PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
Mahasiswa mampu menganalisi serta membandingkan asupan energi,
protein, lemak dan karbohidrat responden dengan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) di Indonesia
Mahasiswa mampu menganalisis dari hasil estimated food record yang
telah dilakukan
Mahasiswa mampu menganalisi perbedaan konsumsi pada hari kerja dan
hari libur
Mahasiwa mampu megevaluasi proses pelaksanaan estimated food record
1.4 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Fahmida dan Dillon (2007) bahwa prinsip dan penggunaan dari
metode pencatatan makanan (food records) adalah sebagai berikut :
3
dan kontrol penelitian terutama saat kegiatan konseling diet atau untuk
mengetahui korelasi antara intake dengan parameter biologis.
2. Berguna untuk kegiatan dalam penelitian, khususnya dalam penelitian
epidemiologi gizi. Data intake zat gizi selanjutnya dapat dijadikan sebagai
dasar program pendidikan gizi.
Dalam pelaksanaan metode food record, responden sangat berperan
untuk pengumpulan data. Peneliti harus meminta kerja sama dan komitmen
responden untuk mencatat dan melaporkan semua makanan dan minuman
termasuk makanan jajan dan selingan yang dikonsumsi selama periode penelitian.
Peneliti juga harus menjelaskan kepada responden untuk selalu membawa catatan
makanan ini apabila responden mengkonsumsi makanan di luar rumah.
4
menerjemahkan ukuran rumah tangga ke dalam ukuran berat (gram)
dan menganalisa zat gizi dari makanan yang dikonsumsi responden.
Setelah data dari responden terkumpul, peneliti atau pengumpul data
menerjemahkan ukuran porsi yang dikonsumsi respoden dari ukuran
rumah tangga ke dalam ukuran berat (gram).
Peneliti atau pengumpul data menganalisis bahan makanan untuk
mengetahui jumlah konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar
komposisi bahan makanan atau menggunakan software untuk analisa
konsumsi zat gizi.
5
5. Hasil yang diperoleh cukup akurat jika responden menuliskan data
konsumsi makanan dengan teliti.
Menurut Berdanier (2008) cara pengisian sederhana untuk food records adalah
sebagai berikut :
1. Tanggal. Catat tanggal pada bagian atas form
6
2. Nama. Catat nama pada bagian atas form yang telah disediakan
3. Waktu makan. Catat waktu makan tiap hari dari pagi sampai malam
4. Makanan atau tempat makan. Catat jenis makanan (sarapan, makan
siang, makan malam, snack, dll) dan dimana tempat makan (dirumah
atau restoran)
5. Item bahan makanan. Catat nama masing-masing bahan makanan yang
dimakan
6. Deskripsi atau persiapan. Termasuk informasi bagaimana bahan
makanan tersebut disiapkan
7. Jumlah. Catat jumlah dari masing-masing bahan makanan dengan
menggunakan URT atau lakukan penimbangan.
Untuk membantu menganalisis intake bahan makanan tersebut, maka
responden harus memperhatikan dan mematuhi petunjuk yang tertera pada form
yaitu :
1. Jangan mengubah kebiasaan atau pola makan anda dan jangan mencoba
untuk memodifikasi intake makanan, karena intake makanan anda akan
di catat.
2. Catatlah segala sesuatu yang anda makan atau minum. Termasuk semua
snack . termasuk juga suplemen vitamin atau mineral berserta
dosis/hari.
Catatlah sesegera mungkin makanan yang anda makan. Catatlah dengan jelas.
Sumber bias dalam metode ini ada yang berasal dari pengumpul data, ada
yang berasal dari responden dan ada yang berasal dari keterbatasan analisa zat gizi
7
daftar penukar bahan makanan, penggunaan food phorograph, food
model dan alat ukur.
