Anda di halaman 1dari 17

Penerapan Metode Tajwid Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-

Qur'an Anak-anak DTA Miftahul Ulum

Oleh
Nurhalim (19.03.3633)
Laila Nabila
Nisfi Shofariah
Linda Nurliani

ABSTRAK
Ilmu tajwid adalah tata cara (pengaturan) membaca Al-Quran beserta hukum-
hukumnya dengan menggunakan 26 huruf hijaiyah. Bagi sebagian orang, belajar ilmu
tajwid itu tak mudah karena harus menghafalkan hukum bacaan dan huruf-hurufnya.
Belum lagi membedakan cara membaca dengan hukum tersebut. Al-
qur‟an adalah kalam Allah SWT. yang merupakan kemuliaan yang paling tinggi. Selain itu
Al-qur‟an juga merupakan kitab yang diturunkan dengan penuh berkah dan memberikan
petunjuk manusia kepada jalan yang lurus, dan tidak ada keburukan didalamnya. Oleh
sebab itu sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang mempelajari Al- qur‟an dan
mengajarkannya. Rasulullah Saw. Bersabda, “Sebaik-baiknya orang diantara kalian
adalah orang yang mempelajari Al-qur’an dan mengajarkannya”.

Dalam proses pembelajaran di DTA Miftahul Ulum khususnya dalam pembelajaran


membaca Al-Qur'an, masih banyak anak - anak yang membaca Al-Qur'an namun tidak
memperhatikan ilmu tajwidnya sehingga dapat menyalahi arti atau makna yang ada
didalam Al-Qur'an.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan pembelajaran khususnya pembelajaran Al-


qur‟an di Madrasah Diniyyah Desa Purwajaya Dusun Sindangrasa yang telah dipaparkan
diatas, maka solusi dan alternatif yang kami lakukan adalah dengan melaksanakan
kegiatan bantuan pengajaran Al-Qur'an secara rutin dan terjadwal, dengan menggunakan
metode Tajwid di DTA Miftahul Ulum.

1
KATA KUNCI

“Pembelajaran Al-Qur'an, Metode Tajwid, dan DTA.

2
LEMBAR PENGESAHAN

Penerapan Metode Tajwid Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur'an


Anak-anak DTA Al Hidayah dan Ibu-ibu Majlis Ta’lim Al Hidayah

(Laporan Artikel Ilmiah Pengabdian Masyarakat di Dusun Cimanggu Desa Cisaga


Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis)

Cisaga, 31 Agustus 2020

Mengetahui,

Kepala Dusun Cimanggu Mahasiswa

RUDI IHAH MUPLIHAH

Mengesahkan,

Dosen Pembimbing Lapangan

NIA NURAIDA, M. Pd. I

3
Penerapan Metode Tajwid Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur'an
Anak-anak DTA Al Hidayah

(Laporan Artikel Ilmiah Pengabdian Masyarakat di Dusun Sindangrasa Desa Purwajayya


Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis)

A. PENDAHULUAN

Pengajaran sering diartikan sama dengan kegiatan mengajar, dalam arti yang lain
pengajar diartikan telah terjadinya interaksi belajar mengajar antara komponen-
komponen pengajaran khususnya antara guru dan siswa antara siswa dengan siswa dan
antara guru dan siswa dengan komponen-komponen pengajaran lainnya. Pengajaran
juga sering diartikan sama dengan kegiatan pendidikan.

Yang dalam pengertian yang lain pengajaran ialah terjadinya dua aktivitas yang
berbeda antara pihak guru dengan pihak siswa. Aktivitas guru ialah mengajar yang
berperan mengupayakan jalinan komunikasi atau interaksi yang harmonis antara
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.

Ukuran keberhasilan pengajaran ialah tercapainya komunikasi yang harmonis


guru dengan siswa. indikator keberhasilan pengajaran lainnya ialah terjadinya
perubahan tingkah laku para diri siswa serta tertanamnya dalam diri siswa tentang
kebutuhan akan belajar serta manfaat belajar.

Pengajaran tidaklah lain salah satu bagian dari pendidikan dengan cara
memberikan ilmu pengetahuan serta kecakapan dalam mendidik anak didiknya. Jika
pengajar ini kurang dilakukan disekolah maka dapat diduga hasil pendidikan tidak akan
sempurna atau berhasil dalam mengembangkan anak didik secara utuh.

