Anda di halaman 1dari 18

PENELITIAN SOSIOLOGI

Kecanduan Rokok di Kalangan Remaja Angkatan 56

DISUSUN OLEH:
Ibnu Rafi Al Rasyid
M. Fahri Faza Fadilla
Radithya Ekaputra Haridewo
Wishnu Ghivari Santoso

Kelas : X-3
SMA NEGERI 14 JAKARTA
Tahun Pelajaran 2022/2023
Daftar Isi

Daftar Isi...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
A. Deskripsi Teori............................................................................................4
B. Penelitian yang Relevan..............................................................................7
C. Kerangka Pemikiran....................................................................................7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 9
A. Waktu Penelitian......................................................................................... 9
B. Metode Penelitian....................................................................................... 9
C. Populasi dan Sampel................................................................................... 9
D. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................. 10
BAB V PENUTUP.............................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................................... 13
B. Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 14
LAMPIRAN.......................................................................................................15

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah "Kecanduan Rokok di Kalangan Remaja
Angkatan 56".

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang


sebesar-besarnya kepada guru sosiologi kami yang telah memberikan tugas
terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan
semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain
yang berkepentingan pada umumnya.

Jakarta, 10 Mei 2023

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim dilakukan


dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dimanapun tempat selalu
ditemukan orang merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak
muda, orang tua, status kaya atau miskin tanpa terkecuali. Padahal
sebagian besar masyarakat sudah mengetahui bahaya dari merokok
namun pada kenyataannya merokok telah menjadi kebudayaan. Menurut
World Health Organization (WHO), tembakau membunuh lebih dari 5
juta orang per tahun dan diproyeksikan akan membunuh 10 juta orang
sampai tahun 2020, dari jumlah itu 70% korban berasal dari negara
berkembang yang didominasi oleh kaum laki-laki sebesar 700 juta
terutama di Asia. WHO memperkirakan 1,1 miliar perokok dunia
berumur 15 tahun ke atas yaitu sepertiga dari total penduduk dunia.
Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam konsumsi rokok di dunia
setelah China, Amerika Serikat, Jepang, dan Rusia (Tarwoto, dkk, 2010).

Merokok menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka tampak


bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman-teman
sebayanya yang merokok. Istirahat/santai dan kesenangan,
tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stress,
kebosanan, ingin kelihatan gagah dan sifat suka menentang, merupakan
hal-hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok pada anak remaja.
Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi adalah rasa rendah diri,
hubungan antar perseorangan yang jelek, kurang mampu mengatasi
stress, putus sekolah, sosial ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan
orangtua yang rendah, serta tahun-tahun transisi antara sekolah dasar dan
sekolah menengah (usia 11-16 tahun). Merokok sering dihubungkan
dengan remaja yang memiliki nilai di sekolah yang jelek, aspirasi yang
rendah, penggunaan alkohol serta obat-obatan lainnya, absen sekolah,
kemungkinan putus sekolah, rendah diri, suka melawan, dan pengetahuan
tentang bahaya merokok yang rendah.

1
Walaupun bukan merupakan sesuatu yang diharamkan oleh agama,
merokok merupakan kebiasaan negatif yang dapat menimbulkan dampak
buruk, terutama bagi anak remaja. Bila sudah kecanduan akan sangat
susah untuk menghentikan kebiasaan merokok ini. Angka kejadiannya
pada remaja-remaja di Amerika Serikat pada tahun 2000 melebihi 25%
dari angka kejadian merokok pada orang dewasa., dan dikatakan terdapat
peningkatan sekitar 59% dari tahun 1988. Lebih dari 80% perokok mulai
sebelum umur 18 tahun. Dalam rangka menekan jumlah angka perokok
pada remaja, dibutuhkan peran orang tua dan juga pemerintah dalam
upaya menekan jumlah perokok aktif di kalangan remaja. Pemerintah
harus membuat kiat-kiat untuk melindungi remaja dari bahaya rokok.

