BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang biasanya menyerang
parenkim paru. Tuberkulosis dapat menyerang organ lain seperti meninges,
ginjal, tulang, dan nodus limfe. Penyebab TB Paru itu adalah mycobacterium
Tuberkulosis, bakteri yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas
dan sinar ultraviolet (Smeltzer & Bare, 2013).
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular yang dapat
disembuhkan. Penderita TB Paru berrisiko tinggi dalam menularkan penyakit ini
ke orang lain melalui droplet yang secara tidak sengaja terhirup oleh orang yang
sehat. Biasanya yang rentan menghirup atau yang terpajan droplet dari penderita
adalah mereka yang dekat dengan penderita terutama keluarga dan petugas
pelayanan kesehatan. Menurut Crofton (2002) seorang penderita tuberkulosis
dewasa dapat menularkan pada 10-15 orang. Sekali batuk penderita dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (droplet).
Tingginya kasus penularan TBC dibuktikan dengan bertambahnya
jumlah penderita TB. Menurut WHO (2015) pada tahun 2013 terdapat 9 juta
penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB Paru dan pada tahun 2014 meningkat
menjadi 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi kuman TB Paru.
Kurangnya sikap dan perilaku klien TBC dalam pencegahan penularan
infeksi tersebut sesuai dengan penelitian dari Nurhayati (2015) yang berjudul
“Perilaku Pencegahan dan Faktor – Faktor yang Melatarbelakanginya pada
Klien Tuberkulosis Multidrugs Resistance ( TB MDR )” yang mengindikasikan
bahwa kebanyakan penderita masih mempunyai kebiasaan sering tidak menutup
mulut ketika batuk dan tidak menggunakan masker. Peningkatan kejadian
penularan TB Paru juga disebabkan oleh ketidakpatuhan penderita TB Paru
terhadap pengobatan yang dapat menyebabkan penderita menjadi resisten
terhadap pengobatan dan dapat menambah penderita TB Paru baru akibat dari
penularan kuman TB Paru tersebut (Rizana, 2016).
Menurut Long (1996) untuk mencegah penularan infeksi TB Paru adalah
dengan mengobati klien – klien dengan obat Tuberkulosis dan mencegah
kontaminasi udara oleh bakteri.
Cara yang paling efektif untuk Kurangnya sikap dan perilaku klien TB
Paru dalam pencegahan penularan infeksi tersebut sesuai dengan penelitian dari
Nurhayati (2015) yang berjudul “Perilaku Pencegahan dan Faktor – Faktor yang
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri microbacterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah yang sebagian besar bakteri tuberkulosis masuk
kedalam jaringan paru melalui udara.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang biasanya menyerang parenkim
paru, TB dapat mengenai hampir kesemua bagian tubuh, termasuk meninges,
ginjal, tulang, dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai10
minggu setelah ajanan. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat
disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan teratur.
Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Manurung,2013).
2.2 Anatomi Fisiologi
Sistem pernapasan pada manusia di bagi menjadi beberapa bagian
salauran penghantar udara dari hidung hingga mencapai paru-parusendiri
meliputidua bagian yaitu saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah
(Muhamad Ardiansyah,2012 : 291).
1. Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway)
Saluran umum, fungsi utama dan saluran pernapasan atas adalah
saluran udara (air circulation) menuju saluran napas bagian bawah untuk
pertukaran gas, melindungi (protecting) saluran napas bagian bawah dari
benda asing, dan sebgai penghangat, penyaring, serta pelembab (warning
fibriation amd humidifiation) dari udara yang dihirup hidung. Saluran
pernapasan atas ini terdiri dari organ organ berikut:
a. Hidung (cavum nasalis)
Rongga hidung di lapisi sejenis selaput lender yang sangat kaya
akan pembuluh darah. Rongga inibersambung dengan lapisan faring dan
selaput lender sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga
hidung.
b. Sinus Paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang
kepala. Nama sinus paranasalis sendiri di sesuaikan dengan nama tulang
dimana organ itu berada. Organ ini terdiri dari sinus frotalis, sinus
etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus maksilaris. fungsi dari sinus adalah
4
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA), Tb paru dibagi atas :
1. Tuberkulosis paru BTA(+)
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberculosis aktif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
2. Tuberkulosis paru BTA(-)
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dankelainan radiologi menunjukkan tuberculosis aktif.
2.5 Patofisiologi
Kuman tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui udara pernafasan.
Bakteri yang terhirup akan dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat
dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memper banyak diri. Selain itu
bakterijuga dapat di pindahkan melalui sistem limfe dan cairan darah ke bagian
tubuh yang lainnya.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menekan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan bakteri
dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli
yang dapat menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2
sampai 10 minggu setelah pemajaman.
Massa jaringan baru yang disebut granuloma merupakan gumpalan basil
yang masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh makrofag dan membentuk
dinding protektif granuloma diubah menjadi jaringan fibrosa bagian sentral
darifibrosa ini disebut tuberkel. Bakteri dan makrofag menjadi nekrotik
membentuk massa seperti keju.
Setelah pemajaman dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit
aktif karena penyakit tidak adekuatnya sistem imun tubuh. Penyakit aktif dapat
juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri. Turbekel memecah,
melepaskan bahan seperti keju kedalam bronchi. Tuberkel yang pecah
menyembuh dan membentuk jaringan parut paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak dan mengakibatkan terjadinya bronchopneumonia lebih lanjut
(Manurung,2013).
8
2.5.1 Pathway
Invasi mycobacterium
Tuberculosis
Batuk produktif,
Sesak napas
batuk darah Pola napas tidak
efektif
2.8 Penatalaksanaan
1. Tahap diberikan setiap hari selama 2 (dua) bulan (2HRZE): INH (H)
300mg-1 tablet, Rifanspisin (R): 450 mg – 1 kaplet, Pirazinamid (Z) :
1500mg – 3 kaplet@500mg, Etambutol (E) : 750-3 kaplet @250mg. Obat
tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali. Regimen ini
disebut KOMBIPAK II.
11
BAB III
KONSEP ASUAHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
a) Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan,
pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam
medik, nama orang tua dan pekerjaan orang tua.
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
3.1.2 Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB Paru adalah batuk, batuk
berdarah, sesak napas, nyeri dada bisa juga di sertai dengan demam.
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sebagai reaksi
tubuh untuk membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari
batuk kering sampai dengan batuk purulen timbul dalam jangka waktu
lama yaitu selama tiga minggu atau lebih.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian yang dilakukan dimulai dengan perawat menanyakan
tentang perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga alasan dibawa
ke rumah sakit, seperti sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan
berapa kali keluhan dirasakan, bagamana sifat dan hebatnya keluhan
yang dirasakan, dimana pertama kali keluhan di rasakan, apa yang
dilakukan ketika keluhan tersebut timbul, keadaan apa yang
memperberat atau memperingan keluhan, usaha apa yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan tersebut apakah usaha yang dilakukan
berhasil.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Tanyakan klien tentang pengobatan masalah pernapasan sebelumnya.
Kaji pula kapan kapan penyakit terjadi dan waktu perawatannya.
Tanyakan apakah klien pernah melakukan pemeriksaan rongten dan
kapan terakhir dilakukan.
13
Keterangan :
: Laki-laki : Keturunan
: Perempuan : Menikah
3) Pola eliminasi
Mengambarkan bagaimana pola BAB dan BAK klien, seperti frekuensi
sehari, banyaknya, warna, bau dan lain sebagainya.
4) Pola aktivitas-latihan
Mengambarkan pola latihan, aktivitas, hiburan, dan rekreasi;
kemampuan untuk dapat menjalankan aktivitas sehari-hari.
pleura masif.
