Anda di halaman 1dari 56

Penyakit Mental

Rahmawati Eka Yulistyani 1810711020


Ahmad Nursalam 1810711053
Della Yunita 1810711066
Fitrianih Azzahra 1810711069
Ezzah Najlalya 1810711075
Maila Faiqoh Tsauroh 1810711085
Putri Irayani 1810711086
Siska Agustina Lestari 1810711088
Elfrida Juniartha 1810711094
Widhi Nurfadillah 1810711093
Fauziana Dzulhia Putri 1810711102
Pengertian
Populasi Rentan
Populasi rentan didefinisikan sebagai
kelompok sosial yang memiliki risiko atau kelemahan yang
relatif tinggi sehingga merugikan kesehatan (Flakerud dan
Winslow, 1998; Stanhope dan Lancaster, 2004).
Populasi rentan adalah populasi yang lebih besar
kemungkinannya untuk mengalami masalah kesehatan
akibat paparan berbagai risiko daripada populasi yang
lainnya (Stanhope dan Lancaser, 2010).
Dalam penjelasan Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No.39
Tahun 1999 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok masyarakat yang rentan, antara lain adalah
orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil
dan penyandang cacat.
Pengertian
Gangguan
Mental
Gangguan mental atau penyakit mental adalah gangguan
serius yang dapat mempengaruhi pemikiran, mood, dan
perilaku seseorang. Terdapat banyak jenis dari gangguan
mental dan gejala yang bervariasi seperti anoreksia, depresi,
gangguan kecemasan, gangguan adiksi, skizofrenia, dan
lainnya.
Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari
kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya
terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres
kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan
menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.
GANGGUAN JIWA
Gangguan jiwa merupakan psikologik atau pola perilaku yang
ditunjukkan pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan
kualitas kehidupan dan disfungsi. Hal tersebut mencerminkan disfungsi
psikologis, bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial maupun
konflik dengan masyarakat (Stuart, 2013).
Sedangkan menurut Keliat, (2011) gangguan jiwa merupakan pola
perilaku, sindrom yang secara klinis bermakna berhubungan dengan
penderitaan, distress dan menimbulkan hendaya pada lebih atau satu
fungsi kehidupan manusia.
RESIKO TINGGI
POPULASI RENTAN
Balita, ibu hamil, dan lansia (lanjut usia) adalah 3 kelompok
rentan yang banyak terdapat di masyarakat. Balita
merupakan salah satu kelompok rentan yang harus paling
diperhatikan. WHO menyebutkan bahwa faktor yang
memengaruhi kesehatan jiwa dan gangguan jiwa tidak hanya
karena atribut individu melainkan juga karena faktor sosial,
ekonomi, dan lingkungan.
ANAK
Ditemukan bahwa masalah hubungan antara anak dengan orang tua
terutama ibu merupakan salah satu penyebab timbulnya gangguan jiwa.
Anak bergantung pada orang dewasa dalam menjalani kehidupannya, oleh
KELOMPOK karena itu anak sering berada pada posisi dimana mereka tidak dapat
MASYARAKAT BERESIKO memilih perlakuan yang didapatnya.
GANGGUAN JIWA
BERDASARKAN USIA REMAJA
Permasalahan remaja sering terjadi pada proses pencarian jati diri. Identitas
diri merupakan isu paling penting dalam dunia remaja. Proses
pembentukan identitas diri remaja ini berlangsung dalam konteks keluarga
dan teman sebaya (Faturochman,2012:113). Hal ini terkait dengan
bagaimana ia menampilkan diri, dengan siapa ia harus bergaul, dan
bagaimana ia ingin diterima oleh lingkungannya

LANSIA
Kelompok masyarakat lansia sering mengalami kecemasan karena
penurunan fungsi fisik dan mentalnya. Oleh karena itu lansia rentan
terhadap permasalahan kejiwaan.
Perubahan kondisi fisik ini akan berdampak pada perubahan fungsi kognitif
lansia karena adanya penurunan volume otak dan perubahan sel syaraf
(Salat, dkk.,2000).
Kelompok Masyarakat Berisiko