Dengan banyaknya siswa-siswa usia dini yang kami lihat merokok


diluar sana, kami melakukan penelitian tentang kasus rokok ini untuk
mengetahui alasan-alasan mereka mencoba rokok. Kami harap dengan
adanya penelitian ini, menumbuhkan kesadaran untuk para orang tua agar
menjaga anak-anaknya dengan sebaik mungkin.

2
B. Rumusan Masalah

"Apakah dan apa yang menjadi alasan siswa angkatan 56 merokok pada
usia dini?"

C. Tujuan Penelitian

- Untuk mengetahui apakah sebagian besar siswa angkatan 56


merokok atau tidak.
- Untuk mengetahui alasan perokok tersebut merokok.
- Untuk mengidentifikasi alasan kecanduan merokok usia dini.
- Mengidentifikasi faktor-faktor merokok di kalangan remaja usia
dini.

D. Manfaat Penelitian

- Menumbuhkan kesadaran akan banyaknya remaja usia dini yang


merokok.
- Menumbuhkan kesadaran para orang tua untuk menjaga
anak-anaknya dengan sebaik mungkin.
- Menumbuhkan kesadaran kepada para pelajar bahwa betapa
bahayanya kandungan dari rokok.

3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Deskripsi Teori
Menurut PP. RI. No. 109, 2012. Rokok adalah produk tembakau yang
penggunaannya dengan cara dibakar dan dihisap asapnyayang dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan.
Menurut Sitepoe (dalam Sanjiwani dan Budisetyani, 2014: 345) perilaku
merokok adalah suatu perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau
yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa.
Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012, pasal 25 ayat b, tegas
menyebut dilarang menjual produk tembakau kepada anak dibawah usia 18
tahun.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja


Angkatan 56
Di bawah ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
merokok pada remaja yang dijadikan sebagai variabel dalam penelitian ini,
antara lain: peer attachment, stress, dan pola asuh orang tua siswa-siswa.
a. Peer attachment
Weiss‟s (dalam Armsden & Greenberg, 1987) mendefinisikan peer
attachment sebagai kemampuan teman sebaya untuk mendukung dan
mendorong remaja dalam meningkatkan asumsi pada perubahan pertumbuhan
remaja. Menurut Ormrod (2009) terdapat empat jenis hubungan pertemanan,
yaitu persahabatan, kelompok sosial yang lebih besar, geng dan hubungan
romantik. Keempat jenis ini digunakan sebagai pedoman dalam
mengelompokkan karakteristik-karakteristik hubungan dalam penelitian ini.

4
b. Persahabatan (Friendships)
Gottman, dkk (dalam Ormrod, 2009) mengungkapkan bahwa sahabat
pada umumnya berusia dan berjenis kelamin yang sama, namun beberapa anak
dan remaja memiliki sahabat berjenis kelamin berbeda. Pada beberapa remaja,
sahabat berasal dari ras yang sama. Menurut Gottman dan Suttles (dalam
Ormrod, 2009) para sahabat menemukan aktivitas-aktivitas yang dapat
dinikmati dan dimaknai bersama, dan seiring waktu mereka memperoleh
rangkaian pengalaman yang serupa, yang memungkinkan terjadinya saling
bertukar perspektif tertentu mengenai kehidupan.
c. Kelompok sosial yang lebih besar
Sebagian besar remaja dan anak-anak menikmati kebersamaan bersama
teman-teman sebayanya yang bukan sahabat dekatnya. Seiring berlalunya
waktu, mereka membentuk kelompok sosial yang lebih besar yang rutin
berkumpul. Gottman, dkk., (dalam Ormrod, 2009) mengungkapkan bahwa pada
awalnya kelompok-kelompok tersebut mencakup laki-laki dan perempuan. Saat
mulai bergabung ke dalam sebuah kelompok, remaja lebih menyukai kedekatan
dengan anggota kelompok tersebut dibandingkan dengan individu-individu yang
bukan anggota kelompok dan mereka membentuk perasaan “setia” terhadap
individu-individu dalam kelompok.
d. Geng
Menurut Ormrod (2009) geng adalah suatu kelompok sosial kohesif yang
dicirikan oleh ritual inisiasi, penggunaan simbol-simbol dan warna yang khas,
“kepemilikan‟ terhadap suatu teritori spesifik, dan permusuhan dengan satu atau
lebih kelompok. Geng diatur oleh aturan-aturan berperilaku yang ketat dan
hukuman-hukuman keras bagi setiap pelanggaran.

5
e. Hubungan romantik
Dilihat berbasarkan perspektif psikologi perkembangan, hubungan
romantik memiliki keunggulan yang nyata: hubungan tersebut dapat memenuhi
kebutuhan para remaja akan persahabatan, afeksi, dan keamanan, sekaligus
memberikan kesempatan sosial dan perilaku-perilaku interpersonal yang baru
(Furman, dkk., dalam Ormrod, 2009.). Memahami proses pengaruh peer
attachment penting sekali guna mengembangkan progaram pencegahan
(prevention) dan intervensi (intervention) permasalahan merokok remaja
sehingga dapat meningkatkan kesehatan remaja yang optimal. Banyak teori
yang dapat menjelaskan proses hubungan sosial yang dapat menjelasakan proses
hubungan sosial yang dapat mempengaruhi perilaku berisiko seperti pemakaian
obat, alkohol dan rokok. Namun, peneliti memfokuskan empat teori yang akan
dibahas, yaitu social learning theory, primary socialization theory, social
network theory dan social identity theory.

6
B. Penelitian yang Relevan
Kajian pustaka ini terdiri atas penelitian terdahulu yang relevan dengan
penulisan penelitian ini. Kami akan mengkaji beberapa penelitian lain yang
terlebih dahulu meneliti topik yang mirip. Berikut penelitian yang relevan
dengan penelitian kami:
1. RS Nugroho. 2017. JURNAL ILMIAH PERILAKU MEROKOK
REMAJA.
Penelitian ini meneliti tentang perilaku merokok pada usia remaja
dengan menggaris besarkan proses pembentukan perilaku merokok
remaja.
2. M. Rachmat. 2013. Perilaku Merokok Remaja Sekolah Menengah
Pertama.
Penelitian ini juga meneliti perilaku merokok remaja, tetapi pada
remaja SMP.
3. Komasari. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU
MEROKOK PADA REMAJA.
Penelitian ini meneliti tentang faktor-faktor penyebab perilaku
merokok pada usia remaja

C. Kerangka Pemikiran
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia
dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika , kekuasaan, persuasi,
dan/atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar,
perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam
sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang
lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat
mendasar.

7
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan
keharusan untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai
bukti bahwa manusia dalam memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi
tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang
lain. Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya.
Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling
mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja
sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam
hidup bermasyarakat.
Pelajar setingkat SMA dapat dikatakan sebagai usia remaja , oleh karena
itu sitislah remaja adalah istilah yang umum yang ada dikalangan dunia
pendidikan. Masa ini merupakan masa peralihan dari anak ke usia dewasa,
sehingga akan rentan terhadap masalah dan konflik. Pada masa ini juga terjadi
perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan mereka sedang
mengalami masa peralihan.
Batasan remaja menurut Kartini Kartono (1990:48), yaitu: masa remaja
disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan
besar essential mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah,
terutama fungsi seksual. Yang sangat menonjol pada periode ini adalah
kesadaran yang mendalam mengenai diri sendiri dengan nama anak muda mulai
meyakini kemauan,potensi,dan cita-cita sendiri. Dengan kesadaran tersebut ia
berusaha menemukan jalan hidupny dan mulai mencari nilai-nilai tertentu,
seperti kebaikan, keluhuran,kebijaksanaan, keindahan dan sebagainya.

