Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR TUGAS MANDIRI

Problem-Based Learning 1 Modul Tumbuh Kembang

Nama : Febrilian Kristiawan


NPM : 1706030030
Kelas : DK-7

Hipospadia Penoskrotal

Hipospadia adalah kelainan kongenital pada genitalia eksterna. Frekuensi kasus hipospadia
adalah sebesar 1:200-300 pada anak laki-laki. Sebesar 80% dari kasus hipospadia ini tergolong isolated
hypospadia, yaitu hipospadia yang tidak disertai kelainan kongenital lainnya. Abnormalitas ini
disebabkan karena kecacatan pada perkembangan uretra yang terjadi pada minggu ke-8 dan minggu ke-
20.1,2
Berdasarkan lokasi orificium urethrae externum (OUE) atau meatus urethra-nya, hipospadia
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu hipospadia distal, tengah, dan proksimal. Hipospadia anterior/distal
adalah ketika OUE terletak di glans penis, tepatnya bisa di subcoronal atau glanular. Hipospadia tengah
adalah ketika OUE terletak di antara glans penis dan ujung scrotum. Hipospadia yang terakhir adalah
hipospadia proksimal, dimana OUE dapat terletak di daerah penoscrotal, scrotal, dan perineal.

Jenis-jenis hipospadia3
1Gatti JM. Hypospadias. Urologic Clinics of North America. 1981. Available in:
https://emedicine.medscape.com/article/1015227-overview
Hipospadia distal terjadi sebanyak 50%, hipospadia tengah sebanyak 20%, dan hipospadia proksimal
sebanyak 30% dari total kasus hipospadia. Semakin proksimal letak OUE, hipospadia tergolong semakin
parah.1
Dalam banyak kasus, preputium juga tidak sepenuhnya terbentuk dan tidak dapat membungkus
penis secara keseluruhan, dan membuat sebagian dari bagian bawah penis terekspos. Beberapa kasus
hipospadia lain juga disertai dengan chordee, yaitu pembengkokan penis ke arah bawah.
Hipospadia dapat terjadi karena beberapa hal yang masih bersifat hipotesis yang berkemungkinan untuk
menjadi penjelasan dari kasus ini. Beberapa studi menunjukkan bahwa kelainan dalam stimulasi
androgen ketika embriogenesis genitalia bayi laki-laki.1,2
Perkembangan genitalia bayi laki-laki dimulai dari minggu ke-8. Pada periode ini, awalnya fetus
memiliki organ genital yang belum terdiferensiasi yang disebut tuberkel genital. Tuberkel genital ini
merespons hormon dihidrotestosteron (DHT) dan berubah menjadi primitive phallus yang mulai
berbentuk seperti penis dan testis. Seiring memanjangnya organ tersebut, bagian bawah dari jaringan
tersebut yang bernama urethral plate mengalami invaginasi dan membentuk lipatan urethral groove,
yang lapisan luarnya tersusun dari sel epitel.1
Mulai dari minggu ke- 14, lipatan bagian tengah hingga posterior hasil invaginasi tersebut
bertemu dan menutup, menyisakan bagian glans yang belum tertutup. Di minggu ke-17, glans penis
mengalami proses kanalisasi ke arah proksimal, yang dimulai dari ectodermal core di bagian ujung glans.
Normalnya kanalisasi tersebut berlangsung hingga kedua saluran bertemu, dan semua lipatan urethral
groove tertutup dan membentuk saluran sempurna. Tahapan akhir yang rentan ini menjelaskan mengapa
banyak kasus hipospadia jenis subkoronal. Seluruh jenis hipospadia diduga terjadi karena
ketidaksempurnaan proses pembentukan saluran uretra yang normal ini.2
Banyak studi dan penelitian menunjukkan bahwa hipospadia ini disebabkan oleh kelainan
genetik, hormon, dan lingkungan.1,2
Frekuensi hipospadia pada bayi kembar monozigot ditemukan jumlahnya delapan kali dari bayi
tidak kembar. Hal ini diduga karena kedua fetus berebut human chorionic gonadotropin (HCG) yang
diproduksi plasenta, yang menyebabkan kurangnya suplai hormon untuk masa-masa embriogenesis
genitalia. 2,3

2Allen TD, Griffin JE. Endocrine studies in patients with advanced hypospadias. Journal of Urology. 1984.

2
Prevalensi dari hipospadia juga ditemukan sebesar 8% pada bayi yang memiliki ayah kandung
yang memiliki hipospadia, dan 14% pada bayi yang memiliki saudara kandung yang memiliki hipospadia
juga. Penurunan tersebut diduga secara poligenik.1,3
Faktor endokrin menunjukkan pengaruh yang paling besar dalam kasus hipospadia ini. Sebanyak
66% anak laki-laki dengan hipospadia ringan (mild hypospadia) dan 40% anak laki-laki dengan
hipospadia parah (severe hypospadia) juga memiliki kecacatan biosintesis testosteron testikel.
Mutasi pada enzim 5-alfa reduktase yang berperan dalam konversi testosteron (T) menjadi
dihidrotestosteron (DHT) juga diasosiasikan dengan hipospadia.1
Disrupsi endokrin oleh agen lingkungan juga berperan secara signifikan dalam kasus hipospadia
secara keseluruhan. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa estrogen juga berperan dalam kasus
kecacatan perkembangan penis fetus dari banyak model binatang. Zat-zat yang merangsang aktivitas
hormon estrogen tersebar banyak di peradaban yang berorientasi industri, dan dapat ditemukan di sekitar
kita dengan wujud pestisida pada buah, sayur, susu sapi yang sedang hamil, dan obat-obatan.1

3
Referensi:
1. Gatti JM. Hypospadias. Urologic Clinics of North America. 1981. Available in:
https://emedicine.medscape.com/article/1015227-overview
2. Allen TD, Griffin JE. Endocrine studies in patients with advanced hypospadias. Journal of
Urology. 1984
3. Ahmeti H, et al. Clinical dilemmas and surgical treatment of penoscrotal, scrotal, and perineal
hypospadias. Bosn J Basic Med Sci. 2009.

Anda mungkin juga menyukai