Gangguan Jiwa Berdasarkan Kondisi Psikososial

MASYARAKAT MISKIN
KEMISKINAN

ANGGOTA KELUARGA
KURANG HARMONIS
Kelompok Masyarakat Berisiko Gangguan
Jiwa Berdasarkan Kondisi Ancaman

a.Masyarakat yang Berada di 1)Gangguan


a.Masyarakat yang Berada di Daera Bencana Lingkungan Fisik Tidak Perubahan Iklim
Bencana merupakan suatu kejadian yang Kondusif
Daerah Konflik mengganggu kehidupan normal dan
Berbagai penelitian telah membutktikan
bahwa perubahan iklim memberikan
kontribusi terhadap perubahan perilaku
Masyarakat yang berada di melampaui kapasitas seseorang atau Lingkungan fisik yang tidak dan psikis. Bencana alam, seperti banjir,
daerah konflik berhak masyarakat untuk mengatasinya. Bencana kondusif di antaranya: siklon dan kekeringan, diprediksikan
mendapatkan pelindungan fisik bisa berdampak pada terganggunya sebagai konsekuensi perubahan iklim
• Lingkungan Kerja yang Berisiko (IFRC, 2009).
dan pelayanan kesehatan jiwa keseimbangan kondisi psikologis seseorang; • Lingkungan dan Sistem Sekolah yang
untuk menjaga kualitas kehilangan harta benda, kehilangan orang Tidak Memperhatian Tumbuh Kembang
mentalnya. Masyarakat di daerah terdekat, maupun kehilangan penghasilan. Peserta Didik.
konflik rentan terhadap Ketidakseimbangan kondisi psikologis dapat
kecemasan akan keselamatan dirasakan dalam bentuk terganggunya fungsi
dirinya psikologis seseorang seperti fungsi pikiran,
perasaan, dan tingkah laku.
Kelompok Masyarakat Berisiko Gangguan

Jiwa Berdasarkan Kondisi Fisik

Orang yang
Perempuan Mengalami Cacat
Gangguan
Kesehatan
Kronis
Menurut Puskris UI, dalam Pasien dengan penyakit kronis Penyandang cacat yang
beberapa konteks masyarakat, rentan mengalami depresi, mendapatkannya dari lahir maupun
perempuan juga cenderung bahkan hingga muncul setelah dewasa, rentan terhadap
keinginan bunuh diri. Oleh gangguan kejiwaan karena
mengalami perlakuan yang
karena itu perlu diberikan upaya perasaan kurang lengkapnya
tidak adil, mengalami kesehatan jiwa berupa konseling dirinya. Cacat fisik sering
kekerasan dalam rumah tangga dalam pendampingan proses dikaitkan dengan kehilangan
dimana hal ini juga berpotensi pengobatannya kepercayaan diri jika penderitanya
berlanjut menjadi gangguan tidak mampu mengalahkan
kecemasan atau depresi. perasaan inferioritas
Macam macam
gangguan mental
Della Yunita 1810711066
Macam macam gangguan mental

Gangguan mental organik dan Gangguan mental dan perilaku Gangguan skizofrenia dan gangguan
simtomatik akibat zat psikoaktif waham

Gangguan neurotik,
Gangguan suasana perasaan somatoform dan
(mood/afektif).
gangguan stres
NEXT..

Gangguan perkembangan
psikologis.

Gangguan perilaku dan


emosional

Retardasi
mental
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Timbulnya
Gangguan Mental (Mental
Disorder)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Gangguan Mental (Mental Disorder)

Faktor Organis (somatic), misalnya terdapat kerusakan pada otak dan


proses dementia.

Faktor-faktor psikis dan struktur kepribadiannya, reaksi neuritis dan reaksi


psikotis pribadi yang terbelah, pribadi psikopatis, dan lain-lain.

Faktor-faktor lingkungan (milieu) atau faktor-faktor sosial.


