Anda di halaman 1dari 21

PRINSIP-PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN DAN NURSING ADVOCACY PADA

KASUS BRONKITIS

OLEH :

Muhammad Rizwan Lutfi I1B115231

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
BANJARBARU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara ke paru-

paru).Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi

pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-

paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam

tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi

keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian

dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil

dari metabolism. Anatomi pernafasan : Hidung, Faring, Laring, Trakea, Bronkus, Paru-paru.

1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mengetahui tentang definisi bronkitis

2. Mengetahui tentang anatomi bronkitis

3. Mengetahui patofiologi bronkitis

4. Mengetahui tentang tanda-gejala bronkitis

5. Memahami komplikasi bronkitis

6. Mengetahui aspek legal etik pada kasus bronkitis

7. Mengetahui nursing advocacy pada kasus bronkitis


BAB II

LANDASAN TEORITIS MEDIS

2.1 Definisi

Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara

klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan

batuk merupakan gejala yang utama dan dominan.Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit

yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.(

Ngastiyah, 1997 ).

Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi

biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan

penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis

pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994).

Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis dapat bersifat akut

maupun kronis. Bronchitis akut adlah peradangan bronki dan kadang-kadang mengenai trakea

yang timbul secara mendadak. Hal ini dapat disebabkan oleh perluasan infeksi saluran napas atas

seperti common cold atau dapat juga disebabkan oleh agen fisik atau kimia seperti: asap, debu,

atau kabut yang menguap. Sedangkan bronchitis kronis adalah gangguan klinis yang ditandai

dengan pembentukan mucus yang berlebihan pada bronkus dan bermanifestasi sebagai batu

kronik dan pembentukan sputum selam sedikitnya tiga bulan dalam setahun, sekurang-kurangny

dalam dua tahun berturut-turut pembahasan selajutnya akan mmenekankan pada

kasus bronchitis kronik.


2.2 Anatomi dan Fisiologi Pernapasan

Saluran pernafasan atau tractus respiratorius(respiratory rate) adalah bagian tubuh manusia yan

g berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses

pernafasan. Saluran ini berpangkal pada hidung, faring, laring, trakhea, bronkus utama,

bronkus lobaris, bronkiolus dan paru-paru (Wibowo, 2005 : 68).

Sistem pernafasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan penukaran gas sehingga oksigen

dapat disuplai ke dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh, karena sebagian besar dari

jutaan sel tubuh kita letaknya terlalu jauh dari tempat terjadinya pertukaran gas, maka udara

pertama-tama harus bertukaran dengan darah, darah harus bersirkulasi dan akhirnya darah

dan sel-sel harus melakukan pertukaran gas (Asih, 2003 : 20).

Saluran pernafasan terbagi menjadi saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah:

Saluran pernafasan atas.

a. Hidung

Merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup yang terbentuk dari dua tulang hidung

dan beberapa kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar hidung yaitu nostril (lubang hidung), atau

neres eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengahnya

b. Faring

Faring atau tenggorokan adalah tuba muskular yang terletak di posterior rongga nasal dan oral

dan di anterior vertebra servikalis. Faring dapat dibagi menjadi tiga segmen :

1) Nasofaring : terletak di belakang rongga nasal. Adenoid atau tonsil faringeal terletak pada

dinding posterior nasofaring, yaitu nodus limfe yang mengandung makrofag. Nasofaring
adalah saluran yang hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian faring lainnya dapat dilalui baik

oleh udara maupun makanan.

2) Orofaring : terletak di belakang mulut. Tonsil adenoid dan lingual pada dasar lidah,

membentuk cincin jaringan limfatik mengelilingi faring untuk menghancurkan

patogen yang masuk ke dalam mukosa.