2. Kesalahan persepsi pengumpul data dalam memahami hidangan dan
bahan makanan yang ditulis responden. Hal ini dapat diatasi dengan
meningkatkan pengetahuan pengumpul data tentang makanan dan
bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh responden. Lakukan studi
pendahuluan tentang makanan dan hidangan dan cara pengolahan
makanan di wilayah responden berada. Hal ini akan sangat membantu
pengumpul data mengenai makanan dan hidangan yang dikonsumsi
responden.
8
zat gizi. Hal ini cukup sulit untuk diatasi oleh pengumpul data. Untuk
sementara yang dapat dilakukan adalah menggunakan analisa zat gizi
untuk makanan yang mirip atau meyerupai dengan makanan yang
dikonsumsi responden.
2. Untuk bahan makanan tertentu, komposisi nilai gizi nya dapat berbeda-
beda. Contohnya untuk makanan seperti bakso, nugget, dan makanan
olahan lainnya yang komposisi bahan dalam proses pembuatannya bisa
sangat berbeda. Hal ini dapat diatasi dengan mengumpulkan beberapa
resep standar dari bahan makanan olahan tersebut. Untuk memperkirakan
komposisi bahan responden dapat menambah keterangan harga atau merek
dari makanan yang digunakan. Jika responden membuat sendiri sebaiknya
uraikan resep dari makanan tersebut.
9
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
10
7. Mahasiswa melakukan konversi dari URT ke dala ukuran berat (gram)
8. Mahasiswa menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan
menggunakan Daftar komposisi Bahan Makanan (DKBM)
9. Membandingkan angka kecukuan gizi (AKG) di Indonesia untuk
memperoleh tingkat konsumsi
10. Mahasiswa membuat laporan survei
11
Pengkonversian dari URT ke dalam ukuran berat (gram)
12
BAB IV
HASIL
Jumlah
Hari/ Tanggal Waktu Makan Menu Bahan Makanan Cara pengolahan Keterangan Energi Protein LemakKarbohidrat
URT Gram
04.00 Air mineral Air mineral - 1 gls 200 Merk aqua - - - -
06.00 Air mineral Air mineral - 1 gls kcl 100 Merk aqua - - - -
Oats meal 4 sdm 35 Quaker oats 137,5 5 2,5 23,75
10.30 (Makan
Oat Meal Susu Kedelai Melilea diseduh 4 sdm 50 Merk melilea 220 11 6 31
pagi)
Air Hangat 1/2 gls bsr 250 - - - - -
10.40 Air mineral Air mineral - 1 gls kcl 100 Merk aqua - - - -
12.00(Seligan
Buah Apel Di potong dadu 1 bj 85 apel fuji 50 - - 12
siang)
12.10 Air mineral Air mineral - 1 gls kcl 100 Merk aqua - - - -
BB 68
𝐈𝐌𝐓 = = = 26,5 (Kelebihan berat badan tingkat ringan)
(TB)𝑚2 (1,63)2
= (160-100) x 90%
= 54 kg
= 1362,7
= 1362,7x 1,55
1205
Energi = 2112,18 x 100% = 57 % (Defisit berat)
15
Perbandingan Tingkat Kebutuhan Energi dengan Angka Kecukupan Gizi di
Indonesia
1205
Energi = 2250 x 100% = 53,5 % (Defisit Berat)
36,967
Protein = x 100% = 66,01 % (Defisit Berat)
56
36,33
Lemak = 𝑥 100% = 48,44 % (Defisit Berat)
75
181,95
Karbohidrat = x 100% = 58,5 % (Defisit Berat)
309
16
BAB V
PEMBAHASAN
Estimated food record atau biasa disebut food record adalah metode
pencatatan makanan yang dilakukan oleh responden dengan cara mengestimasi
jumlah makanan yang dikonsumsi. Metode ini disebut juga food record atau diary
record, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini
responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali
sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang 9 dalam
ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara
persiapan dan pengolahan makanan tersebut (Supariasa, 2002)
