Anda di halaman 1dari 18

A.

GANGGUAN JIWA PADA ORANG LANJUT USIA

Kondisi gangguan jiwa dipandang sebelah mata pada tatanan pelayanan umum karena
mungkin dikaitkan secara tidak tepat dengan gangguan fisik yang terjadi, penuaan secara normal,
kerusakan kognitif atau kurangnya kriteria diagnostik yang sesuai usia. Penyakit – penyakit
seperti depresi dan ansietas sering salah diagnosis atau bahkan tidak dirawat (Aschbrenner et al,
2011). Komorbiditas somatik dan gangguan jiwa membuat diagnosis yang akurat menjadi lebih
sulit. Sumber – sumber umum untuk pelayanan kesehatan bagi orang lanjut usia meningkatkan
risiko berbahaya. Secara ekonomi dan biaya pribadi yang dibutuhkan oleh orang usia lanjut
dengan gangguan jiwa lebih besar.

Hasil temuan ilmiah terbaru tentang penuaan secara normal dan penyebab serta
penanganan gangguan jiwa di kombinasikan dengan konsep promosi kesehatan dan pengobatan
preventif untuk mengatasi apa yang memungkinkan ditangani pada kondisi penuaan. Pentingnya
pemahaman akan potensi yang ada terkait dengan kondisi menua sangat diperlukan untuk
membantu orang lanjut usia dapat menggunakan keterampilan dan bakat terpendam yang
dimilikinya, mempertahakan gaya hidup positif yang telat dimiliki dan memicu kelompok usia
yang lebih muda agar berfikir beda tentang apa yang mungkin dapat mereka lakukan dihari tua
nya: orang lanjut usia sejahtera (Jeste dan Depp, 2010)

Kesehatan jiwa pada akhir hidup tergantung pada beberapa faktor termasuk didalamya
status fisiologis dan psikologis, kepribadian, sistem dukungan sosial, sumber ekonomi dan
kebiasaan gaya hidup.

1. Peran Perawat Geropsikiatri


Peran perawat praktisi dan keterampilan keperawatan kesehatan jiwa. Perawat
yang merawat orang lanjut usia dengan gangguan jiwa diharapkan memiliki keampuan
mengintegrasikan keterampilan keperawatan kesehatan jiwa dengan pengetahuan
mengenai gangguan fisiologis, proses penuaan secara normal dan pengaruh sosial budaya
terhadap orang lanjut usia dan keluarganya.
Sebagai pemberi layanan utama. Perawat geropsikiatri harus mahir dalam
mengkaji kognotif, apektif, fungsional, fisik, dan status perilaku klien serta dinamika
keluarganya. Memberikan asuhan keperawatan kepada orang usia lanjut dengan
gangguan jiwa dapat menjadi kompleks karena sering berkaitan dengan berbagai pihak
yang membutuhkan kerjasama dalam memberikan pelayanan.
Perawat geropsikiatri harus memiliki pengetahuan tentang penanganan somatik
dan tritmen interpersonal termasuk didalamnya penggunaan obat- obatan psikotoprika
yang aman bagi orang usia lanjut. Perawat geropsikiatri berkolaborasi dengan dokter dan
farmasi untuk memonitor regimen medikasi yang kompleks dan membantu klien tentang
manjemen medikasi.
Sebagai seorang konsultan. Perawat geropsikiatri sangat dibutuhkan oleh berbagai
lembaga pelayanan untuk membantu melatih para stafnya mengembangkan program
pelayanan terapeutik berdasarkan hasil temuan ilmiah, dalam merawat orang usia lanjut
dengan gangguan jiwa atau perilaku sehingga meningkatkan hasil pelayanan klinis.
Peran sebagai advokat. Dalam memberikan asuhan pada orang lanjut usia dengan
gangguan jiwa yang juga memiliki penyakit fisik, karena mungkin perubahan kognitif
atau gejala akut atau masalah kesehatan kronis orang lanjut usia mungkin tidak dapat
mengungkapkan secara jelas harapan dan keinginannya. Jika terjadi konflik terkait
perawatan orang lanjut usia khususnya pada tatanan layanan yang bersifat jangka
panjang, maka advokat publik atau wali dapat dihubungi untuk membantu menyelesaikan
masalah tersebut.

B. TEORI PENUAAN

1. Teori Biologis
Teori ini berkaitan dengan genetik, sistemik dan sel tubuh.
a. Teori program biologis: proses penuaan secara genetis terjadi pada asam
deoksiribonukleat (DNA).
b. Teori sistem spesifik: neuroendoktrin dan sistem imun menjadi kurang efektif
dalam pengawasan, regulasi tubuh dan respon karena penuaan.
c. Teori kesalahan: kesalahan yang terjadi selama sintesis protein menciptakan sel –
sel salah yang kemudian berkembang menjadi tambah banyak.
d. Teori radikal bebas: radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan
peningkatan kekakuan dari waktu ke waktu.
e. Teori genetik: gen yang membahayakan aktif di akhir hayat, pembelahan sel
terbatas, atau gagal untuk menghasilkan dan pertumbuhan, menghentikan
pembelahan dan pertumbuhan sel.
f. Teori adaptasi stress: stress akan menurunkan kapasitas kemampuan secara
fisiologis, sosial dan ekonomi yang berakibat meningkatnya resiko untuk
timbulnya penyakit atau cedera dan sejalannya dengan terjadinya proses penuaan.
g. Teori pakai dan rusak: sel – sel mengalami kerusakan akibat faktor internal dan
eksternal. Perubahan struktur dan fungsi bisa berubah lebi cepat karena
penyalahgunaan dan terlambatnya dalam perawatan.
2. Teori Psikologis
a. Teori perkembangan: tentang tahapan perkembangan psikologis sesuai usia dan
tugas perkembangan seperti penyesuaian terhadap perubahan dan kehilangan,
mempertahankan harga diri, dan mempersiapkan kematian yang akan dihadapi.
b. Stabilitas kepribadian: kepribadian seorang individu terbentuk semenjak dewasa
muda dan cenderung stabil dan dapat beradaptasi. Perubahan radikal pada
kepribadian yang terjadi pada lanjut usia mengindikasikan adanya penyakit pada otak.
3. Teori Sosial Budaya
a.Teori aktivitas: menekankan tentang pengaruh positif aktivitas terhadap kepribadian,
kesehatan jiwa dan kepuasan hidup orang lanjut usia.
b. Teori keluarga: melihat keluarga sebagai unit dasar dari perkembangan emosional.
Gejala fisik, emosional dan sosial dipercaya menggambarkan masalah – masalah
dalam transisi kehidupan keluarga.
c.Teori kesesuaian lingkungan – individu: menekankan tentang hubungan kompetensi
personal orang lanjut usia dan lingkungannya. Jika terjadi perubahan atau penurunan
kompetensi sejalan dengan usia, kapasitas seorang individu untuk berhubungan
dengan lingkungan mungkin akan mengalami perubahan atau menurun.

C. PENGKAJIAN

Pengkajian cukup sulit untuk memilih perilaku – perilaku yang berhubungan dengan 4D
yaitu: depresi, demensia, delirium, dan waham.
Contohnya, waham dapat merupakan bagian dari depresi psikotik pada orang lanjut usia
dan orang demensia akan terlihat memiliki delusi karena mereka mengalami kesulitan dalam
menginterpretasikan lingkungannya. Kondisi delirium pada orang lanjut usia sangat umum
terjadi dan memiliki angka morbiditas dan mortilitas yang tinggi (dots, 2010). Perilaku –
perilaku yang berhubungan dengan delirium mungkin berfluktuasi dan termasuk perubahan
psikomotor, perubahan tingkat kesadaran, disorientasi dan rentang perhatian yang pendek.
Delirium sering kali salah diartikan dengan demensia, sehingga sulit untuk mengobati
masalahnya.

