Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU GIZI

IDENTIFIKASI GARAM BERYODIUM

OLEH:
NAMA : Mika Tata Muzakhi
NIM : J410210031
SHIFT :B

PENGAMPU
Windi Wulandari, S.KM, M.PH.

ASISTEN
Chattrin Fahrezi, SKM.

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
A. JUDUL
Identifikasi Garam Beryodium
B. TUJUAN
1. Mengetahui Kandungan Yodium Pada Berbagai Jenis Garam
2. Mengetahui Kandungan Yodium Pada Berbagai Merek Garam Yang
Beredar Di Pasaran
C. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Garam adalah benda padat yang berwarna putih berbentuk kristal
yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium
klorida (>80%) serta senyawa lainnya, seperti Magnesium klorida,
Magnesium sulfat, dan Kalsium klorida. Sumber garam yang terdapat
di alam berasal dari air laut, air danau asin, deposit dalam tanah,
tambang garam, dan sumber air. Garam merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia yang dalam kebutuhan sehari-hari banyak
digunakan sebagai bahan tambahan bumbu pada makanan, sebagai
pengawet makanan seperti ikan asin, asinan buah-buahan, dan dasar
pembuatan senyawa kimia (NaOH, Na2SO4, NaHCO3, dan Na2CO3).
Setiap manusia pada umumnya mengkomsumsi garam dengan jumlah
berbeda-beda tergantung tergantung kebiasaan masing-masing
individu. Oleh karena itu, penambahan yodium pada produk garam
sangat efektif dalam menutupi kekurangan tubuh manusia akan
kebutuhan yodium.
Garam beriodium adalah garam dibutuhkan oleh manusia di
Indonesia dan dunia. Garam yang didalamnya terkandung senyawa
Kalium Iodat (Iodium) merupakan salah satu nutrisi penting yang
harus dikonsumsi secara teratur. Jumlah garam yang harus dikonsumsi
per hari untuk setiap orang kurang lebih adalah 9 gram. Untuk
masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, selain untuk
memenuhi nutrisi tubuh, konsumsi garam ditujukan juga untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan iodium (Noviyanto, dkk. 2014).
Garam beriodium mempunyai bentuk, rasa dan bau yang sama
seperti garam yang tidak ditambahkan kalium iodat dalam garam
(Almatsier, 2007). Penambahan suatu senyawa iodium berupa kalium
iodat dalam garam dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan tubuh
manusia karena tubuh tidak dapat memproduksi sendiri, sehingga
harus diperoleh dari luar (Gunung, 2004). Mengingat hal tersebut
diatas maka penelitian dan pengujian mutu garam yang beredar di
pasaran diperlukan untuk menjamin terpenuhinya persyaratan dalam
bahan makanan tersebut.
Yodium selain dapat diperoleh dari garam beryodium, juga dapat
diperolehdari air minum, sayuran dan bahan makanan dari laut.
Kandungan yodium dalamair minum sangat tergantung pada kadar
yodium dalam tanah tempat sumber air tersebut, dimana untuk daerah
pegunungan kandungan yodium dalam air sangat sedikit dibanding di
daerah pantai yang dekat dengan laut. Dalam sayur-sayuran kandungan
yodiumnya tergantung pada keadaantanah, pupuk dan lingkungan
tempat sayuran tersebut diproduksi, serta lamanyapenyimpanan dan
pemanasan karena yodium tidak tahan terhadap suhu tinggi.

2. TINJAUAN TEORI
Menurut Depkes RI, hasil monitoring yang telah dilaksanakan oleh
Balai POM pada tahun 1991/1992 menunjukkan mutu garam
beryodium yang memenuhi syarat kadar yodium (>30ppm) sebesar
22,8%, pada tahun 2000 meningkat menjadi 60% dan tahun 2003
menjadi 68,6%. Walaupun ada kecenderungan meningkat, namun
hasilnya belum memenuhi harapan, yaitu 90% atau lebih penduduk
telah mengkonsumsi garam beryodium dengan kandungan cukup
seperti yang ditargetkan “Universal Salt Iodization” (USI). Kebutuhan
yodium per orang per hari hanya 1-2 ug/kgBB. Apabila konsumsi
yodium tidak terpenuhi dalam selang waktu lama maka akan
menimbulkan penyakit yang biasanya dikenal dengan gondok atau
dalam bidang medis lebih dikenal sebagai GAKY.
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan salah
satu masalah gizi mikro di Indonesia yang mempunyai dampak
langsung ataupun tidak langsung pada kelangsungan hidup dan
kualitas sumber daya manusia (Almatsier, 2003).
Kekurangan Iodium yang dihitung sebagai Kalium Iodat (KIO3)
dapat menyebabkan penyakit gondok (pembesaran kelenjar tiroid),
terjadinya kretinisme (kerdil), menurunnya kecerdasan, gangguan pada
otak, bisu dan tuli serta pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran
dan kematian pada bayi. Untuk mengatasi kekurangan asupan Kalium
Iodat (KIO3) dalam makanan, pemerintah mengeluarkan keputusan
No. 69 tahun 1994, semua garam yang beredar di Indonesia harus
mengandung iodium dengan menambahkan Kalium Iodat (KIO3) ke
dalam garam dapur. Kekurangan Iodium atau Kalium Iodat (KIO3)
dapat disebabkan oleh asupan makanan yang kurang mengandung
iodium atau mengkonsumsi garam yang mangandung KIO3 tidak
sesuai standart SNI 01-3556-2016 (Lauralee, 2001). Iodium yang
berlebihan dapat menimbulkan kejadian kelainan autoimun. Kelebihan
iodium juga dapat meningkatkan kejadian Iodine Induced
Hyperthyroidism (IIH), penyakit autoimun tiroid dan kanker tiroid
(Gunung, 2004)
Kekurangan yodium pada ibu hamil dapat menyebabkan abortus,
bayi lahir mati, kelainan bawaan pada bayi yang akan dilahirkan,
meningkatkan angka kematian prenatal, serta akan melahirkan bayi
yang kretin dengan retardasi mental, pendek, muka dan tangan sembab
serta terjadi kelemahan otot (Supariasa, 2001). Dampak GAKY
lainnya yaitu hipertiroid, jika pada ibu hamil akan mengakibatkan bayi
yang dikandungnya akan lahir dengan hipertiroidisme neonatal, berat
badan lahir rendah dan kemungkinan besar juga akan mengalami cacat
bawaan. Pemeriksaan tiroid pada ibu hamil saat awal kehamilan sangat
diperlukan untuk mendeteksi ada tidaknya gangguan, sehingga ibu dan
anak yang akan dilahirkan dalam keadaan sehat dan tidak mengalami
kelainan (Supadmi dkk, 2007).
Penanggulangan masalah GAKY akan lebih efektif dan efisien
apabiladisertai pula dengan upaya untuk menghasilkan produk garam
konsumsi beryodium yang bermutu sesuai dengan persyaratan Standar
Nasional Indonesiaoleh para pengusaha industri garam. Garam
beryodium adalah garam dapur yangmengandung komponen utama.
NaCl 94,7%, Air maksimal 5% dan Kalium Iodat (KIO3) 30–80ppm,
serta senyawa-senyawa lain sesuai persyaratan yang ditentukan.
Hipertiroidisme adalah kondisi klinis yang disebabkan oleh
peningkatan konsentrasi hormon tiroid dalam jaringan akibat
peningkatan sintesis hormon oleh kelenjar tiroid berupa peningkatan
pelepasan hormon tiroid endogenous atau sumber ekstratiroidal
eksogen. Sedangkan tirotoksikosis mengacu pada manifestasi klinis
akibat sirkulasi yang berlebihan dari hormone tiroid.1,2 Penyebab
paling umum dari hipertioroidisme adalah penyakit Graves, toksik
gondok multinodular, dan adenoma toksik. Penyebab lain yang juga
agak sering dijumpai adalah tiroiditis, kemudian sebab yang jarang
antara lain penyakit trofoblastik, pemakaian berlebihan yodium
ataupun obat hormon tiroid, obat amiodaron dan hiperskresi Thyroid
Stimulating Hormone (TSH).
Kualitatif Kuantitatif

No Jenis Merk Warna ppm warna ppm

1. Garam Krasak Dangdut Ungu 7-15 Ungu Tua >30


Muda
2. Garam Halus Indomaret Ungu 7-15 Ungu Tua >30
Muda
3. Garam Halus Reffina Ungu Tua 28-30 Ungu Tua 28-30
4. Garam Halus Teri Besar Ungu Tua 28-30 Ungu Tua 28-30
5. Garam Halus Daun Ungu 20-27 Ungu Muda 20-27
Muda
6. Garam Bata Ratu Ungu 7-15 Ungu Tua >30
Goyang Muda
D. HASIL PRAKTIKUM

E. PEMBAHASAN

Pada praktikum Identifikasi Garam Beryodium ini, jenis garam yang


digunakan yaitu garam halus, gara, krasak dan garam bata. Garam halus
menggunakan 4 sampel merk yaitu, merk Reffina, Daun, Teri besar dan merk
Indomaret. Untuk yang garam krasak yaitu merk Dangdut dan untuk garam
Bata menggunakan merk Ratu Goyang. Pada pengujian garam digunakan
Teknik Kualitatif dan Kuantitatif. Dapat dilihat dari hasil yang sudah tertera
diatas.

1. pada pengujian secara kualitatif garam krasak dengan merk Dangdut,


setelah ditetesi Iodin test ternyata garam tersebut mempunyai warna ungu
muda. Sesuai dari standar yang sudah ditentukan, garam krasak merek
dangdut mempunyai ppm sebesar 7-15 ppm, artinya garam tersebut
mempunyai kandungan yodium yang sedikit.
Sedangkan secara Kuantitatif garam krasak mempunyai warna ungu tua
dan mempunyai ppm >30, artinya gaam tersebut banyak mengandung
yodium
2. Garam halus dengan merk indomaret secara kualitatif berwarna ungu
muda dengan ppm 7-15, sedangkan secara kuantitatif berwarna ungu tua
dengan ppm >30, artinya garam indomaret mempunyai kandungan yodium
yang banyak.
3. Garam halus merk Reffina secara kualitatif mempunyai warna ungu tua
dengan kandungan yodium sebesar 28-30 ppm, kandungan yodium pada
garam ini banyak. Sedangkan secara kuantitatif garam Reffina mempunyai
warna yang sama yaitu ungu Tua dengan kandungan yodium sebesar 28-
30 ppm, artinya kandungan yodium pada garam Reffina dikatakan sangat
banyak.
4. Garam halus dengan Merk Teri Besar secara kualitatif berwarna ungu tua
dengan kandungan yodium sebesar 28-30 ppm, bisa dikatakan garam ini
mengandung banyak yodium. Sedangkan secara kuantitatif garam ini
mempunyai warna ungu tua dengan kandungan yodium sebesar 28-30
ppm. Artinya garam ini mengandung banyak Yodium didalamnya.
5. Garam halus dengan merk Daun secara kualitatif mempunyai warna yang
ungu tua namun, agak sedikit pudar dengan kandungan yodium sebesar
20-27 ppm, bisa dikatakan garam ini mengandung cukup banyak yodium
didalamnya. Secara kuantitatif garam Daun mempunyai warna ungu muda
dengan kandungan yodium sebesar 20-27 ppm, artinya garam ini cukup
abnyak mengandung yodium didalamnya.
6. Garam bata dengan merk Ratu Goyang, secara kualitatif mempunyai
warna ungu Muda keputih-putihan dengan kandungan yodium sebesar 7-
15ppm, artinya garam ini kurang mengandung yodium didalamnya. Secara
kuantitatif garam ini mempunyai warna sama yaitu ungu tua dengn
kandungan yodium >30 ppm, artinya garam ini sangat banyak
mengandung yodium.

Konsumsi garam yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 6 gram atau 2 ½
gram atau setara dengan 1 sendok teh/ hari. Konsumsi garam tidak boleh
kekurangan ataupun kelebihan dalam sehari-hari karena akan menyebabkan
komplikasi atau masalah dalam tubuh.
a. Akibat Kelebihan konsusmsi Garam Yodium dapat mengakibatkan
masalah yaitu terjadinya Hipertiroid, kondisi ini terjadi akibat dari kondisi
klinis yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi hormon tiroid dalam
jaringan akibat peningkatan sintesis hormon oleh kelenjar tiroid berupa
peningkatan pelepasan hormon tiroid endogenous atau sumber
ekstratiroidal eksogen.
Selain itu Penyebab paling umum dari hipertioroidisme adalah
penyakit Graves, toksik gondok multinodular, dan adenoma toksik.
Penyebab lain yang juga agak sering dijumpai adalah tiroiditis, kemudian
sebab yang jarang antara lain penyakit trofoblastik, pemakaian berlebihan
yodium ataupun obat hormon tiroid, obat amiodaron dan hiperskresi
Thyroid Stimulating Hormone (TSH).

b. Akibat dari Kekurangan Konsumsi Garam Yodium dapat menyebabkan


penyakit gondok (pembesaran kelenjer tiroid), terjadinya ketinisme atau
kerdil, menurunnya kecerdasan, bisu dan tuli. Kekurangan yodium pada
ibu hamil dapat menyebabkan abortus, bayi lahir mati, kelainan bawaan
pada bayi yang akan dilahirkan, meningkatkan angka kematian prenatal,
serta akan melahirkan bayi yang kretin dengan retardasi mental, pendek,
muka dan tangan sembab serta terjadi kelemahan otot (Supariasa, 2001).
Dampak GAKY lainnya yaitu hipertiroid, jika pada ibu hamil akan
mengakibatkan bayi yang dikandungnya akan lahir dengan hipertiroidisme
neonatal, berat badan lahir rendah dan kemungkinan besar juga akan
mengalami cacat bawaan.

Konsumsi garam yodium yang disarankan yaitu tidak lebih dari 6 gram atau 2
½ atau 1 sendok teh perhari. Konsumsi garam juga ditentukan menurut usia,
dapat dilihat pada table dibawah ini.

Kisaran Umur atau Kondisi Asupan (mg/hari)


0 – 59 Bulan 90
6 – 12 Tahun 120
12 Tahun keatas 150
Ibu Hamil dan Menyusui 200
F. KESIMPULAN
Dari praktikum diatas yang sudah kita lakukan dapat kita
simpulkan bahwa konsumsi garam harus mengandung yodium yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita. Konsumsi garam harus
disesuaikan juga oleh umur seseorang serta kondisi fisiologi. Konsumsi
garam beryodium tiak boleh lebih dari 6 gram atau 1 sendok teh/hari,
karena dalam jangka Panjang dapat menyebabkan Hipertiroid. Selain itu
tidak boleh juga kurang mengkonsumsi garam karena dapat menyebabkan
penyakit gondok dan lainnya.
G. DAFTAR PUSTAKA

Astutik, V. Y. (2017). TINGKAT PENGETAHUAN, POLA KEBIASAAN LINGKUNGAN HIDUP


BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MEMILIH KONDISI GARAM.
Jurnal Care Vol .5, No 2, 220-230.

Debby Sukma Wardani, L. W. (2018). HUBUNGAN KONSUMSI GARAM BERYODIUM DAN


ZAT GOITROGENIK DENGAN KEJADIAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN
YODIUM (GAKY) PADA ANAK SEKOLAH DASAR TAHUN 2017 (Studi pada Anak
Sekolah Dasar Negeri Terangmas di Wilayah Pertanian Kecamatan Undaan
Kabupaten Kudus) . JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 6,
Nomor 4, 2356-3346.

Hesti Mustiko Rini, D. P. (2017). FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT


KONSUMSI GARAM BERYODIUM PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA GEMBONG
KECAMATAN GEMBONG KABUPATEN PATI. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO,
632-644.

Miko, A. (2021). Sosialisasi Pentingnya Penggunaan Garam Yodium Untuk Mengatasi


Anak Pendek Di Desa Lambaroh Kueh Kecamatan Lhoknga. Jurnal Pengabmas
Dan Edukasi , 67-72.

Muthiah, R. L. (2020). Penentuan Kadar Kalium Iodat (KIO3) dalam Garam Konsumsi
yang Beredar Dipasaran dengan Metode Iodometri. Jurnal Ilmiah Biologi UMA
(JIBIOMA), 32-38.

Nardin, S. R. (2019). ANALISIS KADAR YODIUM PADA GARAM YANG DIPRODUKSI DI


KECAMATAN LABAKKANG KABUPATEN PANGKEP TAHUN 2018 . Jurnal Media
Laboran, Volume 9, Nomor 1, 16-20.

Ni Made Putri Rahayu Srikand, I. W. (2020). HIPERTIROIDISMEE GRAVES DISEASE:CASE


REPORT. JKR (JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA) Vol. 6, No. 1, 30-35.
H. LAMPIRAN

Lampiran 1
Lampiran 2
Garam Halus
Garam Halus

Lampiran 3 Lampiran 4

Garam Halus Garam Halus

Lampiran 5

Garam Halus
Lampiran 6

Garam Bata
Lampiran 8

Garam Krasak

Lampiran 7

Garam Bata

Lampiran 9

Garam Krasak

Anda mungkin juga menyukai