Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOLOGI KESEHATAN

Perilaku-Perilaku Spesifik Terkait Dengan Kesehatan dan


Penggunaan Maupun Ketergantungan Alkohol Dan Rokok

Oleh kelompok II:


Lilis Suryani P101 17 043
Muh. Doni Wahdi P101 17 158
Nurrahmawati P101 17 217
Ainul Afriani P101 17 241
Putri Novita P101 17 220

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME, atas rahmat dan karunianya
sehingga makalah ini dapat di selesaikan pada waktunya. Makalah ini di tulis demi
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kesehatan dengan judul “Perilaku-Perilaku
Spesifik Terkait Dengan Kesehatan dan Penggunaan Maupun Ketergantungan
Alkohol Dan Rokok”.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan-
kesalahan, maka dari itu kami mengharapkan syarat yang membangun dari para
pembaca. Dalam pembuatan makalah ini tidak luput dari banyak motivasi dari
teman-teman yang telah membantu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah banyak
memotivasi dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan
informasi kepada para pembaca mengenai “Perilaku-Perilaku Spesifik Terkait
Dengan Kesehatan dan Penggunaan Maupun Ketergantungan Alkohol Dan Rokok”.
Demikianlah pengantar dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca dan pendengar. Atas
semua ini kami mengucapkan banyak terimakasih. Semoga segala bantuan dari
semua motivasi mudah-mudahan mendapat amal baik yang di berikan oleh Tuhan
YME.

Palu, 21 Juli 2019

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................................4
A. Perilaku-Perilaku Spesifik Terkait Dengan Kesehatan................................................4
B. Penggunaan Maupun Ketergantungan Alkohol Dan Rokok........................................8
BAB III. PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan...............................................................................................................12
B. Saran.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok di Indonesia
dari tahun ke tahun menunjukkan usia awal merokok semakin muda. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa usia pertama kali
merokok penduduk Indonesia pada umur 5 – 9 tahun sebesar 1,2% (Riskesdas,
2008), dan meningkat menjadi 1,7% pada tahun 2010 (Riskesdas, 2011). Pada
penelitian Chotidjah ditemukan bahwa usia pertama kali merokok anak laki-laki
adalah 7 tahun.
Semakin mudanya usia pertama kali merokok tidak dapat diabaikan begitu
saja, mengingat dampak rokok terhadap kesehatan telah banyak dibuktikan
melalui berbagai hasil penelitian. Asap tembakau diketahui mengandung lebih
4.000 bahan kimia dan 69 diantaranya adalah penyebab kanker. Asap rokok
tersebut tidak hanya membahayakan kesehatan perokok aktif, namun juga
membahayakan kesehatan perokok pasif. Penelitian Hawamdeh menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perokok pasif dengan berbagai
kelainan, seperti gangguan pernafasan, asma, jantung koroner, serta sindrom
kematian mendadak pada bayi. Selanjutnya penelitian Setiadhi membuktikan
bahwa terdapat hubungan signifikan antara kebiasaan merokok orang tua dengan
adanya pigmentasi pada permukaan labial gingiva gigi anterior anak.
Ada beberapa faktor yang menentukan anak untuk mulai merokok.
Penelitian Puspitasari menunjukkan adanya pengaruh keluarga terhadap perilaku
merokok anak, di mana 60,4% siswa SD kelas IV-VI dari orang tua perokok
memiliki persepsi positif terhadap perilaku merokok. Hal ini didukung oleh
penelitian Norbanee di Malaysia yang juga menyatakan bahwa anggota keluarga
yang merokok merupakan salah satu pemicu anak untuk mulai merokok, terutama
apabila anggota keluarganya tersebut adalah kakak atau adik laki-laki.
Selain faktor keluarga faktor-faktor lain yang dapat memicu perilaku
merokok pada anak dan remaja adalah media massa dan teman. Penelitian Tanski
menunjukkan bahwa iklan televisi, adegan merokok pada film dan berbagai acara

