Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Nutrisi Ibu Hamil

Nutrisi atau asupan seorang ibu disaat hamil sangat menentukan status gizi ibu hamil
tersebut. Menurut Almatsier (2009:3), status gizi sendiri dapat diartikan sebagai keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dapat dibedakan
menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Berdasarkan pengertian status gizi tersebut
status gizi ibu hamil berarti keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil.
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan,
apabila status gizi ibuburuk dalam kehamilan akan mengakibatkan terhambatnya otak janin,
abortus, dan sebagainya. Jadi pemantauan gizi ibu hamil sangatlah diperlukan. (Sri Mulyani,
dkk. 2013).

2. Nutrisi yang Diperlukan Bagi Ibu Hamil


Masa hamil adalah masa penting untuk pertumbuhan oprimal janin dan persiapan
persalinan. Oleh karena penambahan zat-zat gizi berguna untuk: kesehatan ibu hamil,
pertumbuhan janin, saat persalinan, persiapan menyusui dan tumbuh kembang bayi. Pada
dasarnya menu makanan ibu hamil, tidak banyak berbeda dari menu sebelum hamil. Oleh
karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan dalam pengaturan menu selama hamil. Selama
hamil calon ibu memerlukan lebih banyak zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena
makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila makanan ibu
terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus,
lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok, dan lain-lain (Lestari, 2013).
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan
kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan rahim
(uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin.
Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar
40% dan sisanya 60% digunakan untuk pertumbuhan ibunya (Sitanggang, 2013).
Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang cukup mengandung karbohidrat
dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin
dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien akan meningkat selama hamil, namun
tidak semua kebutuhan nutrien meningkat secara proporsional (Lestari, 2013).
1. Zat Besi (Fe)
Dibutuhkan untuk pembentukan Hb, terutama hemodilusi, pemasukan harus
adekuat selama hamil untuk mencegah anemia.wanta hamil memerlukan 800 mg
atau 30-50 gram/hari. Anjuran maksimal: penambahan mulai awal kehamilan,
karena pemberian yang hanya pada trisemester III tidak dapat mengejar kebutuhan
ibu/fetus dan juga untuk cadangan fetus. Kebutuhan zat besi meningkat sehingga
dibutuhkan tambahan 700-800 mg atau 30-60 mg perhari yang didapat dari
suplemen untuk mengganti penggunaan zat besi oleh sum-sum tulang, fetus, dan
plasenta. Ibu hamil yang mengalami anemia akibat kekurangan zat besi akan
berdampak meningkatnya aborsi spontan, kelahiran dini, rendahnya berat badan
bayi saat dilahirkan (BBLR), kematian bayi saat dilahirkan, dan kematian bayi
sebelum dilahirkan. Sumber zat besi diperoleh dari hati, sumsum tulang, telur,
daging, ikan, ayam, dan sayuran berwarna hijau tua.
2. Kalsium (Ca)
Kebutuhan kalsium pada ibu hamil mengalami peningkatankarena terjadinya
peningkatan pergantian tulang (turn over), penurunan penyerapan kalsium, dan
retensi kalsium karena adanya perubahan hormonal. Kalsium diperlukan untuk
pertumbuhan tulang dan gigi, vitamin D membantu penyerapan kalsium,
kebutuhan 30-40 g/hari untuk janin, wanita hamil perlu tambahan 600 mg/hari dan
total kebutuhan ibu hamil selama kehamilan adalah 1200 mg/hari. Kalsium dapat
diperoleh dengan mengonsumsi susu, keju, ikan teri, rebon kering, kacang kedelai
kering atau basah, dan brokoli segar.
3. Asam Folat
Asam folat digunakan untuk pertumbuhan janin dan erythropoiesis ibu sehingga
kebutuhan asam folat pada ibu hamil akan menigkat. Anemia akibat kekurangan
asam folat disebut anemia megaloblastik yang akan menyebabkan kekurangan
oksigen. Bila hal ini berlangsung lama akan berdampak pada kerusakan oragna-
organ tubuh. Rendahnya kadar asam folat pada wanita hamil menyebabkan
kelahiran cacat, gangguan saraf, atau gangguan perkembangan kecerdasan
(retardasi mental). Kebutuhan asam folat pada wanita hamil sebanyak 280 µg per
hari selama kehamilan trisemester I, 660 ug pada trisemester II, dan 470 ug per
hari pada trisemester III bisa didapat dari sayuran hijau, hati, dan ayam.
4. Kolin
Kolin merupakan salah satu vitamin B kompleks yang dibutuhkan oleh ibu hamil,
terutama pada minggu kedelapan belas kehamilan. Vitamin ini dapat
meningkatkan kemampuan bayi untuk membentuk hubungan antarneuron yang
sedang tumbuh pesat. Kolin bisa didapat dari kuning telur, daging tanpa lemak,
ragi, kedelai, hati, otak, ginjal, dan jantung.
5. Vitamin E
Vitamin E berfungsi sebagai anti-oksidan yang dapat melindungi tubuh dari
radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kromosom atau jaringan sel
bayi, terutama paling rawan terjadi pada tahap-tahap awal kehamilan. Vitamin E
dapat ditemukan pada gandum, sayuran hijau, biji-bijian, kedelai, minyak biji
kapas, dan minyak jagung.
6. Vitamin A
Kebutuhan ibu hamil akan vitamin A harus dipenuhi yaitu sekitar 500 SI.
Kekurangan vitamin A selama kehamilan dapat menyebabkan bayi prematur dan
perlambatan pertumbuhan janin serta rendahnya berat badan bayi saat dilahirkan.
Dampak negatif kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan mengonsumsi hati,
susu, ikan laut, sayuran, dan buah berwarna hijau atau kuning.
7. Vitamin B1
Kekurangan vitamin B1 akan meingkatkan jumlah kasus kelahiran sebelum
waktunya dan gangguan perkembangan janin. Vitamin B1 bisa dipenuhi
kebutuhannya dengan mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian,
dan daging.
8. Iodine
Iodine adalah salah satu mineral yang dibutuhkan ibu hamil. Penambahan
kebutuhan iodine pada masa kehamilan adalah 25 µg. kekurangan iodine pada
masa kehamilan akan mengakibatkan kretin (tubuh kerdil) yang ditunjukkan
dengan adanya gangguan mental dan fisik menyerupai karakteristik anak yang
mengalami down syndrome. Bahan makanan sumber iodine adalah garam dapur
yang sudah difortifikasi (diperkaya) iodine, bahan makanan yang berasal dari laut,
serta tumbuhan yang hidup dekat pantai.
9. Zinc (Seng)
Kebutuhan ibu hamil akan zinc (seng) meningkat 5 mg karena tingkat zinc yang
rendah akan menyebabkan kenaikan tingkat kelahiran tidak normal. Zinc berperan
untuk meningkatkan sistem imun dan memperbaiki fungsi organ perasa
(penglihatan, penciuman, dan pengecap). Sumber zinc dapat diperoleh dari
daging, hati, telur, ayam, seafood, susu, dan kacang-kacangan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi Ibu Hamil
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan
antara kebutuhan dan masukan nutrient. Gizi ibu hamil adalah makanan sehat dan seimbang
yag harus dikonsumsi ibu selama masa kehamilannya, dengan porsi dua kali makan orang
yang tidak hamil (Sitanggang, 2013).
Kesehatan ibu hamil dapat terwujud dengan berperilaku hidup sehat selama
kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui asupan gizi yang baik, memakan
tablet zat besi, melakukan senam hamil, perawatan jalan lahir, menghindari merokok dan
makan obat tanpa resep. Melakukan kunjungan minimal empat kali untuk mendapat
informasi dari petugas kesehatan tentang perawatan yang harus dilakukan (Gulardi H, 2006
dalam Sitanggang, 2013).
Beberapa faktor yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil adalah (Sitanggang, 2013):
A. Faktor Langsung Nutrisi secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan
penyakit, khususnya penyakit infeksi. Faktor-faktor tersebut meliputi:
a. Pengetahuan gizi yang kurang, prasangka buruk pada bahan makanan tertentu, salah
persepsi tentang kebutuhan dan nilai gizi suatu makanan dapat mempengaruhi
status gizi seseorang.
b. Pemenuhan makanan berdasarkan pada makanan kesukaan saja akan berakibat
pemenuhan gizi menurun atau berlebih.
c. Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan makanan yang dipandang
pantas atau tidak untuk dimakan. Tahayul dan larangan yang beragam didasarkan
pada kebudayaan daerah yang berlainan. Misalnya, ada sebagian masyarakat yang
masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan.
d. Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi. Selera
makan dipicu oleh sistem tubuh (misal dalam keadaan lapar) atau pun dipicu oleh
pengolahan serta penyajian makanan.
e. Suplemen Makanan. Ada beberapa suplemen makanan yang biasanya diberikan
untuk ibu hamil, antara lain:
a. Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung zat besi (Fe) yang dapat
membantu pembentukan sel darah merah yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dan zat nutrisi makanan bagi ibu dan janin. TTD
mengandung 200 mg ferrosulfat yang setara dengan 60 mg besi elemental
dan 0,25 mg asam folat. Tablet Tambah Darah diminum satu tablet tiap hari
di malam hari selama 90 hari berturut-turut, karena pada sebagian ibu yang
hamil merasakan mual, muntah, nyeri pada lambung, diare, dan susah buang
air besar. Usaha lain untuk menambah asupan zat besi adalah daging segar,
ikan, telur, kacangkacangan, dan sayuran segar yang berwarna hijau tua.
b. Kalsium merupakan zat yang dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan
gigi bayi, jika asupan kalsium kurang maka kebutuhan kalsiun diambil dari
tulang ibu. Kebutuhan akan 6 kalsium bagi ibu hamil adalah 950 mg tiap
harinya. Asupan Kalsium bisa didapat dari minum susu, ikan, udang, rumput
laut, keju, yoghurt, sereal, jus jeruk, ikan sarden, kacangkacangan, biji-
bijian, dan sayur yang berwarna hijau gelap.
c. Vitamin juga diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu yang hamil. Beberapa
vitamin ibu hamil yang dibutuhkan adalah vitamin C (80 mg) yang
berfungsi untuk membantu penyerapan zat besi, vitamin A (6000 IU),
vitamin D (4 mcg). Vitamin ini dapt diperoleh dari cabe merah, mangga,
pepaya, wortel, ubi, aprikot, dan tomat.
B. Faktor Tidak Langsung
a. Pendidikan keluarga. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan
menyerap pengetahuan tentang gizi yang diperolehnya melalui berbagai
informasi.
b. Faktor budaya. Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan makanan
tertentu yang jika dipandang dari segi gizi, sebenarnya sangat baik bagi ibu hamil.
c. Faktor fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong
status kesehatan dan gizi ibu hamil, dimana sebagai tempat masyarakat
memperoleh informasi tentang gizi dan informasi kesehatan lainnya, bukan hanya
dari segi kuratif, tetapi juga preventif dan rehabilitatif.

KASUS
PERSALINAN PREMATUR KARENA KURANGNYA VITAMIN D

PEMBAHASAN
Pada masa kehamilan, kemungkinan penurunan kadar vitamin D dalam
tubuh akan sangat besar yaitu sekitar 5ng/ml dari kadar normal vitamin D sebesar 30-
60ng/ml, pengukuran kadar vitamin D dilakukan dengan pemeriksaan darah untuk
melihat konsentrasi serum 25-hydroxyvitamin D (25(OH)D) (Perez-lopez, et al., 2017).
Vitamin D yang tidak tercukupi dengan baik, meningkatkan risiko terjadinya
preeklampsia, diabetes gestasional, persalinan prematur, terhambatnya pertumbuhan
janin, abortus spontan, serta berat bayi lahir rendah (Nichols, Tinnemore Shannon K &
Huang, 2012). Hal ini didukungpenelitian lain bahwa ibu hamil merupakan kelompok
risiko tinggi untuk mengalami kejadian defisiensi vitamin D yang akan
mengakibatkan pengeroposan tulang, kelainan kekuatan otot, kejadian infeksi pada
ibu, kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah (Hague & Wuister, 2018; Harvey et
al., 2014).
Sebagaimana dilansir dari ui.ac.id (29/8/2021), bagi bayi sebenarnya vitamin D
penting dalam menjaga kondisinya agar mencegah terjadinya inflamasi saat proses persalinan
dan menjaga saluran pencernaannya dalam mengantisipasi dysbiosis atau ketidakseimbangan
jumlah mikroorganisme di dalam saluran pencernaan. Melihat faktor pentingnya vitamin D
terhadap ibu hamil dan minimnya riset mengenai hal tersebut di Indonesia, mendorong
promovendus ini membuat desertasinya dengan tema ini.
Dalam risetnya, ia meneliti ibu hamil yang menunjukkan ciri-ciri kelahiran prematur
yang kemudian dicek kadar vitamin D-nya. Lalu dilanjutkan dengan mengambil sampel darah
di area tali pusar usai bayinya dilahirkan yang juga ditujukan mendeteksi kadar vitamin D
serta regulatornya. Hal ini dilakuan demi memastikan tidak terjadinya kelainan terhadap
pertumbuhan tulang yang dikenal dengan istilah rakhitis.
Kondisi tingginya defisiensi vitamin D pada ibu disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan si ibu dalam mencari infromasi serta kesadaran publik yang masih kurang
terhadap defisiensi vitamin D. Oleh karena itulah ia memberikan saran agar Kementerian
Kesehatan serta tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi mengenai pentingnya vitamin D
kepada ibu, khususnya dalam mencegah terjadinya kelahiran prematur.

Anda mungkin juga menyukai