Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH LESSON STUDY

‘’ MEMBANGUN KOMUNITAS BELAJAR MENUJU SEKOLAH


BERPRESTASI’’

DISUSUN OLEH:

NAMA KELOMPOK 4:

1. AYU RATNA KURNIA WATI (A1C418079)


2. SUCI SRI MULYA (A1C418070)
3. PUTRI NATALIA SIDABUTAR (A1C418047)

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Drs. JODION SIBURIAN, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul ‘’ Membangun
Komunitas Belajar Menuju Sekolah Berprestasi’’ Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah.
Kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Drs.
Jodion Siburian, M.Si sebagai dosen matakuliah Lesson Study yang membimbing
dan memberi masukan dalam proses penyusunan makalah ini, serta teman-teman
yang mendukung, membantu, dan memberi saran dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini dimungkinkan adanya


kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat dinantikan bagi semua pihak, untuk membuat penulisan
makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan juga pembaca.

Jambi, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. 3
BAB I............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang........................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... 5
BAB II.......................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN....................................................................................................................................... 6
A. SASARAN BELAJAR............................................................................................................. 6
B. PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN...................................................11
BAB III...................................................................................................................................................... 27
KESIMPULAN...................................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem Pendidikan Nasional kita mengisyaratkan guru sebagai tenaga
professional yang memiliki eksistensi penting. Dalam UU No. 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Pasal 1 ayat 1). Sebagai
tenaga professional, sejatinya guru harus mampu memberi kontribusi yang
signifikan dalam peningkatan kualitas pembelajaran.

Pembelajaran yang bermutu sangat tergantung pada guru yang bermutu.


Sebagai tenaga pendidik professional, guru harus selalu berorientasi pada
peningkatan profesionalitasnya, jika tidak ingin terlindas dan tertinggal oleh
perkembangan jaman.

Paradigma pembelajaran dewasa ini yang semakin terbuka, menuntut guru


untuk menyikapinya. Sekolah kini bukan sekedar tempat mengajar bagi guru,
tetapi tempat kegiatan belajar semua pihak, baik guru, siswa maupun masyarakat.

Pergeseran paradigma mengenai sekolah sebagaitempat belajar ini


menciptakan suatu suasana baru yang disebut Komunitas Belajar (Learning
Community). Senge (1990) mendefinisikan Komunitas Belajar sebagai: Sebuah
organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus
menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang
baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.

Komunitas Belajar dalam lingkungan sekolah dilakukan sebagai konsep


penting dalam pengembangan budaya dan kualitas sekolah. Beberapa kajian
menunjukkan bahwa peran, fungsi dan pengaruh Komunitas Belajar ini dapat
membantu profesionalitas guru dan prestasi akademis siswa serta meningkatkan
mutu sekolah. Oleh karena itu makalah ini dibuat diharapkan agar pembaca daapat
memahami bagaimana komunitas belajar dapat membangun prestasi belajar siswa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah sasaran belajar itu?
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SASARAN BELAJAR
Sasaran belajar meliputi 3 ranah yaitu kognitif, psikomotor dan afektif.
Kognitif (hafalan, pemahaman) mungkin dapat dicapai dalam waktu singkat.
Siswa belajar semalam suntuk untuk mengikuti tes dapat memperoleh nilai yang
tinggi. Namun perolehan belajar dalam aspek kognitif demikian tidak bertahan
lama. Siswa akan mudah melupakannya.
Psikomotor atau keterampilan tidak dapat dicapai dalam waktu singkat.
Keterampilan memerlukan waktu. Semakin banyak jam terbang seseorang,
keterampilannya semakin baik dan orang tersebut menjadi lebih profesional.
Keterampilan siswa yang perlu dilatihkan adalah menggambar, membuat tabel,
grafik, menggunakan alat, merancang kegiatan, menyusun masalah, hipotesis,
melakukan eksperimen, mentabulasi data, menganalisis data, hingga ke terampil
membuat laporan dan mengkomunikasikannya (ini semua merupakan tuntutan
dalam kurikulum/KTSP).
Afektif atau sikap merupakan suatu pendapat sebelum bertindak, setuju
tidaknya siswa terhadap suatu fenomena, atau aturan, menjunjung tinggi
kedisiplinan, tenggang rasa, mau ,menerima saran, bersikap objektif, menjaga
kebersihan dan lain-lain. Sikap tidak dapat dibentuk seketika. Proses
pembentukan sikap memerlukan waktu, karena diperlukan adanya internalisasi
dan proses psikologi seseorang. Orang yang paham dan terampil sering kali
dibarengi dengan pembentukan dan perubahan sikap yang positif.
Menurut Universitas Charles Sturt (2004), sasaran pembelajaran berarti
apa yang dipelajari oleh siswa dalam bentuk yang nyata dan khusus. Pernyataan
tersebut menunjukkan apa yang harus dapat dilakukan atau dimengerti oleh
pembelajar sebagai hasil dari pembelajaran dan sebagai hasil dari kerja kerasnya
dalam menerima materi dalam proses pembelajaran.
Menurut Universitas Staffordshire memberikan pengertian secara umum:
 Sasaran adalah gambaran yang diharapkan yang tertulis dalam istilah
khusus, digambarkan dalam :
 Apa yang akan dilakukan
 Kapan.
 Menggunakan apa (sumber, peralatan, fasilitas)
 Dengan standar apa
Pembelajaran yang bermutu sangat tergantung pada guru yang bermutu.
Sebagai tenaga pendidik professional, guru harus selalu berorientasi pada
peningkatan profesionalitasnya, jika tidak ingin terlindas dan tertinggal oleh
perkembangan jaman.

Peningkatan profesionalisme bagi seorang guru adalah keniscayaan.


Berbagai upaya harus terus dilakukan, baik secara individual maupun kelompok.
Kegiatan-kegiatan MGMP, seminar-seminar, pelatihan-pelatihan dan lain-lain,
adalah bentuk-bentuk yang bisa dijadikan alternatif untuk meningkatkan
profesionalisme. Tentu saja yang paling penting lagi adalah niat dan itikad yang
kuat untuk selalu berubah ke arah yang lebih baik.

Paradigma pembelajaran dewasa ini yang semakin terbuka, menuntut guru


untuk menyikapinya. Sekolah kini bukan sekedar tempat mengajar bagi guru,
tetapi tempat kegiatan belajar semua pihak, baik guru, siswa maupun masyarakat.

Pergeseran paradigma mengenai sekolah sebagaitempat belajar ini


menciptakan suatu suasana baru yang disebut Komunitas Belajar (Learning
Community). Senge (1990) mendefinisikan Komunitas Belajar sebagai: Sebuah
organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus
menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang
baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.

Misi dari Komunitas Belajar ini diantaranya adalah bahwa :

a. Sekolah menjamin hak-hak belajar setiap siswa,


b. Sekolah memastikan bahwa pembelajaran berkualitas tinggi, dan
c. Sekolah mendorong pertumbuhan profesional guru sebagai ahli
pendidikan.
Komunitas Belajar dalam lingkungan sekolah dilakukan sebagai konsep
penting dalam pengembangan budaya dan kualitas sekolah. Beberapa kajian
menunjukkan bahwa peran, fungsi dan pengaruh Komunitas Belajar ini dapat
membantu profesionalitas guru dan prestasi akademis siswa serta meningkatkan
mutu sekolah.

Paling tidak ada 5 (lima) elemen dasar bagi terwujudnya Komunitas Belajar
ini, yaitu :

1. Berbagi nilai dan norma mengajar.


Saling berbagi diantara para guru, khususnya dalam pengalaman mengajar,
akan menciptakan norma kebersamaan, dan akan menghindari konflik
internal yang negative dan destruktif, sehingga tidak menghambat sekolah
dalam mengemban visi dan misinya.
Elemen dasar ini dalam membangun Komunitas Belajar ini akan mampu
menciptakan profesionalitas guru yang memiliki norma dan nilai sehingga
mewarnai kegiatannya di ruang belajar.
2. Fokus secara kolektif terhadap belajar siswa
Pusat perhatian guru secara kolektif harus ditujukan untuk kebutuhan
pengembangan cara belajar siswa, agar guru memiliki ekspektasi yang
tinggi terhadap hasil akademis belajar siswa
3. Kolaborasi mengajar
Guru harus terlibat secara penuh dan aktif dalam setiap pertemuan dan
diskusi yang membahas tentang kontribusi guru dalam meningkatkan
sikap belajar siswa dan peningkatan kualitas sekolah.
Upaya ini akan dapat dilakukan bila setiap anggota komunitasmemiliki
sikap rela untuk dikritik dan mengritik tentanggaya mengajar masing-
masing, termasuk kolaborasi dalam penyiapan material dan teknis
mengajar serta menyusun instrument evaluasi.
4. Deprivatisasi praktis mengajar
Dalam proses saling memberi kontribusi dan kritik dalam mengajar, guru
tidak akan merasa bahwa metoda dan strategi mengajarnya dianggap
paling benar. Guru memiliki keleluasaan untuk sesegera mungkin
memperoleh masukan melalui proses observasi teman sejawat. Tidak
seperti dalam penilaian formal oleh kepala sekolah atau pengawas dalam
supervise pendidikan.
Guru akan lebih banyak berdiskusi untuk saling member masukan secara
intensifmengenai gaya mengajar yang tepat sehingga rasa percaya diri dan
saling menghormati diantarapara guru akan terjadi sehingga menciptakan
lingkungan pembelajaran yang positif.
5. Dialog reflektif Pasca Pembelajaran
Dalam dialog reflektif, guru akan mudah untuk menyadari kekurangan dan
kesalahannya dalam mengajar. Dalam dialog ini juga akan saling
mempertanyakanasumsi dasar yang mereka miliki tentang mengajar.
Selain itu, dalam dialog reflektif ini anggota komunitas akan saling
membangun komitmen serta memberi kontribusi dalam upaya peningkatan
kualitas pembelajaran.

