Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN JOURNAL READING DAN LITERATUR REVIEW

SIKLUS V: ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS


PEMBERIAN VITAMIN K1

Kelompok 11
Anggota:
Zukhrufil Husna (1940323060)
Marhamah Rabbaniyah (1940323060)

Preseptor Akademik:
Miranie Safaringga, S.ST., M.Keb
NIP. 199112252019032014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2020
PERSETUJUAN OLEH DOSEN PEMBIMBING
Laporan Journal Reading Dan Literatur Review
Siklus V: Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis
Pemberian Vitamin K1

Kelompok 11
Anggota :
Zukhrufil Husna (1940323060)
Marhamah Rabbaniyah (1940323060)

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh :


Pembimbing Akademik

Miranie Safaringga, S.ST., M.Keb


NIP. 199112252019032014

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Lusiana El Sinta Bustami, S. ST., M. Keb


NIP. 198501212015042002

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan
yang berjudul “Laporan Journal Reading Dan Literatur Review Siklus V:Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis, Pemberian Vitamin K1”. Shalawat dan salam untuk Nabi
Muhammad SAW, semoga kita selalu dapat meneladani segala sisi dalam kehidupan beliau.
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan persyaratan
akademik dalam siklus 2 (Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis). Penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan banduan dan
dorongan dalam menyelesaikan laporan ini. Dengan terselesainya laporan ini penulis menyadari
bahwa masih terdapat kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.             

Padang, Juli 2020

Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan intracranial merupakan perdarahan yang berbahaya pada bayi (Anastasia,
2016). Dampak perdarahan intracranial berupa kematian dan gejala sisa, seperti hidrosefalus,
atrofi serebral, ensefalopati, dan epilepsy yang akan mengganggu tumbuh kembang
(Tursunov, et al, 2018). Salah satu penyebab perdarahan intracranial adalah Perdarahan
karena Defisiensi Vitamin K (PDVK) (Lippi dan Franchini, 2018).
Angka kematian akibat PDVK di Asia mencapai 1:1200 sampai 1:1400 kelahiran dan
lebih tinggi pada daerah yang tidak memberikan injeksi vitamin K saat lahir 1:1500 kelahiran
(Surjono, et al, 2011). Hanifa R dkk melaporkan kasus perdarahan intrakanial pada PDVK di
RSUP Dr. M. Djamil Padang bervariasi setiap tahunnya, tahun 2010 didapatkan 6kasus,
tahun 2011 menurun menjadi 3 kasus, tahun 2012 didapatkan 7 kasus, dan tahun 2013
meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya menjadi 16 kasus (Hanifa, et al, 2017).
Injeksi vitamin K yang direkomendasikan oleh American Academy of Pediatric (AAP)
adalah injeksi intramuscular (IM) vitamin K1 0,5-1mg segera setelah lahir (Weddle, et al
2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.5 tahun 2014 mewajibkan
seluruh penolong persalinan memberikan injeksi vitamin K1 kepada setiap bayi baru lahir.
Apabila bayi tidak diberikan injeksi vitamin K saat lahir, diharapkan tenaga keseatan dapat
memberikan injeksi vitamin K saat kunjungan neonatal pertama (Permenkes RI No.5 tahun
2014).
Tenaga kesehatan dapat memperbaiki pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan
memperhatikan aspek pelayanan yang berkualitas sehingga dapat memberikan kontribusi
dalam menurunkan kesakitan dan kematian neonatal. Pelaksanaan kunjungan neonatal yang
optimal dengan memberikan asuhan bayi baru lahir melalui pemberian pelayanan yaitu
deteksi dini tanda bahaya, menjaga kehangatan, pemberian ASI, pencegahan infeksi,
pencegahan pendarahan dengan memberikan vitamin K injeksi untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada masa neonatal (Purwoastuti, 2015).
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berperan pentingdalam pelayan
kesehatan yang dituntut memiliki kompetensi profesional dalam menyikapi tuntutan
masyarakat di dalam pelayanan neonatal. Kompetensi profesional bidan terkait dengan
asuhan bayi baru lahir karenanya, pengetahuan, keahlian dan kecakapan seorang bidan
menjadi bagian yang menentukan dalam menekan angka kematian neonatal. Bidan
diharapkan mampu mendukung usaha peningkatan derajat kesehatan bayi baru lahir, yakni
melalui peningkatan kualitas pelayanan neonatal (Ningsih, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


1) Pengertian vitamin K
2) Tujuan dan manfaat vitamin K
3) Defisiensi vitamin K
4) Tatalaksana pemberian vitamin K
5) Rekomendasi vitamin K
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Vitamin K


Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon
yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam
pembekuan darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein C dan S, serta
beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum banyak diketahui peranannya
dalam pembekuan darah (Permenkes No. 53 Tahun 2014).

2.2 Tujuan dan Manfaat Vitamin K


Menurut Kemenkes (2011) tujuan pemberian vitamin K yaitu :
1) Tujuan umum
Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PDVK.
2) Tujuan khusus
a. Tercapainya target pemberian profilaksis injeksi vitamin K, pada bayi baru lahir
sedini mungkin yaitu – jam setelah lahir
b. Tercapainya target pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir yang komprehensif di
tingkat pelayanan dasar
c. Terlindunginya bayi baru lahir terhadap PDVK
d. Meningkatnya jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir
Pemberian suntikan vitamin K1 dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan.
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka semua bayi
akan berisiko untuk mengalami perdarahan tidak tergantung apaka bayi mendapat ASI atau
susu formula atau usia kehamilan dan berat badan saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau
menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ataupun
perdarahan intracranial (Kemenkes, 2019).

2.3 Defisiensi Vitamin K


Bayi baru lahir relatif kekurangan vitamin K karena berbagai alasan, antara lain
simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir, sedikitnya perpindahan vitamin K
melalui plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada ASI dan sterilitas saluran cerna. 4
Defisiensi vitamin K inilah yang menyebabkan perdarahan pada bayi dan meningkatkan
risiko perdarahan intracranial (Hanifa, et al, 2017).
Penyebab defisiensi vitamin K yang dialami bayi karena Rendahnya kadar vitamin K
dalam plasma dan cadangan di hati, rendahnya kadar vitamin K dalam ASI, dan tidak
mendapat injeksi vitamin K1 pada saat baru lahir (Ismy, 2017).
Dalam mencegah terjadinya Acquired Prothrombin Complex Deficiency
(APCD)/PDVK bentuk klasik, pemberian vitamin K peroral lebih efektif, lebih murah dan
lebih aman daripada pemberian secara intramuscular (IM), namun untuk mencegah
APCD /PDVK bentuk lambat, pemberian vitamin K oral tidak seefektif pemberian
intramuscular(Ismy, 2017).

2.4 Tatalaksana Pemberian Vitamin K


Menurut Kemenkes (2011) pelaksanaan pemberian injeksi vitamin K1 profilaksi sebagai
berikut :
1) Cara Pemberian
a. Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.
b. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi dalam
sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml.
c. Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
a) Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml, kemudian
disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral sebanyak
1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
b) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0
(uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.
d. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan cara yang
sama
e. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan pada
kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama.
f. Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi
2) Persiapan Melakukan Suntikan Intra Muskular
a. Letakan bayi dengan posisi punggung di bawah
b. Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan suntikan
intramuskular (IM)
a) Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih dipilih karena resiko
kecil terinjeksi secara IV atau mengenai tulang femur dan jejas pada nervus
skiatikus)
b) Muskulus deltoideus (Mengandung sedikit lemak atau jaringan subkutan
sehingga memudahkan penyuntikan). Area ini digunakan hanya untuk
pemberian imunisasi bukan untuk pemberian obat lain.
3) Cara Memberikan Suntikan Intra Muskular
a. Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan identifikasi suntikan
vitamin K1 di paha kiri dan suntikan imunisasi HB0 di paha kanan.
b. Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah direndam
dalam larutan antiseptik dan biarkan mengering.
c. Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.
d. Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang jarumnya.
e. Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk.
f. Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit.
g. Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak menusuk
dalam vena
a) Bila dijumpai darah:
- Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat
- Pasang jarum steril yang baru ke semprit
- Pilih tempat penyuntikkan yang lain
- Ulangi prosedur diatas
b) Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan kuat dalam waktu 3-6
detik.
h. Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan dengan bola
kasa steril kering
i. Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi

2.5 Rekomendasi Vitamin K


WHO merekomendasikan semua bayi baru lahir harus diberikan 1 mg vitamin K secara
intramuskuler setelah lahir (yaitu setelah jam pertama saat bayi harus melakukan kontak
kulit dengan ibu dan menyusui harus dimulai) (WHO, 2018).
BAB III
TILIK BERDASARKAN EBM
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
DAFTAR REFERENSI

Anastasia. 2016. Perdarahan Subdural terkait Defisiensi Kompleks Protrombin Didapat. Cermin
Dunia Kedokteran. Vol. 43, No. 6.
Hanifa R, I. Syarif, dan Y. D. Jurnalis. 2017. Gambaran Perdarahan Intracranial Pada Perdarahan
Akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK) di RSUP M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas.
Vol. 6, No.2.
Jufitriani Ismy. 2017. Dua Kasus Acquired Prothrombin Complex Deficiency Dengan
Perdarahan Intrakranial : Laporan Kasus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Vol. 17, No. 3.
ISSN: 2550 0112
Kemenkes. 2011. Pedoman teknis pemberian injeksi vitamin k1 profilaksis pada bayi baru lahir.
Jakarta : Kemenkes.
Kemenkes. 2019. Pelayanan Kesehatan neonatal Esensial Pedoman Teknis Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta : Kemenkes.
Lippi G, dan M. Franchini. 2011. Vitamin K In Neonates: Facts And Myths. Blood Transfus.
Vol. 9, No.1.
Ningsih, S. L., A. Widanti S dan Sawandi. 2018. Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Permenkes
Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Pada Bayi Baru Lahir   Di
Puskesmas Kaleroang Sulawesi Tengah. SOEPRA Jurnal Hukum Kesehatan. Vol. 4, No. 1.
ISSN: 2548‐818X.
Noorbaya, S. dan H. Johan. 2019. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Peraturan Menteri Kesehatan Republic Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya
Kesehatan Anak.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial
Purwoastuti. 2015.Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru
Surjono E, E. Wijaya, E. Clarissa, dan L. Kasus. 2011. Pentingnya Profilaksis Vitamin K1 Pada
Bayi Baru Lahir. DAM J Med. Vol. 10, No.1.
Tursunov D, Y. Yoshida, K. Yrysov, et al. 2018. Estimeted Costs For Treatment And
Prophylaxis Of Newborn Vitamin K Deficiency Bleeding In Tashkent, Uzbekistan.
Nagoya J Med Sci. Vol. 80, No.1.
Weddle M, A. Empey, E. Crossen, A. Green, J. Green, dan C. A. Philipi. 2015. Are Pediatricians
Complicit In Vitamin K Deficiency Bleeding. Pediatrics. Vol. 136, No. 4.
WHO. 2018. WHO Recommendation On Haemorrhagic Disease Prophylaxis Using Vitamin K.
https://extranet.who.int/rhl/topics/newborn-health/care-newborn-infant/who-
recommendation-haemorrhagic-disease-prophylaxis-using-vitamin-k

Anda mungkin juga menyukai