Anda di halaman 1dari 20

MEMELIHARA DAN MEMULIHKAN KESEHATAN LANSIA

BAIK FISIK,MENTAL DAN SOSIAL

Dosen : Siti Santy Sianipar, S.Kep., M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

Aprila 2018.C.10a.0958
Melatia Paska 2018.C.10a.0977
Sapta 2018.C.10a.0984
Thomas Erik Helvin 2018.C.10a.0988
Yuni Elia Kartika 2018.C.10a.0993

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, dan karunianya makalah ini dapat terselesaikan oleh penulis tepat pada
waktunya.
Dalam pembuatan makalah ini penulis bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Gerontik Semester VII Fakultas Sarjana Keperawatan
STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran, kritik yang membangun sangatlah
diharapkan agar lebih maju dimasa yang akan datang.
Harapan penulis makalah ini dapat jadi referensi bagi penulis dan pembaca
untuk membangun tenaga kesehatan yang lebih professional dan bermutu dalam
profesi keperawatan.

Palangka Raya, 08 November


2021

Penyusun

Daftar Isi

SAMPUL..................................................................................................................i

2
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat.....................................................................................1
1.4 Metode Penulisan.........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSATAKA...........................................................................2
2.1 Latihan Kongnitif pada lansia......................................................................2
2.2 Mempertahankan ADL pada lansia..............................................................3
2.3 Senam Lansia………………….....................................................................6

2.4 Penggunaan Buku Kesehatan Lansia………................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................42


3.1 Kesimpulan................................................................................................42
3.2 Saran...........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43

3
BAB I
PENDAHULUAN
.1 Latar Belakang
Lansia atau manusia lanjut usia adalah makhluk Ciftaan Tuhan Yang
Maha Esa , dalam perkembangan individu berusia 60 tahun ke atas (Depdikbud,
2012: 998). Pada usia di atas 65 tahun, biasanya manusia akan menghadapi
sejumlah problem hidup, misalnya sering mengalami gangguan kesehatan yang
menyebabkan mereka kehilangan semangat, merasa dirinya sudah tidak berharga
dan depresi. (Rahman, 2011: 97). Untuk menjaga kondisi fisik lansia agar tetap
sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik, psikologis, sosial
dan mental. Sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan
yang bersifat memforsir fisiknya, dalam psikologi perkembangan disebutkan
bahwa dalam diri manusia terjadi perubahan-perubahan fisik, bahkan sampai pada
anggapan bahwa masa tua merupakan masa yang mudah dihinggapi segala
penyakit dan akan mengalami kemunduran mental. Pada masa lansia seseorang
akan merasa kehilangan kesibukan sekaligus merasa mulai tidak diperlukan lagi.
Bertepatan dengan ini, anak-anak mulai menikah dan meninggalkan rumah, badan
mulai lemah dan tidak memungkinkan untuk bepergian jauh sebagai akibatnya,
semangat mulai menurun, mudah dihinggapi penyakit dan segera akan mengalami
kemunduran-kemunduran mental. Hal ini disebabkan oleh mundurnya fungsi-
fungsi otak dan daya konsentrasi berkurang (Sarwono, 2012: 35). Masalah
kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari empat aspek yaitu: fisik,
psikologi, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah
tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan
kehilangan, tidak berguna, depresi, retardasi, hopeless, dan sensitif. Pada
umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian.
Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya seperti:
fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan menjadi kemunduran. Melihat
kondisi yang dihadapi oleh lansia tersebut, maka sangat diperlukan perhatian dan

4
bimbingan mental secara intensif yang kemudian dipelajari, dihayati dan
diamalkan oleh lansia dalam kehidupan sehari-hari, dengan adanya bimbingan
mental maka akan mengembalikan kesehatan jiwa orang yang gelisah dan bisa
menjadi benteng dalam menghadapi goncangan jiwa.
Dalam memberikan bimbingan mental pada lansia memerlukan
kecermatan, ketelatenan dan kesabaran yang tinggi, karena lansia merupakan
manusia yang sudah mengalami perubahan. Mereka kembali seperti anakanak,
keadaannya kembali seperti orang yang lemah dikarenakan bertambahnya usia,
maka perlu adanya kesabaran dan metode yang tepat dalam menghadapi mereka,
untuk itu perlu suatu lembaga yang memberikan layanan kesehatan mental bagi
lansia.
.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, masalah yang dapat dirumuskan
adalah bagaimanakah teori atau sebuah konsep memelihara dan memulihkan
kesehatan lansia baik fisik,mental dan sosial?
.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah adalah untuk melatih dan
menambah pengetahuan tentang konsep memelihara dan memulihkan kesehatan
lansia baik fisik,mental dan social.
.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini digunakan metode penulisan yang berdasarkan
literatur atau metode pustaka.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Latihan Kongnitif Pada Lansia


1. Perubahan Kognitif Pada Lansia
Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara
kemampuan yang menurun secara linier atau seiring dengan proses
penuaan adalah:
a. Daya Ingat (memori), berupa penurunan kemampuan penamaan
(naming) dan kecepatan mencari kembali informasi yang telah
tersimpan dalam pusat memori (speed of information retrieval from
memory).
b. Intelegensia Dasar (fluid intelligence) yang berarti penurunan fungsi
otak bagian kanan yang antara lain berupa kesulitan dalam
komunikasi non verbal, pemecahan masalah, mengenal wajah orang,
kesulitan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi.
2. Defenisi Demensia
Dimensia adalah penurunan kemampuan mental yang
biasanyaberkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan,
fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa
terjadi kemunduran kepribadian. Pada usia muda, demensia bisa terjadi
secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya
karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak.

6
1. Kondisi Demensia
Kondis I gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis
gangguan seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama
dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan pendapat dan
pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan dengan masyarakat,
gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat intelektual serta
gangguan dalam pemeliharaan diri.
2. Tanda Dan Gejala
1) Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
2) Pelupa
3) Sering mengulang kata-kata
4) Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
5) Cepat marah dan sulit di atur.
6) Kehilangan daya ingat
7) Kesulitan belajar dan mengingatin formasi baru
8) Kurang konsentrasi
9) Kurang kebersihan diri
10) Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
11) Mudah terangsang
12) Tremor
13) Kurang koordinasi gerakan.
3. Pengenalan Dini Demensia
Pengenalan dini demensia berarti mengenali :
1) Kondisi normal (mengidentifikasi BSF dan AAMI):  kondisi
kognitif pada lanjut usia yang terjadi dengan adanya penambahan
usia dan bersifat wajar. Contoh: keluhan mudah – lupa secara
subyektif, tidak ada gangguan kognitif ataupun demensia.
2) Kondisi pre-demensia (mengidentifikasi CIND dan MCI): kondisi
gangguan kognitif pada lanjut usia dengan cirri mudah lupa yang
makin nyata dan dikenali (diketahui dan diakui) oleh orang
dekatnya. Mudah lupa subyektif dan obyektif serta ditemukan

7
performa kognitif yang rendah tetapi belum ada tanda-tanda
demensia.
3) Kondisi demensia : kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia
dengan berbagai jenis gangguan seperti mudah lupa yang
konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada
kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam
hubungan dengan masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah
dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.
3. Strategi Latihan Kognitif
a. Menurunkan cemas
b. Tehnik relaksasi
c. Biofeed back, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan
memodifikasi respon perilaku.
d. Systematic desenzatization. Dirancang untuk menurunkan perilaku yang
berhubungan dengan stimulus spesifik misalnya karena ketinggian atau
perjalanan melalui pesawat. Tehnik ini meliputi relaksasi otot dengan
membayangkan situasi yang menyebabkan cemas.
e. Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang paling memicu
cemas (tidak dilakukan secara berangsur – angsur) dengan menggunakan
bayangan/imajinasi.
f. Pencegahan respon klien. Klien didukung untuk menghadapi situasi
tanpa melakukan respon yang biasanya dilakukan.
4. Terapi Kognitif
a. Latihan kemampuan social meliputi : menanyakan pertanyaan,
memberikan salam, berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri
atau orang lain
b. Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak
diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang
membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptive
dilakukan klien.

Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis


tentang apa definisi perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap

8
perilaku itu jika dilakukan. Meliputi konsekuensi positif untuk perilaku
yang diinginkan dan konsekuensi negative untuk perilaku yang tidak
diinginkan
2.2 Mempertahankan Activitry Daily Living (ADL)
1. Langkah-Langkah Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL)
Pada Lansia
a. Latihan kepala dan leher 
1) Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada
2) Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri
3) Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.
b. Latihan bahu dan lengan
1) Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga kemudian turunkan
kembali perlahan-lahan
2) Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan
lurus dengan bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan
bertepuk kemudian angkat lengan keatas kepala.
3) Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian
raihlah punggung sejauh mungkin yang dapat dicapai. Bergantian
tangan kanandan kiri.
4) Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas
sedapatnya.
c. Latihan tangan
1) Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan
tekan ke meja
2) Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan
telapak tangan untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik
kembali. Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari
dan kemudian setelah menyentuh tiap jari.
3) Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari
selurus mungkin.
d. Latihan punggung

9
1) Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian
kesisi yang lain.
2) Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh
dengan melihat bahu kekiri dan kekanan..
3) Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke
belakang.
e. Latihan paha
1) Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan memegang
sandaran kursi atau dengan posisi tiduran.
2) Lipat satu lutut sampai pada dada dimana kaki yang lain tetap
lurus, dan tahan beberapa waktu.
3) Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan. Tekankan kedua lutut
pada tempat tidur hingga bagian belakang lutut menyentuh tempat
tidur.
4) Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokan lutut, kemudian tarik
telapak kaki kearah kita dan regangkan kembali.
5) Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut.
6) Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki kedalam sehingga
permukaannya saling bertemu kemudian kembali lagi.
7) Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian belakang
kursi. Angkat tumit tinggi-tinggi kemudian putarkan.
f. Latihan pernafasan
1) Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.
Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas
dalam-dalam maka terasa dada mengambang. Sekarang keluarkan
nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan menutup
kembali.
g. Latihan muka
1) Kerutkan muka sedapatnya kemudian tarik alis keatas
2) Tutup mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar
3) Kembangkan pipi keluar sebisanya. Kemudian isap kedalam
4) Tarik bibir kebelakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan bersiul

10
2.3 Senam Lansia
1. Pengertian
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu
tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat,
memdorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas
yang berkeliaran di dalam tubuh. Jenis-jenis senam lansia yang biasa diterapkan,
meliputi :
1. Senam kebugaran lansia
2. Senam otak
3. Senam osteoporosis
4. Senam hipertensi
5. Senam diabetes mellitus
6. Olahraga rekreatif/jalan santai.
2. Manfaat Senam Lansia
1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan
(adaptasi)
3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya
terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit.
4. Sebagai Rehabilitas
Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju
denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan
terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti
senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional
tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah
raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit
seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan
kecelakaan.
5. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam
tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi

11
dengan mengawasi kecepatan denyup jantung waktu istirahath yaitu
kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar,
kncepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.
6. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalya adalah lansia merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap
segar.
3. Prinsip Senam lansia
1. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)
2. Bersifat progresif (bertahap meningkat)
3. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan
4. Lama latihan berlangsung 15-60 menit
5. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5kali
4. Permasalahan dan upaya pemecahannya
Permasalahan yang biasanya terjadi yang merupakan hambatan dalam
melakukan senam lansia adalai rasa bosan. Perasaan ini wajar saja dan muncul
mungkin dikarenakan tidak adanya variasi senam. Untuk itu macam atau jenis
senam yang dilakukan sebaiknya selalu bervariasi/berganti-ganti. Misalnya pada
minggu pertama melakukan senam kebugaran dan minggu selanjutnya jenis
senam osteoporosis dan seterusnya dilakukan secara bergiliran.
Musik juga mempengaruhi, sehingga peserta senam lansia menyukai musik
tertentu yang memungkin tumbuh semangat para lansia ketika melakukan senam
lansia.

5. Langkah-langkah

1. Latihan kepala dan leher


a. Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada
b. Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri
c. Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.
2. Latihan bahu dan lengan
a. Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan kembali
perlahan-lahan

12
b. Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan
lurusdengan bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan
bertepuk kemudian angkat lengan keatas kepala.
c. Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah
punggung sejauh mungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangankanandan
kiri.
d. Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas sedapatnya.
3. Latihan tangan
a. Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan
kemeja
b. Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak
tangan untuk menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik kembali.
c. Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan
kemudiansetelah menyentuh tiap jari
d. Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari
selurusmungkin.
4. Latihan punggung
a. Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian
kesisiyang lain.
b. Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh
denganmelihat bahu kekiri dan kekanan..
c. Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke belakang.
5. Latihan paha
a. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan memegang
sandarankursi atau dengan posisi tiduran.
b. Lipat satu lutut sampai pada dada dimana kaki yang lain tetap lurus,dan
tahan beberapa waktu.
c. Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan. Tekankan kedua lutut
padatempat tidur hingga bagian belakang lutut menyentuh tempat tidur.
d. Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokan lutut, kemudian tarik telapak
kaki kearah kita dan regangkan kembali.
e. Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut.

13
f. Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki kedalam sehingga
permukaannya saling bertemu kemudian kembali lagi.
g. Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian belakangkursi.
Angkat tumit tinggi-tinggi kemudian putarkan.
6. Latihan pernafasan
a. Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks.
b. Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-
dalam maka terasa dada mengambang.
c. Sekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tanganakan
menutup kembali.

Gambar

2.4 Penggunaan Buku Kesehatan Lansia

14
Keberhasilan penggunaan Buku Kesehatan Lanjut Usia akan terwujud
apabila tenaga kesehatan pemberi pelayanan menjalankan perannya, dengan
menjadikan Buku Kesehatan Lanjut Usia sebagai dokumen pencatatan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada Pra Lansia dan Lansia sekaligus sebagai media
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang Kesehatan Lansia.

Buku Kesehatan Lanjut Usia sebagai dokumen pencatatan pelayanan


kesehatan bagi Pra Lansia dan Lansia akan berjalan dengan baik, apabila tenaga
kesehatan melakukan pencatatan dengan baik dan benar sekaligus juga
menfasilitasi kader dan para Pra lansia / Lansia sendiri untuk melakukan pengisian
bagian-bagian yang dapat diisi oleh mereka.

Selain itu Buku Kesehatan Lanjut Usia ini hendaknya digunakan oleh
petugas kesehatan sebagai media untuk penyampaian pesan-pesan kesehatan Pra
Lansia/ Lansia serta menfasilitasi pemahaman Pra Lansia/Lansia, keluarga,
pengasuh, masyarakat dan kader terhadap isi buku tersebut. Dengan demikian, Pra
Lansia/ Lansia, keluarga, pengasuh, masyarakat dan kader memahami dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1. Peran tenaga kesehatan dalam menggunakan Buku Kesehatan Lanjut Usia

Tenaga kesehatan sebagai penanggungjawab wilayah dan pemberi


pelayanan Kesehatan Lansia harus menfasilitasi pemahaman dan penerapan Buku
Kesehatan Lanjut Usia bagi Pra Lansia/ Lansia, keluarga, pengasuh, pengasuh di
panti atau lembaga kesejahteraan sosial, dan kader. Buku Kesehatan Lanjut Usia
merupakan pintu masuk bagi Pra Lansia dan Lansia untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang komprehensif dan berkesinambungan, oleh karenanya
tenaga kesehatan berperan dalam:

1. Menginformasikan jenis pelayanan kesehatan Lansia yang menjadi hak


bagi setiap Pra Lansia dan Lansia

2. Mencatat setiap pelayanan yang diberikan dengan baik dan benar di Buku
Kesehatan Lanjut Usia

3. Menggunakan Buku Kesehatan Lanjut Usia sebagai media Komunikasi,


Informasi dan Edukasi kepada Pra Lansia/ Lansia, keluarga, pengasuh dan kader

15
4. Menfasilitasi pemahaman dan pemanfaatan Buku Kesehatan Lanjut Usia
oleh Pra Lansia/Lansia, pengasuh maupun keluarganya dengan cara :

a. Menjelaskan secara bertahap isi Buku Kesehatan Lanjut Usia sesuai


dengan kondisi Pra Lansia dan Lansia pada saat itu
b. Memastikan Pra Lansia, Lansia, pengasuh dan keluarganya memahami
informasi yang telah disampaikan dengan cara meminta mereka
menyampaikan kembali informasi yang telah didapat dengan bahasa
mereka.
c. Menganjurkan mereka membaca kembali materi yang disampaikan di
rumah, sehingga lebih paham dengan pesan yang disampaikan dan
diharapkan dapat diterapkan oleh Pra Lansia/Lansia dalam
kehidupannya sehari-hari
d. Bilamana diperlukan dapat menggunakan media lain seperti poster,
lembar balik, video, praktik langsung, dan sebagainya.

2. Menfasilitasi kader dalam penerapan Buku Kesehatan Lanjut Usia

Peran tenaga kesehatan dalam menfasilitasi penggunaan Buku Kesehatan Lanjut


Usia oleh Pra Lansia/ Lansia, Pengasuh, maupun keluarga.Peran ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan meminta mereka :
a. Selalu membawa Buku Kesehatan Lanjut Usia baik pada saat ke
fasilitas kesehatan, ke Posyandu Lansia, Posbindu PTM, dan
sebagainya.
b. Menyimpan Buku Kesehatan Lanjut Usia dengan baik agar tidak rusak
dan hilang. Catatan yang tercantum dalam Buku Kesehatan Lanjut Usia
merupakan dokumen pribadi dan hanya diperlihatkan kepada petugas
kesehatan.
c. Berperan aktif dengan membaca dan mengerti isi Buku Kesehatan
Lanjut Usia dengan benar, jika ada yang tidak dipahami, diharapkan
mereka dapat bertanya kepada kader atau tenaga kesehatan. Hal ini
diperlukan agar mereka dapat melakukan perawatan kesehatan lansia
dengan benar, berupaya mendapatkan pelayanan kesehatan lansia yang
komprehensif dan berkesinambungan, dapat mendeteksi sedini

16
mungkin kelainan atau penyakit yang dialami serta mencari
pertolongan pertama ke fasilitas kesehatan.
d. Tenaga kesehatan memastikan pemahaman Pra Lansia/Lansia terkait
dengan pesan yang tertera di Buku Kesehatan Lanjut Usia pada Pra
Lansia dan Lansia.
3. Peran tenaga kesehatan dalam menfasilitasi penggunaan Buku Kesehatan
Lanjut Usia oleh kader Lansia, adalah :
1. Mengingatkan kader akan perannya sebagai penggerak masyarakat
untuk kesehatan Lansia termasuk melaksanakan penyuluhan dengan
menggunakan Buku Kesehatan Lanjut Usia.
2. Meminta kader mempelajari, memahami, dan melaksanakan
penyuluhan dengan menggunakan Buku Kesehatan Lanjut Usia secara
bertahap yaitu:
- Tenaga kesehatan meminta kader mempelajari satu materi,
setelah menguasai materi tersebut, meminta kader menjelaskan
pesan yang harus disampaikan kepada kader lain.
- Bilamana dirasakan sudah mampu menyampaikan pesan-pesan
dengan baik dan benar maka kader diminta melaksanakan
penyuluhan kepada Lansia, pengasuh, keluarga dan masyarakat.
- Tenaga kesehatan melakukan hal yang sama untuk materi
lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan pada saat selesai Posyandu
Lansia atau Posbindu PTM, saat refreshing kader di Puskesmas,
rapat Lintas Sektor rutin yang diadakan di wilayah tersebut atau
dapat menyesuaikan situasi setempat. Yang pasti tenaga
kesehatan penanggung jawab wilayah harus menfasilitasi semua
kader Posyandu Lansia/Posbindu PTM/ peminat kesehatan
Lansia memiliki kemampuan menyampaikan pesan yang
terkandung dalam Buku Kesehatan Lanjut Usia.
Peran kader dalam penggunaan Buku Kesehatan Lanjut Usia :
1. Menggunakan Buku Kesehatan Lanjut Usia sebagai Media
Penyuluhan Kesehatan Lansia.

17
2. Menfasilitasi para Pra Lansia, Lansia, dan keluarga agar rajin
berkunjung ke pelayanan kesehatan dan kelompok Lansia
seperti Posyandu Lansia atau Posbindu PTM
3. Sebagai penghubung masyarakat dengan tenaga kesehatan
untuk memastikan penggunaan Buku Kesehatan Lanjut Usia
oleh masyarakat.

BAB III

PENUTUP
.1 Kesimpulan
Penilaian fungsi kognitif pada lanjut usia penting karena dengan
bertambahnya umur, terjadi perubahan pada otak yang memicu perubahan proses
berpikir dan perilaku. Perbedaan tersebut mempunyai bentuk yang berbeda-beda
pada tahap awal proses, yang dipengaruhi oleh fungsi sosial dan aktifitas
pekerjaan.
Untuk memenuhi kebutuhan lansia diperlukan pengetahuan atau kognitif
dan sikap yang dapat mempengaruhi perilaku lansia dalam kemandirian
pemenuhan kebutuhan ADL. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, semakin tinggi
pengetahuan seseorang semakin baik kemampuannya terutama kemampuannya
dalam pemenuhan kebutuhan ADL. Sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek sehingga orang
bisa menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab dalam memenuhi
kebutuhan ADL. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya perilaku perlu faktor lain antara yaitu fasilitas atau sarana dan
prasarana. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dari dua

18
faktor utama yakni faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan faktor dari
dalam diri seseorang yang bersangkutan (faktor internal). Oleh karena itu perilaku
manusia sangat bersifat kompleks yang saling mempengaruhi dan menghasilkan
bentuk perilaku pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia.
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu
tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat,
memdorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas
yang berkeliaran di dalam tubuh.
Buku Kesehatan Lanjut Usia sebagai dokumen pencatatan pelayanan
kesehatan bagi Pra Lansia dan Lansia akan berjalan dengan baik, apabila tenaga
kesehatan melakukan pencatatan dengan baik dan benar sekaligus juga
menfasilitasi kader dan para Pra lansia / Lansia sendiri untuk melakukan pengisian
bagian-bagian yang dapat diisi oleh mereka. Selain itu Buku Kesehatan Lanjut
Usia ini hendaknya digunakan oleh petugas kesehatan sebagai media untuk
penyampaian pesan-pesan kesehatan Pra Lansia/ Lansia serta menfasilitasi
pemahaman Pra Lansia/Lansia, keluarga, pengasuh, masyarakat dan kader
terhadap isi buku tersebut. Dengan demikian, Pra Lansia/ Lansia, keluarga,
pengasuh, masyarakat dan kader memahami dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
.2 Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai perawatan keperawatan
Gerontik pada lansia, agar dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran serta
menjadi bahan pembelajaran. Oleh karena itu dengan adanya bahan materi ini
diharapkan kita dapat mengaplikasikan konsep ini saat praktek keperawatan
Gerontik di Rumah Sakit,Puskesmas dan dalam melaksanakan profesi kita sebagai
perawat nantinya.

19
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2009. Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009

Folstein MF, Folstein SE, McHugh PR, 1975. ""Mini-mental state". A practical
method for grading the cognitive state of patients for the clinician". Journal
of psychiatric research 12 (3): 189–98

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :


Salemba Medika.
MacKenzie DM, Copp P, Shaw RJ, et al,2011. Brief cognitive screening of the
elderly: a comparison of the Mini-Mental State Examination (MMSE),
Abbreviated Mental Test (AMT) and Mental Status Questionnaire (MSQ).
Psychological Medicine; 26:427–30.
Tangalos EG, Smith GE, Ivnik RJ, et al. 2012.The Mini-Mental State
Examination in general medical practice: clinical utility and acceptance.
Mayo Clin Proc 71:829–37

20

Anda mungkin juga menyukai