Komunitas Belajar akan terbangun manakala didukung budaya sekolah


yang diciptakan oleh stake holder (pihak sekolah dan masyarakat). Upaya ini juga
harus melekat dalam struktur dasar manajemen sekolah. Partisipasi masyarakat
secara nyata dalam manajemen sekolah juga menunjang terbangunnya komunitas
ini. Bentuk-bentuk kegiatan yang sudah ada mengenai proyek pengembangan
profesi guru selama ini, seperti MGMP, KKG, LKG dan sebagainya, harus
mampu mendorong terciptanya Komunitas Belajar, sehingga ekselensi
(keunggulan) dari wadah ini bisa dirasakan manfaatnya oleh semua pihak.

Salah satu model pengembangan profesi guru yang sekarang digulirkan


yaitu Lesson Study (LS). Lesson Study merupakan model pembinaan profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun
komunitas belajar. Melalui komponen PLAN (perencanaan mengajar), DO
(pelaksanaan) dan SEE (refleksi/diskusi pasca pembelajaran) , Lesson Study
memenuhi elemen dasar membangun Komunitas Belajar, seperti yang
dikemukakan di atas.
Pengalaman implementasi kegiatan Lesson study yang selama ini
dilaksanakan di kabupaten Sumedang dan beberapa kabupaten lainnya, telah
memberikan dampak yang sangat positif bagi semua pihak, terutama bagi sekolah,
guru dan siswa. Beberapa diantaranya adalah :

1. Bagi Sekolah
a. Guru yang sering mengikuti kegiatan LS, menunjukkan kinerja yang
lebih baik, setidaknya dalam kegiatan pembelajaran di sekolahnya.
b. Dukungan moril dan materil dari para pimpinan sekolah semakin
meningkat. Setiap kegiatan implementasi LS, selain dihadiri oleh guru
peserta, juga kepala sekolah. Kehadiran pimpinan sekolah ini akan
memberi motivasi bagi guru untuk mengikuti untuk terlibat pada setiap
kegiatan LS.
2. Bagi Guru
a. Tumbuhnya semangat guru dalam mencari dan menerapkan berbagai
model-model atau strategi pembelajaran. Sebab, setiap dilaksanakan
open class, guru berusaha untuk menerapkan model-model
pembelajaran yang lain dari yang pernah dipakai dalam open class
sebelumnya.
b. Tumbuhnya prinsip kolegalitas diantara guru-guru mata pelajaran,
khususnya yang sejenis. Hal ini ditunjukkan dengan semakin
efektifnya kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Prinsip kolegalitas ini merupakan salah satu faktor untuk membangun
Komunitas Belajar (Learning Communities).
c. Guru banyak mendapat pengetahuan dan pencerahan, terutama yang
berkaitan dengan pembelajaran, dari teman sejawat, para dosen
pembimbing, bahkan juga dari Tim JICA (Japan International
Cooperation Agency), yang memberi dukungan pada kegiatan LS di
Indonesia.
3. Bagi Siswa
a. Suasana pembelajaran lebih menyenangkan, karena kemasan materi
pelajaran disajikan lebih menarik, sehingga mengubah persepsi siswa
terhadap pelajaran matematika yang dianggap sulit, menakutkan dan
menjemukan.
b. Siswa lebih banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaan, karena guru
sering menggunakan model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.
c. Siswa dituntut untuk tampil menyampaikan presentasi hasil kerja
kelompoknya
d. Siswa yang mengalami kesulitan belajar, mudah dideteksi, karena guru
model aktif memperhatikan dan membimbing kelompok. Selain itu
juga observer bisa mengamati aktifitas individu siswa dalam kelompok
dan hasil pengamatannya itu disampaikannya pada kegiatan refleksi.

Kapasitas manajemen sekolah mengalami masalah serius dilihat dari


proses penyelenggaraan dan hasilpendidikan saat ini prestasi belajar merupakan
segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses
belajar siswa. Untuk meningkatkan prestasi belajar maka dibutuhkan strategi.
Sebab permasalahan dan kebutuhan yang dimiliki oleh setiap sekolah berbeda-
beda.

B. PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN

Dalam dunia pendidikan, kegiatan belajar harus dialami oleh setiap peserta
didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Belajar adalah kegiatan berproses
dan sebagai unsur fundamental khususnya dalam dunia pendidikan. Perubahan
secara positif dan progresif akan dialami oleh diri individu jika individu yang
bersangkutan memiliki dorongan untuk belajar.Masalah merupakan
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak
terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan ada pula yang mengartikannya sebagai
suatu hal yang tidak mengenakkan atau sesuatu yang dapat menghambat
seseorang dalam mencapai tujuannya.

Menurut Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu


yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau orang
lain. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar
dapat didefinisikan bahwa belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.

       Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan
sebagai suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat
kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan
dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-
masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam
belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan
belajar selama proses belajar yang dilakukan.

Ada berbagai masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran yang bisa


menghambat proses belajar mengajar di kelas. Terganggunya proses pembelajaran
dapat mempengaruhi kenyamanan belajar baik pendidik maupun siswa di kelas.
Pada zaman sekarang, perkembangan teknologi dan informasi justru masalah
belajar peserta didik di sekolah sangat sering di jumpai. Permasalahan yang
dialami oleh setiap peserta didik dalam masalah belajar sangat beragam dan
berbeda-beda. Di antaranya, masalah keefektifan belajar kegiatan belajar peserta
didik, menipisnya etika dan kesopanan peserta didik dalam belajar, kurangnya
motivasi para peserta didik untuk berpartisipasi dalam belajar, bullyng di kelas
sehingga prestasi yang diterima pun tidak optimal (Mubiar.2011).
Di dalam setiap kehidupan pasti akan ada yang namanya masalah , begitu
juga masalah dalam pembelajaran yang membuat peserta didik tidak dapat secara
maksimal untuk menyerap ilmu yang telah di sampaikan oleh tenaga didik.
Belajar merupakan kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di
sekolah. Ini berarti bahwa berhasilnya atau tidak pencapaian tujuan pendidikan
bergantung pada bagaimana pola belajar yang dialami peserta didik sebagai anak
didik. Pola kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik merupakan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap pada diri seorang yang belajar yang dilalui
melalui latihan dan pengalaman. Perbedaan peningkatan motivasi belajar pada
setiap peserta didik berasal dari latar belakang keluarga, ekonomi, dan lingkungan
yang berbeda-beda, serta tingkat motivasi dan dorongan dari dalam maupun luar
dirinya yang berbeda-beda pula.
Ada banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab kurangnya motivasi
belajar peserta didik dalam belajar, antara lain:
1. Faktor stimuli yang berhubungan dengan panjangnya bahan pelajaran,
kesulitan bahan pelajaran, berat ringannya tugas dan suasana lingkungan
eksternal.
2. Faktor metode belajar dipengaruhi oleh kegiatan berlatih dan praktik, over
learning dan drill, resistansi selama belajar, pengenalan hasil belajar dan
sebagainya.
3. Faktor-faktor individual dipengaruhi oleh kematangan, usia kronologis,
perbedaan jenis kelamin, kapasitas mental, dan kondisi kesehatan jasmani
(Mubiar. 2015).
Beberapa masalah dalam pembelajaran yang umum terjadi dan perlu untuk
ditanggulangi:
1. Berkurangnya motivasi para peserta didik untuk belajar atau berpartisipasi di
dalam belajar.
2.    Semakin banyak siswa yang membolos pada saat jam pelajaran di mulai.
3.    Pada zaman yang berkembang ini juga banyak sekali perkelahian muncul di
kalangan antar pelajar.
4.    Prestasi siswa yang semakin rendah dan mengalami kemerosotan nilai.
5.    Semakin menipisnya etika dan kesopanan di dalam belajar.
   Diantara banyak peserta didik di sekolah ada siswa yang berprestasi, namun
banyak pula yang dijumpai siswa yang gagal. Secara umum, siswa-siswa yang
mengalami nilai dan angka rapor banyak rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian
akhir, dan sebagainya dapat dianggap sebagai siswa yang mengalami masalah
belajar. Seseorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang
bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu.
Menurut Prayitno (2006) mengemukakan masalah belajar sebagai berikut:
a. Keterampilan Akademik
Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi,
tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal. Seharusnya kegiatan exstra
harus dimanfa’atkan secara baik oleh guru dan orang tua, karena ketrampilan
setiap anak didik sangatlah berbeda-beda, sehingga bisa mengeluarkan dan
memulai ketrampilannya sejak dari kecil dan diharapkan bisa
mengembangkannya.
b. Keterampilan dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan
tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang
amat tinggi. Ketrampilan dalambelajar bisa menunjang prestasi belajar siswa
karena siswa akan lebih banyak mendapatkan ilmu pengetahuan tambahan dari
proses pembelajaran yang semestinya.
c. Sangat Lambat dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu
dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
Sebenarnya setiap siswa mempunyai akal yang sama, tetapi kemampuan setiap
siswa yang satu dengan siswa yang lain sangatlah berbeda.
d. Kurang Motivasi dalam Belajar
Keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah
tampak jera dan malas. Hal ini disebabkandari beberapa sebab yang meliputi dari
lingkungan sekolah, keluarga maupun dari lingkungan pergaulan anak, jika
lingkungan anak memang sejak kecil diberi semangat belajar yang tinggi, pastinya
siswa tersebut bisa termotivasi untuk menjadi anak yang pintar, namun sebaliknya
kurangnya motivasi belajar siswa bisa mempengaruhi proses belajar dan akhirnya
menjadi salah satu dari sekian banyak masalah-masalah dalam pembelajaran.

e. Bersikap dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar


Kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari
antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas,
mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak
diketahuinya dan sebagainya, maka sikap dan kebiasaan yang baik bisa
menunjang kelancaran proses belajar anak. Hal ini disebabkan anak akan
cenderung rajin belajar dari pada siswa yang mempunyai sikap dan kebiasaan
yang buruk (Herman dkk, 2006:149-150).
 Identifikasi penyebab masalah dalam pembelajaran mengenai kurangnya
motivasi belajar peserta didik di dalam melakukan pembelajaran antara lain
adalah:

