Nutrisi atau asupan seorang ibu disaat hamil sangat menentukan status gizi ibu hamil
tersebut. Menurut Almatsier (2009:3), status gizi sendiri dapat diartikan sebagai keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dapat dibedakan
menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Berdasarkan pengertian status gizi tersebut
status gizi ibu hamil berarti keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil.
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan,
apabila status gizi ibuburuk dalam kehamilan akan mengakibatkan terhambatnya otak janin,
abortus, dan sebagainya. Jadi pemantauan gizi ibu hamil sangatlah diperlukan. (Sri Mulyani,
dkk. 2013).
KASUS
PERSALINAN PREMATUR KARENA KURANGNYA VITAMIN D
PEMBAHASAN
Pada masa kehamilan, kemungkinan penurunan kadar vitamin D dalam
tubuh akan sangat besar yaitu sekitar 5ng/ml dari kadar normal vitamin D sebesar 30-
60ng/ml, pengukuran kadar vitamin D dilakukan dengan pemeriksaan darah untuk
melihat konsentrasi serum 25-hydroxyvitamin D (25(OH)D) (Perez-lopez, et al., 2017).
Vitamin D yang tidak tercukupi dengan baik, meningkatkan risiko terjadinya
preeklampsia, diabetes gestasional, persalinan prematur, terhambatnya pertumbuhan
janin, abortus spontan, serta berat bayi lahir rendah (Nichols, Tinnemore Shannon K &
Huang, 2012). Hal ini didukungpenelitian lain bahwa ibu hamil merupakan kelompok
risiko tinggi untuk mengalami kejadian defisiensi vitamin D yang akan
mengakibatkan pengeroposan tulang, kelainan kekuatan otot, kejadian infeksi pada
ibu, kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah (Hague & Wuister, 2018; Harvey et
al., 2014).
Sebagaimana dilansir dari ui.ac.id (29/8/2021), bagi bayi sebenarnya vitamin D
penting dalam menjaga kondisinya agar mencegah terjadinya inflamasi saat proses persalinan
dan menjaga saluran pencernaannya dalam mengantisipasi dysbiosis atau ketidakseimbangan
jumlah mikroorganisme di dalam saluran pencernaan. Melihat faktor pentingnya vitamin D
terhadap ibu hamil dan minimnya riset mengenai hal tersebut di Indonesia, mendorong
promovendus ini membuat desertasinya dengan tema ini.
Dalam risetnya, ia meneliti ibu hamil yang menunjukkan ciri-ciri kelahiran prematur
yang kemudian dicek kadar vitamin D-nya. Lalu dilanjutkan dengan mengambil sampel darah
di area tali pusar usai bayinya dilahirkan yang juga ditujukan mendeteksi kadar vitamin D
serta regulatornya. Hal ini dilakuan demi memastikan tidak terjadinya kelainan terhadap
pertumbuhan tulang yang dikenal dengan istilah rakhitis.
Kondisi tingginya defisiensi vitamin D pada ibu disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan si ibu dalam mencari infromasi serta kesadaran publik yang masih kurang
terhadap defisiensi vitamin D. Oleh karena itulah ia memberikan saran agar Kementerian
Kesehatan serta tenaga kesehatan dapat memberikan edukasi mengenai pentingnya vitamin D
kepada ibu, khususnya dalam mencegah terjadinya kelahiran prematur.