3) Laringofaring : merupakan bagian paling inferior dari faring. Laringofaring ke arah anterior

ke dalam laring dan ke arah posterior ke dalam esofagus. Kontraksi

dinding muskular orofaring dan laringofaring merupakan bagian dari refleks menelan.

c. Laring

Fungsinya yaitu berbicara adalah saluran pendek yangmenghubungkan faringdengan trakhea. Lar

ing menjadi sarana pembentukan suara. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang

rawan(kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa bersilia.

d. Trakea

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan

yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap

terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,

yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara

pernapasan.

e. Bronkus

Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV

dan V. Mempunyai struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.

Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan

mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang
bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung

paru yang disebut alveolli.

f. Paru-paru

Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah

tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

2.3 Klasifikasi

a. Bronkitis Akut

Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit

saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai. (berakhir dalam masa 3 hari hingga 3 minggu)

b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang.

Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab

dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan

atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik

dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981).

Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam

kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis

Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan

setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB. (boleh berakhir sehingga 3 bulan dan

menyerang semula untuk selama 2 tahun atau lebih).

2.4 Etiologi

Bronkitis Akut
Virus yang menyebabkan flu atau pilek seringkali menyebabkan juga bronkitis akut.

Bronkitis akut dapat disebabkan karena non infeksi karena paparan asap tembakau karena

polutan pembersih rumah tangga dan asap. Pekerja yang terkena paparan debu dan uap dapat

juga menyebabkan bronkitis akut. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas

dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.

Bronkitis Kronik

Bronkitis akut dapat menyebabkan bronkitis kronik jika tidak mengalami penyembuhan.

Hal ini terjadi karena penebalan dan peradangan pada dinding bronkus paru – paru yang sifatnya

permanen. Disebut bronkitis kronis jika batuk terjadi selama minimal 3 bulan dalam setahun di

dua tahun berturut. Yang termasuk penyebab bronkitis kronik adalah :

Spesifik :

1. Asma.

2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).

3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia,

pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.

4. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.

5. Sindrom aspirasi.

6. Penekanan pada saluran napas

Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok,infeksi, dan

polusi. Selain itu terdapat pula hubungannya dengan faktor keturunan dan status sosial :

1. Rokok
Menurut buku REPORT OF THE WHO EXPERT COMITE ON SMOKINGCONTROL, rokok

adalah penyebab utama timbulnya bronchitis terdapat hubungan yang antara merokok dan

penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan

hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga

dapat menyebabkan bronchitis akut.

2. Infeksi Eksasebasi

Bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi vius yangkemudian menyebakan

infeksi sekundr bakteri. Bakteri yang isolasi paling banyak adalah hemophilus influenza dan

sterptococus pnemoniae.

3. Polusi

Polusi tidak begitu pengaruhnya sebagai factor penyebab tetapi bila di tambahmerokok resiko

akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga adalah zat-zat pereduksi 02, zat-zat pengoksidasi

seperti N20, hidrokarbon, aldehid, ozon.

4. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah factor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita

defisiensi alfa -1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini

diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering

dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.

5. Factor social ekonomi

Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin

disebabkan factor lingkungan dan ekonomi yang lebih baik.


Asap mengiritasi jalan napas mengakibatkan hipersekresi lendir dan imflamasi. Adanya

iritasi yang terus menerus menyebabkan kelenjar. Kelenjar mensekresi

lendir sehingga lendir yang diproduksi semakin banyak peningkatan jumlah sel

goblet dan penurunan fungsi silia. Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan dan

penyumbatan pada bronkiolus. Alveoli yang terletak dengan bronkiolus dapat mengalami

kerusakan dan membentuk fibrosis sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri.

Proses ini menyebabkan klien menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.

Penyempitan bronchial lebih lanjut dapat terjadi perubaha fibrotik yang terjadi dalam jalan

napas. pada waktunya dapat terjadi perubahan paru yang irreversible.