1. Kurangnya sekolah menentukan guru yang kompetitif di dalam melakukan


pembelajaran atau terlalu monotonnya proses pembelajaran di dalam sekolah
2. Kurangnya guru melakukan sebuah hubungan atau relasi dengan para murid
yang menjadi peserta didiknya.
3.    Kurang maksimalnya di dalam penggunaan alat ataupun media pembelajaran
yang menjadi pendukung di dalam aktivitas belajar mengajar.
4.    Tidak adanya sebuah ide atau motivasi untuk membuat kelas yang hidup dan
tidak berkesan kaku dan membosankan.
5.    Guru tidak melakukan upaya permasalahan kelas yang monoton yang
membuat peserta didik menjadi malas untuk datang ke kelas.
6.    Kurangnya kemampuan para peserta didik untuk bekerja didalam kelompok-
kelompok kecil untuk melakukan diskusi ringan.
7.    Tidak adanya upaya guru untuk memulai cara pembelajaran yang baru supaya
para peserta didik dapat lebih aktif di dalam lingkup pembelajaran.
Faktor-Faktor Penyebab Permasalahan Dalam Pembelajaran
Masalah-masalah belajar baik internal maupun eksternal dapat dikaji dari
dimensi guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah
belajar dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan
sesudahnya, sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum
kegiatan belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya
sering kali berkaitan dengan pengorganisasian belajar (Afiananda. 2018).
1.   Faktor Internal
            Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa baik
kondisi jasmani maupun rohani siswa
 Karakteristik Siswa
        Dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk mencatat pelajaran, mempersiapkan
buku, alat-alat tulis atau hal-hal yang diperlukan. Namun, bila siswa tidak
memiliki minat untuk belajar, maka siswa tersebut cenderung mengabaikan
kesiapan belajar.
 Sikap terhadap Belajar
  Sikap siswa dalam proses belajar, terutama sekali ketika memulai kegiatan
belajar merupakan bagian penting untuk diperhatikan karena aktivitas belajar
siswa banyak ditentukan oleh sikap siswa ketika akan memulai kegiatan belajar.
Namun, bila lebih dominan sikap menolak sebelum belajar maka siswa cenderung
kurang memperhatikan atau mengikuti kegiatan belajar.
 Motivasi Belajar
        Di dalam aktivitas belajar, motivasi individu dimanfestasikan dalam bentuk
ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam menyimak,
mengerjakan tugas dan sebagainya. Umumnya kurang mampu untuk belajar lebih
lama, karena kurangnya kesungguhan di dalam mengerjakan tugas. Oleh karena
itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar yang memberikan
dampak bagi tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
   Konsentrasi Belajar
     Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar
yang dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai
hasil belajar yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi
dalam belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut
ketelatenan guru.
 Mengelola Bahan Ajar
     Siswa mengalami kesulitan di dalam mengelola bahan, maka berarti ada
kendala pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru.
Bantuan guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki
kemampuan sendiri untuk terus mengelola bahan belajar, karena konstruksi berarti
merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis.
 Rasa Percaya Diri
salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas
fisik dan mental dalam proses pembelajaran adalah rasa percaya diri. Rasa
percaya diri umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di
dalam suatu aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu
hasil yang diinginkannya. Hal-hal ini bukan merupakan bagian terpisah dari
proses belajar, akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan
guru bersamaan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan.
    Kebiasaan Belajar
  Kebiasaan belajar dalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam
waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang
dilakukan. Ada beberapa bentuk kebiasaan belajar yang sering dijumpai seperti,
belajar tidak teratur, daya tahan rendah, belajar hanya menjelang ulangan atau
ujian, tidak memiliki catatan yang lengkap, sering datang terlambat.
   Tingkat Kecerdasan Rendah
     Walaupun tingkat kecerdasan seorang siswa bkanlah nilai mutlak dan
berubah-ubah, hal ini tetap saja dapat menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar. Tingkat kecerdasan atau kemampuan dasar yang rendah bisa
menjadi salah satu penyebab kesulitan belajar pada diri siswa.
 Kesehatan, Gangguan Fungsi Alat Indera, dan Alat Perseptual
   Kondisi tubuh yang sakit, kurang gizi dan vitamin dapat menyebabkan
kurang maksimalnya proses belajar. Begitupun jika terjadi gangguan pada fungsi
alat indera, seperti gangguan penglihatan dan pendengaran yang dapat secara
langsung menjadi penyebab terjadinya keslitan dalam belajar. Hal yang sama juga
dapat terjadi jika terdapat gangguan dalam proses penafsiran pesan di otak.

II. Faktor Eksternal

a.    Guru
        Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya
menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar
secara bebas dalam batas-batas yang ditentukan. Bila dalam proses pembelajaran,
guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik, mampu
memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk
memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk
mencapai hasil belajar yang diharapkan, namun jika guru tidak dapat
melaksanakannya, siswa akan mengalami masalah yang dapat menghambat
pencapaian hasil belajar mereka.
        Menurut Lindgren, (1967: 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru.
Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan
suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat
menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan
keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang
memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-
muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.
        Guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha
murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan
murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan
mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar
memperhatikan peserta didiknya.
b.   Keluarga
        Masalah-masalah dalam keluarga dapat menyita pikiran dan konsentrasi anak
untuk fokus dalam belajar.
c.    Lingkungan Sosial atau Teman Sebaya
        Lingkungan sosial dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap siswa.
Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh
teman sebayanya yang mampu memberi motivasi kepadanya untuk belajar.
d.   Kurikulum Sekolah
        Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai rangka atau
acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh aktivitas
pembelajaran, maka dipastikan kurikulum tidak akan mampu memenuhi tuntunan
perubahan di mana perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan
masalah.
e.    Sarana dan Prasarana
        Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada terciptanya
iklim pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk
mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat
mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih
baik. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian yang penting untuk
tercapainya upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan.
Upaya-upaya Penanggulangan Masalah Pembelajaran
1.    Perhatikan Mood
        Untuk mengenal mood anak, seorang ibu harus mengenal karakter dan
kebiasaan belajar anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam
keadaan kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan
dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk
mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang
sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas orangtua untuk
menyenangkan hati si anak.

2.    Siapkan Ruang Belajar


           Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak
memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar untuk anak. Selain itu, saat
mengajari anak ini, bisa melakukannya dengan menularkan cara belajar yang baik.
Misalnya bercerita kepada anak tentang bagaimana dahulu ibunya menyelesaikan
mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut dengan cerita
ibunya sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya
sekarang.
3.    Komunikasi
         Pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Tidak
bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara
guru mengajar di kelas. Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita
tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak aktif maka
banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas memperhatikan
baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak
bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai
menyampaikan pendapatnya.
4.    Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar
    Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan
belajar :
a.    Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik bersifat umum maupun khusus
dalam bidang studi
b.    Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam “record academic” kemudian
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau dengan kriteria tingkat
penguasaan minimal kompetensi yang dituntut.
c.    Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat.
d.    Melakukan observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses belajar
mengajar
e.    Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas.

5.    Mengalokasikan letaknya kesulitan atau permasalahannya


          Dilakukan dengan cara mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi
tertentu, seperti catatan keterlambatan penyelesaian tugas, ketidakhadiran,
kekurang aktifan dan kecenderungan berpartisipasi dalam belajar.
6.    Melokalisasikan jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami
berbagai kesulitan (Sardiman.2016).
C. MACAM-MACAM KOMUNITAS BELAJAR
1. Learning Community Melalui Pendampingan Lesson Study
Pola komunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya
perlu dikembangkan agar terbina suasana saling belajar dan setiap peserta didik
memperoleh kesempatan yang sama. Pola interaksi dan kerjasama antar pendidik
harus terjalin dengan baik guna memperbaiki proses pembelajaran yang
berdampak pada output (kualitas lulusan) yang berkompeten. Learning
community berkaitan dengan belajar melalui layanan komunitas, ICT, dan
komunitas belajar lainnya (Louise Stoll, Ray Bolam, Agnes McMahon, Mike
Wallace, and Sally Thomas, 2006: 224). DuFour, Eaker, dan Many (2006)
mendeskripsikan tiga elemen penting untuk dapat sukses dalam learning
community yaitu: fokus pada pembelajaran (menjamin bahwa siswa belajar),
budaya kolaborasi, dan berorientasi pada hasil. Learning community dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan menjadi komunitas belajar. Komunitas belajar adalah
sekelompok orang yang melakukan pertukaran nilai-nilai umum atau keyakinan
dan secara aktif bersepakat untuk belajar bersama satu dengan yang lain
(Syamsuri dan Ibrohim, 2008: 112). Hal ini berarti bahwa komunitas belajar
(learning community) yaitu kerjasama antar guru, antar kelompok, dan antara
yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas guna
mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang
diinginkan, mendorong pola berpikir yang baru dan luas, dan terus belajar secara
bersama-sama. Pendidik harus merencanakan dan mengimplementasikannya
dalam team work. Komunitas belajar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
proses pembelajaran dan learning outcome, oleh karena itu pembelajaran di kelas
tidak harus ditangani oleh satu orang melainkan melibatkan team teaching atau
semua guru yang ada di sekolah. lembaga pendidikan melalui guru dan dosen
dalam mengelola pembelajaran yang efektif harus berani terbuka demi
kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran. Untuk itu salah satu cara efektif
yang bisa dilakukan untuk membangun komunitas belajar (learning community)
adalah dengan melakukan pendampingan para guru dalam pembelajaran melalui
lesson study, agar terbangun budaya kolaborasi yang lebih luas dan kuat di
kalangan pendidikan dan para professional dalam rangka peningkatan kualitas
proses pembelajaran dan kompetensi lulusan. Proses pembelajaran secara
berkesinambungan melalui lesson study. dibagi dalam tiga tahapan yaitu Lesson
study dimulai dari tahap perencanaan (plan) yang bertujuan merencanakan
pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa. Perencanaan diawali dari analisis
permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.Selanjutnya guru secara
bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi yang
dituangkan ke dalam rancangan pembelajaran (lesson plan). Langkah kedua dalam
lesson study adalah pelaksanaan (do) pembelajaran yang mengacu pada rencana
pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Salah seorang guru
mengimplementasikan pembelajaran dan guru lain sebagai pengamat (observer)
pembelajaran. Langkah ini bertujuan mengimplementasikan pembelajaran dan
mengujicoba efektifitas pembelajaran yang dirancang.Langkah ketiga adalah
refleksi (see) yaitu melalui kegiatan diskusi antara guru dan pengamat. Guru
mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan dalam melaksanakan
pembelajaran. Selanjutnya pengamat secara bergiliran menyampaikan komentar
dan lesson learnt dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas siswa
agar dapat dibangun komunitas belajar (Hendrayana, 2005: 10-19).
Pendampingan merupakan salah satu upaya untuk memberikan kemudahan
kepada siapa saja untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara
pembimbingan sejak awal antara pembimbing dan individu yang dibimbing
(Suherlan, 2004).
Pendampingan di lakukan dengan tahap-tahap lesson study.Pada dasarnya
antara lesson study dan learning community memiliki ide dasar dan tujuan yang
sama. Ide peningkatkan kualitas pembelajaran secara kolaboratif, berkelanjutan,
dan saling membelajarkan. Di samping itu juga perlu mengenalkan pembelajaran
kolaboratif berbasis lesson study. dengan demikian akan terbangun komunitas
belajar untuk menumbuhkan pola saling belajar baik di antara guru, peserta didik,
maupun antara guru dan peserta didik. Melalui kegiatan ini diharapkan
pembelajaran menjadi lebih bermakna serta memberikan hak belajar kepada
seluruh peserta didik. Sebagai solusi yang ditawarkan adalah memberikan
pendampingan untuk mengembangkan Learning Community (komunitas belajar)
melalui implementasi Lesson Study atau sering dikenal dengan istilah LSLC
(Lesson Study for Learning Community).
2. Membangun Komunitas Pembelajar Melalui Lesson Study
Lesson study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus
menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan
hasil pembelajaran peserta didik secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson
study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas
pembelajar yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik
pada tataran individual maupun manajerial. Hurd & Licciardo-Musso mengakui
bahwa lesson study memberikan kontribusi besar untuk peningkatan
professionalisme dan pengalaman tim lesson study:
“Our team found lesson study to be unlike any other professional
development experience we have participated in. Lesson study values us as
professionals and allows us to use our collective talents and experiences to
increase student achievement through increasing our knowledge as professionals.
It is not another new program, but a tool that helps teachers to be effective
learners themselves” (Hurd & Licciardo-Musso, 2005).
Pengakuan di atas, sesungguhnya mempertegas berbagai peluang yang
dapat diperoleh oleh pendidik, apabila dia melaksanakan lesson study secara
berkesinambungan. Peluang-peluang itu sangat erat kaitannya dengan
pengembangan profesionalisme pendidik (Lewis, 2002), yaitu
1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi
pokok, dan bidang studi
2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat
dikembangkan
3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan
4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai
yang berkaitan dengan peserta didik.
5) merancang pembelajaran secara kolaboratif.
6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku
peserta didik.
7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat penuh daya, dan
8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata peserta didik dan
kolega.
