatakan tentang Ahimsa, dosa membunuh sanak famili dan yang lainnya, dan
ini adalah tata cara hidup seorang Brahmana, bukan cara-cara Ksatria. Mendengar
Arjuna berbicara tata cara kehiudpan Brahmana, Krishna merespons-nya dengan
memberikan jalan sebagaimana kehidupan Brahmana terapkan. Krishna
mengajarkan jalan pengetahuan, jalan yang menegasi segala tindakan.

Jika seandainya Arjuna mengerti jalan yang diajarkan Krishna tentang Samkhya ini,
mungkin Bhagavad-gita akan berakhir pada bab 2 ini saja, sebab Arjuna tidak lagi
bertanya. Mendengar pertanyaan di atas, Krishna pun mulai menurunkan grade
ajarannya. Karena Arjuna belum paham, Krishna mesti harus berbicara dari dasar
kembali. Arjuna masih tetap ingin mencari jawaban bahwa melarikan diri dari tugas
yang dibebankan di pundaknya adalah benar. Memang setiap tindakan yang
dilakukan memerlukan justifikasi. Hampir 95 persen orang melakukannya. Freud
pernah mengatakan yang sama, bahwa niat untuk mengerjakan sesuatu muncul
duluan dan kemudian baru diupayakan rasionalisasinya. Setiap tindakan yang
dilakukan, apakah tujuan itu untuk menipu, menolong, baik atau buruk selalu
membutuhkan justifikasi agar tindakan tersebut tampak benar.

Arjuna ternyata tidak berbeda dari manusia biasa yang membutuhkan justifikasi
seperti itu. Concern-nya adalah menemukan justifikasi bahwa melarikan diri dari
perang itu benar, bukan ajaran Samkhya. Setelah Krishna membeberkan ajaran
pengetahuan, Arjuna tetap mendesak Krishna mengapa harus melakukan tindakan
bodoh yang mengerikan tersebut. Atas pertanyaan tersebut Krishna pun banting
haluan mengajarkan cara lain pada bab tiga, yakni cara Yoga. Memang, secara
mendasar, ada dua poros ajaran di dunia, yakni jalan Samhkya dan Yoga. Setelah
ajaran Samhkya atau jalan pengetahuan tidak mempan membuat Arjuna paham,
Krishna pun menjelaskan ajaran Yoga atau jalan tindakan pada bab ketiga. *

Anda mungkin juga menyukai