1
yang disponsori industri rokok merupakan prediktor perilaku merokok pada
remaja. Penelitian Liem menjelaskan bahwa pengaruh teman terhadap perilaku
merokok remaja lebih kuat daripada media massa.
Banyaknya faktor-faktor penentu perilaku merokok pada anak diperkuat
dengan kenyataan bahwa undang-undang dan peraturan pemerintah mengenai
pengendalian tembakau di Indonesia – termasuk Peraturan Daerah Kota Semarang
No 3 mengenai Kawasan Tanpa Rokok (Perda KTR) Tahun 2013 - belum mampu
memberikan perlindungan yang maksimal bagi warga masyarakat – termasuk
anak – dari dampak negatif rokok. Penelitian Azkha menunjukkan bahwa tanpa
komitmen dan dukungan dari semua pihak Perda KTR akan sulit untuk
diimplementasikan (Azkha, 2013).
Selain itu penelitian Tappa mengungkapkan bahwa Pasal 78 dan 89 ayat 2
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 - tentang Perlindungan Anak terhadap
orang tua yang membiarkan anaknya yang masih balita menjadi perokok aktif -
dinilai tidak efektif untuk diberlakukan di masyarakat karena belum dapat
sepenuhnya melindungi anak. Tappa menyarankan agar sosialisasi mengenai
bahaya rokok bagi anak harus sesering mungkin dilakukan terutama di daerah-
daerah yang masyarakatnya masih minim pengetahuan tentang bahaya rokok.
Upaya perlindungan kepada anakanak dari bahaya rokok dapat dilakukan
melalui berbagai cara, salah satunya melalui media pendidikan kesehatan. Salah
satu media pendidikan kesehatan yang sesuai dan disukai oleh anak-anak adalah
komik. Komik merupakan alat penyampai pesan yang berpotensi sebagai sumber
belajar. Pesan yang disampaikan dalam komik biasanya jelas, sistematis, dan
menyenangkan. Penelitian Saputro mengungkapkan bahwa media komik
memberikan pengaruh terhadap peningkatan karakter tanggung jawab siswa kelas
IV SD. Penelitian Batista menunjukkan bahwa komik mendapatkan penerimaan
yang baik dikalangan keluarga etnis Latin dalam upaya mencegah obesitas.
Penelitian Dworkin membuktikan pula bahwa komik efektif untuk memberikan
pendidikan personal bagi penderita AIDS mengenai keamanan pangan.
Komik dapat disimpan untuk dibaca kapan saja, serta dapat pula menjadi
bahan diskusi bersama guru maupun orang tua. Diharapkan komik ini menjadi

2
salah satu upaya alternatif dalam membantu anak sebagai generasi penerus bangsa
memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari penyakit akibat rokok. Tujuan
penelitian ini adalah melakukan analisis kebutuhan terhadap siswa sekolah dasar
untuk merencanakan strategi yang tepat dalam merancang komik untuk anak
tentang bahaya rokok yang berjudul Aku Akan Tetap Sehat Tanpa Asap Rokok
(ASETARO.)
B. Tujuan
1. Untuk dapat memahami perilaku sehat secara spesifik.
2. Untuk dapat mengetahui penggunaan ketergantungan pada alkohol dan
merokok.

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Perilaku-Perilaku Spesifik Terkait Dengan Kesehatan


1. Definisi Perilaku Sehat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan dan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai
faktor yang saling berinteraksi. Seiring dengan tidak disadari bahwa interaksi
itu sangat kompleks sehingga kadang- kadang kita tidak sempat memikirkan
penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting
untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, selama ia mampu
mengubah perilaku tersebut.
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari
penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang
meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan
eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan
kesehatannya.
Perilaku sehat adalah sifat pribadi seperti kepercayaan, motif, nilai,
persepsi dan elemen kognitif lainnya yang mendasari tindakan yang dilakukan
individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk
pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui
olah raga dan makanan bergizi. Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang
merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka betul-betul
sehat.
Menurut Solita, perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman
dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan
dengan kesehatan. Sedangkan Cals dan Cobb mengemukakan perilaku

4
kesehatan sebagai: “perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap belum
menunjukkan gejala (asymptomatic stage)”.
Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai
respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-
sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti
lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain,
perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang
dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable),
yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan
kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan
masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan
apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.
2. Macam-macam Perilaku Sehat
a. Perilaku Makan
Menu seimbang dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Nutrisi
jelas penting untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan.
Selama ribuan tahun, manusia mengabdikan sebagian besar waktu mereka
untuk memenuhi kebutuhan makanan yang cukup.
Makanan yang terbuat dari kelompok atau kelas kimiawi sebagai
berikut: karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin, serat air dan
serat. Kelompok-kelompok ini terdiri dari zat kimia khusus yang disebut
nutrisi. Sebagian besar makanan mengandung lebih dari satu zat gizi.
Fungsi umum kelas makanan atau kelompok gizi tersebut adalah
sebgai berikut: karbohidrat dan lemak pasokan panas dan energi. Protein
membangundan memperbaiki jaringan tubuh dan dapat pasokan panas dari
energi. Mineral membangun jaringan dan mengatur proses tubuh. Vitamin
membantu pertumbuhan dan membantu untuk mengatur proses tubuh. Air
menyediakansarana untuk mengangkut bahan-bahan di dalam tubuh, dan
membantu dalam menghilangkan limbah dan mengatur suhu tubuh. Serat

5
membantu dalam pencernaan dan eliminasi. Gizi yang baik sangat penting
untuk kesehatan yang baik. Bahkan, makana yang memadai, tidak ada yang
bisa memiliki kesehatan yang optimal.
b. Olahraga
Semua aktivitas fisik kecuali figeting merupakan penggunaan energi
dan pembakaran kalori. Olahraga adalah kelas khusus aktivitas fisik diaman
orang menggunakan tubuh mereka demi kesehatan atau pengembangan
tubuh.
Olahraga merupakan salah satu perilaku sehat yang paling penting
karena olahraga membuat orang bergerak dan mampu merawat diri mereka
sendiri. Manfaat dari olahraga reguler:
 Meningkatkan konsumsi oksigen maksimum
 Mengurangi istrahat denyut jantung
 Mengurangi tekanan darah
 Meningkatkan kekuatan dan efisiensi jantung
 Mengurangi penggunaan sumber energi, seperti glutamin
 Meningkatkan HDL, kolestrol total berubah
 Mengurangi penyakit kardiovaskuler
 Mengurangi obesitas
 Menignkatkan umur panjang
 Mengurangi panjang siklus haid, menurunkan estrogen dan progresterone
 Mengurangi resiko beberapa kanker
 Meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh
 Mengurangi suasana hati yang negatif
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat
a. Variabel Demografis
Perilaku sehat dibedakan berdasarkan faktor demografis. Orang yang
lebih muda, lebih kaya, yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, yang
mempunyai kadar sters dibawah rata-rata dengan dukingan sosial yang
tinggi biasanya mempraktekan perilaku atau kebiasaan sehat lebih baik

6
dibandingkan orang dengan kadar stres yang lebih tinggi dan sumber daya
lebih sedikit. Seperti individu dengan kelas sosial yang rendah.
b. Usia
Perilaku sehat bervariasi berdasarkan usia. Biasanya, kebiasaan sehat
itu baik dimasa kecil, memburuk pada masa remaja dan dewasa muda, tetapi
meningkat kembali pada yang lebih tua.
c. Values
Values terkait dengan budaya atau kelompok ekonomi sosial tertentu.
Values sangat mempengaruhi praktek kebiasaan sehat. Sebagai contoh,
olahraga untuk wanita mungkin dianggap diinginkan dalam satu budaya,
tapi tidak diinginkan dibudaya lain.
d. Personal Control
Persepsi mengenai kesehatan seseorang berada di bawah kontrol
pribadi juga menentukan kebiasaan sehat. Salah satu yang telahmendapat
perhatian adalah locus of control.
Sebagai contoh, mengukur sejauh mana orang merasa diri mereka
dapat mengendalikan kesehatan mereka, merasa orang lain yang sangat kuat
dapat mengendalikan kesehatan mereka, atau menganggap keberuntungan
sebagai penentu utama kesehatan mereka. Orang-orang yang cenderung
melihat kesehatan dibawah kontrol pribadi mungkin cenderung untuk
melatih kebiasaan sehat yang lebih baik dari pada mereka yang menganggap
kesehatan mereka sebagai akibat dari faktor keberuntungan.
e. Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial mempengaruhi paktek kebiasaan sehat. Keluarga,
teman, dan teman kerja semua dapat mempengaruhi perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan terkadang ke arah yang bermanfaat, pada
waktu yang lain kearah merugikan.
f. Personal Goals
Kebiasaan sehat sangat terkait dengan personal goals. Jka kebugaran
jasmani atau prestasi atletik merupaka tujuan penting, orang mungkin akan
berolahraga secara teratur dari pada jika kebugaran bukan tujuan pribadi.