2.5 Patofisiologi

Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Adanya

iritasi yang terus menerus menyebabkan kelenjar-kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir

yang diproduksi semakin banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia. Hal

ini menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada bronkiolus. Alveoli yang

terletak dekat dengan bronkiolus dapat mengalami kerusakan dan membentuk fibrosis sehingga

terjadi perubahan fungsi bakteri. Proses ini menyebabkan klien menjadi lebih rentan terhadap

infeksi pernapasan. Penyempitan bronkhial lebih lanjut dapat terjadi perubahan fibrotik yang

terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya dapat terjadi perubahan paru yang irreversible. Hal

tersebut kemungkinan mangakibatkan emfisema dan bronkiektatis.(manurung,2008)


2.6 Manifestasi klinis

Gejala utama bronkhitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang mengeluarkan

dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan normal saluran pernapasan kita

memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila saluran pernapasan

utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak
yang akan memicu timbulnya batuk.Selain itu karena terjadi penyempitan jalan nafas dapat

menimbulkan shortness of breath.

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :

- Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah

- Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak

- Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis

- Pada paru didapatkan suara napas yang kasar

Menurut Ngastiyah (1997), manifestasinya juga bisa berupa :

- Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)

- Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan

- Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)

- Bengek

- Lelah

- Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan

- Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

- Pipi tampak kemerahan

- Sakit kepala

- Gangguan penglihatan

- Sedikit demam.

- Dada merasa tidak nyaman.

2.7 Pemeriksaan diagnostik

a. Bronkitis akut
Pemeriksaan sinar-X toraks mungkin memperlihatkan bronkitis akut.

b. Bronkitis kronik

· Pemeriksaan fungsi paru

Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai suatu siklus inspirasi

dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang

mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari

kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru

diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri.

Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml

disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung

pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata

dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam

proses pertukaran gas.

· Analisa gas darah

Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa),

oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau

kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai

pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.

Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang

dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas

darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.


Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:

- PH normal 7,35-7,45

- Pa CO2 normal 35-45 mmHg

- Pa O2 normal 80-100 mmHg

- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l

- HCO3 normal 21-30 mEq/l

- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3

- Saturasi O2 lebih dari 90%.

· Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai derajat progresivitas

penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.

· Pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan eosinofil

(berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara makroskopis untuk

diagnosis banding dengan tuberculosis paru.

Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau,

pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak

sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian:

- Lapisan teratas agak keruh

- Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)

- Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak

(celluler debris).(mutaqin, 2008)


2.8 Pengobatan / penatalaksaan

Tindakan Perawatan :

- Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lendir.

- Berjemur di pagi hari.

- Sering mengubah posisi.

- Banyak minum.

- Inhalasi

- Nebulizer

- Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan

minum susu atau makanan lain

Tindakan Medis :

- Jangan beri obat antihistamin berlebih.

- Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial

- Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari

- Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

2.9 Komplikasi

Bronkitis akut yang tidak ditangani cenderung menjadi bronkitis kronik.

- Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat

terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.

- Bronkitis kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.

- Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau bronkietaksi.


2.10 Pencegahan

- Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar

batuk tidak bertambah parah.

- Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

- Langkah-langkah ini juga dapat membantu menurunkan risiko bronkitis dan melindungi

paru-paru secara umum:

a. Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau meningkatkan risiko bronkitis

kronis dan emphysema.

b. Cobalah untuk menghindari orang-orang yang telah pilek atau flu. Semakin sedikit Anda

terkena virus yang menyebabkan bronkitis, semakin rendah risiko Anda mendapatkannya.

Hindari kerumunan orang selama musim flu.

c. Hindari keluar malam karena saat malam kondisi udara dingin dan sangat lembab sehingga

membuat bronkhus mengalami vasokontriksi dan peningkatan produksi secret.

d. Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya telur, susu,

daging dan sebagainya.

e. Dapatkan vaksin flu tahunan. Banyak kasus bronkitis akut hasil dari influenza, virus.

Mendapatkan vaksin flu tahunan dapat membantu melindungi Anda dari flu, yang pada

gilirannya, dapat mengurangi risiko bronkitis.

2.11 Prognosis

Bila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik. Pada bronkitis

akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka dapat terjadi kecenderungan

untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia dewasa.