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian
Kami melakukan penelitian ini dari tanggal 24 April s.d. 15 Mei 2023.

B. Metode Penelitian
Secara umum metode adalah cara atau prosedur yang harus dilakukan
untuk dapat melakukan sesuatu secara sistematis. Sementara metodologi ialah
suatu kajian untuk mempelajari peraturan-peraturan dari suatu metode. Metode
penelitian adalah kajian untuk mempelajari peraturan-peraturan dalam
penelitian. Jika ditinjau dari segi filsafat, metodologi penelitian merupakan
epistemologi penelitian, yaitu menyangkut bagaimana seorang peneliti
mengadakan penelitian (Husaini Usman dan Purnomo Setiady A, 2000: 42).
Kami melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif yaitu
wawancara. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yakni penelitian yang
paling mendasar yang hanya menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena
yang diobservasi baik fenomena alam maupun fenomena buatan secara
deskriptif obyektif. kualitatif hanya akan meneliti berupa gambaran yang
sistematis tentang fakta dan karakteristik obyek atau dalam penelitian ini hanya
masalah yang mendasar, gambaran dari fakta secara sistematis. Alasan
menggunakan pendekatan jenis penelitian deskriptif karena hanya meneliti
masalah kehidupan remaja yang memiliki kebiasaan merokok.

C. Populasi dan Sampel


Kami melakukan penelitian ini dengan wawancara kepada beberapa siswa
yang kami temukan di SMAN 14 Jakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang kami lakukan dengan wawancara kebeberapa siswa di
SMAN 14 Jakarta.

9
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah kami melakukan sekian wawancara kepada siswa/i angkatan 56 di


SMAN 14, kami menemukan fakta bahwa banyak anak usia dini yang sudah
mulai & kecanduan merokok.
Dari beberapa responden narasumber, alasan yang mendorong
narasumber merokok amatlah beragam, mulai dari hanya ikut-ikutan teman,
agar terlihat keren, namun yang sangat disayangkan adalah ada beberapa
narasumber yang mengatakan, alasan mereka merokok adalah untuk
menghilangkan stress dari banyaknya masalah yang terjadi di rumah. Dapat
diketahui juga bahwa faktor utama yang mendorong siswa/i berperilaku
merokok adalah karena adanya faktor dari luar. Faktor dari luar seperti faktor
lingkungan bergaul di masyarakat, lingkungan di sekolah dan lingkungan
keluarga. Kebiasaan ini banyak yang sudah dimulai sejak mereka kecil, rata-rata
pada jenjang SMP, SD, bahkan kelas 5 SD, hal ini membuktikan bahwa masih
kurangnya pengawasan orang tua terhadap pergaulan anak anaknya. Banyak
narasumber yang mengatakan bahwa perilaku merokok mereka ini tidak
diketahui oleh orang tua, yang berarti mereka melakukan kebiasaan ini tanpa
izin dari orang tua.
Tetapi bukan berarti seluruh narasumber tidak diperbolehkan merokok
oleh orang tua nya. Ada juga narasumber yang mengatakan bahwa orang tua
nya mengizinkan saja dan bahkan tidak masalah dengan kebiasaan merokok
mereka, bahkan ada yang orang tuanya mengajak untuk merokok bersama.
Akibat dari kebiasaan merokok ini sudah dirasakan oleh beberapa anak, tetapi
masih banyak dari mereka yang masih tidak berpikiran untuk berhenti merokok.