Menurut Supariasa (2002) ada beberapa langkah-langkah dalam
pelaksanaan food records diantaranya yaitu :
17
meliputi nama masakan, cara persiapan, dan pemasakan bahan makanan selama
kurun waktu 3 hari (2 hari kerja, 1 hari libur). Selanjutnya peneliti meakukan
konversi dari URT ke dala ukuran berat (gram), lalu menganalisis bahan makanan
ke dalam zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi Bahan Makanan
(DKBM). Selanjutnya, membandingkan angka kecukuan gizi (AKG) di Indonesia
untuk memperoleh tingkat konsumsi
Dalam praktikum ini peneliti memilih satu orang responden yang
bernama Dini Putri dalam melakukan rapport peneliti sebisa mungkin mencairkan
suasana. Pada saat melakukan rapport peneliti memperkenalkan diri terlebih
dahulu, kemudian menjelaskan kedatangannya yaitu melakukan food record
peneliti menjelaskan gambaran umum tentang food record lalu meminta kesediaan
saudari Dini Putri sebagai responden. Saudari Dini Putri bersedia menjadi
responden kemudian peneliti melakukan wawancara mengenai kebiasaan makan
responden, setelah itu peneliti menjelaskan petunjuk atau syarat-syarat yang harus
dihindari seperti merubah pola makan dalam hal ini peneliti menjelaskan maksud
dari merubah pola makan, selain itu peneliti juga menjelaskan agar pencatatan
dilakukan dengan sesegara mungkin agar responden tidak lupa dan menjelaskan
kepada responden agar mendeskripsikan secara lengkap semua makanan dan
minuman, snack serta suplemen yang dikonsumsi responden selama periode
survei. Setelah itu, peneliti meminta responden untuk mencatat semua makanan
dan minuman yang dikonsumsi responden. Peneliti juga menjelaskan cara
pengisian form food record diantaranya yaitu waktu makan, menu atau nama
hidangan, bahan makanan , cara pengolahan dan jumlah dari bahan yang
digunakan dalam bentuk ukuran rumah tangga (URT) tidak lupa peneliti juga
menjelaskan apa yang dimaksud dengan URT dikarenakan penelitipun menyadari
bahwa responden merupakan orang awam sehingga perlu diberikan penjelasan
mengenai URT tetapi apabila responden mengetahui jumlah beratnya responden
dapat menuliskan gram pada kolom yang tersedia, dan kolom keterangan jika
diperlukan (seperti merk, pembelia makanan, tempat mengkonsumsi makanan dan
lain-lain. Peneliti juga menjelaskan bahwa periode survei yang dilakukan yaitu 2
hari kerja dan satu hari libur.
18
Saudari Dini Putri yang bersedia menjadi dalam melakukan estimated
food record adalah seorang mahasiswa di Politeknik Negeri Jember program studi
rekam medik yang saat ini menginjak semester 7. Saaat dilakukan wawancara
responden berusia 21 tahun dengan berat badan 68 kg dan tinggi badan 160 cm.
Aktifitas yang dilakukan responden sehari-hari adalah kuliah, praktikum,
mengerjakan skripsi dan hang out bersama rekan-rekannya, sehingga dapat
diketahui bahwa aktifitas responden tergolong dalam aktifitas sedang. Aktivitas
fisik sedang jenis kegiatan yang dilakukan yaitu 25% waktu digunakan untuk
duduk atau berdiri dan 75% waktu digunakan untuk aktivitas tertentu (pekerjaan
tertentu) (Muhilal, 1994). Aktivitas fisik dan angka metabolisme basal (AMB)
atau basal metabolic rate (BMR) merupakan komponen utama yang menentukan
kebutuhan energi. AMB dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan, dan
tinggi badan (Almatsier, 2004).
Dari data yang telah diperoleh tersebut dilakukan perhitungan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dapat diketahui bahwa status gizi dari responden adalah
kelebihan berat badan tingkat ringan (Gemuk). Dikarenakan status gizi dari
responden adalah gemuk untuk mengetahui kebutuhan energi dari responden perlu
dilakukan perhitungan berat badan ideal (BBI) , sehingga diketahui bahwa BBI
dari responden adalah 54kg. Selanjutnya dilakukan berhitungan BMR, dari hasil
BMR dikalikan dengan faktor aktifitas sehingga dapat diketahui kebutuhan energi
dari responden adalah 2112,18 kkal . Tetapi sangat disayangkan karena asupan
rata-rata energi dari responden jika dibandingkan dengan kebutuhan energi yang
dihitung hanya mencukupi sebesar 57% yang berarti terjadi defisit berat.
Dari hasil rata-rata estimated food record yang dilakukan diperoleh rata-
rata asupan zat gizi respnden selama 3 hari yaitu 1205,1 kkal energi, 36,9667
gram Protein, 36,333 gram lemak dan 181,95 gram karbohidrat. Dilihat dari rata-
rata perhari asupan responden tersebut dapat dilakukan dengan angka kecukupan
gizi (AKG) untuk Indonesia. Angka kecukupan gizi (AKG) untuk perempuan
berusia 21 tahun adalah 2250 kkal energi, protein sebesar 56 gram, lemak sebesar
75 gram dan karbohidrat sebanyak 309 gram. Klasifikasi tingkat kecukupan zat
gizi melalui perbandingan tingkat konsumsi dengan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) di Indonesia dibagi menjadi beberapa tingkat untuk presentase 90-119%
19
tergolong normal, 80-89% tergolong defisit ringan, 70-79% tergolong defisit
sedang dan apabila mencapi <70% termasuk defisit berat. Untuk presentase
>120% termasuk kelebihan zat gizi.
Dalam mengkonsumsi air putih responden sudah cukup baik hal itu dapat
dilihat dari tingkat konsumsi dan intensitas responden dalam mengkonsumsi air
putih tergolong sering dan sudah mencapai kurang lebih 2 liter per hari. Menurut
Asmadi (2011: 7), kegunaan air bagi tubuh untuk membantu proses pencernaan,
mengatur metabolisme, mengatur zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur
20
keseimbangan sushu tubuh, dan menjaga jangan sampai tubuh kering. Selain itu
responden juga mengkonsumsi suplemen berupa vitamin C, menurut penuturan
responden ia selalu rutin mengkonsumsi vitamin C 3 hari sekali.
Dalam metode estimated food record responden melakukan pencatatan pada 2
hari kerja dan 1 hari libur, responden memilih hari jumat, sabtu dan juga minggu.
Jumat merupakan hari kerja sementara pada hari sabtu yang sebenarnya hari libur
tetapi responden sedang melakukan kegiatan di kampus sehingga terhitung hari
kerja, untuk hari libur responden yaitu hari minggu. Pada metode ini responden
diminta untuk mencatat semua yang dikonsumsi dalam periode tertentu (2-4 hari
berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut
(Supariasa, 2002).
Dari hasil estimated food record pada 2 kelompok hari dapat diektahui bahwa
terdapat perbedaan konsumsi pada hari libur dan hari kerja. Pada hari kerja
responden mengkonsumsi lebih banyak bahan makanan dibandingkan pada hari
libur. Hal tersebut mungkin saja disebabkan karena responden merupakan
mahasiswa perantau yang ketika harus mengkonsumsi makanan harus membeli
atau memasak, sehingga responden lebih memilih untuk tidak makan dikarenakan
malas jika harus keluar dari kos-kosan atau memasak. Pada hari jumat dan sabtu
yang merupakan hari kerja konsumsi energi responden mencapai masing-masing
1375,4 kkal dan 1262,1 kkal, sementara pada hari minggu yang merupakan hari
libur konsumsi energi responden turun secar drastis hanya 978 kkal.
Untuk Jadwal makan dari responden masih kurang baik dikarenakan jadwal
makan dari responden kurang teratur. Frekuensi makan dalam sehari terdiri dari
tiga makan utama yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam. Jadwal
makan sehari dibagi menjadi makan pagi (sebelum pukul 09.00), makan siang
(jam 12.00-13.00), dan makan malam (jam 18.00-19.00). Jadwal makan ini
disesuaikan dengan waktu pengosongan lambung yakni 3-4 jam sehingga waktu
makan yang baik adalah dalam rentang waktu ini sehingga lambung tidak
dibiarkan kosong terutama dalam waktu yang lama (Oktavani, 2011). Jadwal
makan dari responden pun sangat kurang baik hal itu dapat dilihat pada jam-jam
makan dari responden, terkadang responden melakukan makan siang lebih dari
jam 13.00 selain itu, responden beberapa kali melakukan sarapan lebih dari jam
21
09.00 bahkan pada hari minggu responden tidak melakukan sarapan, padahal
kegiatan dari respondenpun cukup padat, apabila tidak dilakukan sarapan maka
otak tidak akan berfungsi dengan maksimal. Sarapan dapat meningkatkan stamina
kerja, konsentrasi belajar, kenyamanan kerja dan belajar. Sarapan dapat mencegah
konstipasi, hipoglikemia, pusing, gangguan stamina, kognitif dan kegemukan
(Gomo,2010)
Selain itu, Sarapan dapat membantu meningkatkan daya ingat dan konsentrasi
sebelum tiba waktunya makan siang, sebagai pengganti waktu malam yang tidak
terisi oleh makanan. Setelah tidur selama kurang lebih 8 jam, maka zat gula dalam
tubuh akan menurun, hal itu dapat digantikan dengan mengkonsumsi karbohidrat
ketika sarapan (Yudi, 2008).
Pola makan dari responden pun tergolong masih kurang baik. Pola makan
dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan dengan konsumsi
makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan : makanan pokok, sumber protein,
sayur, buah, dan berdasarkan frekuensi: harian, mingguan, pernah, dan tidak
pernah sama sekali. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu makan manusia
dipengaruhi oleh usia, selera pribadi, kebiasaan, budaya dan sosial ekonomi
(Almatsier, 2002). Dapat dilihat dari pemilihan bahan makanan yang terkadang
masih kurang baik. Responden sendiri masih suka mengkonsumsi makanan
instant seperti mie instant. Dampak konsumsi mie instan secara berlebihan adalah
peningkatan asupan atau intake dari energi, lemak, thiamin, sodium dan riboflavin
(Martianto,2004). Tingginya konsumsi mie instan di kalangan mahasiswa
khususnya remaja dan dewasa awal berpengaruh kepada status gizi dan
peningkatan risiko obesitas (Rohmawati,dkk. 2015)
Dalam melakukan estimated food record terutama pada saat rapport tentu
saja tedapat kekurangan yang ada pada diri peneliti, oleh karena itu dilakukan
evaluasi bersama kelompok. Dari hasil evaluasi diperoleh hasil bahwa pada saat
peneliti melakukan rapport sudah cukup baik dan lengkap, hanya saja dalam
memberi penjelasan sering kali belibet atau salah dalam pengucapan beberapa
kata hal tersebut mungkin dikarenakan peneliti terlalu nervous atau gerogi.
22
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Hasil dari rata-rata tingkat konsumsi responden selama tiga hari
apabila dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk
Indonesia tidak memenuhi kebutuhan zat gizi, mulai dari energi,
protein, lemak, dan karbohidrat mengalami defisit berat.
Terdapat perbedaan antara tingkat konsumsi pada hari kerja dan hari
libur. Pada hari kerja tingkat konsumsi responden lebih banyak
dibadingkan pada hari libur.
Jadwal makan dari responden sangat tidak teratur dan kurang baik
Hasil evaluasi dari proses rapport sudah cukup baik dan lengkap hany
saja terdapat kekurangan ketika berbicara belibet.
6.2 Saran
Dalam melakuakn rapport pada metode estimated food record
diharapkan peneliti lebih mengatur pernafasan agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengucapan karena grogi
23