Islam memotivasi pemeluknya untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuan dan


pengetahuan. Tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi
sama dalam pandangan Islam dalam kewajiban untuk menuntut ilmu (pendidikan).
Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan akhirat saja yang ditekankan oleh Islam,
melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan dunia juga. Karena tidak mungkin
manusia mencapai kebahagiaan hari kelak tanpa melalui jalan kehidupan dunia ini.

4
Dusun Sindangrasa terletak di desa Purwajaya kecamatan Purwadadi kabupaten
Ciamis. Batas wilayah sebelah utara dusun Mulyajaya, sebelah barat dusun Cisagakota,
sebelah selatan lalan propinsi/desa Mekarmukti, sebelah timur kota Banjar. Jumlah
penduduk dusun Cimanggu 2.555 terdiri dari 1.249 laki- laki, 1.306 perempuan. Jumlah
kepala keluarga 815.

Setelah saya melakukan observasi di dusun Cimanggu, saya menemukan beberapa


masalah terkait pembelajaran Al-Qur'an pada anak DTA dan juga ibu-ibu Majlis Ta‟lim
yang masih belum benar dalam membaca Al-Qur'an, karena mereka tidak menerapkan
metode tajwid dalam membaca Al-Qur'an.

Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran yang dapat membantu anak-anak dan
ibu dalam membaca Al-Qur'an dengan tajwid yang benar. Strategi pembelajaran harus
efektif untuk meningkatkan perkembangan membaca Al-Qur'an pada ibu-ibu Majelis
Ta‟lim dan anak-anak DTA maka dipilihlah pembelajaran Al-Qur'an dengan
menggunakan metode tajwid. Alternatif yang saya ambil adalah dengan melaksan
melaksanakan kegiatan bantuan pengajaran Tajwid secara rutin dan terjadwal.

B. KERANGKA KONSEPTUAL

1. Pengertian Tajwid
Secara bahasa, kata tajwid merupakan bentuk mashdar dari katajawwada yang
berarti memperbaiki/memperindah (at tahsin). Sedangkan menurut istilah, tajwid
adalah:
‫ج َإعطاءي حقًّ َمسخحًّق مه انصفاث‬
ً ‫إخزاج كم حزف مه مخؤ‬
“Mengucapkan setiap huruf dari tempat keluarnya serta memberikan haq dan
mustahaq dari sifat-sifatnya”.
Haq huruf adalah sifat-sifat yang lazim pada huruf seperti hams, jahr,syiddah,
rakhawah, dan lain-lain. Sedangkan mustahaq huruf adalah sifat-sifat huruf yang
tidak tsabit padanya yang sekali-kali ada dan sekali-kali tidak ada. Di antaranya sifat
tarqiq yang muncul dari sifat istifal atau sifattafkhim yang muncul dari sifat isti‟la,
ikhfa, mad, qashr, dll.
Menurut as-Suyuthi, tajwid adalah hiasan bacaan, yaitu memberikan kepada
setiap huruf hak-haknya dan urutan-urutannya serta mengembalikan setiap huruf

5
kepada makhraj dan asalnya, melunakkan pengucapan dengan keadaan yang
sempurna, tanpa berlebih-lebihan dan memaksakan diri.
Oleh karena itu, ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang pemenuhan
haq dan mustahaq huruf meliputi tempat keluar huruf (makhraj) dan sifat-sifatnya.
Sebenarnya, tata cara pembacaan al-Qur`an sesuai dengan haq dan mustahaq huruf
telah termaktub dalam al-Qur`an Surah al-Isra ayat 106:
“Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian
demi bagian.”
Ayat tersebut menunjukkan adanya tata cara atau sifat tertentu dalam membaca
al-Qur`an yang telah diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad Saw dan kemudian
dirangkum oleh para ulama, hingga mereka mengistilahkannya dengan ilmu tajwid.
Selain ilmu tajwid, ilmu tentang tata cara membaca al-Qur`an dikenal juga dengan
nama fannut tartil danhaqqut tilawah.
Urgensi pembacaan al-Qur`an dengan tajwid dapat dilihat dari beberapa aspek,
yaitu, pertama, adanya riwayat yang memerintahkan untuk membaca al-Qur`an
dengan tajwid, sebagaimana yang dikutip oleh as-Suyuthi dalam kitab ad-Dani
bahwa Ibn Mas‟ud berkata: Bacalah al-Qur`an dengan tajwid. Kedua, menjaga lidah
dari lahn (kesalahan) ketika membaca al-Qur`an. Sebab, ulama menganggap bacaan
tanpa tajwid sebagai lahn (kesalahan). Lahn ada dua macam yaitu jali dan khafi.
Lahnyang jali adalah kesalahan yang tampak jelas dan diketahui oleh ahliqiraah dan
orang lain. Sedangkan lahn khafi adalah kesalahan yang samar yang hanya diketahui
oleh ahli qiraah dan orang yang mahir bacaan al-Qur`annya.
2. Sejarah Kemunculan Ilmu Tajwid
Salah satu riwayat yang menjelaskan tentang tata cara membaca al-Qur`an
dengan baik dan benar adalah riwayat yang disampaikan oleh Musa Ibn Yazid al-
Kindi, ia berkata;
‫ ما ٌكذا‬:‫ فقال ابه مسعُد‬,‫ مزسهت‬,‫ اوما انصذقج نهفقزاء اَ نمسكيه‬:‫كان ابه مسعُد يقزئ انقزأن رجال فقزأ انزجم‬
. ‫هلال رُسل أقزأوٍيا‬, ‫قال‬: ‫ف‬y ‫ا يا أقزأٍكا كي‬y ‫ذ أب‬y ‫قال انزحمه؟ عب‬: ‫أقزأوٍيا‬: ‫انمسكيه نهفقزاء انصذقج اوما‬,َ ‫ٌا‬yّ‫“ فمذ‬Ibn Mas‟ud
mengajarkan al-Qur`an kepada seseorang, lalu orang itu membaca ‫اوما اَ نمسكيه نهفقزاء‬
‫(انصذقج‬at-Taubah:60) dengan memendekkan lafadz al-fuqara, maka Ibn Mas‟ud
berkata: „tidak seperti itu Rasulullah mengajarkan bacaan kepadaku‟. Orang itu
bertanya: „Bagaimana beliau mengajarkan qiraah kepadamu, wahai Abu

6
Abdurrahman?‟ Ibn Mas‟ud menjawab: „Beliau membacakannya kepadaku َ‫ا‬ ‫اوما‬
‫نمسكيه نه قف زاء انصذقج‬yaitu dengan memanjangkan lafadz al-fuqara.

Berdasarkan riwayat tersebut, dapat diketahui bahwa cara membaca al-


Qur`an dengan benar telah sejak awal diajarkan oleh Rasulullah Saw, sehingga jika
dilihat dari sisi „amaliyah (praktik), peletak dasar ilmu ini adalah Rasululullah Saw.
Selain itu, ada beberapa hal yang menegaskan hal tersebut, seperti pembacaan al-
Qur`an secara perlahan-lahan (QS. Al-Isra: 106) dan perintah untuk membaca al-
Qur`an secara tartil (QS. Al-Muzzammil: 4). Kemudian, tuntunan bacaan al-Qur`an
tersebut dilanjutkan kepada sahabat, tabi‟in, hingga sekarang.
Sedangkan dari sisi nazhariah (teori), peletak dasar ilmu tajwid adalah para
imam qiraah. Para ulama berbeda pendapat tentang orang yang pertama kali
meletakkan dasar-dasar ilmu tajwid. Ada yang mengatakan Abul Aswad ad-Duali,
ada yang berpendapat Abu Ubaid al-Qasim bin Salam. Ada juga yang berpendapat
al-Khalil bin Ahmad. Sedangkan pendapat yang kuat untuk peletak dasar ilmu tajwid
adalah Abu Muzahim Musa bin Ubaidillah al-Khaqani dengan karyanya yang
dikenal dengan nama al-Qashidah al-Khaqaniyah. Pendapat ini salah satunya
dipegang oleh Ibn al-Jazari yang mengatakan:
‫ٌُ أ َّل مه صّىف في انخُجيذ‬
“Dia (Abu Muzahim al-Khaqani) adalah orang yang pertama kali menulis
tentang tajwid.”
Tulisan Abu Muzahim tersebut sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu
tajwid pada masa-masa selanjutnya. Hal ini dibuktikan dengan munculnya ulama-
ulama yang menulis karya tentang ilmu tajwid,:
a. Kitab at-tanbih „ala al-lahnil Jali wal Lahnil Khafi, karya Abul Hasan Ali
bin Ja‟far bin Muhammad as-Sa‟idi ar-Razi (w. 410 H).
b. Kitab ar-Ri‟ayah li Tajwidil Qira`ah wa Tahqiqi Lafdzi at-Tilawah, karya
Abu Muhammad Makki bin Abu Thalib al-Qaisi (w. 437 H).
c. Kitab at-Tahdid fil Itqan wat Tajwid, karya Abu Amr Utsman bin Sa‟id ad-
Dani (w. 444 H)
3. Perkembangan Ilmu Tajwid
Seiring dengan perkembangan zaman, pencetakan al-Qur`an semakin banyak
memiliki inovasi-inovasi baru. Salah satu inovasi dalam pencetakan al-Qur`an juga

7
menyentuh ranah ilmu tajwid. Menurut Ingrid Mattson, pada awal 1990-an, inovasi
penting dalam bidang pencetakan mushaf menyebar cepat di seluruh dunia Islam.
Inovasi itu adalah penemuan sistem penulisan huruf dalam warna yang berbeda
untuk menandakan bunyi yang dikehendaki ilmu tajwid. Sistem ini dikembangkan
oleh seorang insinyur Syiria yang belajar tajwid kepada seorang ulama di Damaskus.
Buku tajwid Qur`an telah disahkan secara resmi oleh para ulama al-Azhar di Kairo
dan diterbitkan oleh Dar al-Ma‟rifah. Tajwid Qur`an ini lebih mudah diakses dan
digunakan dibandingkan dengan teks-teks abad pertengahan seperti karya al-Dani, al-
Syatibi, Ibn al-Jazari, dll.
Di Indonesia, perkembangan produksi mushaf muncul sejak awal dasawarsa
2000-an, ketika teknologi computer semakin maju dan dimanfaatkan oleh para
penerbit. Perubahan itu sangat mencolok dalam hal kaligrafi teks mushaf. Salah
satunya adalah pewarnaan pada teks al-Qur`an berkaitan dengan tajwid. Hal ini
bertujuan untuk menuntun para pembaca al-Qur`an yang masih awam dalam ilmu
tajwid, dengan memberi warna tertentu terkait hukum bacaan dalam ilmu tajwid.
Selain itu, dalam dunia modern, kajian ilmu tajwid juga sering dihubungkan
dengan fonetik dan fonologi al-Qur`an. Fonetik adalah ilmu yang membicarakan
masalah bunyi tanpa memperhatikan fungsi dan makna yang dikandung oleh bunyi
itu. Bunyi dipelajari sebagai suatu gejala alami, contoh kajiannya adalah membahas
organ bicara, makhraj dan sifat bunyi.
Sedangkan fonologi adalah ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi bahasa
tertentu dengan mempertimbangkan fungsi dan makna yang dikandungnya. Contoh
kajiannya adalah modifikasi bunyi: idgham, ikhfa, imalah, isymam, panjang-pendek,
dan waqaf.
4. Membaca Al-Qur’an dengan bertajwid dan tidak bertajwid
Dalam membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan memahami
isi dan makna dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal,
mempelajari ilmu tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran.
Guna tajwid ialah sebagai alat untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek,
melafazkan dan hukum dalam membaca Al-Quran.
Tajwīd (‫ )حجُيذ‬secara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok
dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” (-ُّ ‫د ج‬
‫ُد يج‬-ّ‫ )ح ُجيذا‬dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan

8
huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu
tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau
mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist
dan lainnya.
Dalam ilmu tajwid dikenal beberapa istilah yang harus diperhatikan dan
diketahui dalam pembacaan Al-Quran, diantaranya :
a. Makharijul huruf, yakni tempat keluar masuknya huruf
b. Shifatul huruf, yakni cara melafalkan atau mengucapkan huruf
c. Ahkamul huruf, yakni hubungan antara huruf
d. Ahkamul maddi wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam melafazkan
ucapan dalam tiap ayat Al-Quran
e. Ahkamul waqaf wal ibtida‟, yakni mengetahui huruf yang harus mulai dibaca
dan berhenti pada bacaan bila ada tanda huruf tajwid
f. dan Al-Khat dan Al-Utsmani
Arti lainnya dari ilmu tajwid adalah melafazkan, membunyikan dan
menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan dalam
ayat Al-Quran. Menurut para Ulama besar menyatakan bahwa hukum bagi seseorang
yang mempelajari tajwid adalah Fardhu Kifayah, yakni dengan mengamalkan ilmu
tajwd ketika memabaca Al-Quran dan Fardhu „Ain atau wajib hukumnya baik laki-
laki atau perempuan yang mu‟allaf atau seseorang yang baru masuk dan mempelajari
Islam dan KitabNya.
Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman
akan ilmu tajwid itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus
dipelajari, untuk menghindari kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan
melafazkannya dengan baik dan benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan
terdengar indah dan sempurna.
Berikut ini ada dalil atau pernyataan shahih dari Allah SWT yang mewajibkan
setiap HambaNya untuk membaca Al-Quran dengan memahami tajwid, diantaranya :
a. Dalil pertama di ambil dari Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam ayatNya
yang artinya “Dan bacalah Al-Qur‟an itu dengan
perlahan/tartil (bertajwid)”[QS:Al-Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas
menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk
membaca Al-Quran yang

9
diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap
huruf-hurufnya (bertajwid).
b. Dalil kedua diambil dari As-Sunnah ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu
Salamah r.a.(istri Nabi Muhammad SAW), ketika beliau ditanya tentang
bagaimana bacaan Al-Quran dan sholat Rasulullah SAW, maka beliau
menjawab: ”Ketahuilah bahwa Baginda S.A.W. Sholat kemudian tidur yang
lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali
sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi
yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh.
Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W.
dengan menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya
satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).
c. Dalil ketiga diambil dari Ijma atau pendapat para ulama besar Islam. Yakni
kesepakatan para ulama yang dilihat dari zaman Rasulullah SAW hingga
sampai saat ini, yang menyatakan bahwa membaca Al-Quran dengan ber-
Tajwid merupakan hukum atau sesuatu yang fardhu dan wajib.
5. Objek Kajian Ilmu Tajwid
Secara umum, pokok bahasan ilmu tajwid adalah lafadz-lafadz al-
Qur`an. Oleh karena itu, ilmu tajwid merupakan ilmu yang berhubungan dengan al-
Qur`an yang memiliki karakteristik tersendiri. Dengan mempelajari ilmu tajwid,
maka akan mengurangi celah kesalahan dalam membaca al-Qur`an. selain itu,
dengan menggunakan tajwid akan mengantarkan kepada pembacaan al-Qur`an
secara tartil sebagaimana yang telah diperintahkan Allah Swt dalam Surah al-
Muzzammil ayat 4:
‫ ْز ِحي ًال‬yَ‫ ِم ٱ ْنقُ ْز َءا َن ح‬yّ‫ َْ س ْي َ َر ِح‬yَ‫أ‬
ًِ ‫د‬
َ ‫عه‬

“Dan bacalah al-Qur`an itu dengan perlahan-lahan.”


Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah, kata rattala dan tartilterambil
dari kata ratala yang berarti serasi dan indah, sehingga tartil al-Qur`an adalah
membaca al-Qur`an dengan pelahan-lahan sambil memperjelas huruf-huruf berhenti
dan memulai (ibtida`) sehingga pembaca dan pendengarnya dapat memahami dan
menghayati kandungan pesan-pesannya.
10
Lebih terperinci lagi ada tiga cara membaca al-Qur`an yaitu, pertama,tahqiq,
yaitu memberikan kepada setiap huruf hak-haknya, seperti menyempurnakan mad,
menyempurnakan harakat dengan tidak memberikan sukun kepada huruf yang
berharakat, mengeluarkan huruf sesuai dengan tempatnya, dll. Ulama qiraah yang
membaca dengan cara ini adalah Hamzah dan Warasy. Kedua, hadr, yaitu bacaan
cepat dengan tetap menjaga dan memperhatikan kaedah-kaedah tajwid dengan
cermat, dan hendaknya seorang qari berhati-hati dari memotong hurufmad,
menghilangkan suara ghunnah, atau ikhtilas (membaca sebagian) harakat. Ulama
qiraah yang menggunakan cara ini adalah Ibn Katsir dan Abu Ja‟far. Ketiga, tadwir,
yaitu bacaan yang sedang/tengah antara tahqiq (perlahan) dan cepat (hadr). Inilah
yang diriwayatkan dari kebanyakan imam qiraah. Perlu diketahui, dari tiga tingkatan
tersebut, istilah tartil mencakup seluruhnya.
Membaca al-Qur`an dengan tartil menurut beberapa ulama dianjurkan
(mustahab) guna mentadabburi ayat-ayat al-Qur`an, khususnya bagi „ajami(non
Arab) yang tidak mengetahui makna al-Qur`an. Bahkan, sebenarnya bukan hanya
untuk „ajami saja, tetapi untuk semua umat Islam, sebagaimana yang diungkapkan
oleh Ibnu Qudamah bahwa para ulama sepakat mentartilkan dan membaguskan
bacaan al-Qur`an adalah sunah.
Membahas ilmu tajwid, setidaknya mencakup empat hal mendasar, yaitu:
a. Ma‟rifah makharij al-huruf, mengenal tempat-tempat keluarnya huruf.
b. Ma‟rifah shifatiha, mengenal sifat-sifat huruf.
c. Ma‟rifah maa yatajaddadu laha bisababin at-tarkib min al-ahkam, mengenal
hukum-hukum yang muncul bagi huruf dengan sebab tarkib(susunan huruf
dengan huruf lainnya).
d. Riyadhah al-lisan wa katsrah at-tikrar, latihan lidah dan banyak mengulang.
Sedangkan menurut as-Suyuthi, cakupan ilmu tajwid meliputi tata cara waqaf,
imalah, idgham, hukum-hukum hamzah, tarqiq, tafkhim, dan makhraj-makhraj huruf.
Hal tersebut secara tersirat telah ditekankan oleh Ibn al-Jazari, beliau berkata:
‫ظ َإقامت حَزًف عهى‬
ً ‫َال شك أن ٌذي األ ّمت كمٌام مخع ّبَذن بٍفم معاوي انقزأن َإقامت حَذدي مخع ّبذَن بخصحيح أ فن ا‬
‫صهت انقزاءة ّمت أئ مه انمخهقّاة انصفت‬yّ‫ حجُس ال انّخي ّيت انعزب ّيت األفصح ّيت انىُب بانحضزة انمخ‬y‫“ مخانفٍخا‬Tidak
ada keraguan bahwa umat ini sebagaimana mereka itu beribadah dengan cara
memahami makna al-Qur`an dan menegakkan hukum-hukumnya, juga beribadah
dengan cara memperbaiki lafadz-lafadznya, dan menegakkan huruf-

11
hurufnya sesuai dengan sifat yang diambil para imam qiraah yang bersambung
sampai kepada Nabi Saw yang bahasa Arabnya paling fasih, yang kita tidak boleh
menyelisihinya.”

C. PEMBAHASAN
1. Kondisi Objektif Lokasi Pengabdian
Pengabdian masyarakat yang saya lakukan adalah di Dusun Cimanggu terletak
di desa Cisaga kecamatan Cisaga kabupaten Ciamis. Batas wilayah sebelah utara
dusun Mulyajaya, sebelah barat dusun Cisagakota, sebelah selatan lalan
propinsi/desa Mekarmukti, sebelah timur kota Banjar. Jumlah penduduk dusun
Cimanggu 2.555 terdiri dari 1.249 laki- laki, 1.306 perempuan. Jumlah kepala
keluarga 815.
Mayoritas mata pencaharian warga di dusun Cimanggu desa Cisaga adalah
sebagai petani, namun ada juga yang menjadi PNS, pengusaha dan juga karyawan
swasta. Pendidikan warga di dusun Cimanggu 10% merupakan lulusan SD, 30%
merupakan lulusan SLTP, 40% merupakan lulusan SLTA, dan 10% merupakan
lulusan perguruan tinggi, serta 10% nya lagi merupakan anak-anak yang masih
bersekolah.
Dalam hal pendidikan lembaga madrasah yang ada di dusun Cimanggu ada 3
yaitu :
a. DTA Al Hidayah
b. DTA Attaqwa
c. DTA Nurul Istiqomah
Sistem pembelajaran yang digunakan di lembaga masrasah dan majelis ta‟lim
dusun Cimanggu masih menggunakan cara klasik.
2. Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat
Adapun beberapa permasalahan yang saya temukan setelah melakukan
observasi di dusun Cimanggu desa Cisaga yaitu :
a. Rasa sosial yang dimiliki oleh warga dusun Cimanggu mulai berkurang,
karena perkembangan jaman sehingga membuat warga-warga seakan hidup
individualis.

