Anda di halaman 1dari 43

Pola Hidangan Makanan

sebagai Produk
Budaya dan Nilai Sosial
Pangan dan Makanan
Perkembangan Terbentuknya
Hidangan Makanan

 Fase cara manusia mendapatkan pangan,


dihubungkan dengan lingkungan hidupnya menurut
ahli antropologi (Sediaoetama, 2007)
1. Fase Ekstrasi yang terdiri atas sub-fase berburu dan
memetik/memungut dan sub-fase berburu dan
mengumpul/meramu.
Pola konsumsi : makan makanan hasil ramuan bahan
tumbuhan yang dikumpulkan dari hutan dan/atau
memakan hasil hutan yang diburu dan kemudian
dibakar.
2. Fase ekstrasi dan rehabilitasi/regenerasi,
yang terdiri atas sub-fase mengembala dan
bercocok tanam primitif dan sub-fase
beternak dan bertani modern
Pola konsumsi : makanan hasil olahan
3. Fase produksi dan sintesis teknokimia
modern
Pola Konsumsi : tidak hanya memakan hasil
tanaman atau ternak tetapi juga hasil
olahan industri.
VARIASI
MAKANAN
POLA PANGAN SEBAGAI PRODUK BUDAYA
- Kesanggupan menyusun hidangan sifatnya
tidak diturunkan (herediter) tetapi
merupakan kepandaian yang diajarkan dari
leluhur melalui orang tua, terus ke generasi
yang lebih muda  hasil manifestasi proses
belajar
- Proses belajar yang menghasilkan kebiasaan
makan terjadi seumur hidup
POLA PANGAN SEBAGAI PRODUK BUDAYA
- Kebiasaan makan seseorang merupakan
kebiasaan keluarganya
- Kebiasaan makan keluarga dan susunan
hidangannya merupakan salah satu
manifestasi kebudayaan keluarga yang
disebut ‘lifestyle” (gaya hidup)
POLA PANGAN SEBAGAI PRODUK BUDAYA
- Gaya hidup merupakan hasil interaksi
berbagai faktor sosial, budaya dan
lingkungan hidup.
- Gaya hidup keluarga merupakan
pencerminan dari kehidupan suatu
masyarakat
 Model Perilaku Konsumsi Pangan (Pelto
1980)perilaku konsumsi pelto.docx
 3 kelompok yang memegang peranan
dominan dalam membentuk pola konsumsi
pangan :
1. Kondisi ekosistim yang mencakup
penyediaan bahan makanan alamiah.
2. Kondisi ekonomi yang menentukan daya
beli
3. Konsep kesehatan dan gizi
pOLa PaNgaN 4 SEhaT 5 sEmPurNa
Slogan Gizi sejak tahun 1952 dan sudah tidak
sesuai lagi dengan IPTEK di bidang gizi serta
masalah dan tantangan yang dihadapi.
Menjelaskan tentang apa yang harus dikonsumsi
1. Makanan Pokok 4. Buah-buahan
2. Lauk Pauk 5. Susu
3. Sayuran
Pedoman Umum Gizi Seimbang
Merupakan realisasi dari rekomendasi
konfrensi Pangan sedunia di Roma Tahun 1992
Perkembangan PUGS
- Tahun 2003 : PUGS dengan 13 Pesan dasar gizi
Seimbang ( Kesulitan dalam sosialisasi pesan)
- Tahun 2014 : PUGS dengan 4 pilar
Pedoman Umum Gizi Seimbang
Bukan sebagai sebuah slogan tetapi
merupakan pedoman makan dan
berperilaku sehat bagi seluruh lapisan
masyarakat berdasarkan prinsip konsumsi
anekaragam pangan, perilku hidup bersih,
aktivitas fisik dan mempertahankan berat
badan normal.
GIZI SEIMBANG
• Adalah Susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman
pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih
dan mempertahankan berat badan normal
untuk mencegah masalah gizi
Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok
1. Ibu hamil dan ibu menyusui
2. Bayi 0-6 bulan
3. Anak 6-24 bulan
4. Anak usia 2-5 tahun
5. Anak 6-9 tahun
6. Remaja 10 -19 tahun
7. Dewasa
8. Usia Lanjut
4 PILAR PUGS
- 1. Mengonsumsi makanan beragam
- 2. Membiasakan Perilaku hidup bersih
- 3. Melakukan aktivitas fisik
- 4. Mempertahankan dan memantau berat
badan normal
Pesan Gizi Seimbang

- 1. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan


- 2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-
buahan
- 3. biasakan mengkonsumsi lauk pauk yang
mengandung protein tinggi
- 4. Biasakan mengonsumsi anekaragam
makanan pokok
Pesan Gizi Seimbang
- 5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan
berlemak
- 6. Biasakan sarapan
- 7. Biasakan minum air putih yang cukup dan
aman
- 8. Biasakan membaca label pada kemasan
makanan
Pesan Gizi Seimbang

- 9. Cuci tangan pakai sabun dengan air


bersih mengalir
- 10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan
pertahankan berat badan normal
Konsumsi energi dan protein
• Konsumsi pangan masyarakat masih belum
sesuai dengan pesan gizi seimbang.
• Hasil Riskesdas 2013, gambaran konsumsi
diantaranya : kualitas protein rata rata masih
rendah karena sbagian besar berasal dari
protein nabati seperti serealia dan kacang-
kacangan. Konsumsi makanan dan minuman
berkadar gula tinggi, gula tinggi dan lemak
tinggi baik di desa dan kota cukup tinggi
Konsumsi energi dan protein
• Kondisi tersebut mempengaruhi
munculnya masalah gizi : undernutrition -
overnutrition
• Seperti KEP,
overweigh/obesitas
NILAI SOSIAL BERKAITAN
DENGAN POLA KONSUMSI
PANGAN DAN GIZI
Nilai Sosial

nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,


mengenai apa yang dianggap baik dan
apa yang dianggap buruk oleh masyarakat
Ciri Nilai Sosial

• Merupakan konstruksi masyarakat sebagai


hasil interaksi antarwarga masyarakat.
• Disebarkan di antara warga masyarakat
(bukan bawaan lahir).
• Terbentuk melalui sosialisasi (proses
belajar)
• Merupakan bagian dari usaha pemenuhan
kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
Ciri Nilai Sosial

• Bervariasi antara kebudayaan yang satu


dengan kebudayaan yang lain.
• Dapat memengaruhi pengembangan diri
sosial
• Memiliki pengaruh yang berbeda
antarwarga masyarakat.
• Cenderung berkaitan satu sama lain dan
membentuk sistem nilai.
seseorang yang kebiasaan makannya
telah terbentuk memiliki kemampuan
untuk menilai apakah jenis makanan
tertentu layak atau tidak layak bagi
dirinya. Terdapat semacam sistem nilai
(Value System) di dalam diri individu
guna menentukan dan memilih
makanan. Melalui sistem nilai ini
maka seseorang memiliki wawasan
atau dapat memberi arti tertentu
terhadap makanan.
Landasan pembentukan kebiasaan
makan yang tercermin pada sitem
nilai seseorang terhadap makanan
pada dasarnya dilatari adanya
perbedaan sosial budaya, ekonomi,
lingkungan dan agama pada
komunitas berkenaan dengan
tanggapan mereka terhadap
makanan.
Makanan Sebagai Identitas Kelompok

Jenis pangan yang biasa dikonsumsi


komunitas tertentu dapat dijadikan indikator
asal budaya mereka. Contohnya, jika
komunitas itu tidak makan daging sama
sekali, berarti mereka beragama Hindu atau
kelompok vegetarian
Makanan Sebagai Keunggulan Etnik