C. ASPEK LEGAL

1. Beneficience (berbuat baik)

berdasarkan kasus, pasien tidak tau apa yang terjadi pada dirinya. Sehingga sebagai seorang

perawat kita mempunyai kewajiban untuk menganalisa dan melakukan tindakan keperawatan

dengan baik, yaitu dengan melaksanakan tindakan keperawatan yang menguntungkan pasien dan

keluarganya.

2. Kejujuran (veracity)

sebagai perawat dalam memberi pelayanan kesehatan harus menyampaikan kebenaran untuk

meyakinkan klien atau keluarga sudah benar-benar mengerti dan memahami penyakit tonsillitis

itu sendiri.

3. Otonomi (penentu pilihan)


pada kasus ini perawat harus bisa menghargai hak klien untuk mengambil keputusan sendiri.

Namun perawat juga harus bisa menjelaskan dampak-dampak yang akan terjadi bila tidak

dilakukan tindakan operasi.

4. Non-malefisience(do no harm/tidak membahayakan klien)

Non Malefisience berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi

kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagian besar kode etik keperawatan.

5. Justice (perlakuan adil)

Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil dan memberikan apa yang

menjadi kebutuhan mereka.

D. ADVOKASI

Memberikan gambaran kepada klien mengenai penyakitnya serta meminta dokter menjelaskan

bagaimana prosedur pembedahan dan keparahan penyakit, karena pasien sendiri tidak tahu apa

yang terjadi pada dirinya.

NURSING ADVOKASI

Nursing Advocacy adalah proses dimana perawat secara objektif memberikan klien informasi

yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien apapun keputusan yang ia

buat.

Menurut para ahli perawat advokat ada 3 yaitu:


1. Ana pada tahun 1985

Melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak

sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun.

2. Fry pada tahun 1987

Advokasi sebagai dukungan aktif tarhadap setiap hal yang memiliki penyebab atau dampak

penting.

3. Gondow pada tahun 1983

Advokasi merupakan dasar falsafat dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawat

secara aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya sendiri.

Perawat sebagai advokat merupakan penghubung antara klien tim kesehatan lain dalam rangka

pemenuhan kebutuhan klien,membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua

informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pedekatan tradisional

maupun profesional,narasumber dan fasilitator dalam tahap pengembalian keputusan terhadap

upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien.

Peran Advokat Keperawatan

1. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum

2. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan

3. Memberikan bantuan mengandung dua peran yaitu peran aksi dan peran nonaksi

Tanggung jawab perawat

Secara Umum: Mempunyai tanggung jawab dalam memberikan aspek,meningkatkan ilmu

pengetahuan dan menigkatkan diri sebagai profesi.


Secara khusus: Memberikan aspek kepada klien mencakup asapek bio-spiko-sosio-kultural-

spiritual yang kompehansif dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya.

Dalam menjalankan tugasnya perawat dilindungi oleh Undang-Undang no. 6 tahun 1960 UU ini

membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana.Tenaga perawat termasuk dalam

tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah,termasuk bidan dan

asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas di bawah pengawasan dokter,dokter gigi,dan

apotek.

Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980

Pemerintahan membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawatan dan

bidang.Bidang seperti halnya dokter,diijinkan mengadakan praktik swasta,sedangkan tenaga

keperawatan secara resmi tidak diijinkan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi

biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran pernapasan atas atau bersamaan dengan
penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis

pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994). Yang terdiri dari bronchitis akut dan kronik.

Perawat dapat melakukan pengelolaan asuhan keperawatan berdasarkan prinsip-prinsip etika

keperawatan dan nursing advocacy pada klien dengan gangguan sistem pernapasan.

DAFTAR PUSTAKA

Rab, Tabran. 1996. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates.

Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

Jakarta: Salemba Medika.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Pernapasan. Edisi 2.

Jakarta: Salemba Medika.

Tambayong, Jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta:EGC.

Price, Sylvia Anderson.1995.Patofisiologi.Jakarta:EGC.

Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai