Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepatuhan

2.1.1 Pengertian

Patuh di dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah suka menurut,


taat (pada perintah, Aturan), berdisiplin. Sedangkan ketidakpatuhan
adalah sebaliknya yaitu tidak taat atau tidak mengikuti dan tidak
menurut. Definisi kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe adalah
ketaatan ibu hamil dalam melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk
mengkonsumsi tablet zat besi. Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi
diukur dari ketepatan jumlah tablet yang di konsumsi, ketepatan cara
mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari. Di Indonesia,
program pemeritah mengharuskan ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet
besi 1 tablet sehari minimal 90 tablet dalam 90 hari selama kehamilan.
Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya
penting dalam mencegah dan menanggulagi anemia, khususnya anemia
kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena
kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat
mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita, 2004).
Kepatuhan sulit diukur karena dipengaruhi banyak faktor, diantaranya
adalah pasien seringkali tidak mengakui bahwa mereka tidak melakukan
apa yang menjadi anjuran dokter. Untuk itu diperlukan pendekatan yang
baik terhadap pasien agar dapat mengethui tingkat kepatuhan mereka
dalam melaksanakan pengobatan (Afnita, 2004).

6
7

2.1.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

1) Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari proses belajar yang dapat membentuk
keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku berdasarkan
keyakinannya dan pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan
karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku (Kartika, 2010).
Pengetahuan di sini erat kaitannya dengan pendidikan. Semakin tinggi
pendidikan ibu hamil maka kemungkinan akan lebih mudah untuk
mencerna informasi tentang manfaat tblet Fe dan bahaya jika terjadi
anemia selama kehamilan jadi akan mempengaruhi ibu hamil dalam
memilih dan mengevaluasi sesuatu yang baik untuk kesehatan dirinya
dan kehamilannya (fuadi, 2013).
Pengetahuan yang diperoleh melalui penginderaan ibu hamil terhadap
informasi kesehatan selama kehamilan akan berpengaruh terhadap
perilaku ibu hamil dalam menjaga kesehatannya (Budiman, 2012).
2) Sikap
Allport (1954), seperti yang dikutip dari Notoatmojo (2003),
menjelaskan bahwa sikap terdiri atas 3 komponen pokok yaitu
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu
objek
c. Kecenderungan untuk bertindak.
3) Tindakan
Empat tingktan tindakan adalah
a. Persepsi (perception), mengenal dan memiliki berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang diambil
b. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu dengan tindakan
yang benar.
8

c. Mekanisme, menjadi kebiasaan dalam mengikuti tindakan sesuai


dengan tindakan
d. Adaptasi, suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik, rtinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
4) Motivasi
Motivasi dri petugas kesehatan merupakan factor lain yang dapat
mempengaruhi kepatuhan. Motivasi mereka terutama berguna saat
pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut
merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi
perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap
tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan
penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu berorientasi
dengan program pengobatannya (Amperanisngsih, 2011)

2.2 Ibu Hamil

Pada umumnya ibu hamil memiliki karakteristik tiap triwulan sebagai


berikut :

1. Trimester pertama, Nafsu makan sangat berkurang, timbul rasa mual dan
muntah, serta bentuk tubuh yang semakin lebar, payudara juga semakin
kencang. Kondisi psikis ibu mengalami tingkat kepekaan yang tinggi. Ibu
mudah marah dan sedih jika terjadi sesuatu.
2. Trimester kedua, metabolism basal mulai meningkat, berat badan juga
meningkat. Pada masa ini tingkat protein sangat diutamakan. Hal ini
disebabkan oleh kadar ptotein yang sangat berpengaruh pada janin yang
akan dilahirkan kelak.
3. Trimester ketiga, metabolisme basal tetap mengalami kenaikan dimana
keadaan ini umumnya napsu makan ibu semakin membaik. Janin
semakin membesar sehingga menyebabkan lambung terdesak. Kondisi
9