1. Pola napas tidak efektif berhungan dengan hambatan upaya napas di tamdai
dengan dispnea, penggunaan otot bantu, pola napas abnormal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
ventilasi perfusi di tandai dengan dispnea, bunyi napas tambahan, PO2
menurun, pola napas abnormal, kesadaran menurun, sianosis
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi di
tandai dengan dispnea, sulit bicara, sianosis, frekuensi napas berubah, pola
napas berubah.
18
3.4 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan.
Ada 3 tahap implementasi :
1. Fase orentasi
2. Fase kerja.
3. Fase terminasi
3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah
diberikan dengan menggunakan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan
perencanaan).
21
BAB V
BAB VIPENUTUP
6.1 Kesimpulan
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri microbacterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar bakteri tuberkulosis
masuk kedalam jaringan paru melalui udara.
Pengobatan yang diberikan pada penderita penyakit TB paru yaitu :
1. Tahap diberikan setiap hari selama 2 (dua) bulan (2HRZE): INH (H)
300mg-1 tablet, Rifanspisin (R): 450 mg – 1 kaplet, Pirazinamid (Z) :
1500mg – 3 kaplet@500mg, Etambutol (E) : 750-3 kaplet @250mg. Obat
tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali. Regimen ini
disebut KOMBIPAK II.
2. Tahap lanjutan diberikan 3 (tiga) kali dalam seminggu selama 4 bulan
(4H3R3) : INH (H) : 600mg – 2 tablet @300mg, Rifampisin (R) : 450mg – 1
kaplet. Obat tersebut diminum 3 (tiga) kali dalam seminggu (intermitten) sebanyak
54 kali. Regimen ini disebut KOMBIPAK III. (Kunoli, 2012).
Apabila TB Paru tidak ditangani dengan benar maka akan
menimbulkan komplikasi. Ada dua komplikasi, yaitu komplikasi dini dan
komplikasi lanjut :
a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empisema, laringitis, usus, poncet’s
orthropathy
b. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas -> SOPT (sindrom obstruksi pasca
tuberkulosis ), kerusakan parenkim berat -> fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering
terjadi pada TB milier dan kavitas TB (Setiati, 2014).
6.2 Saran
Studi kasus ini tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan TB
Paru di ruang Jabal Rahmah No 13, di harapkan laporan ini dapat menjadi
acuan bagi tenaga medis dalam memberikan asuhan keperawatan secara
profesional dan komprehensif. Peneliti juga memberikan saran agar perawat
ruangan memberikan promosi kesehatan tentang TB Paru pada pasien dan
keluarga agar dampak dari penyakit ini bisa di cegah lebih lanjut. Sehingga
masyarakat sekita mengetahui informasi tentang TBC dan dapat
mengaplikasika apa yang harus dilakukan.
22
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.poltekkes-smg.ac.id/repository/089_Wendi%20Farista.pdf
https://id.scribd.com/document/541828739/LP-Askep-TB-PARU
https://www.academia.edu/44850564/LP_LK_TUBERCULLOSIS_TBC_
https://snars.web.id/sdki/d0005-pola-napas-tidak-efektif/
https://www.google.com/imgres?imgurl=https://perawatngaskeponline.files.wordpre
ss.com/2020/07/sdki-slki-siki-pola-nafas-tidak-
efektif.png?w%3D640&imgrefurl=https://perawatngaskeponline.wordpress.com/20
20/07/05/diagnosa-sdki-pola-nafas-tidak-efektif-siki-pola-nafas-tidak-efektif-slki-
pola-nafas-tidak-
efektif/&h=385&w=639&tbnid=qKYzC6MMRl1__M&q=pola+nafas+tidak+efektif
+sdki&tbnh=83&tbnw=137&usg=AI4_-
kT4gxwaGCoFsDlfjjGsRDpGD6jolA&vet=1&docid=_2JpUkE2Yim0LM&hl=in-
ID&client=ms-android-oppo-rvo2&kgs=c84308e42b5379db&shndl=-
1&shem=mslc&source=sh/x/srp/img/m1/4
https://id.scribd.com/doc/257625473/Bio-Psiko-Spiritual