Orag lanjut usia yang depresi kemungkinan tampak bingung dan mengalami kerusakan
kognitif karena latergi dan retardasi psikomotor yang berhubungan dengan depresi. Klien dengan
demensia juga menunjukan gejala ansietas, agitasi dan depresi terutama jika menyadari bahwa
mereka mengalami penurunan fungsi jiwa. Kejadian depresi pada orang lanjut usia berkaitan
dengan penyakit kronik, kekambuhan, disfungsi kognitif dan meningkatnya jumlah kasus
demensia (Schultz, 2011)

Klien depresi masih memiliki orientasi dan menunjukan perilaku sosial yang sesuai.
Mereka kemungkinan tidak meninggalkan pakaian atau mengompol ditempat umum. Klien
depresi mungkin akan merasa terganggu dan menolak yang bertanya dengan cara diam atau tidak
merespon. Sebaliknya, orang demensia mungkin bersikap tidak sesuai dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan tetapi mengalami kusulitan dalam berpikir logis dan relrevan. Sikap
mudah marah adalah karakteristik dari depresi, diamana perubahan suasa hati yang terjadi pada
klien depresi kemungkinan merupakan gejala awal demensia (Verkaik et al, 2009).

 Wawancara
Membina hubungan saling percaya dan suportif sangat pnting dalam menciptakan
suasana yang positif saat melakukan wawancara dengan orang lanjut usia. Sikap sabar
dan mendengarkan dengan penuh perhatian akan membantu klien merasa rileks dan focus
pada percakapan.
a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik
Memanggil klien dengan nama menunjukan adanya penghormatan. Wawancara
dimulai dengan memperkenalkan diri perawat dan secara ringkas mengorientasikan
klien terhadap tujuan dan lamanya wawancara. Orang lanjut usia mungkin akan
berespon sangat lama saat menjawab pertanyaan. Oleh karena itu, penting untuk
memberikan waktu yang cukup untuk menjawab pertanyaan dan tidak berasumsi
bahwa respon lambat tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan, pemahaman atau
memori.
Pertanyaan harus pendek dan langsung pada inti, terutama jika klien mengalami
kesulitan berpikir abstrak dan konseptual. Teknik klarifikasi, mengulang kembali dan
memfokuskan, sangat penting dalam memvalidasi informasi. Perawat harus
mengulang pertanyaan jika klien belum menjawab secara tepat atau malu ketika
menjawab.
Tunjukkan ketertarikan dan dukungan secara non verbal seperti kontak mata,
mengangguk, duduk di dekat klien dan menggunakan sentuhan secara tepat.
Menyentuh bahu, lengan atau tangan secara lembut dengan sikap yang sesuai akan
menunjukkan bentuk dukungan dan minat terhadap interaksi tersebut.
Kemampuan perawat dalam mengumpulkan data yang diperlukan sangat
bergantung pada seberapa nyamannya perasaan perawat dalam melakukan
wawancara. Perasaan negatif tentang orang lanjut usia atau mengabaikan tentang
kondisi penuaan akan muncul di permukaan saat wawancara.Orang lanjut usia sangat
sensitif terhadap sikap pegabaian orang lain terhadap dirinya, kurang tertarik dan
tidak sabar.
b. Tatanan Wawancara
Jika memungkinkan, perawat seharusnya mengkaji klien pada situasi yang
familiar baginya sehingga mengurangi kecemasan klien. Perawat harus berbicara
dengan pelan – pelan dan intonasi suara yang rendah. Karena kelemahan dapat
berkontribusi menurunnya fungsi jiwa dan klien mungkin mengalami kelelahan
seiring dengan hari, sehingga pagi hari merupakan waktu yang terbaik untuk
melakukan wawancara.
Jika ada pertanyaan – pertanyaan tentang beberapa respon klien, perawat
seharusnya berkonsultasi dengan anggota keluarga atau orang lain yang mengenal
klien dengan baik. Perawat juga harus mempertimbangkan dampak kondisi fisik klien
pada saat wawancara dan faktor lainnya seperti medikasi, nutrisi, atau tingkat
kecemasan.
 Pemeriksaan Status Kesehatan Jiwa
Pemeriksaan status kesehatan jiwa harus menjadi bagian dari pengkajian
geropsikiatri karena:
 Meningkatnya prevalensi demensia sejalan dengan pertambahan usia.
 Kondisi delirium yang sering kambuh diketahui dan ditangani.
 Berkaitan erat dengan gejala klinis konfusi dan depresi.
 Seringnya klien dengan masalah kesehatan fisik disertai dengan gejala
kebingungan.
 Kebutuhan untuk mengidentifikasi area spesifik kelebihan kemampuan kognitif
dan keterbatasannya.
1. Depresi
Depresi adalah gangguan jiwa tertua dan paling umum. Kata depresi digunakan
dalam berbagai cara. Hal ini dapat merujuk pada tanda, gejala, sindrom, keadaan
emosional, reaksi, penyakit, atau tampilan klinis (Ayuso-Mateos et al, 2010). Rentang
depresi dapat dimulai dari depresi ringan dan sedang sampai dengan depresi berat dengan
atau tanpa diri psikotik.
Kebutuhan untuk memasukan pengkajian depresi berdasarkan kondisi berikut:
 Prevalensi depresi dan depresi subsindromal pada orang lanjut usia
 Efektifitas perawatan untuk depresi
 Potensial dampak negative dari depresi (seperti bunuh diri, ditelantarkan)
 Seringnya kesalahan diagnosis depresi sebagai sebuah masalah fisik
 Cenderung untuk mengabaikan orang lanjut usia sebagai orang yang suka
mengeluh atau menuntut
 Pentingnya membedakan secara akurat antara depresi dan gangguan bipolar
 Cenderung terjadinya depresi berulang sejalan dengan pertambahan usia

Depresi pada populasi orang lanjut usia sering tidak diketahui dan tidak ditangani.
Hal ini karena tanda yang tampak berbeda dibandingkan populasi yang lebih muda
(seperti keluhan fisik), mungkin diasumsikan sebagai bagian dari proses penuaan normal,
atau diagnosis mungkin menjadi sulit karena adanya kondisi penyakit penyerta lainnya
(Naegle, 2011).
Depresi ditandai dengan menurunnya ketertarikan dalam melakukan aktivitas
harian dan merasa tidak bersemangat. Terjadi peningkatan rasa tidak berdaya dan
ketergantungan pada orang lain sehingga percakapan akan berfokus pada kondisi masa
lalu

Beberapa penyakit yang cenderung berhubungan dengan terjadinya depresi seperti


gangguan tiroid, kanker (khususnya paru,pancreas, dan otak), penyakit Parkinson, stroke,
dentensia.

Banyak obat-obatan yang diresepkan secara rutin pada orang lanjut usia
meningkatkan terjadinya depresi. Contohnya termasuk obat-obatan antiansietas dan
hipnotis sadatif kardionik (seperti digoksin) dan steroids. Riwayat pengobatan merupakan
bagian penting saat pengkajian, khususnya pada orang lanjut usia dimana kebanyakan
mendapat berbagai macam obat-obatan.

2. Ansietas
Ansietas pada orang lanjut usia yang tidak diobati atau tidak ditangani secara
tepat dapat menimbulkan masalah tidur, keruskan kognitif dan masalah kesehatan penting
lainnya (Lenze dan Wetherell, 2011).
Melalui pengkajian tingkat ansietas, respons koping dan stresor presipitasi
membantu perawat dalam merencanakan assuhan keperawatan yang berfokus pada orang
lanjut usia tersebut.
3. Psikosis
Perawat dapat menemukan gejala psikotik selama pengkajian yang berhubungan
dengan gangguan waham, delirium, demensia, depresi dengan psikosis, penyalahgunaan
zat, atau psikosis yang terjadi di usia lanjut yaitu setelah usia 60 tahun. Faktor risiko
berkembangnya psikosis pada usia lanjut meliputi kerusakan kognitif, kerusakan sensori
(penglihatan dan pendengaran) isolasi social, jenis kelamin wanita, terkungkung di
tempat tidur, dan memiliki konflik hubungan dengan pemberi asuhan, komorbiditas
somatic, medikasi yang berbagai macam atau menderita gangguan medis.
Klien dengan diagnosis psikiatri atau psikosis akan berespon terhadap suportif
dan obat antisikotik atipikal dosis rendah.
 RESPON PERILAKU
Perubahan perilaku merupakan tanda awal terjadinya gangguan fisik dan jiwa.
Pengkajian perilaku meliputi definisi perilaku, frekuensi,durasi dan faktor presipitasi atau
pemicu termasuk kondisi lingkungan. Ketika perubahan perilaku terjadi, penting untuk
menganalisa latar belakang penyebab dan makna dari perilaku tersebut. Sebagai contoh,
individu tersebut mungkin memiliki pengalaman ancaman terhadap harga dirinya atau
perubahan dalam penerimaan sensori.
Pengkajian fisik lengkap dibutuhkan setelah adanya perubahan perilaku
mendadak untuk mencegah adanya delirium (Botts, 2010). Respons pemberi asuhan
terhadap perilaku juga harus dikaji untuk mendorong atau meningkatkan perilaku
menantang. Perilaku menantang yang umum terjadi (perilaku berlebihan) pada orang
lanjut usia .

