Anda di halaman 1dari 16

TEKNOLOGI TERAPAN DAN TEPAT GUNA

DALAM PELAYANAN BAYI BARU LAHIR DAN BALITA

DISUSUN
OLEH KELOMPOK 3:
1. Bungatang (A1 B1 19 177)
2. Asminar Ahmad (A1 B1 19 178)
3. Sianda Rongo (A1 B1 19 179)
4. Remi Sarliyani (A1 B1 19 180)
5. Hanna Yuli (A1 B1 19 181)
6. Rina Nurul Azmi (A1 B1 19 182)
7. Ira Masrurah Eka Putri (A1 B1 19 183)
8. Annisa Nurul Hikmah (A1 B1 19 184)
9. Fauziah Syam (A1 B1 19 185)
10. Karisma Pasumbung (A1 B1 19 186)

JURUSAN DIV KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA RESKI MAKASSAR
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data WHO pada tahun 2016 kematian bayi

baru lahir atau neonatal mencakup 45% kematian diantara bayi

yang baru lahir, bayi pada 28 hari pertama kehidupan atau masa

neonatal. Mayoritas dari semua kematian neonatal 75% terjadi

pada minggu pertama dan 25% terjadi pada 24 jam pertama.

Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah

prematuritas, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Infeksi, Askfiksia,

dan Trauma Kelahiran (WHO, 2016).

Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan

mempertimbangkan aspek lingkungan, etika budaya, sosial dan

ekonomi. Ciri-ciri teknologi tepat guna adalah mudah diterapkan,

dimodifikasi, untuk kegiatan skala kecil, sesuai dengan

perkembangan budaya masyarakat ( Tri Niswati, dkk. 2015).

Salah satu contoh penerapan tekhnologi tepat guna yaitu

pada penanganan kasus bayi premature dan BBLR. Adanya

incubator sebagai salah satu kemajuan tekhnologi di bidang

kesehatan. Incubator yang berfungsi memberikan kehangatan,


kelembaban dan oksigen dimana seluruh lingkungannya terkontrol

sehingga bayi terhindar dari hipotermi yang rentan terjadi pada bayi

lahir premature atau BBLR.

Teknologi tepat guna kesehatan diharapkan dapat

menjembatani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan hidup

sehat. Maka dari itu, perlu kiranya melihat kondisi penerangan

teknologi tepat guna, khususnya bidang kesehatan yang

berkembang di masyarakat dan sejauh mana teknologi tersebut

berhasil mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari latar belakang tersebut yaitu

bagaimama penerapan teknologi terapan tepat guna dalam

pelayanan bayi baru lahir dan balita?

C. Tujuan

Tujuan penulisan untuk mengetahui, memahami dan

menerapkan teknologi tepat guna dalam pelayanan bayi baru lahir

dan balita.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

1. Pengertian Teknologi Tepat Guna

Teknologi tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan

kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya.

Ada yang menyebutnya tekhnologi tepat guna sebagai

tekhnologi yang telah dikembangkan secara tradisional ,

sederhana dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh

keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat

tertentu.

2. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari

(Kementrian Kesehatan RI). Bayi baru lahir adalah bayi yang

lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat

badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Menurut Sembiring

(2017), bayi baru lahir adalah individu yang baru saja

mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari

kehidupan intrauterine ke ekstrauterine.


3. Pengertian Balita

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan

karakteristik pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun, dimana

umur 5 bulan berat badan naik 2 kali berat badan lahir dan berat

badan naik 3 kali dari berat badan lahir pada umur 1 tahun dan

menjadi 4 kali pada umur 2 tahun.

B. Teknologi Tepat Guna Pada Bayi Baru Lahir dan Balita

1. Obat dan Vaksin

a. Pengertian

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan

pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam

tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

terhadap penyakit tertentu. Tujuan pemberian imunisasi

adalah diharapkan anak menjadi kebal menjadi penyakit

sehingga dapat menurunkan angka morbilitas dan mortalitas

serta dapat mengurangi kecatatan akibat penyakit yang

dapat di cegah dengan imunisasi.

Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau

virus yang menjadi penyebab penyakit, namun telah

dilemahkan atau dimatikan, atau diambil sebagian, atau


mungkin tiruan dari kuman penyebab penyakit, yang seara

sengaja di masukkan kedala tubuh seseorang atau

kelompok orang yang dengan tujuan merangsang timbulnya

zat anti penyakit tertentu pada orang tersebut.

b. Manfaat imunisasi

1) Untuk Anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit

dan kemungkinan cacat atau kematian.

2) Untuk Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologis pengobatan

bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga

apabila orang tua yakin bahwa anaknya menjalani masa

kanak kanak dengan nyaman

3) Untuk Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa

yang kuat, dan berakal untuk melanjutkan pembangunan

Negara.
c. Jenis- Jenis Imunisasi

1) Imunisasi Aktif

Pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan

(Vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon

spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen

ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali

dan meresponnya. Contoh : imunisasi polio dan campak.

2) Imunisasi Pasif

Suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara

memberikan zat immunoglobulin, yaitu zat yang

dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat

berasal dari plasma manusia ( Kekebalan yang

didapatkan bayi dari ibu melalui placenta ).

d. Jenis- Jenis Imunisasi Lengkap

1) BCG

Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit TBC. Diberikan pada bayi sejak lahir sebelum

umur 3 bulan, pemberian melalui intrakutan. Efek

samping, terjadinya ulkus pada daerah suntikan,

limfadenitis regionalis dan rasa panas.


2) Hepatitis B

Imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya

penyakit hepatitis B. Diberikan sebanyak empat kali

dimulai sejak bayi baru lahir yang dikenal dengan

sebutan hb0, bayi usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.

3) DPT

Vaksin yang diberikan untuk mencegah difteri, pertussis,

tetanus. Diberikan sebanyak 3 kali dimulai usia 2 bulan, 3

bulan dan empat bulan. Diberikan secara IM. Efek

samping misalnya terjadi pembengkakan dan nyeri pada

tempat penyuntikan serta demam.

4) Polio

Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan

kelumpuan pada anak. Diberikan sebanyak empat kali

yakni pada usia sejak 1-4 bulan secara oral . Lalu ada

imunisasi IPV atau dikenal dengan imunisasi polio suntik

yang diberikan pada usia 4 bulan.


5) Campak

Campak adalah imunisasi yang diberikan pada bayi untuk

mencegah terjadinya campak. Diberikan pada usia 9

bulan secara IM. Efek samping terjadinya ruam pada

tempat suntikan dan demam.

e. Jenis-jenis obat

1) Vitamin K

Vitamin K adalah vitamin larut dalam lemak yang

memiliki peranan penting dalam mengaktifkan zat-zat

yang berperan dalam pembekuan darah. Vitamin K

diberikan bayi 1 jam setelah lahir yang diberikan secara

IM di paha kiri. Ada tiga jenis vitamin K yang diketahui,

yaitu vit K1 (phytomenadione) yang terdapat pada

sayuran hijau, vit K2 (menaquinone) dihasilakn oleh

bakteri normal usus, vit K3 (menadione) merupakan

vitamin K sintetik. Namun pada bayi baru lahir usus

dalam keadaan kosong dan tidak ada sayuran hijau yang

bias dikonsumsi sehingga bayi baru lahir diberikan

suntikan vitamin K.
Bayi Bayi baru lahir cenderung mengalami defisiensi

vitamin K karena cadangan vitamin K dalam hati relatif

masih rendah, sedikitnya transfer vitamin K melalui tali

pusat, rendahnya kadar vitamin K pada ASI, dan saluran

pencernaan bayi baru lahir yang masih steril. Kekurangan

vitamin K berisiko tinggi bagi bayi sehingga

mengakibatkan Vitamin K Deficiency Bleeding. Hal ini

sejalan dengan pendapat Djami (2013), semua bayi baru

lahir harus segera diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg

intramuskular di paha kiri sesegera mungkin untuk

mencegah perdarahan pada bayi bru lahir akibat

defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian

bayi baru lahir.

2) Vitamin A

Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan

penglihatan dan peningkatan resiko kesakitan dan

kematian akibat infeksi seperti campak dan diare.

Kebutuhan vitamin A pada bayi dan anak-anak

meningkat dalam masa pertumbuhan dan membantu

melawan infeksi.
Pemberian sumpelementasi kapsul vitamin A dua kali

setahun menurut penelitian merupakan salah satu

intervensi kesehatan yang berdaya ungkit tinggi bagi

pencegahan kekurangan vitamin A dan kebutaan serta

penurunan kejadian kesakitan dan kematian pada balita.

Di Indonesia sendiri program pelaksanaan pemberian

vitamin A yaitu pada bulan februari dan agustus di

posyandu dan puskesmas.

3) Salep Mata

Menurut Djami (2013), pencegahan infeksi mata

dapat diberikan segera setelah bayi lahir. Pencegahan

infeksi pada mata dapat dilakukan dengan memberikan

salep mata tetrasiklin 1 %. Salep antibiotika ini harus

diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran,

pencegahan infeksi mata ini tidak efektif apabila diberikan

lebih dari satu jam setelah kelahiran.

2. Alat

a. Umbilical Cord Clem Nylon

Alat yang digunakan untuk menjepit tali pusat bayi

sesaat setelah bayi dilahirkan


b. Eye Protector Photo Thereapy

Alat yang digunakan untuk melindungi bagian mata

bayi saat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan

sinar X-ray atau jenis pemeriksaan lain yang menggunakan

media sinar agar tidak menganggu penglihatan bayi yang

akan di periksa.

c. Alat Pengukur Panjang Bayi

Peralatan sederhana yang biasa digunakan oleh

bidan dan petugas posyandu untuk mengetahui

perkembangan tinggi bayi dari waktu ke waktu.

d. Staturmeter

Alat yang di gunakan untuk mengukur tinggi badan,

alat ini sederhana hanya ditempelkan pada tembok bagian

atas dan ketika akan digunakan hanya perlu untuk

menariknya sampai ke bagian kepala.

e. Lingkar Lengan Bayi

Alat yang digunakan untuk mengetahui status gizi

bayi dan balita.


f. Incubator

Alat biomedis yang memberikan kehangatan, kelembaban

dan oksigen dimana seluruh lingkungannya terkontrol yang

diperlukan oleh bayi baru lahir.

g. Blue Light

Blue light atau sering disebut fototerapi adalah

prosedur pengobatan terhadap bayi yang terdiagnosis

terkena ikterus. Menurut American Academy of Pediatrics

(AAP), penggunaan fototerapi intensif dapat menurunkan

kadar bilirubin 30% sampai 40 % atau bilirubin serum total 1

sampai 2 mg/dL dalam waktu 4 sampai 6 jam (Repository,

2015).

Blue light therapy bertujuan untuk mengendalikan

kadar Bilirubin serum agar tidak mencapai nilai yang dapat

menimbulkan ensefalopati bilirubin atau kernikterus. Bila bayi

kuning memerlukan terapi untuk menurunkan kadar bilirubin

nya, maka salah satu terapinya adalah dengan fototerapi

berupa penyinaran bayi dengan lampu TL sinar biru atau

blue light. Pada terapi secara alami maka bayi dijemur

dengan sinar matahari pagi (dibawah jam 10 pagi).


3. Prosedur

a. Pemberian Imunisasi Bayi dan Balita

1) Imunisasi pada bayi baru lahir

Prosedur pemberian imunisasi pada bayi dimulai sejak

lahir. Yang pertama yaitu pemberian Vitamin K satu jam

setelah lahir di paha kiri secara Intramuskular. Yang

kedua pemberian Hb0 satu jam setelah pemberian

vitamin K di paha kanan secara intramuscular.

2) Imunisasi pada bayi dan balita


a) BCG

Diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Dosis 0,05 ml,

secara intrakutan.

b) DPT

Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan- 4 bulan. Dosis

0,5 ml secara IM.

c) Hepatitis B

Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan- 4 bulan. Dosis

0,5 ml secara IM. Pemberian imunisasi ini diberikan

bersamaan dengan pemberian DPT atau dikenal

dengan vaksin pentavalen. Vaksin pentavalen

merupakan vaksin kombinasi dari vaksin DPT, vaksin

HB, dan vaksin HiB (haemophilus influenza tipe B).

Vaksin ini diberikan untuk mencegah 6 penyakit

sekaligus, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus,

hepatitis B, pneumonia, dan meningitis (radang otak).


d) Polio

Diberikan sebanyak 4 kali secara oral mulai sejak

umur 1- 4 bulan. Lalu setelah itu ada imunisasi IPV

atau dikenal dengan polio suntik yang diberikan pada

usia 4 bulan secara intramuskular

e) Campak

Diberikan pada usia 9 bulan. Dosis 0,5 ml secara

subkutan.
DAFTAR PUSTAKA

Fajar Sari Tamberika, 2018. “Teknologi Terapan Dan Tepat Guna Dalam

Pelayanan Bayi Baru Lahir Dan Balita”. Pekanbaru, Stikes Al-

Insyirah Press.

Infodatin, Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.

Khadijah Pratiwi, 2015. “Tekhnologi Tepat Guna dalam Asuhan Bayi Baru

Lahir Balita dan KB”. Jakarta, Jurnal Rekursif.

Sanitasari Rati Dwi, dkk. 2017. “Sistem Monitoring Tumbuh Kembang

Anak usia 0-5 tahun Berbasis Android di Puskesmas Beringin

Raya Kota Bengkulu”. Jurnal Rekursif, Vol. 5 No.1.

Sembiring, Juliana Br. “Buku ajar neonatus, bayi, balita, dan anak

prasekolah”. Edisi 1. Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2017.

Utami Tri Niswati, dkk. “Perspektif Kesehatan Masyarakat Teori dan

Aplikasi”. Yogyakarta, CV Budi Utama, 2015.

Anda mungkin juga menyukai