12
b. Kurangnya sumber daya manusia atau tenaga pengajar di masdrasah,
sedangkan anak-anak masrasah yang datang banyak sehingga membuat
pengajar merasa kewalahan.
c. Pada masa pandemi sekarang banyak siswa yang harus melaksanakan secara
online namun karena keterbatasan ekonomi sehingga orang tua tidak bisa
memfasilitasi anak mereka smartphone untuuk belajar online.
d. Banyak orang tua yang belum fasih membaca Al Qur‟an, namun
enggan untuk belajar karena merasa malu.
e. Anak-anak madrasah banyak yang membaca Al Qur‟an namun
tidak menggunakan tajwid yang benar.
f. Belum adanya pengelolaan sampah
3. Perencenaan Kegiatan dan Desain Program
Dalam mempersiapkan program pembelajaran kepada DTA Al Hidayah
dengan menggunaan metode tajwid tersebut, kami melakukan beberapa persiapan
diantaranya melalui beberapa dukungan kegiatan sebagai berikut:
a. Observasi langsung kelapangan atau lembaga pendidikan yaitu mengunjungi
beberapa Diniyah dan majlis ta‟lim untuk melihat secara langsung proses
pembelajaran yang dilakukan di Madrasah Diniyah dan majlis ta‟lim
tersebut.
b. Wawancara secara langsung dengan para “mudarris” di Madrasah Diniyah
tersebut, untuk mengetahui metode apa yang digunakan dalam proses
pembelajaran, terutama dalam pembeljaran Al-qur‟an.
c. Konsultasi dengan aparat Desa, ketua MUI Desa, dan ketua DKM Disana.
Kami menanyakan bagaimana baiknya masalah pelaksanaan bantuan
program pengajaran ke Madrasah Diniyah dan pengajian majlis ta‟lim yang
akan dilaksanakan, sehingga mendapatkan legitimasi yang diakui oleh
masyarakat dan para pimpinan Madrasah Diniyah dan majlis ta‟lim.

Menindak lanjuti permasalahan yang dihadapi, saya Mahasiswa pengabdian


masyarakat IAID dusun Cimanggu desa Cisaga melaksanakan bantuan pengajaran ke
DTA Al Hidayah dan pengajian majlis ta‟lim Al Hidayah secara rutin dan terjadwal.

4. Implementasi Program

13
Adapun implementasi program pengabdian masyarakat di dusun Cimanggu
desa Cisaga adalah dengan melaksanakan bantuan pengajaran ke DTA Al Hidayah
secara rutin dan terjadwal yang dilaksanakan siang hari setelah shalat dzuhur pada
hari senin, selasa dan kamis. Bantuan pengajaran ini difokuskan pada pembelajaran
membaca Al Qur‟an dengan penggunaan tajwid.
Dan juga melaksanakan bantuan pengajaran bersama ibu-ibu majelis ta‟lim Al
hidayah secara rutin di jum‟at malam, majelis ta‟lim juga disokuskan
untuk membantu ibu-ibu majelis ta‟lim dalam membaca Al Qur‟an dengan
tajwid yang benar.
5. Evaluasi Program

Evaluasi menjadi tolak ukur untuk melihat seberapa banyak peningkatan


“tajwid” Al Qur‟an siswa-siswi DTA Alhidayah yang dihasilkan, terlihat jelas bahwa
DTA Alhidayah yang menggunakan metode tajwid dalam pembelajaran Al Qur‟an
secara rutin dan sampai tuntas akan berbeda dengan yang tidak menggunakan metode
tajwid sama sekali.

Program ini tentunya memerlukan evaluasi secara berkala karena akan


berkelanjutan kedepannya. Namun secara kasat mata, program ini berjalan dengan
lancar yaitu dengan bukti bahwa program ini sudah dilaksanakan, dan proses
pembelajarannya berjalan dengan lancar.

Secara keseluruhan program ini berjalan dengan baik, namun tentunya masih
banyak sekali kekurangan dalam berbagai aspek, terutama aspek-aspek yang sangat
mendasar seperti kurangnya pemahaman sebagian pengajar terhadap pentingnya
variasi metode dalam pembelajaran dan aspek-aspek yang dapat mendukung demi
terciptanya kualitas pendidikan siswa-siswi Madrasah Diniyyah yang lebih baik,
sehingga diharapkan dengan adanya metode tajwid dalam pembelajaran Al
Qur‟an akan melahirkan siswa-siswi yang dapat membaca Al Qur‟an dengan
baik dan menjadi generasi yang diandalkan dimasa yang akan datang.