 KEMAMPUAN FUNGSIONAL
Kesehatan emosional dan kemampuan fungsional keseluruhan saling
berhubungan dan kerusakan kognitif berpengaruh terhadap penurunan fungsional.
1. Mobilitas
Tiga aspek mobilitas harus dikaji:
1. Bergerak di sekitar lingkungan
2. Berpartisipasi dalam aktivitas
3. Mempertahankan kontak dengan orang lain

Saat mengkaji ambulasi, perawat harus melihat kondisi motoric. Adaptasi yang
dilakukan, penggunaan alat bantu, keseimbangan, penglihatan dan jumlah serta jenis
bantuan yang diperlukan. Faktor- faktor yang mempengaruhi ambulasi termasuk
keterbatasan gerakan sendi akibat penyakit degenerative, hipotensi ortostatik serta jenis
alas kaki yang sesuai. Kemampuan tangan bisa diuji dengan mengobservasi klien saat
menyisir rambut, berpakaian dan makan.

Banyak obat-obatan yang dikonsumsi orang lanjut usia mengubah persepsinya,


membuat ambulasi dan mobilitas sulit sehingga berkontribusi terjadinya jatuh. Efek-efek
tersebut terutama disebabkan oleh obat antiansietas, kardiovaskuler dan hipertensi.klien
harus diberitahu terhada efek samping obat dan harus diingatkan mengambil waktu yang
cukup saat ambulasi dan berpindah dari satu posisi ke posisi lainnya.

Pengkajian risiko untuk jatuh

Faktor risiko Faktor pengkajian


Bahaya lingkungan  Stimulasi yang berlebihan (bising)
 Pencahayaan kurang
 licin atau permukaan lantai yang basah
 Tangga (tidak ada pegangan, curam, rusak)
 Benda-benda berserakan di lantai
 Karpet kecil di lantai
 Hewan kecil peliharaan
Variabel klien  Riwayat jatuh
 Familiar dengan kondisi lingkungan
 Kondisi emosional (seperti agitasi, marah)
 Kesediaan untuk meminta bantuan
 Bingung
 Tingkat aktivitas yang biasa dilakukan
 Jenis aktivitas
Alat bantu  Penggunaan dan kondisi alat bantu
 Kacamata
 Alat bantu dengar
 Alat bantu ambulasi (tongkat, tripod, alat bantu
jalan)
 Prosthesis
 Alat bantu lingkungan (terali, pegangan tangan)
 Lingkungan tangan yang tidak rapi
Penggunaan obat-obatan Mengonsumsi obat-obatan (resep atau beli bebas) dapat
menyebabkan hal-hal berikut ini
 Mengantuk
 Bingung
 Hipotensi ortostatik
 Kurangnya kordinasi tubuh
 Penurunan sensasi
 Polifarmasi
Gangguan fisik atau jiwa  Kardiovaskuler
 Ortopedi
 Neuromuscular
 Persepsi
 Kognitif
 Afektif
 Perubahan status nutrisi
 Kelelahan dan kelemahan
 Posisi jalan yang tidak stabil/ masalah dalam
mobilitas
2. Aktivitas kehidupan sehari-hari
Pengkajian kebutuhan perawatan diri dan aktivitas hidup sehari-hari / activity
daily living (ADL)penting dilakukan untuk menunjukan potensi kemadirian klien.
Aktivitas mungkin terbatas karena disfungsi fisik atau mengalami masalah psikososial.
ADL seperti mandi, berpakaian, makan, berdandan, toileting disusun dengan jelas dan
berorientasi tugas. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk interaksi antara perawat dank lien.
Penting untuk mendorong klien agar semandiri mungkin dalam melakukan ADL. Hal ini
membantu orang lanjut usia memenuhi kebutuhan untuk keselamatan, keamanan, ruang
pribadi, harga diri, otonomi, dan identitas personal.

 FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kesehatan umum
Pengkajian kesehatan fisik penting pada orang lanjut usia karena interaksi
beberapa kondisi kronik, deficit sensori, polifarmasi dan penampilan perilaku karena
banyaknya masalah kesehatan fisik.penyakit kronik bisa menurunkan kapasitas
fungsional fisiologis (Sason et al, 2010).
Pemeriksaan diagnostic yang berguna seperti nilai darah dan kimia urun;
electrocardiogram dan pada beberapa klien electroencephalogram, lumbal pungsi, dan
teknik brain imaging seperti computed tomography (CT) and magnetic resonance
imaging (MRI). Sebagai tambahan faktor fisiologis, status nutrisi, dan penggunaan zat
juga harus dikaji.gambaran obat-obatan lengkap yang dikonsumsi termasuk yang
diresepkan dan dibeli bebas, obat-obat yang didapat dari orang lain dan seluruh obat
herbal (termasuk teh) dan suplemen makanan sangat penting diketahui.

2. Nutrisi
Masalah-masalah klien geropsikiatri yang membutuhkan bantuan:
 Depresi atau kesepian mengakibatkan menurunnya selera makan
 Perubahan pada kognisi seperti kebingungan, agnosia atau apraksia
 Kecenderungan bunuh diri
 Dipindahkan dari etnis yang telah akrab dan pola makan secara budaya
 Takut akan prosedur atau rutinitas institusional

Berbagai masalah fisik banyak terjadi. Area-area dibawah ini harus dikaji:

 Mobilitas dan kekuatan untuk membuka tutup toples, memotong daging dan
memegang peralatan
 Neurologis atau kondisi sendi yang memengaruhi kordinasi tangan dan
lengan.
 Masalah penglihatan
 Kehilangan gigi dan bagian lainya yang memengaruhi kemampuan
mengunyah
 Masalah dalam menelan atau bernapas
 Ulserasi pada lidah atau bagian lain dari mulut
 Penyakit periodontal
 Mulut kering kerena pengaruh obat-obatan

Pengkajian nutrisi juga harus menggali kesukaan pribadi termasuk rutinitas


sebelumnya (seperti, makan besar saat makan siang), waktu untuk makan, porsi yang
diinginkan, makanan kesukaan, dan yang tidak disukai.data serum kolestrol dan
tingkat albumin juga merupakan informasi tambahan tentang status nutrisi seseorang.

3. Penyalahgunaan zat
Penyalahgunaan zat adalah salah satu masalah yang paling sering dilaporkan dan
tidak ditangani pada dewasa lanjut (Saucon et al, 2010). Penyalahgunaan obat-obat resep
khususnya hipnotik sedative dan obat-obatan antiansietas sering dilakukan namun tidak
dilihat sebagai sebuah adiksi. Penyalahgunaan alcohol atau zat dapat merupakan cara
yang digunakan untuk menghindari pengalaman menyakitkan seperti kehilangan dan
kesepian.

 DUKUNGAN SOSIAL

Sistem dukungan social penting untuk menjaga rasa kesejahteraan sepanjang hidup
terutama pada orang lanjut usia (Reichstach et al, 2010). Pada saat mengkaji orang lanjut usia
perawat harus mencatat keberhasilan sebelumnya dalam mengahdapi masalah kehidupan.
penyesuaian orang lanjut usia terhadap kehilangan dan perubahan berkaitan dengan penuaan
dipengaruhi oleh pengalaman hidup sebelumnya strategi koping dan ketahanan diri.

1. Interaksi keluarga klien


Demografi keluarga telah terjadi perubahan. Peningkatan angka harapan hidup,
penurunan angka kelahiran dan angka harapan hidup pada perempuan yang lebih tinggi
akan memengaruhi ketersediaan anggota keluarga untuk terlibat dalam memberikan
asuhan dan dukungan pada orang lanjut usia. Kebanyakan orang lanjut usia memiliki
kontak yang minim setiap minggu dengan anak-anaknya.
Isu penting yang memengaruhi keluarga pada dewasa lanjut adalah masa pensiun,
keadaan duda/menjanda, peran kakek/nenek dan penyakit. Norma budaya yang,
sebelumnya menempatkan orang lanjut usia dalam posisi yang dihargai dan anggota
penting di masyarakat tampaknya sudah mulai terkikis. Social dan struktur organisasi
tidak berkembang cukup baik untuk mendukung seperti kondisi sebelumnya yang
tersedia melalui jaringan keluarga besar dan masyarakat.
Perawat harus lebih nyaman dan memiliki pengetahuan dalam membahas isu-isu
terkait seksualitas, perselisihan dalam perkawinan, tinggal bersama, kekerasan terhadap
pasangan, kekerasan terhadap orang lanjut usia. Perawat harus lebih sadar terhadap
perubahan trend an waspada terhadap kemungkinan terjadinya kekerasan terhadap orang
lanjut usia.

D. DIAGNOSIS

Hubungan antara Diagnosa Keperawatan Sejahtera, Perilaku, dan Intervensi Terpilih Masa
Lansia

Diagnosa Keperawatan Perilaku Masa Lansia Intervensi Keperawatan


Sejahtera
Mengadaptasi Pensiun  Merencanakan  Dorong aktivitas
penggunaan waktu luang pemenuhan diri
yang mendorong  Gali cara untuk
pemenuhan diri mengembangkan
 Mencari kesenangan baru kesenangan baru atau
dan menantang atau membangkitkan
membangkitkan kembali kembali minat
kesenangan lama  Sediakan informasi
 Bisa mencari karir kedua tentang aktivitas
yang bergantung pada komunitas untuk
umur saat pensiun lansia
Menciptakan kembali  Mengetahui kebutuhan  Perkuat pengakuan
hubungan berpasangan untuk menggabungkan kebutuuhan
pasangan ke dalam pasangan seperti hal
rencana pensiun nya kebutuhan diri
 Menggunakan waktu sendiri
dengan pasangan  Gali aktivitas yang
melakukan minat yang menjadi kepuasan
menguntungkan pasangan yang
menguntungkan
Penyesuaian progresif  Mengetahui keterbatasan  Sediakan informasi
pada perubahan fisik tentang perubahan
fisiologis  Membuat perubahan yang berhubungan
lingkungan untuk dengan umur
mengakomodasi  Bedakan antara
perubahan fisik perubahan normal
 Mengetahui tanda dan dan yang
gejala penurunan mengancam hidup
kesehatan dan mencari  Sarankan akomodasi
bantuan profesional yang yang
diperlukan memaksimalkan
 Memelihara tingkat kemampuan dan
kemandirian yang sesuai adaptasi
 Mencari informasi  Sediakan daftar
tentang penyakit kronis sumber yang dapat
untuk memudahkan memberi informasi
adaptasi yang diperlukan
Menjalankan tanggung  Mencari informasi  Perkuat perilaku
jawab untuk kesehatan tentang peningkatan pencarian kesehatan
sendiri kesehatan dan/atau  Sediakan informasi
kondisi penyakit yang diperlukan
 Mencari perawatan medis  Sediakan informasi
yang sesuai tentang rujukan
 Terlibat dalam aktivitas untuk perawatan
peningkatan kesehatan kesehatan yang
 Menggabungkan diperlukan
pengetahuan tentang  Klarifikasi
penyakit kedalam gaya kesalahanpahaman
hidup atau kesalahan
konsep
 Gali cara
pengetahuan yang
dapat digunakan
untuk beradaptasi
dengan penyakit
kronis dan akut.
Berpartisipasi dalam  Berpartisipasi dalam  Perkuat kesenangan
aktivitas yang aktivitas sosial dengan diluar
memuaskan keluarga dan teman  Gali alternatif yang
 Melanjutkan hobi atau realistis dengan
kesenangan lain dengan keterbatasan fisik
keterbatasan fisik  Dorong kenangan
 Dapatkan kesenangan  Dengarkan ulasan
dalam kegiatan waktu kehidupannya
yang pendek tanpa
perencanaan waktu yan
panjang
 Mengekspresikan
kepuasan dengan
kehidupan meskipun
terbatas
 Damai dengan diri dan
Tuhan
 Menggunakan waktu
sepenuhnya dengan
parameter keterbatasan
kesehatan
 Mengenang kejadian
hidup
Mengembangan pola  Mengetahui kebutuhan  Gali aktivitas apa
pada kehidupan sehari - untuk memiliki rencana yang bermakna
hari untuk sehari – hari untuk  Bantu memilih
memelihara arti hidup aktivitas yang sesuai
seperti interaksi sosial dengan tingkat
 Merencanakan aktivitas fungsi dan tenaga
sehari – hari  Perkuat pemeliharan
 Membangun rutinitas rutinitas sehari – hari
untuk aktivitas kehidupan
sehari – hari seperti
latihan, dll
Keterlibatan dalam  Menyatakan kebutuhan  Perkuat kesenangan
aktivitas pelayanan untuk terlibat dalam dalam membantu
melakukan sesuatu untuk orang lain
orang lain  Sediakan informasi
 Memilih beberapa tentang kegiatan
aktivitas yang berarti sukarela / komunitas
untuk memenuhi  Gali tujuan yang
kebutuhan ini realistis untuk
 Berapartisipasi dalam aktivitas pelayanan
aktivitas yang membantu
memenuhi kebutuhan
yang lain misalnya
organisasi keagamaan,
pelayanan, dll
Kepuasaan terhadap  Mengungkapkan secara  Tinjau pengalaman
kehidupan di masa lalu verbal kepuasan dengan yang memuaskan
dan sekarang kehidupan di masa lalu  Menemukan
dan sekarang kepuasan dalam
 Mengungkapkan aktivitas saat ini
optimisme tentang  Perkuat partisipasi
menjalani setiap hari dalam aktivitas yang
 Bantu mengidentifikasi memuaskan
aspek kehidupan positif
Meningkatkan  Mengidentifikasi bidang  Perkuat kekuatan
pengakuan kekuatan kekuatan di masa lalu dan klien
seseorang masa sekarang  Diskusikan cara
 Memodifikasi aktivitas untuk memodifikasi
untuk menggunakan pola kehidupan
kekuatan sekarang secara untuk menggunakan
penuh kekuatan sekarang
 Hidup sepenuhnya untuk  Gali bidang yang
satu hari dalam suatu masih dapat klien
waktu dan memelihara kendalikan
kendali terhadap bidang  Dorong
kehidupan dimana dilepaskannya
pengendalian bidang yang tidak
memungkinkan dapat dikendalikan
klien
 Perkuat kehidupan
sehari – hari
daripada
mengkhawatirkan
keterbatasan di masa
akan datang

F. EVALUASI

Evaluasi perkembangan klien harus berdasarkan model yang menggambarkan


perkembangan perilaku dari adaptif ke maladaptif. Jenis perawatan dan hasil evaluasi secara
langsung berhubungan dengan tingkat perilaku yang akan dilakukan intervensi. Tujuan tindakan
keperawatan adalah untuk meningkatkan kemandirian orang lanjut usia berdadarkan kapasitas
dan kemampuan fungsional.

Evaluasi hasil asuhan keperawatan tidak berdasarkan perilaku yang berlawanan atau membatasi
kebutuhan klien tetapi berfokus pada perubahan yang ditunjukkan klien berdasarkan kemampuan
individual. Pendekatan ini menekankan klien sebagai seorang individu dan mengizinkan klien
untuk berbeda dan proses berubah sepanjang waktu.

Efektifitas tindakan keperawatan pemberi asuhan keluarga juga harus dievaluasi. Dimensj
penting termasuk status keluarga, pengetahuan keluarga, status orang lanjut usia. Program
geropsikiatri komunitas akan meningkat karena terjadinya perubahan demografi. Kriteria
evaluasi penting termasuk akses dan kordinasi pelayanan : klien, keluarga dan sistem hasil dan
kepuasan, pelatihan staf, kepatuhan dengan sistem regulatori berpusat pada klien, tujuan program
dan efektivitas biaya.

Pada analisis akhir, kriteria evaluasi yang paling penting adalah umpan balik dari klien, keluarga
dan pemberi asuhan bahwa asuhan keperawatan membantu dan meningkatkan perkembangan.
Tantangan bagi perawat adalah menjadi kreatif untuk menciptakan pengalaman positif bagi
setiap orang lanjut usia.

Anda mungkin juga menyukai