Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan penyertaan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pasien
Dengan Hipospadia” dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Keperawatan Anak.
Melalui penulisan makalah ini, penyusun berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu selama proses penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, karena itu kritik dan saran untuk
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini sangat diperlukan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan Makalah...................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................
2.1 Konsep Dasar Hipospadia ...................................................................................
2.2 Etiologi Hipospadia .............................................................................................
2.3 Klasifikasi ...........................................................................................................
2.4 Manifestasi Klinis ...............................................................................................
2.5 Gejala Klinis.............................................………………………………………
2.6 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................
2.7 Penatalaksanaan Medis .......................................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPOSPADIA ......................
3.1 Pengkajian............................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................................
3.4 Implementasi Keperawatan .................................................................................
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................
4.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah hipospadia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Hypo (below) dan spaden
(opening). Hipospadia menyebabkan terjadinya berbagai tingkatan defisiensi uretra.
Jaringan fibrosis yang menyebabkan chordee menggantikan fascia Bucks dan tunika
dartos. Kulit dan preputium pada bagian ventral menjadi tipis, tidak sempurna dan
membentuk kerudung dorsal di atas glans (Duckett, 1986, Mc Aninch,1992).
Selain berpengaruh terhadap fungsi reproduksi yang paling utama adalah pengaruh
terhadap psikologis dan sosial anak. Penyebab dari hiposapadia ini sangat
multifaktorial antara lain disebabkan oleh gangguan dan ketidakseimbangan
hormone, genetika dan lingkungan. Ganguan keseimbangan hormon yang dimaksud
adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Sedangkan
dari faktor genetika , dapat terjadi karena gagalnya sintesis androgen sehingga
ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi. Dan untuk faktor lingkungan adalah polutan
dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
TINJAUAN TEORI
a. Definisi hipospadia
Hypospadia adalah kelainan letak uretra dan merupakan kelainan bawaan pada
laki-laki, ditandai dengan posisi anatomi pembukaan saluran kemih di bagian ventral atau
bagian arterior penis, biasanya disertai lengkung penis yang tidak normal dan ukurannya lebih
pendek daripada laki-laki normal. Letaknya bervariasi sepanjang bagian ventral dari penis
atau di perineum sebagai akibat gagalnya penyatuan dari lempeng uretra, Hypospadia berat
didefinisikan sebagai suatu kondisi Hypospadia yang disertai dengan letak muara uretra
eksternal diantara proximal penis sampai dengan di perbatasan penis dan skrotum dan
mempunyai chrodee (Keays & Sunit, 2017).
Pada ibu hamil yang melakukan diet vegetarian diperkirakan terjadi peningkatan
resiko terjadinya Hypospadia. Hal ini dapat disebabkan adanya kandungan yang tinggi
dari fitoestrogen pada sayuran. Respon Activiting Transcription Factor (ATF3) terhadap
aktivitas anti androgen terbukti berperan penting terhadap kelainan Hypospadia. Pada ibu
hamil yang mengkonsumsi obat-obatan anti epilepsy seperti asam valporat juga diduga
meningkatkan resiko Hypospadia (Mahendra & Maulana, 2017).
Pada anak laki-laki yang lahir dengan program Intra-cystolasmic sperm Injection
(ICSI) atau In Vitro Fertilization (IVF) memiliki insiden yang tinggi pada Hypospadia.
Intra uterin growth retardation, berat bayi lahir rendah, bayi kembar, turunan
Hypospadia juga merupakan faktor resiko Hypospadia yang dapat dikendalikan selama
kehamilan (Krisna & Maulana, 2017).
2.3. Klasifikasi
Rasional :
Diketahui tingkat nyeri klien membantu dalam menentukan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan
Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan klien
Nafas dalam dapat melancarkan sirkulasi oksigen di dalam tubuh,
membuat sirkulasi darah lancar, dan vena melebar sehingga bisa
mengurangi nyeri
Dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga terkait penyebab,
periodedan pemicu nyeri.
Terapi farmakologi yang tepat dapat mengurangi keluhan nyeri
3.4. Implementasi
Menurut Mufidaturrohmah (2017) implementasi merupakan pelaksanaan tindakan
yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan tersebut mencakup
tindakan mandiri keperawatan dan tindakan kolaborasi.
Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas
nyeri (PQRST)
Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
Mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri (teknik relaksasi
nafas dalam Edukasi
Memberikan pengetahuan pada klien dan keluarga terkait penyebab, periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian analgetik
Dx 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur
Mengidentifikasi faktor penganggu
Memodifikasi lingkungan (misal: pencahayaan, kebisingan, suhu, matras dan
tempat tidur)
Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Dx 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
Monitor tanda dan gejala infeksilokal dan sistemik
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien dan lingkungan klien
Pertahankan teknik aseptik pada klien
Jelaskan tanda dan gejala infeksi kepada klien dan keluarga
Ajarkan cara mencuci tangan denganbenar kepada klien dan keluarga
Kolaborasi pemberian antibiotik
4. Evaluasi
Menurut Mufidaturrohmah (2017) tujuan dan evaluasi adalah untuk mengetahui
sejauh mana perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang berikat.
1. Evaluasi Proses
Merupakan aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
asuhan keperawatan. Evaluasi ini harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keparawatan diimplementasikan agar dapat mengetahui
efektifitas intervensi tersebut. Evaluasi proses harus terus menerus
dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien
pada akhir asuhan keperawatan. Evaluasi keperawatan disusun berdasarkan
S.O.A.P yang operasional: S (Subyektif): merupakan ungkapan perasaan dan
keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh klien setelah diberikan tindakan
keperawatan. O (Obyektif) : merupakan keadaan objektif yang dapat dilihat
dan identifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif setelah
tindakan keperawatan dilakukan. A (Assesment): merupakan analisa perawat
setelah mengetahui respons subjektif dan objektif klien dengan
membandingkan dengan kriteria dan standar serta mengacu pada tujuan
keperawatan P (Plan) : perencanaan tindak lanjut setelah perawat melakukan
analisis
4.2. Saran
Materi tentang asuhan keperawatan pada pasien anak dengan gangguan hipospadia
memiliki pembahasan yang luas. Oleh sebab itu maka perlu di pelajari dan di mengerti,
sebagai dasar untuk melakukan asuhan keperawatan yang benar dan baik pada pasien anak
dengan gangguan hipospadia.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/USER/Downloads/14.+Literatur+Review_ira-sudah+bayar-
rahma+ira.pdf
http://repository.akperykyjogja.ac.id/299/