6. Kelemahan Program

Sebuah program tidak akan ada yang sempurna, pasti memiliki kelemahan dan
kelebihan tersendiri. Setelah melihat hasil evalusi secara keseluruhan program ini
masih memiliki kelemahan, diantaranya adalah:

14
a. Kurangnya kesadaran dipihak pengajar akan pentingnya variasi metode dalam
pembelajaran di Madrasah Diniyyah.
b. Terbatasnya waktu pelaksanaan program pembelajaran metode tajwid, sehingga
tidak semuanya tercapai, hanya sebagian saja.
7. Tindak Lanjut
Mudah-mudahan dengan adanya program pembelajaran yang dilaksanakan di
DTA Al Hidayah dusun Cimanggu desa Cisaga ini dapat melahirkan lembaga-
lembaga yang berkualitas dalam kegiatan pembelajarannya. Keberhasilan pendidikan
keagamaan di dusun Cimanggu desa Cisaga ditentukan oleh semangat perjuangan
dan proses mengajar yang dilakukan oleh para pengajar dimadrasah dan pengajian itu
sendiri.
Dan mudah-mudahan melalui kegiatan ini pula, dapat memberikan inspirasi
dan dorongan semangat dalam mengembangkan kualitas pendidikan keagamaan
khususnya Madrasah Diniyah dan majlis ta‟lim yang ada di dusun Cimanggu desa
Cisaga.
D. PENUTUP

Sebagaimana diketahui bahwa Al Qur‟an merupakan sumber hukum yang wajib


dipelajari oleh setiap umat Islam dengan maksud dan tujuan adalah agar dapat
diamalkan terhadap isi kandungan yang ada didalamnya. Untuk mengetahui isi
kandungan al-Qur‟an, salah satunya adalah dengan membaca. Bahkan dalam
ibadah shalat juga diwajibkan untuk membaca Al Qur‟an yaitu surah Al-Fatihah. Dalam
membaca tersebut mestilah sesuai dengan aturan tajwidnya. Oleh sebab itu,
mempelajari ilmu tajwid merupakan kewajiban bagi orang Islam.
Hukum mempelajari dan memperdalam ilmu tajwid adalah fardhu Kifayah
(Fardhu yang apabila dalam sebuah kampung ada seseorang yang mengerjakan maka
gugur kewajiban yang lain). Sedangkan hukum mengamalkannya adalah fardhu „Ain
(diwajibkan bagi seluruh umat Islam).
Ilmu Tajwid merupakan ilmu yang membahas tata cara mengucapkan setiap huruf
dari tempat keluarnya serta memberikan haq dan mustahaq dari sifat-sifatnya. Oleh
karena itu, secara umum tajwid merupakan tata cara membaca al-Qur`an dengan baik
dan benar. Istilah yang dikenal dalam membaca al-Qur`an dengan baik dan benar
dinamakan tartil.

15
Di era modern, mengkaji tajwid secara manual dapat ditemukan dalam mushaf-
mushaf yang dikreasikan dengan warna-warni. Di satu sisi, inovasi tersebut dapat
menjadi sarana memotivasi umat Islam dalam belajar tajwid. Tetapi, alangkahbijak jika
penggunaan al-Qur`an tajwid tersebut dibarengi dengan pembelajaran secara langsung
(musyafahah dan talaqqi) kepada guru yang mumpuni dalam bidangnya.
Demikian artikel ini saya buat sebagai salah satu tugas hasil pengabdian
masyarakat yang dilaksanakan di dusun Cimanggu desa Cisaga kecamatan Cisaga
kabupaten Ciamis. Mudah-mudahan kegiatan yang dilaksanakan mendapat berkah dari
Allah SWT serta dapat mendorong dalam peningkatan kualitas pendidikan khususnya di
dusun Cimanggu desa Cisaga.
Selanjutnya saya mohon maaf dalam penulisan artikel ini masih banyak
kekurangan, dan jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Ucapan
terima kasih kami haturkan kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi dan
perhatian sehingga terlaksanya berbagai program kegiatan ini dengan lancar dan sukses.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://nunoah.multiply.com/journal/item/9, Diakses Tanggal. 25 Agustus 2020.

http://rohis-sman37.blogspot.com/2010/02/materi-tahsin-tajwid-al-quran-part-1_05.htm,
Diakses Tanggal. 25 Agustus 2020.

http://khazanahtajwid.blogspot.com/2008/10/pengertian-tajwid.html, Diakses Tanggal. 25


Agustus 2012.

Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 61.

17

Anda mungkin juga menyukai