PROGRAM KEBIJAKAN PEMERINTAR TERKAIT
KESEHATAN MENTAL

UU No. 18 Tahun 2014 ditujukan untuk menjamin  setiap orang agar 


dapat mencapai kualitas hidup yang baik, serta memberikan pelayanan
kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan
melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.  
Upaya promotif dan preventif termasuk dalam upaya pencegahan.
Sedangkan upaya pengobatan, berupa upaya kuratif dan rehabilitatif.
Sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2014, upaya promotif merupakan suatu
kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan jiwa yang bersifat promosi kesehatan jiwa . Upaya promotif
bertujuan agar kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan
jiwa dapat meningkat.  Sedangkan upaya preventif merupakan suatu
kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah kejiwaan dan gangguan jiwa.
NEXT...

Asuransi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) juga
telah mengakomodasi persoalan kesehatan
mental, seperti depresi. Namun, perihal
percobaan bunuh diri untuk saat ini masih
dalam tahap diperjuangkan agar dapat tercakup
oleh BPJS

Tanggung Jawab Program Kesehatan Mental


Berkaca pada rumitnya permasalahan kesehatan mental, sudah
sepantasnya masalah ini tidak hanya dibebankan pada satu institusi:
Kemenkes. Tiap institusi termasuk institusi di bidang pendidikan harus
turut andil dalam menyediakan program kesehatan jiwa, setidaknya pada
tahap promotif dan kuratif.
Peran Perawat Jiwa
Komunitas
Pemberi asuhan keperawatan
Pendidik
• Pengkajian masalah kesehatan jiwa
• Perawat memberikan
pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat pendidikan kesehatan
kepada individu, keluarga,
• Deteksi dini masalah kesehatan jiwa
kelompok, komunitas.
pada individu, keluarga, kelompok, dan
• Pendidikan kesehatan
masyarakat
dilakukan melalui
• Menetapkan masalah keperawatan
pemberian penyuluhan
kesehatan jiwa di masyarakat
tentang kesehatan jiwa dan
• Menyusun rencana tindakan cara merawat orang dengan
keperawatan kesehatan jiwa di gangguan jiwa.
masyarakat
• Melaksanakan tindakan keperawatan
• Mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan.
Manajer kasus Administrator
(pengelola)
Perawat dapat mengelola
kegiatan pelayanan kesehatan
• Perawat merencanakan,
dan masyarakat sesuai dengan
melaksanakan, dan
beban tugas dan tanggung jawab
mengatur berbagai
yang di bebankan kepadanya
alternatif tindakan dan
terapi yang harus diterima
oleh ODGJ.
Konselor
Perawat memberikan konseling untuk • Advokat
membantu ODGJ dan keluarga dalam • Perawat memberikan
memilih keputusan yang akan pembelaan kepada individu,
diambil dalam penanganan masalah keluarga, kelompok,
kesehatan jiwa komunitas
Kolabolator Role model

• Perawat berkewajiban
Perawat bersama tim untuk menampilkan model
kesehatan lain dapat perilaku yang adaptif,
berkolaborasi mengenai karena sebagai role model
pelayanan yang di perlukan haruslah menjadi panutan
klien, pemberian dukungan, bagi pasiennya
paduan keahlian dan
keterampilan dari berbagai
profesional pemberi
pelayanan kesehatan
Konsultan Peneliti
• Mengidentifikasi dan
• Memberikan konsultasi dan menggunakan penelitian dalam
pendidikan untuk klien, pengambilan keputusan dan
perawat, profesional membantu pasien membuat
kesehatan lainnya, pilihan yang terbaik.
organisasi perawatan • Berpartisipasi dalam proyek
kesehatan jiwa dan penelitian di semua tingkatan
pembuat kebijakan. untuk menghasilkan penelitian
kualitatif dan atau kuantitatif
yang berkaitan dengan praktik
keperawatan, administrasi dan
pendidikan.
• Mengembangkan program
penelitian kesehatan jiwa
masyarakat.
Putri Irayani 1810711086
Siska Agustina Lestari 1810711088
Elfrida Juniartha 1810711093
setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap
individu, keluar, dan masyarakat dengan
pendekatan promotive, preventif, kuratif, dan
rehabilitative yang diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.

UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa


1. Keadilan
2. Perikemanusiaan
3. Manfaat
4. Transparansi
5. Akuntabilitas
6. Komprehensif
7. Perlindungan
8. Nondiskriminasi

UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa


1. Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan,dan gangguan
lain yang dapat mengganggu Kesehatan Jiwa
2. Menjamin setiap orang dapat mengembangkan berbagai potensi kecerdasan;
Potensi kecerdasan manusia meliputi kecerdasan linguistic, kecerdasan logika-
matematik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musical, kecerdasan
kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan
naturalis, kecerdasan spiritual-eksistensial, dan lain-lain.
3. Memberikan perlindungan dan menjamin pelayanan Kesehatan Jiwa bagi
ODMK dan ODGJ berdasarkan hak asasi manusia

UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa


4. Memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan melalui upaya promotive, prefentif, dan rehabilitative bagi
ODMK dan ODGJ
5. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya dalam Upaya
Kesehatan Jiwa
6. Meningkatkan mutu Upaya Kesehatan Jiwa sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
7. Memberikan kesempatan kepada ODMK dan ODGJ untuk dapat memperoleh
haknya sebagai Warga Negara Indonesia.

UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa


Upaya Kesehatan
Jiwa Promotif
Upaya Promotif merupakan suatu kegiatan dan/atau rangkaian
kegiatan penyelenggaraan pelayanan Kesehatan Jiwa yang bersifat
promosi Kesehatan Jiwa
Upaya promotif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk:
1. mempertahankan dan meningkatkan derajat Kesehatan Jiwa
masyarakat secara optimal;
2. menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi
ODGJ sebagai bagian dari masyarakat;
3. meningkatkan pemahaman dan peran serta masyarakat
terhadap Kesehatan Jiwa; dan
4. meningkatkan penerimaan dan peran serta masyarakat
terhadap Kesehatan Jiwa
upaya promotif dilaksanakan dilingkungan

1.Upaya promotif di lingkungan keluarga


dilaksanakan dalam bentuk pola asuh dan pola komunikasi dalam keluarga yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang sehat.
2.Upaya promotif di lingkungan lembaga pendidikan
• menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan
jiwa; dan
• keterampilan hidup terkait Kesehatan Jiwa bagi peserta didik sesuai dengan tahap
perkembangannya.
3.Upaya promotif di lingkungan tempat kerja
dilaksanakan dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai Kesehatan Jiwa, serta
menciptakan tempat kerja yang kondusif untuk perkembangan jiwa yang sehat agar tercapai
kinerja yang optimal.
4.Upaya promotif di lingkungan masyarakat
dilaksanakan dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai Kesehatan Jiwa, serta
menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan jiwa
yang sehat.
Upaya Kesehatan
Jiwa Preventif
Upaya Preventif merupakan suatu kegiatan untuk mencegah
terjadinya masalah kejiwaan dan gangguan jiwa
Upaya Preventif kesehatan jiwa ditujukan untuk :
• Mencegah terjadinya masalah kejiwaan
• Mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan jiwa
• Mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada
masyarakat secara umum atau perorangan; dan/atau
• Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial.
upaya preventif dilaksanakan dilingkungan

1. Upaya preventif di lingkungan keluarga


• pengembangan pola asuh yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan jiwa;
• komunikasi, informasi, dan edukasi dalam keluarga;
• kegiatan lain sesuai dengan perkembangan masyarakat.
2. Upaya preventif di lingkungan lembaga
• menciptakan lingkungan lembaga yang kondusif bagi perkembangan
Kesehatan Jiwa;
• memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai pencegahan
gangguan jiwa; dan
• menyediakan dukungan psikososial dan Kesehatan Jiwa di lingkungan
lembaga
upaya preventif dilaksanakan dilingkungan

3. Upaya preventif di lingkungan masyarakat


• menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif;
• memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai pencegahan
gangguan jiwa; dan
• menyediakan konseling bagi masyarakat yang membutuhkan
Upaya Kesehatan
Jiwa Kuratif
Upaya kuratif merupakan kegiatan pemberian pelayanan
kesehatan terhadap ODGJ yang mencakup proses diagnosis
dan penatalaksanaan yang tepat sehingga ODGJ dapat
berfungsi kembali secara wajar di lingkungan keluarga,
lembaga, dan masyarakat.
Upaya kuratif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk:
• Penyembuhan atau pemulihan;
• Pengurangan penderitaan;
• Pengendalian disabilitas; dan
• Pengendalian gejala penyakit.
Penegakan Diagnostik

Proses penegakan diagnosis terhadap orang yang diduga ODGJ


dilakukan untuk menentukan:
• Kondisi kejiwaan; dan
• Tindak lanjut penatalaksanaan

Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan kriteria diagnostik oleh :


• Dokter umum
• Psikolog; atau
• Dokter spesialis kedokteran jiwa.
Pelaksanaan Upaya Kuratif

Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dilakukan


di fasilitas pelayanan di bidang Kesehatan Jiwa.
Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ
dilaksanakan melalui sistem rujukan. Penatalaksanaan
kondisi kejiwaan pada ODGJ dapat dilakukan dengan cara
rawat jalan atau rawat inap
Upaya Kesehatan
Jiwa Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif Kesehatan Jiwa merupakan kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan Kesehatan Jiwa
yang ditujukan untuk:
• Mencegah atau mengendalikan disabilitas;
• Memulihkan fungsi sosial;
• Memulihkan fungsi okupasional; dan
• Mempersiapkan dan memberi kemampuan ODGJ agar
mandiri di masyarakat
Jenis dan Pelaksanaan Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif ODGJ meliputi:
• Rehabilitasi psikiatrik dan psikososial
• Rehabilitasi sosial.
Rehabilitasi psikiatrik dan psikososial dan rehabilitasi sosial
ODGJ dapat merupakan upaya yang tidak terpisahkan satu
sama lain dan berkesinambungan.
Upaya rehabilitasi sosial dapat dilaksanakan secara persuasif,
motivatif, atau koersif, baik dalam keluarga, masyarakat,
maupun panti sosial.
Pengkajian
01 CORE 04 EKONOMI
jumlah populasi penyakit mental, riwayat status pekerjaan, jenis pekerjaan,
perkembangan penyakit mental, kebiasaan, perilaku jumlah pendapatan yang diterima, dll.
yang ditampilkan, agama.
TRANSPORTASI
02 LINGK. FISIK 05 &KEAMANAN
kebersihan pemukiman, kondisi tempat tinggal, transportasi yang digunakan, sarana
batas wilayah, pasokan air bersih, personal transportasi yang tersedia, keadaan
hygiene, aktifitas ODGJ didalam dan diluar
keamanan pemukiman.
rumah.

03 Pelayanan kes dan sosial 06 Politik & pemerintahan


bagaimana jenis pelayanan, akses layanan bagaimana peran serta politik dalam
kesehatan, jumlah populasi penyakit mental bidang kesehatan , organisasi di
yang memiliki jaminan kesehatan, fasilitas wilayah setempat peduli terhadap
pelayanan kesehatan terdekat, dll. kesehatan.
07 KOMUNIKASI
bagaimana komunikasi yang tersedia, sarana
komunikasi yang disediakan, media informasi yang
disebar, bagaimana komunikasi terhadap penderita
penyakit mental.

08 PENDIDIKAN
sarana pendidikan yang tersedia, pendidikan
yang dimiliki masyarakat, pendidikan
terkait kesehatan.

09 REKREASI
seberapa sering rekreasi populasi mental,
kemana rekreasi dituju, banyaknya rekreasi
yang dilakukan.
DIAGNOSA
1. KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN (Nanda 2018; kode
diagnosis 00099, hal. 146)
2. ISOLASI SOSIAL (Nanda 2018; kode
diagnosis 00053, hal. 455)
3. RISIKO PERILAKU KEKERASAN
TERHADAP ORANG LAIN (Nanda 2018;
kode diagnosis 00138, Hal. 416)
PERENCANA
AN
Widhi Nurfadillah1810711094
Pelaksanaan
Peran Perawat
01 CASE FINDER 04 DIRECT CARE
melakukan pengkajian melalui perawat dapat memberikan pelayanan
wawancara dan pemeriksaan fisik, keperawatan secara langsung dan tidak
anamnesa untuk menemukan kasus dan langsung kepada klien, menggunakan
riwayat kesehatan masyarakat pendekatan proses keperawatan
HEALTH
02 EDUCATOR 05 PROVIDER
Mengajarkan masyarakat tentang pola Perawat memberi kenyamanan,
makan yang baik, mengajarkan melindungi hak, dan
perawatan sederhana dan memberi memfasilitasi klien
informasi kesehatan COMMUNITY ASSESSOR
03 COUNSELOR 06 AND DEVELOPER
Perawat sebagai wadah untuk bertanya bagi perawat harus dapat mengkaji
masyarakat dan memberi petunjuk dimana kebutuhan komunitas dan
masyarakat bisa mendapatkan pelayanan mengembangkan program di
kesehatan sesuai kebutuhannya komunitas
MONITOR & EVALUATOR HEALTH PROGRAM
01 CASE 04 PLANNER
peran perawat dalam melaksanakan Perawat berperan dalam
monitoring (pemantauan) serta menentukan program yang akan
memberikan evaluasi hasil diterapkan untuk mengatasi
berbagai permasalahan
PARTICIPANT OFkesehatan.
02 CASE MANAGER 05 DEVELOPING HEALTH
POLICIES
Perawat mengoordinasi aktivitas perawat harus menetapkan kebijakan
anggota tim kesehatan lain terkait kesehatan dilevel pimpinan
CLIENT
03 ADVOCATE 06 EMPOWERMENT
Perawat sebagai pelindung, dan Upaya untuk meningkatkan
mengambil tindakan untuk mencegah kapasitas masyarakat, dalam
terjadinya kecelakaan yang tidak memecahkan berbagai persoalan
diinginkan dari hasil pengobatan
TINGKAT PENCEGAHAN
PREVENSI PRIMER
Ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni
mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita

PREVENSI PREVENSI
SEKUNDER
Bertujuan untuk mencegah atau Apabila TERSIER
sudah muncul penyulit
menghambat timbulnya penyulit menahun , maka perawat komunitas
dengan tindakan deteksi dini dan harus berusaha mencegah terjadinya
memberikan intervensi keperawatan kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan
sejak awal penyakit. merehabilitasi pasien sedini mungkin
Hal – hal yang diperlukan dalam menyusun
perencanaan, yaitu :

• Perlu adanya keterlibatan masyarakat dalam merumuskan perencanaan


• Perencanaan disusun Bersama dengan masyarakat
• Perencanaan yang disusun menyesuaikan dengan sumber daya terkait
• Penanggung jawab program adalah dari perawat komunitas dan masyarakat
• Perencanaan dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat
EVALUASI
Fokus Evaluasi Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Komunitas
a. Relevansi antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan.

b. Perkembangan atau kemajuan proses : apakah sesuai dengan perencanaan, bagaimana dengan peran staf atau
pelaksanaan tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.

c. Efisiensi biaya : pencarian sumber dana dan pengunaannya.

d. Efektifitas kerja : tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas.

e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat setelah dilakukan intervensi

f. Evaluasi berfokus pada pencapaian tujuan

g. Evaluasi dilakukan untuk membuat intervensi menjadi lebih efektif

h. Evaluasi dilakukan jika suatu kegiatan selesai dilakukan jika suatu kegiatan selesai dilaksanakan

Anda mungkin juga menyukai