10
Dampak yang sudah ditimbulkan dari merokok oleh narasumber yang
sudah merasakan, jika pada tahap awal remaja mengkonsumsi rokok didorong
oleh keinginan ikut-ikutan teman dan kawan bermain, maka pada tahap
konsumtif rokok dikalangan pelajar akan berdampak luas terhadap berbagai
macam perilaku sosial ataupun aktivitas sosial anak sehari-hari. Sebuah
anggapan sebagaian remaja dari responden yang diteliti intinya mengemukakan
bahwa sebagaian besar anggapan merokok berakibat meningkatnya aktivitas
siswa dalam kegiatan keseharian. Tidak lagi remaja beranggapan sebagai sebuah
iseng, akan tetapi adanya anggapan bahwa rokok akan mempengaruhi aktivitas
anak. Dari responden/narasumber yang memiliki kebiasaan merokok secara
umum apabila tidak merokok akan berakibat terjadi ketagihan dan adanya efek
yang menimbulkan malas serta kurang bersemangat dalam aktivitas, meskipun
tingkat ketergantungannya masih rendah dan ikut-ikutan kebiasaan dengan
teman bermain di lingkungan siswa. Banyak juga yang sudah merasakan akibat
seperti batuk berdarah, sesak nafas, batuk berkelanjutan dll.
Deskripsi di atas menunjukkan bahwa meskipun dampak merokok sangat
tidak baik bagi pengguna maupun orang lain, namun kebiasaan merokok
dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak
dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang
disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok
memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya.
Proses pembentukan simbol padaremaja perokok tidak hanya sebatas
mengenai konsep pemikiran dari individu yang dipandang secara behaviorisme
individu. Konsep mengenai mind tidak bisa menjelaskan secara utuh mengenai
proses pembentukan simbol oleh remaja perokok. Namun mind memiliki
fleksibilitas dari pemikiran. Maksudnya adalah ketika simbol tidak dapat
dimengerti oleh lawan bicara, pasti lawan bicara akan mencoba menerka-nerka
apa yang dimaksudkan dalam pembicaraan ini sehingga tetap ada interaksi
walaupun mungkin respon yang akan diciptakan sedikit terhambat. Ketika
seorang remaja menyaksikan orang lain merokok, remaja tidak langsung tertarik
untuk merokok. Seorang remaja akan lebih tertarik dengan apa yang
disaksikannya. Remaja melihat bagaimana orang yang merokok tersebut
menikmati rokoknya. Akan tetapi, kondisi tersebut dapat muncul ketika ada
penekanan dari lingkungan sekitar yaitu teman-teman remaja yang perokok.

11
Berikut merupakan proses pembentukan perilaku merokok remaja usia
dini pada angkatan 56 :
1. Awal Mula Mengenal Rokok
Perilaku merokok remaja disebabkan dari adanya pengaruh orang tua.
Dalam hal ini orang tua merupakan faktor yang secara tidak langsung
mengenalkan rokok kepada remaja ketika masih kecil. Secara tidak sadar remaja
yang setiap harinya berada di lingkungan keluarga akan terstimulus dengan
perilaku merokok orang tua.
2. Faktor Pengaruh Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat memiliki peranan penting dalam pembentukan
perilaku merokok pada remaja. Perilaku merokok secara tidak langsung telah
menjadi perilaku yang sudah dianggap wajar dalam struktur masyarakat. Selain
itu adanya lingkungan pertemanan merupakan aspek yang dapat mempengaruhi
perilaku merokok pada remaja. Lingkungan pertemenan menjadi aspek yang
tidak dapat dihindarkan oleh para remaja karena remaja rentan terpengaruh
dengan teman sebayanya.
3. Faktor Keinginan Pribadi
Setelah mendapatkan rangsangan atau pengaruh dari lingkungan keluarga
dan masyarakat serta pertemanan, para remaja cenderung untuk mulai mencoba
merokok. Rasa penasaran dan ingin tahu yang besar dari seorang remaja
menjadi alasan mereka untuk mulai merokok. Rasa keingintahuan dari remaja
untuk merokok selanjutnya akan membawa mereka pada kebiasaan untuk
menjadi seorang perokok aktif. Adanya anggapan masyarakat mengenai
perilaku merokok yang dilakukan oleh laki-laki menyebabkan remaja ingin
membuktikan bahwa dirinya sudah dewasa. Dan adanya anggapan bahwasanya
merokok dapat meningkatkan kepercayaan diri ketika berinteraksi dengan orang
lain.

12
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara keseluruhan, intensi merokok siswa angkatan 56 diSMAN 14
Jakarta berada pada kategori tinggi. Jadi, mayoritas dari mereka memiliki
kecenderungan yang tinggi untuk merokok. Hal ini dikarenakan mereka
memiliki keyakinan yang positif mengenai keuntungan yang diperoleh dari
merokok, serta memiliki evaluasi/penilaian yang positif pula terhadap setiap
konsekuensi yang ditimbulkan dari perilaku merokok. Selain itu, mereka
cenderung memiliki kontrol yang rendah ketika dihadapkan pada faktor-faktor
atau situasi yang dapat mendorong mereka untuk merokok. Akibatnya, mereka
menjadi sangat mudah terpengaruh/terdorong untuk merokok. Mereka juga
memiliki keyakinan yang tinggi mengenai saran dari significant other (seperti
orangtua, guru atau teman) untuk memunculkan perilaku merokok, serta
memiliki motivasi yang tinggi pula untuk menuruti saran dari significant other
tersebut.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terhadap perilaku merokok
merupakan variabel bebas yang memiliki kontribusi paling tinggi terhadap
intensi merokok. Salah satu upaya yang bisa dilakukan pihak sekolah untuk
mengubah sikap positif tersebut ialah dengan memberikan informasi mengenai
dampak negatif/bahaya dari perilaku merokok, seperti melalui
penyuluhan-penyuluhan yang rutin dilakukan setiap tahunnya/setiap penerimaan
siswa baru. Salah satu peran significant other dikalangan remaja ialah teman
sebaya. Bagi para remaja (khususnya siswa SMP), sebaiknya mereka mampu
bersikap tegas untuk menolak ajakan dari teman-teman yang mengajaknya
untuk merokok, sehingga mereka tidak terpengaruh untuk ikut-ikutan merokok.

B. Saran

Saran kami kepada orang tua murid SMAN 14 angkatan 56, 55, & 54
agar mengawasi pergaulan teman sepermainan anak anda agar terhindar dari
pergaulan orang orang merokok, untuk kesehatan anak dan keluarga anda,
hindari lingkungan dengan intensitas asap rokok yang tinggi, agar menghindari
resio perokok pasif.

13
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal:
Tarwoto, dkk. (2010). Perilaku Merokok Remaja. Jakarta: Salemba
Medika.
Armsden, G.C., & Greenberg. M.T. (1987). The inventory of parent and
peer attachment : Individual differences and their relatioship to
psychological well-being in adolescence. Journal of youth and
adolescence. 16 (5), 427-454
Dariyo, A. (2003). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: PT.
Gramedia.
Komalasari, D., & Helmi, A.F. (2011). Faktor-faktor penyebab perilaku
merokok pada remaja.
Yusuf, L.N.S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nasution, I.K. (2008). Perilaku merokok pada remaja. USU Repository.
1-22.
Sirait, M.A. dkk (2001). Perilaku Merokok Di Indonesia. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Medan :Universitas Sumatera Utara.
Internet:
https://media.neliti.com/media/publications/13627-ID-perilaku-merokok-
di-kalangan-pelajar-studi-kasus-tentang-faktor-dan-dampak-dari.pdf
https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7008/5460#:~:text=Dalam%20p
enelitian%20ini%20ada%203,remaja%2C%20dan%20pengaruh%20teman%20s
ebaya.
https://eprints.ums.ac.id/585
https://www.um-surabaya.ac.id/homepage/news_article?slug=dosen-um-s
urabaya-ini-bahaya-merokok-bagi-anak-usia-sekolah

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai