Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS


FEBRIS DI PUSKESMAS

DISUSUN OLEH :
YUNI ELIA KARTIKA
2018.C.10a.0993

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATANTAHUN
AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :

Nama : Yuni Elia Kartika


NIM : 2018.C.10a.0993
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Anak
Dengan Diagnosa Medis Febris Di Puskesmas

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui pada tanggal, 09 Maret 2021

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui, Pembimbing Akademik


Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep Ika Paskaria, S.Kep.,Ners


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan dengan Judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Diagnosa Medis Febris” Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan ini disusun guna melengkapi Praktik Praklinik Keperawatan III.
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka
HarapPalangka Raya
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
KeperawatanSTIKes Eka Harap Palangka Raya
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku Koordinator PPK III dan selaku
Pemimbing Akademik pada keperawatan anak.
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
Saya menyadari bahwa Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
harapkan saran dan kritik yang membangun dan semoga dapat bermanfaat. Demikian,
saya ucapkan terima kasih.

Palangka Raya, 09 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………...4
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………………………….4
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………………………4
1.4 Manfaat………………………………………………………………………..5
1.4.1 Untuk Mahasiswa…………………………………………………………...5
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga…………………………………………………..5
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)……………………………..5
1.4.4 Untuk IPTEK………………………………………………………………..5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….6
2.1 Konsep Penyakit………………………………………………………………6
2.1.1 Definisi……………………………………………………………………...6
2.1.2 Anatomi Fisiologi…………………………………………………………...7
2.1.3 Etiologi…………………………………………………………………….11
2.1.4 Klasifikasi………………………………………………………………….12
2.1.5 Patofisiologi (WOC)……………………………………………………….14
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)…………………………………….15
2.1.7 Komplikasi…………………………………………………………………15
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………16
2.1.9 Penatalaksanaan Medis…………………………………………………….17
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan…………………………………………...17
2.2.1 Pengkajian Keperawatan…………………………………………………..17
2.2.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………………………….20
2.2.3 Intervensi Keperawatan……………………………………………………20
2.2.4 Implementasi Keperawatan………………………………………………..23
2.2.5 Evaluasi Keperawatan……………………………………………………..23
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………………..24
3.1 Pengkajian Keperawatan…………………………………………………….24
3.2 Diagnosa Keperawatan………………………………………………………34
3.3 Intervensi Keperawatan……………………………………………………...37
3.4 Implementasi Keperawatan………………………………………………….42
3.5 Evaluasi Keperawatan……………………………………………………….42
BAB 4 PENUTUP…...……………………………………………………………...50
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..50
4.2 Saran…………………………………………………………………………50
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
Satuan Acara Penyuluhan
Leaflet
Jurnal
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hierarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan
prioritas.Tingkatan yang pertama yaitu kebutuhan fisiologis,seperti udara,air,dan
makanan.Tingkatan yang ke dua yaitu kebutuhan keselamatan dan keamanan.Tingkat
yang ketiga yaitu kebutuhan cinta dan rasa memiliki.Tingkat yang ke empat meliputi
kebutuhan rasa berharga dan harga diri.Tingkat yang terahir adalah kebutuhan
aktualitas diri.(Potter & Perry,2006) Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas
tertinggidalamHierarkMaslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak
dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam
kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan kesehatan temperatur tubuh (Mubarak,
2008: 1). Salah satu efek dari terganggunya termoregulasi adalahdemam atau
hipertermi.Demam merupakan pengeluaran panas yang tidak mampu untuk
mempertahankan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam yang berhubungan dengan infeksi kurang
lebih hanya 29-52%, sedangkan 11-20% dengan keganasan, 4%dengan penyakit
metabolik, 11-12% dengan penyakit lain (Avin,2007).
Di Indonesia ada sekitar dua pertiga anak yang mendapatkan bantuan
penyediaan perawatan kesehatan atas alasankondisi febris akut dalam dua tahun
pertama kehidupannya. Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta
anak disebabkan oleh virus, dan anak sembuh tanpa terapi spesifik (Rudolph, 2006:
584)rincian diagnosis yang ditemukan pada anak dengan suhu tubuh tinggimeliputi
febris typoid (23,1%), observasi febris (30%), GE (17%), DHF (20%), diare sedang
(6,6%) dan kejang demam serta asma (3,3%).
Normalnya suhu tubuh berkisar 36º-37ºC, suhu tubuh dapat diartikan sebagai
keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh.
Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh
agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Produksi panas dapat meningkat atau
menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakitatau setres. Suhu
tubuh yang terlalu ekstrim baik panas maupun dingin dapat memicu kematian
(Hidayat, 2008: 155) Demam dapat diderita oleh siapasaja, dari bayi hingga orang
berusia paling lanjut sekalipun.Demam sesungguhnya merupakan reaksi alamiah dari
tubuh manusia dalam usaha melakukan perlawanan terhadap beragam penyakit yang
masuk atau berada di dalam tubuh (Widjaja, 2001: 1). Panas atau demam kondisi
dimana otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38ºC. Namun demikian,
panas yang sesungguhnya adalah bila suhu lebih dari 38.5ºC. Akibat tuntutan
peningkatan tersebut tubuh akan memproduksi panas (Purwanti, 2008: 81).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
“Bagaimana cara pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa medis
febris?”.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada Anak
dengan diagnosa medis febris.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa
medis hfebris ?
1.3.2.2 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan
diagnosa medis febris ?
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan
diagnosa medis febris ?
1.3.2.4 Mahasiswa mampu merencanakan intervensi keperawatan sesuai dengan
masalah keperawatan pada anak dengan diagnose medis febris ?
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada anak dengan
diagnosa medis febris ?
1.3.2.6 Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada anak dengan
diagnosa medis febris ?
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan dokumentasikan keperawatan pada anak
dengan diagnose febris ?

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam mempelajari
asuhan keperawatan pada anak dengan diagnose medis febris.Serta sebagai
acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan asuhan keperawatan.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang febris beserta
penatalaksanaannya.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka
Rayadalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang
akan datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai
pendokumentasiaan.
1.4.4 Untuk IPTEK
Untuk membantu mengembangkan Ilmu Pengetahuan Teknologi di bidang
kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam
adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh.
Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri,
virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan
(Surinah dalam Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem
tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal
yaitu lebih dari 38 C (Fadjari Dalam Nakita 2003).
Kesimpulan dari penulis tentang febris atau demam merupakan terjadinya
kenaikan suhu tubuh yang melewati batas normal.
2.1.2 Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain. (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat
disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.

2.1.3 Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti :
abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak
dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari
para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.
Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
(Nurarif, 2015)
2.1.4 Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi
ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak
disertai peningkatan set point. (Julia, 2000)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau
zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari
dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal
dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda
asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan
reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan
asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
(Sinarty, 2003)
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal
ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat
pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk
mencapai suhu baru.
Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah,
mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999)
Manispestasi klinis febris : Anak rewel (suhu lebih
tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C),Kulit kemerahan,Hangat
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu
tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih pada sentuhan,Peningkatan frekuensi
dari 380 C pernapasan,Menggigil,Dehidrasi dan Kehilangan
nafsu makan

Febris

B1 (Breathing) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Infeksi bakteri atau Perubahan suplai darah Metabolisme basal Evaporasi ke otak Meningkatnya
Ph berkurang
virus meningkat metabolic tubuh
menurun

Resiko kerusakan sel Anoreksia


Sekresi mukosa berlebih
Suhu tubuh meningkat Anoreksia
neouron otak
Tubuh kehilangan
cairan
Menyumbat jalan nafas Demam Intek makanan Kelemanan
berkurang
MK : Dehidrasi
Ketidakefektifan
Pernapsanan tidak teratur
perfusi jaringan
selebral MK : Hipertemia MK : Intoleransi
MK : Defisit
aktivitas
MK : Resiko Nutrisi
Ketidak
MK : Pola Nafas Seimbangan
Tidak Efektif
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :
a. Demam
b. Gangguan saluran pencernaan
c. Gangguan kesadaran
d. Relaps (kambuh)
2.1.7 Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) komplikasidari demam adalah:

 Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh


 Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga
tidak membahayakan otak.

Menurut Lestari (2016) komplikasi yang dapat terjadi pada anak demam thypoid
yaitu:

a. Perdarahan usus, perporasi usus dan illius paralitik


b. Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi
c. Anemia hemolitik
d. Pneumoni, empyema dan pleuritis
e. Hepatitis, koleolitis
2.1.9 Penatalaksanaan
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non
farmakologis maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan
untuk menangani demam pada anak :

a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik berupa:

1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.

Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis
sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa
pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk
menurunkan suhu tubuh.

Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena

alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang

sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau

gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang

bugar(sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan

atau kurang cairan.

Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi

berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan

bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan

dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada cacar air

(memperpanjang masa sakit).

2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek anti
peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi
terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8
jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam.
Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibu profen memiliki efek
samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel,
sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang
bahkan koma serta gagal ginjal.

a. Tindakan non farmakologis


Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan
seperti (Nurarif, 2015):

o Memberikan minuman yang banyak


o Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
o Menggunakan pakaian yang tidak tebal
o Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin
pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk
menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu kompres
hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti menerapkan
penggunaan kompres hangat.

Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau


handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada
bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan
menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016).

Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat


membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016).
Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan
selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-32 oC, akan membantu
menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui
proses penguapan. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih
efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah
yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai
banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami
vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari
tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1.1 Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, alamat, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
2.2.1.2 Keluhan Utama
Gejala yang sering muncul menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah panas.
2.2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam
(misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah
menggigil, gelisah.
2.2.1.4 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien
2.2.1.5 Riwayat Personal dan Keluarga

Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota
keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak

2.2.1.6 Riwayat Pengobatan

Apakah klien pernah menggunakan obat- obatan. Yang perlu dikaji perawat yaitu:
1) Kapan pengobatan dimulai.
2) Dosis dan frekuensi.
3) Waktu berakhirnya minum obat.

2.2.1.7 Pemeriksaan Fisik


1). Keadaan Umum

Umumnya penderita datang dengan keadaan keluhan demam.

2). Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat.

3). Pemeriksaan persistem


 Sistem persepsi sensori
1) Sistem persyarafan: kesadaran
2) Sistem pernafasan
3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem gastrointestinal
5) Sistem integument
6) Sistem perkemihan
 Pada fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolism
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola tidur dan istirahat
6) Pola kognitif dan perseptual
7) Pola toleransi dan koping stress

8) Pola nilai dan keyakinan


9) Pola hubungan dan peran
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG, endoskopi atau scanning
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Hipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ( D.0130 Hal. 284)
2.2.2.2 Resiko Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit,fluktuasi
suhu lingkungan.( D.0148 hal. 316)
2.2.2.3 Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang dan diaphoresis.( D.0032 hal
81 )

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
1. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
berhubungan dengan tindakan keperawatan ( I.15506 Hal. 181)
peningkatan suhu tubuh selama 1x7 jam masalah Observasi
hipertermia dapat teratasi 1. Identifikasi penyebab
Kriteria Hasil SLKI (L. hipertermia
14134 Hal. 129 ): 2. Monitor suhu tubuh
1. Suhu tubuh 3. Monitor kadar elektrolit
membaik 4. Monitor haluaran urine
2. Suhu kulit 5. Monitor komplikasi akibat
membaik hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis
6. Lakukan pendinginan
eksternal
7. Hindari pemberian
antireptik atau aspirin
8. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
2. Resiko Termoregulasi Setelah dilakukan Regulasi temperature
tidak efektif tindakan keperawatan 1 Observasi :
berhubungan dengan x7 jam diharapkan 1. Monitor suhu tubuh dalam
proses penyakit fluktuasi pengaturan suhu tubuh rentang normal
suhu lingkungan membaik. 2. Monitor suhu tubuh anak
Kriteria hasil : dalam rentang normal
1. suhu tubuh 3. Monitor warna dan suhu
membaik kulit
2. suhu kulit 4. Monitor dan catat tanda dan
membaik gejala hipoternia atau
hipertemia
Terapeutik :
1. Pasang pantauan alat
pengukur suhu tubuh,jika
perlu
2. Tingkatkan asupan cairan
dan nutrisi yang lebih kuat
3. Gunakan topi bayi untuk
mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
4. Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
5. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
6. Gunakan mantras
hangat,selimut hangat,jika
perlu
Edukasi :
1. Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar
udara dingin
3. Defisit nutrisi Tujuan : Observasi
berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi
asupan tidak terpenuhi tindakan 2. Identifikasi alergi dan
keperawatan 1x7 intoleransi aktivitas
jam diharapkan 3. Identifikasi makan yang
status nutrisi disukai
terpenuhi 4. Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrien.
Kriteria hasil : 5. Identifikasi perlunya
1. Porsi makanan
yang dihabiskan penggunaan selang
cukup meningkat. nasogastrik.
2. Kuluhan sulit 6. Monitor asupan makanan
makan mulai 7. Monitor berat badan
membaik. 8. Monitor hasil pemeriksaan
3. Frekuensi makan laboratorium
membaik. Terapeutik
4. Nafsu makan 1. Lakukan oral hygiene
membaik. sebelum makan, jika perlu.
5. Membran 2. Fasilitasi menentukan
mukosa pedoman diet (mis.piramida
membaik. makanan)
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai.
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
7. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi.
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang di
programkan

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap
pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan
diantaranya :Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi
intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2015).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US.
Midar H, dkk, 2012 ).
Perawat dapat menggunakan format evaluasi SOAPIER dalam melaksanakan
evaluasi proses keperawatan. Format SOAPIER adalah sebagai berikut:
1. S = Subjective data (Data Subjektif)
Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang dirasakan sendiri oleh klien
yang terkait dengan keluhan perasaan tidak nyaman.
2. O = Objective data (Data Objektif)
Tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis keperawatan
meliputi data fisiologis dan informasi dari pemeriksaan.
3. A = Assessment (Pengkajian)
Analisis data subjektif dan objektif dalam menentukan masalah pasien.
4. P = Planning (Perencanaan)
Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan datang dari intervensi tindakan
untuk mencapai status kesehatan optimal.
5. I = Intervention (Intervensi)
Tindakan yang dilakukan oleh perawat.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Yuni Elia Kartika


NIM : 2018.C.10.a.0993
Ruang Praktek :
Tanggal Praktek :09 Maret 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 09 Maret 2021/Pukul 12.00 WIB

3.1 PENGKAJIAN

Anda mungkin juga menyukai