Dua hal ini sangat penting bagi peningkatan profesionalisme pendidik,
karena beberapa penjelasan berikut:
Pertama, para pendidik akan lebih terbuka dengan dunia luar. Ruang
kelasnya tidak dikunci sendiri untuk tidak boleh menerima pendidik lain untuk
melihat apa saja yang dilakukan pendidik itu setiap hari kerja dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakannya. pendidik itu, juga perlu melihat apa yang
dilakukan koleganya dalam proses pembelajaran.
Kedua, para pendidik akan saling belajar dan saling bekerjasama dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajarannya melalui peningkatan pemahaman
bukan hanya tentang materi, tetapi juga metode, media dan media pembelajaran,
tetapi juga teknik penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, fokus kegiatan lesson study adalah kajian pembelajaran sehingga dapat
menemukan praktik terbaik (best practices), berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang diamati dalam beberapa tahapan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik.
Ketiga, dengan praktik terbaik tersebut, para pendidik akan dilatih untuk
dapat mencoba menghasilkan inovasi baru dalam pembelajaran, melalui usulan,
saran atau rekomendasi perbaikan yang diberikan oleh koleganya, juga melalui
kreativitas-kreativitas yang kemudian muncul dalam praktik pembelajaran.
Keempat, hasil akhir yang diharapkan dapat diperoleh melalui lesson study
ini adalah proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, yang dengan
demikian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa (student
achievement).
3.Lesson Study Berbasis sekolah sebagai komunitas belajar guru abad 21
filosofi lesson study adalah keterbukaan yaitu pembelajaran yang terbuka
untuk di observasi oleh siapapun untuk menginspirasi. LS membuka ruang untuk
demokrasi dalam pembelajaran, yakni saling mendengar dan tidak boleh seorang
mendominasi. Filosofi lain yang dibangun dalam LS adalah keunggulan yaitu
bukan membandingkan dengan yang lain dan semua orang bisa menjadi yang
terbaik(Meitasari. 2018).
LS akan menjadi sarana komunitas guru untuk saling belajar bertukar
pendapat dan memikirkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Hal
ini jika telah diimplementasikan oleh guru dalam suatu satuan pendidikan secara
kolaborasi dan berkesinambungan maka implementasi lesson study tersebut
telah terbentuk dalam basis per sekolahan.
Kontribusi yang diperoleh para guru setelah menerapkan lesson study
Dalam pelaksanaan tugasnya adalah bahwa kegiatan ini melatih kemampuan
guru untuk peka dalam mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik
memikirkan strategi yang tepat dalam pembelajaran mendesain lembar kerja
yang melibatkan seluruh peserta didik dan mengevaluasi proses pembelajaran
yang telah dilakukan.
Komunikasi yang terbangun antara rekan pendidik semakin Intens melalui
berbagai pendapat mengenai metode mengajar yang efektif untuk digunakan
pada mata pelajaran masing-masing cara mendesain rencananya melalui desain
dengan cara menangani permasalahan belajar peserta didik. Bentuk kerjasama
yang terjalin antar guru adalah bersama mencari solusi dalam mengatasi
permasalahan belajar peserta didik bentuk kerjasama yang terjalin antara guru
adalah bersama mencari solusi peserta didik misalnya konsentrasi dan motivasi
belajar peserta didik yang rendah dan teknik mengajar yang mudah dipahami
oleh peserta didik.
Bentuk kepedulian yang dirasakan oleh seluruh guru yang menerapkan
lesson study adalah rasa untuk maju dan cerdas bersama semakin menguat saling
support dan menghadapi perbedaan karakteristik peserta didik dan saling
mendukung saat melakukan persiapan Open class dengan mengundang observer
dalam mata pelajaran yang sama dari sekolah yang lain.
Hasil penelitian Ernest lim kok seng 2014) menyimpulkan bahwa
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memberi kesempatan kepada si
pembelajar untuk belajar secara independen Mandiri belajar dari pengalaman
memberi peluang untuk belajar secara sejajar dengan yang lain dan menantang.
Dipertegas lagi oleh Krista Kapuk (2018) dalam penelitian studi kasus yang
telah dilakukannya bahwa pembelajaran yang diterapkan saat ini mengabaikan
siswa sebagai individu secara khusus temuan penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran harus disesuaikan dengan minat peserta didik gaya belajar
identitas budaya pengalaman hidup dan keunikan yang menantang.
Guru sebagai desainer dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap
hasil pembelajaran salah satu aspek kemampuan guru sebagai desainer adalah
ketetapan dalam merancang dan merumuskan desain tugas yang tepat agar dapat
melibatkan dan memaksimalkan konsentrasi dan kemampuan peserta didik
dalam pembelajaran sehingga proses tersebut memberi ruang kepada peserta diri
yang mengalami kesulitan belajar terbantu oleh peserta yang lain yang memiliki
kemampuan akademik yang lebih baik untuk bertindak sebagai tutor sebaya.
4. Komunitas Belajar Melalui Lesson Study Model Transcript Based Learning
Analysis (TBLA)
LS dapat diimplementasikan pada tiap mata pelajaran tanpa terkecuali
mata pelajaran sejarah. LS khususnya model TBLA sebagai model peningkatan
kualitas pembelajaran dilihat dari kualitas diskusi antar peserta didik. LS diawali
dengan penerapan pembelajaran bidang keilmuan eksak, khususnya matematika.
Implementasi Lesson Study khususnya model TBLA dirasakan oleh komunitas
belajar, yaitu: 1) Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya), 2)
Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya 3)
Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan
materi dalam kurikulum. 4) Membantu guru memfokuskan bantuannya pada
seluruh aktivitas belajar peserta didik. 5) Menciptakan terjadinya pertukaran
pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar peserta didik 6)
Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Mubiar. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran,
Bandung: Aditama
A.M, Sardiman.2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Danny Soesilo, Tritjahjo, 2015. Teori dan Pendekatan Belajar. Yogyakarta:
OMBAK.
Lewis, C. 2002. A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia:
Research for Better School.
Lindgren, H.C. 1967. Educational Psychology In The Clasroom. New York:Wiley
Ans sons
M.Entang, T Raka Joni, Prayitno. 1985. Pengelolaan Kelas Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

inhi Abdullah, Eva marthinu, Endang Purwati. 2019. Lesson Study Berbasis
sekolah sebagai komunitas belajar guru abad 21. Jurnal penelitian
humano. Vol 10. No 1: 407-410

Surti Kurniasih, R. Teti Rostikawati,dkk. 2020. Membangun Learning


Community Melalui Pendampingan Lesson Study di SMP Kurnia Kota
Bogor. Jurnal Ilmiah Populer. Vol 2. No 2: 30-39

Yulianingsih, Dwiati, Stefanus M.M Lumban Gaol. 2019.Keterampilan Pendidik


PAK Untuk Meningkatkan Minat Belajar Murid Dalam Proses
Pmebelajaran Di Kelas, Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika,
Vol. 2, No. 1

Anda mungkin juga menyukai