emosi ibu kembali tidak stabil karena menanti proses kelahiran (Moehji,
2003).
Selama masa kehamilan, ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih
1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu
sendiri. Adapun kebutuhan ibu hamil selama kehamilan adalah sebagai berikut
1) Energi
Kebutuhan energy selama kehamilan fungsinya adalah untuk membentuk
dan membangun jaringan baru (fetus, plasenta, uterus, cairan
amnioticbreast), peningkatan volume darah dan mensuplai jaringan baru.
2) Zat gizi mikro
Disamping energy dan protein, ibu juga membutuhkan tambahan zat gizi
mikro seperti yang diuraikan di bawah ini :
a. Asam Folat
Kekurangan asam folat pada ibu hamil akan menyebabkan resiko
terjadinya cacat tabung syaraf (Neural Tube Defect/NTD), berat bayi
lahir rendah dan resiko lahir premature. Sumber pangan yang banyak
mengandung asam folat adalh brokoli, jeruk, bayam, roti, dan susu.
b. Vitamin A
Vitamin A dalam bentuk retinoic acid mengatur pertumbuhan dan
pembelahan sel dalam jaringan. Namun demikian ibu tidak
diperkenankan menkonsumsi Vitamin A dalam dosis tinggi karena
akan memberikan efek keracunan. Namun disarankan untuk
mengkonsumsi buah-buahan, daging, unggas, telur, sayuran berdaun
hijau, akar dan umbi-umbian untuk membantu ibu memenuhi
kebutuhan vitaminnya.
c. Kalsium
Kalsium dibutuhkan untuk membantu tulang, gigi, jantung yang sehat,
saraf dan otot. Kekurangan kalsium akan menyebabkan pertumbuhan
tulang dan gigi jadi terhambat. Sumber pangan yang banyak
mengandung kalsium adalah susu, ikan, biji-bijian, sayuran hijau dan
kacang-kacangan.
10

d. Magnesium
Magnesium merupakan at gizi lain yang dapat membangun dan
memperbaiki jaringan tubuh. Kekurangan magnesium akan
menyebabkan preklamsia, bayi cacat, dan kematian bayi. Sumber
pangan yang banyak mengandung magnesium adalah sayur-sayuran,
sumber makanan laut, ikan tawar segar dan kacang-kacangan.
e. Zat besi
Kekurangan zat besi akan menghambat peryumbuhan hemoglobin
yang berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Ibu
hamil dan ibu menyusui termasuk ke dalam kelompok yang nberisiko
terhadap anemia yang disebabkan oleh berkurangnya zat besi. Sumber
pangan yang banyak mengandung zat besi antara lain nabati kedelai,
kacang-kacangan, sayuran dan rumput laut.
f. Iodium
Kekurangan iodium selama hamil akan menyebabkan keguguran,
penyimpangan otak janin, berat bayi lahir rendah dan kretinisme.
Bahan yang mengandung iodiom antara lain garam iodium, ikan,
kerang, dan rumput laut.

2.3 Tablet Fe bagi Ibu Hamil

a. Pengertian Tablet Fe
Tablet Fe adalah mineral mikro paling banyak yang terdapat dalam
tubuh, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa
(Megasari, 2012)

b. Anjuran konsumsi tablet Fe


Zat besi ini berguna untuk mencegah terjadinya anemia pada saat
kehamilan yang dapat menyebabkan resiko untuk terjadinya
pendarahan saat persalinan. Tabelt Fe ini sebaiknya diminum pada
malam hari setelah makan sebelum tidur untuk mengurangi efek mual
(Azzam, 2012)
11

c. Manfaat Tablet Fe
Suplemen tablet Fe merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan
intake zat besi yang berhasil hanya jika individu mematuhi aturan
konsumsinya. Zat besi sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk
menunjang aktifitas kerjanya. Di dalam tubuh berperan sebagai alat
angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut
electron pada metabolism energy, sebagai bagian dari enzim
pembentuk kekebalan tubuh dan pelarut obat-obatan (Kowel,2013).
d. Kebijakan Pemerintah Tentang Pemberian Tablet Zat Besi Pada Ibu
Hamil (Fe). Program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil sudah
dijalankan sejak tahun 1970, namun masih terdapat beberapa kasus
yang disebabkan karena anemia pada masa kehamilan. Hanya sedikit
wanita hamil dinegara berkembang seperti di Indonesia yang dapat
memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan melalui makanan
sehari-hari, karena sumber utama zat besi yang mudah di serap oleh
tubuh (basi heme) yaitu protein hewani seperti ikan dan daging cukup
mahal harganya dan belum sepenuhnya terjangkau oleh masyarakat.
Walaupun terdapat sumber makanan nabati yang kaya besi seperti
sayuran hijau dan kacang- kacangan, namun zat besi dalam makanan
tersebut lebih sulit penyerapannya. Oleh karena itu pemberian
sublementasi tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu
upaya untuk mengatasi anemia (KeMenKes RI, 2011).
e. Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Tablet Besi Pada Ibu
Hamil. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan
menanggulangi kurang zat besi pada ibu hamil menurut Depkes RI
(2005) adalah :
1. Meningkatnya konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama
makanan sumber hewani (hem iron) yang mudah diserap
seperti hati, ikan, daging selain itu perlu ditingkatkan juga,
makanan yang banyak mengandung Vitamin C dan Vitamin
12

A (buah-buahan dan sayuran) untuk membantu penyerapan


zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.
2. Fortifikasi bahan makanan, yaitu menambahkan zat besi,
asam folat, vitamin A, dan asam amino esensial pada baham
makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran.
Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan
makanan yang mengandung zat besi, dianjurkan mambaca
label pada kemasannya.
3. Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu
tertentu, bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb secara
tepat. Dengan demikian suplementasi zat besi hanya
merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan
kurang besi yang perlu diikuti dengan cara lainnya.
f. Dosis dan Cara Pemberian Tablet Zat Besi Pada Ibu Hamil

Menurut Kemenkes RI (2005), tablet zat besi diberikan pada


ibu hamil sesuai dengan dosis dan cara yang ditentukan yaitu:

1. Dosis pencegahan, diberikan pada kelompok sasaran tanpa


pemeriksaan Hb, yaitu sehari 1 tablet (60 mg besi elemental
dan 0.25 mg asam folat) berturut-turut selama minimal 90
hari masa kehamilan mulai pemberian pada waktu pertama
kali ibu hamil memeriksakan kehamilannya (K1).
2. Dosis pengobatan, diberikan pada sasaran (Hb dari batas
ambang) yaitu bila kadar Hb 11 gr% pemberian menjadi 3
tablet sehari selama 90 hari kehamilan.

Menurut Kemenkes RI (2005), cara pemberian tablet besi pada


ibu hamil sesuai dengan ketentuan yang telah dianjurkan yaitu :

1. Minum tablet besi harus dengan menggunakan air putih,


jangan dengan teh, susu, atau kopi karena dapat menurunan
13

penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya


kurang.
2. Untuk menghindari gejala dalam mengkonsumsi tablet besi,
minum tablet besi setelah makan malam, akan lebih baik
apabila setelah minum tablet besi kemudian makan buah-
buahan misalnya pepaya,pisang dan jeruk.
3. Senangi aneka ragam bahan makanan, agar terhindar dari
anemia.
4. Simpan tablet besi ditempat yang kering
5. Anemia gizi besi dapat disembuhkan, minum tablet besi
sesuai aturan.
g. Sasaran Pendistribusian Tablet Zat Besi

Menurut ketentuan Kemenkes RI (2005), tablet zat besi diberikan


pada sasaran melalui sarana-sarana pelayanan pemerintah maupun swasta,
sebagai berikut:

 Puskesmas / Puskesmas Pembantu


 Polindes (pondok bersalin desa) / Bidan Desa
 Posyandu
 Rumah Sakit Pemerintah/Swasta
 Pelayanan Swasta/ Bidan, Dokter praktek swasta dan
poloklinik
 Apotek/ Toko Obat/ Warung
 POD (pos obat desa).
h. Komposisi Tablet Zat Besi di Dalam Tubuh

Jumlah zat besi didalam tubuh seorang normal berkisar antara 3-5
gr tergantung dari dari jenis kelamin, berat badan, dan hemoglobin. Besi
didalam tubuh terdapat dalam hemoglobin sebanyak 1,5-3,0 gr dan sisa
lainnya terdapat didalam plasma dan jaringan. Di dalam plasma besi
terikat dengan protein yang disebut dengan transferin sebanyak 3-4 gr.
14

sedangkan didalam jaringan berada dalam suatu status esensial


(nonavailable) dan bukan esensial (available). Disebut esensial karena
tidak dapat dipakai untuk pembentukan hemoglobin maupun keperluan
lainnya (Soeparman, 1990).

i. Sumber Tablet Zat Besi

Ada 2 jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal
dari hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam
makanan hanya antara 5-10 %, tetapi penyerapannya mencapai 25%
(dibandingkan dengan zat besi non hem yang penyerapannya hanya 5 %).
Makana hewani seperti daging, ikan, dan merupakan sumber utama zat
besi hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan penyusun
hemoglobin. Zat besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti
sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan
(Ridwanaminuddin, 2007). Di negara-negara yang sedang berkembang,
konsumsi zat besi yang berasal dari hem lebih rendah atau sama sekali
dapat diabaikan (Demaeyer, 1993). Hal ini terjadi karena harga bahan
makanan yang mengandung zat besi hem tersebut harganya relatife mahal
sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat. Sejalan dengan tingkat
sosioekonomi yang rendah akan menyebabkan anemia secara tidak
langsung. Hal ini terkait dengan tingkat pendapatan yang rendah sehingga
terjadi ketidak mampuan masyarakat dalam menyediakan makanan sesuai
kebutuhan, mengingat bahan makanan yang kaya akan zat besi dari
sumber protein hewani sulit terjangkau karena harganya mahal
(www.anemia.net.id, Diakses 20 mei 2012). Selain diperoleh dari bahan
makanan, makanan dapat pula mengandung besi eksogen, yang berasal
dari tanah, bedu, air, atau tempat memasak. Keadaan ini lebih sering
terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang. Jumlah dan zat besi
cemara didalam makanan mungkin beberapa kali lebih besar dibandingkan
dengan jumlah zat besi dalam makanan itu sendiri (www.anemia.net.id,
Diakses 20 mei 2012). Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui
15

suplemen tablet zat besi. Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan
rawan kurang zat besi, yaitu balita, anak sekolah, wanita usia subur, dan
ibu hamil. Pemberian suplemen tablet zat besi pada golongan tersebut
dilakukan karena kebutuhannya akan zat besi yang sangat besar,
sedangkan asupan dari makanan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan
tersebut. Makanan yang banyak mengandung zat besi lain daging,
terutama hati dan jeroan, aprikol, prem kering, telur, polong kering,
kacang tanah, dan sayuran berdaun hijau (Pusdiknakes, 2003).

j. Penyerapan (Absorbsi) Tablet Zat Besi

Besi diabsorbsi terutama didalam duodenum dalam bentuk fero dan


dalam suasana asam (Soeparman, 1990). Penyerapan zat besi non hem
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor penghambat maupn pedorong,
sedangkan zat besi hem tidak. Asam askorbat (Vitamin C) dan daging
faktor utama yang mendorong penyerapan zat besi dikenal sebagai MFP
(meat, fish, poultry) faktor (www.anemia.net.id, Diakses 20 mei 2012).

Tingkat keasaman dalam lambung ikut mempengaruhi kelarutan


dan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Suplemen zat besi lebih baik
dikonsumsi pada saat perut kosong atau sebelum makan, karena zat besi
lebih efektif diserap apabila lambung dalam keadaan asam (pH rendah).
Disamping faktor yang mendorong penyerapan zat besi non hem, terdapat
pula faktor yang menghambat penyerapan seperti teh, kopi, dan senyawa
ethylenediamine tetraaacetic acid (EDTA) yang biasa digunakan sebagai
pengawet makanan yang menyebabkan penurunan absorpsi zat besi non
hem sebesar 50% (Ridwanaminuddin, 2007).

k. Ekskresi Tablet Zat Besi

Berbeda dengan mineral lainnya tubuh tidak dapat mengatur


keseimbangan besi melalui ekskresi. Besi dikeluarkan dari tubuh relatif
konstan berkisar antara 1,0-1,5 mg setiap hari melalui rambut, kuku, air
kemih, dan terbanyak melalui deskuamasi sel epitel saluran pencernaan.
16

Lain halnya dengan wanita yang sedang menstruasi dan wanita hamil
setiap hari kehilangan besi 0.5-1.0 mg atau 40-80 ml darah dan wanita
yang sedang menyusui sebanyak 1,0 mg sehari. Wanita yang melahirkan
dengan perdarahan normal akan kehilangan besi 500-550 mg
(www.anemia.net.id, Diakses 20 mei 2012).

l. Kebutuhan Tablet Zat Besi Pada Ibu Hamil

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena


terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 CC setiap
bulan dan kehilagan zat besi 30 sampai 40 mg. disamping itu kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami
kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan
akan menjadi anemia (Manuaba, 2002). Zat besi penting untuk
mengkompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama
kehamilan, dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembagan janin
yang adekuat. Kebutuhan zat besi meningkat selama kehamilan, sering
dengan pertumbuhan janin. Ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan zat
besinya yang meningkat selama kehamilan dengan meminum tablet
tambah darah (suplementasi tablet zat besi) dan dengan memastikan
bahwa ibu hamil makan dengan cukup dan seimbang (Pusdiknakes,
2003). Pada setiap kehamilan kebutuhan zat besi yang diperlukan
sebanyak 900 mg Fe yaitu meningkatnya sel darah ibu 500 mg Fe,
terdapat dalam plasenta 300 mg Fe, dan untuk darah janin sebesar 100 mg
Fe. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kahamilan
menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya akan menimbulkan anemia
pada kehamilan (Manuaba, 2002). Kebutuhan zat besi selam triwulan
pertama relatif kecil, yaitu 0,8 mg perhari, namun meningkat dengan pesat
selama triwulan kedua dan ketiga hingga 6,3 mg perhari. Sebagian dari
peningkatan dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan peningkatan aditif
persentase zat besi yang diserap, tetapi bila zat besi rendah atau tidak
17

sama sekali, dan zat besi yang diserap dari makanan sangat sedikit, maka
suplemen zat besi sangat dibutuhkan pada masa kehamilan
(www.anemia.net.id, Diakses 20 mei 2012).

m. Akibat Kekurangan Tablet Zat Besi pada Masa Kehamilan

Kurangnya zat besi dan asam folat dapat menyebabkan anemia.


Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa
tahap. Awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi, bila tidak
dipenuhi masukan zat besi, lama kelamaan timbul gejala anemia disertai
penurunan kadar hb. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin dalam darah kurang dari normal, yang beebeda untuk setiap
kelompok umur dan jenis kelamin. Kadar normal hemoglobin dalam
darah yaitu : anak balita 11 gr%, anak usia sekolah 12 gr%, wanita
dewasa 12 gr%, ibu hamil 11 gr%, laki-laki 13 gr%, ibu menyusui 12 gr%
(Kemenkes RI, 2005 ). Ciri-ciri dan tanda-tanda gejala anemia tidak khas
dan sulit ditentukan, tetapi dapat terlihat dari kulit dan konjungtiva yang
pucat, lemah, nafas pendek dan nafsu makan hilang. Penentuan anemia
klinis dipengaruhi oleh banyak variabel seperti ketebalan kulit dan
pigmentasi, yang tidak dapat diandalkan, kecuali pada anemia berat. Oleh
karena itu, pemeriksaan laboratorium sebaiknya digunakan untuk
mendiagnosa dan menentukan beratnya anemia (www.anemia.net.id,
Diakses 20 mei 2012). Menurut Manuaba (2002) anemia pada kehamilan
dapat berakibat buruk pada ibu dan janin yang dikandung. Bahaya selama
kehamilan adalah terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan
tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman
dekompensasi kordis (Hb 6 gr %), molahidatidosa, hiperemesis
gravidarum, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini (KPD).
Dampak anemia pada bayi yaitu bayi lahir sebelum waktunya, beratbadan
lahir rendah, kematian bayi, serta meningkatnya angka kesakitan bayi
(Kemenkes RI,2005).
18

2.4 Anemia

2.4.1 Pengertian

Anemia adalah keadaan yang mana kadar hemoglobin (Hb) dalam


darah di bawah nilai normal sesuai kelompok orang tertentu. Anemia
berarti defisiensi kadar hemoglobin dalam sel darah merah yang dapat
disebabkan oleh kehilangan sel darah merah yang berlebihan atau
pembentukan sel darah merah yang lambat (kowalak, dkk, 2003). Anemia
difisiensi besi adalah suatu kondisi di mana kandungan besi tubuh total
tidak mampu untuk perkembangan sel darah merah (M.Nettina, 2002).
Anemia merupakan gangguan yang telah ada atau keadaan yang baru
didapat yang mengakibatkan ibu hamil berisiko tinggi terhadap komplikasi
(Pilletteri, 2002)

2.4.2 Jenis Anemia

Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat gizi,


infeksi, atau genetic. Anemia aplastik (aplastic anemia) terjadi karena
penurunan kemampuan produksi sel darah merah oleh sumsum tulang.
Kedua, anemia hemolitik (hemolityc anemia) disebabkan sel darah merah
yang lebih cepat mengalami kerusakan. Anemia sel sabit (sicle sell
anemia) terjadi karena kelainan sel darah merah akibat kerusakan genetic.
Anemia akibat penyakit kronis (Anemia of chronic disease), misalnya
karena cacing parasit yang memanfaatkan zat gizi dan menyebabkan
pendarahan pada pembuluh darah serta menurunkan anbsorpsi zat gizi
(Briawan, 2019).

2.4.3 Penyebab Anemia

Dilihat dari segi etiopatoenesis, pokok penyebab anemia adalah


adanya ketidakseimbangan antara masukan besi melalui absorpsi usus
dengan jumlah besi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk mengimbangi
kehilangan besi fisiologis atau patologis, juga kebutuhan akibat
19

pembentukan jaringan baru. JIka dirinci lebih lanjut, penyebab ADB


adalah :
1. Kekurangan besi yang terdapat dalam makanan (factor gizi), baik
jumlah total (total iron content) maupun kualitasnya (bioavailabilitas)
2. Gangguan absorpsi besi
3. Gangguan zat besi yang tinggi, seperti pada bayi dan anak-anak yang
sedang tumbuh, kaum remaja, wanita hamil, dan ibu menyusui.
4. Kehilangan darah menahun. (Seri, 2020).

2.4.4 Gejala Anemia

Umumnya anemia terjadi secara bertahap dan biasanya mencari


pertolongan dokter setelah anemia cukup parah, pada stadium lanjut, tanda
dan gejalanya meliputi :
1. Keluhan mudah lelah, pucat, tidak bersemangat, susah konsentrasi,
mudah tersinggung, sakit kepala, rentan terhadap penyakit infeksi,
semua ini terjadi karena penurunan kapasitas pengangkutan oksigen
ke sel-sel dalam tubuh akibat dari penurunan hemoglobin.
2. Peningkatan curah jantung.
3. Lidah terasa perih, merah seperti terbakar.

2.4.5 Dampak Anemia

Anemia defisiensi besi dapat menyebabkan berkurangnya


penyediaan oksigen untuk jaringan. Hal ini dapat mengakibatkan berbagai
kelainan fungsional sebagai berikut :
1. Efek terhadap kapasitas kerja
Dasar penurunan kapasitas kerja ini dijelaskan dengan menurunnya
jumlah mioglobin, enzim sitokrom, dan a-gliserofostat oksidase.
Penurunan enzim tersebut akan menyeabkan gangguan glikolisis
sehingga akan terjadi penumpukan asam laktat dalam otot yang
mempercepat terjadinya kelelahan.
20

2. Efek terhadap proses mental


Anemia defisensi zat besi dihubungkan dengan inteleqtual quotion
(IQ) rendah, Penurunan kemampuan belajar, dan angka pertumuhan
pada anak. Defisiensi besi juga dilaporkan memengaruhi penampilan
intelektual dan perilaku mental pada bayi dan anak-anak. Kelainan
yang timbul dapat berupa iritabilitas, apatis, kurangnya perhatian, nilai
sekolah yang rendah, dan menurunnya kapasitas belajar. Gangguan
proses koqnitif timbul karena gangguan proses atensi visual dan
konsep akusisi.
3. Efek terhadap imunitas
Sebagian besar peneliti berpendapat bahwa defisiensi zat besi dapat
menurunkan ketahanan terhadap infeksi.
4. Efek terhadap ibu dan janin
Anemia defisensi besi mempunyai ddampak negative terhadap
kesehatan ibu maupun janinnya, antara lain resiko prematuritas,
peningkatan morbiditas, dan mortalitas fetomaternal. Hal senada
disampaikan pula oleh Allen, perkembangan plasenta, berat badan
lahir rendah, dan prematuritas, kesakitan dan kematian wanita hamil,
kesehatan bayi, hipoksia dan stress merupakan efek negatif dari ADB
pada wanita hamil. (Seri, 2020)

2.5 Pengaruh Ketidakpatuhan Ibu hamil konsumsi Tablet Fe terhadap


Anemia Ibu hamil

Pencegahan anemia dengan mengkonsumsi tablet Fe memang


memberikan efek samping yang tidak menyenangkan seperti rasa mual akibat
rasa dan bau tablet. Selain itu juga, tablet Fe yang dikonsumsi setiap hari
menimbulkan rasa bosan sehingga seringkali lupa dan malas untuk
mengonsumsinya (Budiman 2012). Meskipun tablet Fe telah diberikan kepada
ibu hamil, beum dapat dipastikan apakah tablet tersebut dimakan oleh ibu
21

hamil sehingga terjadi ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe


(Purnama,2014).

Ketidakpatuhan yang disebabkan oleh banyak hal yang dilakukan oleh


ibu hamil tentu saja akan mempengaruhi anemia ibu hamil. Dimana kebutuhan
zat besi di dalam tubuhnya tidak akan terpenuhi. Zat besi yang tidak terpenuhi
akan mengabitkan kondisi ibu dan janin terganggu terutama pendarahan saat
persalinan. Dimana nyawa ibu dan janin dipertaruhkan.

Anda mungkin juga menyukai