7
g. Perceived Symptoms
Beberapa kebiasaan sehat biasanya dikontrol oleh perceived
symptoms contohnya perokok mungkin mengontrol perilaku merokok
mereka jika mengalami gangguan di tenggorojan mereka. Perokok yang
bangun dengan batuk-batuk dan tenggorokan yang sakit mungkin akan
berfikir kembali bahwa dia sebenarnya bisa mempunyai masalah kesehatan
pada saat itu.
h. Akses Pelayanan Kesehatan
Akses pelayanan kesehatan juga bisa mempengaruhi praktek perilaku
sehat dengan menggunakan program screaning tubercolosis (TBC),
mendapatkan Pap-smear secara regular, imunisasi pada masa kecil adalah
perilaku sehat yang berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan.
i. Faktor Kognitif
Pada akhirnya, praktek perilaku sehat berkaitan dengan faktor-faktor
kognitif, seperti pengetahuan dan intelegensi.misalnya, keyakinan terhadap
perilaku sehat tertentu yaitu bermanfaat atau berarti bahwa seseorang
mungkin rentan terhadap penyakit, jika dia tidak melakukan perilaku sehat
tertentu dan juga tidak memprediksi perilaku sehat.
B. Penggunaan Maupun Ketergantungan Alkohol Dan Rokok
1. Penggunaan Maupun Ketergantungan rokok
Merokok merupakan penyebab kematian utama yang dapat dicegah di
negara berkembang. Hampir 5 juta kematian prematur disebabkan oleh rokok.
Apabila permasalahan ini terus berlanjut maka pada tahun 2030, rokok
membunuh seperenam populasi. Penghentian kebiasaan merokok masih sulit
dilakukan karena adanya efek adiktif dari senyawa-senyawa yang terkandung
dalam tembakau. Dalam tembakau terdapat kurang lebih 3000 senyawa, tetapi
yang menimbulkan efek adiktif paling kuat adalah nikotin. Nikotin yang
masuk dalam tubuh dapat menimbulkan ketergantungan yang cepat dan hebat
dengan menimbulkan gejala iritabel, kejang, gelisah, sulit konsentrasi, sakit
kepala dan tidak bisa tidur. Nikotin merupakan senyawa golongan alkaloid
yang dihasilkan oleh tembakau

8
Hasil1 survei di negara maju pada ta‐ hun 2005 menunjukkan sekitar
35% laki‐ laki dan 22% perempuan adalah perokok. Sementara di negara
berkembang terdapat sekitar 50% laki‐laki dan 9% perempuan yang merokok
[18]. Fakta lain adalah usia konsumen rokok dari tahun ke tahun juga
mengalami penurunan. Saat ini cukup banyak dijumpai kasus murid‐murid
SD kelas 5 atau 6 yang telah mencoba rokok dan kemudian tidak dapat
berhenti. Ironisnya, tembakau sebagai bahan utama pembuatan rokok telah
digolongkan dalam zat adiktif (UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 113). 
Dampak negatif merokok pada kesehatan telah ditulis dengan jelas di
setiap bungkus rokok, yaitu kanker, serangan jantung, impotensi, dan
gangguan kehamilan dan janin. Berbagai hasil peneltian secara longitudinal
dan cohort, baik dalam setting eksperimen, kuasieksperimen, maupun natural
telah membuktikan hal tersebut. Merokok akan mendorong terjadinya
vasoconstriction dan atherosclerosis yang menyebabkan subclinical
myocardial ischemia, serta karbon monoksida yang memperbesar resiko
terjadinya hypoxemia dan myocardial hypoxia. Selain berdampak pada organ
tubuh, kandungan zat dalam rokok khususnya nikotin juga mempengaruhi
kondisi psikologi, sistem syaraf, serta aktivitas dan fungsi otak, baik pada
perokok aktif maupun pasif.
Nikotin menstimulasi pelepasan acetylcholine, serotonin, hormon‐
hormon pituitary, dan epinephrine. Selain itu nikotin juga menstimulasi
pelepasan dopamin dan norepinephrine. Pengaruh nikotin dapat dijumpai
pada berbagai aspek kehidupan, yaitu belajar, ingatan, kewaspadaan, dan
kelabilan emosi. Ketika seseorang telah mengalami ketergantungan pada
nikotin, maka saat withdrawal (putus zat) individu tersebut akan mengalami
perasaan tidak nyaman seperti cemas, merasa tertekan, sulit mengendalikan
diri atau mudah marah, mudah putus asa, dan depresi. Para pecandu rokok
juga memiliki resiko lebih besar untuk mengalami gangguan tidur, penurunan
kemampuan mengingat tugas-tugas sederhana, serta mendorong munculnya
perilaku kompulsif.

9
2. Penggunaan Maupun Ketergantungan Alkohol
Alkohol, umumnya dalam bentuk ethyl alcohol atau etanol, memiliki
peranan penting dalam peradaban manusia paling tidak selama 8000 tahun.
Pada kebudayaan barat, beer dan wine merupakan minuman utama dalam
kehidupan sehari-hari sampai abad ke-19. Di beberapa negara, alkohol
merupakan minuman yang mudah didapatkan sehingga cenderung banyak
disalah gunakan.
Bahaya mengkonsumsi alkohol termasuk dalam lima besar faktor resiko
untuk penyakit, kecacatan dan kematian di seluruh dunia. Konsumsi alkohol
dapat meningkatkan berbagai resiko terhadap kesehatan seperti
ketergantungan alkohol, sirosis hepar, kanker dan luka-luka akibat efek
langsung maupun tidak langsung dari intoksikasi alkohol.
Alkohol mengganggu pengaturan eksitasi atau inhibisi di otak, sehingga
mengkonsumsi alkohol dapat mengakibatkan terjadinya disinhibisi, ataksia
dan sedasi. Efek farmakologis etanol meliputi pengaruhnya pada proses
timbulnya penyakit, perkembangan prenatal, sistem gastrointestinal,
kardiovaskular dan sistem saraf pusat. Etanol mengganggu keseimbangan
eksitasi dan inhibisi transmisi listrik di otak, yang menyebabkan disinhibisi,
ataksia dan sedasi. Toleransi terhadap etanol mulai timbul setelah
penggunaan kronis yang ditunjukkan antara lain dengan gangguan psikis dan
aktivitas bila konsumsi alkohol dihentikan secara tiba-tiba.
Alkohol merangsang peningkatan aksis hypothalamic pituitary
adrenocortical (HPA). Aktivasi aksis HPA merupakan komponen utama dari
respon stres. Peningkatan aksis HPA dipengaruhi oleh sejumlah variabel
termasuk genotipe, jenis kelamin, dan parameter dosis. Berdasarkan studi
klinis dan praklinis, disregulasi fungsi aksis HPA berhubungan dengan
perubahan dalam aktivitas sistem stres ekstrahipothalamik di otak, sehingga
secara signifikan mempengaruhi motivasi untuk perilaku alcohol self-
administration. Pengaruh konsumsi alkohol terhadap individu berbeda-beda.
Akan tetapi terdapat hubungan antara konsentrasi alkohol di dalam darah
(Blood Alkohol Concentration BAC) dan tingkatan efek yang

10
ditimbulkannya. Euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif
seiring dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam darah.
Orang yang aktif mengkonsumsi alkohol beranggapan bahwa
penampilan mereka menjadi lebih baik, sehingga mereka mengabaikan efek
buruknya. Gejala intoksikasi alkohol yang paling umum adalah "mabuk" atau
"teler", dimana kondisi ini sebenarnya adalah karakteristik intoksikasi alkohol
yang dapat menyebabkan cedera, kecacatan dan kematian. Konsumsi alkohol
yang berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran, henti nafas dan
kematian. Selain kematian, efek jangka pendek alkohol menyebabkan
hilangnya produktivitas kerja akibat disorientasi dan kecelakaan akibat
berkendara dalam keadaan disorientasi tersebut. Konsumsi alkohol juga
memiliki kaitan terhadap perilaku kekerasan dan tindak kriminal.
Minuman beralkohol bagi sebagian orang merupakan bukti kejantanan
atau dalam pergaulan. Ironisnya minuman ini tidak hanya dikomsumsi oleh
orang dewasa, akan tetapi kaum remaja sudah mulai coba-coba mencicipinya.
Pola hidup yang tidak sehat yang banyak diterapkan oleh kaum dewasa awal
ini juga dapat membentuk sebuah ketergantungan.

11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari makalah yang dibuat dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat adalah
sifat pribadi seperti kepercayaan, motif, nilai, persepsi dan elemen kognitif
lainnya yang mendasari tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan
kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi.

Merokok dan mengkonsumsi alkohol akan mempengaruhi dan berdampak


buruk bagi kesehatan diri masing-masing. Menghindari mengkonsumsi alkohol
dan merokok dapat dilakukan dengan cara hidup sehat seperti menjaga pola
makan dan berolahraga secara teratur.

B. Saran
Sebagai orang-orang terpelajar harus menghindari perbuatan atau perilaku
yang berbahaya bagi kesehatan, tidak cukup hanya menghindarinya tetapi
mengajak korban yang sudah terjerumus untuk berhenti merokok, dan minuman
keras (miras) yang disalah gunakan wajib kita hindari. Hidup sehat diawali dari
kebiasaan positif dari diri sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, Soekidjo, & Sarwono, Solita, 1985, “Pengantar Ilmu Perilaku
Kesehatan”, KESMAS UI, Jakarta.

Rustika I Made, dkk, 2016, “bahan Ajar Psikologi Kesehatan”, FK Universitas


Udayana, Denpasar.

Ekowarni Endang, 2001, “Pola Perilaku Sehat dan Model Pelayanan Kesehatan
Remaja”, Jurnal Psikologi, No. 2, 97 – 104, ISSN : 0215 – 8884.

Komasari Dian, Helmi Avin Fadilla, 2000, “Faktor-Faktor Penyebab Perilaku


Merokok Pada Remaja”, Jurnal Psikologi, No. 1, 37 – 47, Issn : 0215 –
8884.

Liem Andrian, 2010, “Pengaruh Nikotin Terhadap Aktivitas Dan Fungsi Otak Serta
Hubungannya Dengan Gangguan Psikologis Pada   Pecandu Rokok”,
Buletin Psikologi, Volume 18, No. 2,: 37 – 50, Issn: 0854‐7108.

Setiawati Agustina, 2013, “Suatu Kajian Molekuler Ketergantungan Nikotin”, Jurnal


Farmasi Sains Dan Komunitas, Hal. 118-127 Vol. 10 No. 2 Issn : 1693-
5683.

Tritama Topaz Kautsar, 2015, “Konsumsi Alkohol dan Pengaruhnya terhadap


Kesehatan”, Vol. 4, No. 8.

Utina Sitriah Salim, 2012, “Alkohol Dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental”,
Vol. 5, No. 2.

13

Anda mungkin juga menyukai