Makanan adalah ikon keunggulan budaya


masyarakat, semakin variatif makanan itu dikenal
publik, semakin tinggi apresiasi masyarakat
terhadap daerah tersebut. Semakin luas
pemasarannya, menunjukkan kualitas makanan
tersebut diakui oleh masyarakat
Contoh : rendang, gudeg, dll
PERUBAHAN PRODUKSI, KONSUMSI
DAN DISTRIBUSI PANGAN
 Tahun 1993 Pola Pangan Pokok ke Arah
Beras
 Kebijakan pembangunan pertanian selama
ini terutama pada komoditas beras.
 Kebijakan untuk komoditas palawija
terutama umbi-umbian dan jagung untuk
pangan sangat jarang bahkan terkesan
diabaikan
 Akibatnya, produksi padi cenderung
meningkat dan sebaliknya produksi
palawija cenderung stagnan bahkan untuk
komoditas tertentu menurun
 Berdasarkan SUSENAS tahun1993, pola
pangan pokok beras tidak hanya dijumpai
pada kelompok berpendapatan tinggi, tetapi
juga pada kelompok berpendapatan sedang
bahkan rendah
 Semua propinsi di Sumatera mempunyai pola
pangan pokok beras, kecuali Sumatera
Selatan (pola pangan pokok beras+ubi kayu)
 Di Jawa, pola pangan pokok selain beras
hanya dijumpai pada kelompok
berpendapatan rendah di Jawa Tengah dan
Jawa Timur
 Untuk kawasan timur Indonesia, pola pangan
pokok yang masih beragam hanya terdapat di
Nusa Tenggara Timur (beras+jagung+ubi
kayu)
 Papua (beras+sagu+ubi jalar/ubi kayu),
namun pada kelompok berpendapatan tinggi
sudah beralih ke beras+mi
 Tahun 2002 Pola Pangan Pokok ke Arah
Beras + Mi
 Dahulu masyarakat Indonesia tidak
mengenal mi instan yang dibuat dari tepung
terigu, karena lingkungan Indonesia tidak
cocok untuk tanaman gandum yang
merupakan tanaman subtropis
 Pada zaman Orde Baru, pemerintah
terpaksa memperkenalkan terigu
dengan pangan olahannya karena
jumlah beras di pasar internasional
menipis, sementara masyarakat
Indonesia sudah bergantung pada beras
 Pertimbangannya adalah harga gandum
relatif stabil dan volume yang
diperdagangkan cukup banyak serta beras
dapat bersubstitusi dengan terigu.

 Pemerintah juga memberikan subsidi


gandum yang cukup tinggi melalui subsidi
impor dan penyaluran, seperti menjual
terigu dengan harga murah
 Peran mi instan memang luwes,tidak
hanya sebagai pangan pokok,tetapi juga
sebagai lauk-pauk, sehingga sering
dijumpai masyarakat yang makan nasi
dengan lauk mi goreng atau mi kuah
 Hal ini dimungkinkan karena mi dapat
diproses dengan mudah, disajikan dengan
praktis, dan dapat memenuhi selera
sebagian besar masyarakat baik orang
dewasa maupun anak-anak
 Selain itu, jenis makanan dari mi sangat
bervariasi dan mudah dijumpai di tempat-
tempat penjual makanan

 Promosi mi instan dengan berbagai jenis


produk, ukuran, dan harga sangat intensif
sehingga produk mi terbaru cepat dikenal
oleh masyarakat
 Secara agregat, konsumsi beras pada
tahun 2002 mengalami penurunan,
walaupun tingkat partisipasinya masih
relatif tetap
 Ini berarti jumlah konsumsi beras per
orang mengalami penurunan. Sebaliknya
tingkat partisipasi dan konsumsi mi instan
meningkat secara signifikan
 Kecenderungan ini mengakibatkan pola
pangan pokok di berbagai daerah bergeser
dari pola beras ke pola beras + mi
 Kecenderungan ini terjadi hampir di semua
propinsi termasuk di Kawasan Timur
Indonesia
 Propinsi yang tidak mengalami pergeseran
pola pangan pokok dan masih dominan
pangan lokal seperti umbi-umbian, sagu, dan
jagung adalah NTT, Papua, dan Maluku
 Menggeser kembali pola pangan pokok ke
arah pangan lokal seperti zaman dulu
memang sulit, dan perlu program dan tekad
yang kuat dari semua pihak
 Indonesia sangat kaya dengan pangan lokal
yang belum dimanfaatkan secara optimal
 Diperlukan sentuhan teknologi untuk
meningkatkan nilai sosial dan ekonomi
pangan lokal, antara lain melalui
pengembangan industri pangan baik skala
rumah tangga, industri kecil, menengah
maupun besar
KONDISI SEKARANG??
• Konsumsi pangan sudah lebih
beraneka ragam, seiring terjadinya
proses globalisasi disemua aspek,
termasuk makanan.
• Berbagai makanan asing (budaya luar)
mudah ditemui dimana-mana.
Distribusi Pangan
• Dari petani/produsen  pengumpul
 pasar/distibutor  konsumen/RT
• Seiring perkembangan distribusi
pangan sekarang ini “PASAR” menjadi
hilang karena adanya sistim “penjualan
online” pembeli dan penjual tidak
berhadapan langsung
• Muncul jasa angkutan/pengiriman
seperti gofood, gosend dll.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai