Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

A. KONSEP DASAR TEORI


1. DEFINISI
PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya
hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif
nonreversibel atau reversibel parsial, serta adanya respons inflamasi paru
terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2009).
PPOK merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya
(Price, Sylvia Anderson : 2005).
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan
yang dikenal dengan COPD adalah: Bronkitis kronis, emfisema paru-paru
dan Asma bronchiale (S Meltzer, 2001).
PPOK adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan
dengan dypnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara
paru-paru (Bruner & Suddarth, 2009).

2. ANATOMI FISIOLOGI
Saluran pernafasan atau tractus respiratorius (respiratory rate)
adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan
tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernafasan (Wibowo,
2005).
Sistem pernafasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan
penukaran gas sehingga oksigen dapat disuplai ke dan karbon dioksida
dikeluarkan dari sel-sel tubuh, karena sebagian besar dari jutaan sel tubuh
kita letaknya terlalu jauh dari tempat terjadinya pertukaran gas, maka
udara pertama-tama harus bertukaran dengan darah, darah harus
bersirkulasi dan akhirnya darah dan sel-sel harus melakukan pertukaran
gas (Asih, 2003).
Saluran pernafasan terbagi menjadi saluran pernafasan atas dan
saluran pernafasan bawah.
a. Saluran pernafasan atas
1) Hidung
Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita
hirup yang terbentuk dari dua tulang hidung dan beberapa
kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar hidung yaitu nostril
(lubang hidung), atau neres eksternal yang dipisahkan oleh septum
nasal di bagian tengahnya.
2) Faring
Faring atau tenggorokan adalah tuba muskular yang terletak
di posterior ronggal nasal dan oral dan di anterior vertebra
servikalis..
3) Laring
Fungsinya yaitu berbicara adalah saluran pendek yang
menghubungkan faring dengan trakhea. Laring menjadi sarana
pembentukan suara. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang
rawan (kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran
mukosa bersilia.
b. Saluran pernafasan bawah
1) Trakhea
Terletak di depan esofagus dan saat palpasi teraba sebagai
struktur yang keras, kaku tepat di permukaan anterior leher
trakhea memanjang dari laring ke arah bawah ke dalam rongga
toraks tempatnya terbagi menjadi bronkhi kanan dan kiri. Dinding
trakhea disangga oleh cincin-cincin kartilago, otot polos dan serat
elastik dan dilapisi oleh membran mukosa bersilia yang banyak
mengandung sel yang mensekresi lendir.
2) Bronkhial dan alveoli
Ujung distal trakhea membagi menjadi bronkhi primer kanan
dan kiri yang terletak di dalam rongga dada. Di dalam paru-paru
membentuk cabang menjadi bronkhus sekunder. Fungsi
percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara
antara trakhea dan alveoli. Sangat penting artinya untuk menjaga
agar jalan udara ini tetap terbuka dan bersih.
3) Paru-paru
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga
dada dan dikelilingi serta dilindungi oleh sangkar iga. Fungsi
paru-paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara
atmosfir dan udara dalam aliran darah. Setiap paru dibagi menjadi
kompartemen yang lebih kecil, pertama disebut lobus. Paru kanan
terdiri atas tiga lobus dan lebih besar dari kiri yang hanya terdiri
atas dua lobus. Lapisan yang membatasi antara lobus disebut
fisura. Lobus kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang
lebih kecil dan dikenal sebagai segmen. Setiap segmen terdiri atas
banyak lobulus, yang masing-masing mempunyai bronkhiale,
arteriole, venula, dan pembuluh limfatik.
4) Thoraks
Rongga thoraks terdiri atas rongga pleura kanan dan
kiri dan bagian tengah yang disebut mediastrium. Thoraks
mempunyai peran penting. Thoraks menjadi lebih besar ketika
dada dibusungkan dan menjadi lebih kecil ketika dikempeskan.
Saat diafragma berkontraksi, diafragma akan mendatar keluar dan
dengan demikian menarik dasar rongga thoraks ke arah bawah
sehingga memperbesar volume thoraks ketika diafragma rileks
maka memperkecil volume rongga thoraks (Asih, 2003 : 3-9).

3. ETIOLOGI
Ada tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya PPOK yaitu rokok, infeksi
dan polusi.
a. Rokok
Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control,
rokok adalah penyebab utama timbulnya ppok. Secara fisiologi rokok
berhubungan langsung dengan hiperflasia kelenjar mukosa bronkus
dan metaplasia skuamulus epitel saluran pernafasan. Rokok juga dapat
menyebabkan bronko kontriksi akut. menurut Crofton & Douglas
merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut getar,
makrofage alveolar dan surfaktan.
b. Infeksi
Infeksi saluran pernafasan bagian atas pada seseorang penderita
bronchitiskronis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian
bawah. Serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Ekserbasi
bronchitis cronik diperkirakan paling sering diawali dengan infeksi
virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.
c. Polusi
Polusi zat-zat kimia yang juuga dapat menyebabkan bronchitis adalah
zat pereduksi seperti CO2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O,
hydrocarbon, aldehid dan ozon.
Faktor penyebab dan faktor resiko menurut Neil F Gordan (2002)
yaitu:
a. Usia semakin bertambah faktor resiko semakin tinggi
b. Merokok
c. Jenis kelamin pria lebih beresiko diibanding wanita
d. Berkurangnya fungsi paru paru
e. Keterbukaan terhadap polusi seperti asap rokok dan debu

4. MANIFESTASI KLINIS
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada
pasien PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul
lalu kemudian berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai
dengan produksi sputum yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian
berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan semakin
bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung
lama, sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah
hilang sama sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang
menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa penderita PPOK
berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan
aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut.
Tanda dan gejalanya adalah:
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak nafas
4. Wheezing
5. Ekspirasi memanjang
6. Produksi sputum yang bertambah

5. PATOFISIOLOGI
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua
yang disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin
berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut kekuatan kontraksi otot
pernafasan juga dapat berkurang sehingga sulit bernafas. Fungsi paru-paru
menentukan konsumsi oksigen seseorang. Yakni jumlah oksigen yang
diikat oleh darah dalam paru paruuntuk digunakan didalam tubuh.
Konsumsi oksiigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke
paruparu. Berkurangnya fungsi paru paru juga disebabkan oleh
berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fugsi ventilasi paru.
Faktor – faktr resiko diatas akan mendatangkan proses inflamasi
bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus
terminalis. Akibat dari kerusakan akan mengakibatkan penutupan atau
obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang msuk ke alveoli pada saat
inspirasi, pada saat ekspirsi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah
penumpukan udara (air traping). Hal inilah yang mengakibatkan adanya
keluhan sesek nafas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal
ekspirasiakan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan
pemanjangan fase ekspirasi. Fungs fungsi paru sebagai ventilasi, difusi
gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan.
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-
komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil
mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan
pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator
mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah
besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai
tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat
purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses
ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari
ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental
dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
6. PATHWAY
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan radiologi
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan: Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-
garis yang parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru.
b. Corak paru yang bertambah pada emfisema paru terdapat 2 bentuk
kelainan foto dada yaitu: Gambaran defisiensi arteri, terjadi
overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.
c. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR
yang bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat
penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi
maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF
dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal.
d. Analisis gas darah
e. Pemeriksaan EKG
f. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
g. Laboratorium darah lengkap

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
a. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya
pada fase akut, tetapi juga fase kronik.
b. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas
harian.
c. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
a. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
b. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
c. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji
sensitivitas atau pengobatan empirik..
d. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
dengan aliran 1 - 2 liter/menit.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Randy (2012):
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
Tanda : takikardi, penampilan pucat
3. Integritas Ego
Gejala : banyak stressor, masalah financial
4. Makanan/Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor buruk
5. Neurosensory
Gejala : sakit kepala dengan frontal
Tanda : perubahan mental
6. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia,
atralgia
7. Pernapasan
Gejala : riwayat PPOM, takipnea, dipsnea, pernapasan dangkal,
penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
Tanda : sputum merah muda, berkara atau purulen (perkusi; pekak
diatas area konsolidasi, fiksi pleural), bunyi napas; menurun
atau tidak ada di atas area yang terlibat atau napas bronchial
fremitus; taktil dan vocal meningkat dengan konsolidasi warna;
pucat atau sianosis.
8. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan system imun, demam
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan
9. Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi dan
obstruksi jalan napas.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan abses pneumatocele
(kerusakan jaringan parut).
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat,
takipneu, demam.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respirator.
3. Intervensi (Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Edisi 3, 2015)

TUJUAN &
DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
NOC NIC
Ketidakefektifan bersihan jalan napas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 Airway suction
berhubungan dengan inflamasi dan jam diharapkan jalan nafas kembali efektif dengan 1. Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning.
obstruksi jalan napas. kriteria hasil: 2. Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
Respiratory status: ventilation 3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas 4. Minta pasien napas dalam sebelum suctioning dilakukan
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu 5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan suction nasotrakeal
mudah, tidak ada pursed lips). 6. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
b. Menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan pas dalam setelah kateter di
merasa tercekik, irama napas, frekuensi pernapasan keluarkan dari nasotrakeal
dalam rentang normal, tidak ada suara napas 8. Monitor status oksigen pasien
abnormal). 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor 10. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien
yang dapat menghambat jalan napas. menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Airway management
1. Buka jalan naps, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara kassa basah Nacl lembab
11. Atur intake untuk cairan
12. Monitor respirasi dan status O2
Ketidakefektifan pola napas berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 Airway Management
dengan abses pneumatocele (kerusakan jam diharapkan jalan nafas efektif dengan kriteria 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
jaringan parut). hasil: Respiratory status : ventilation perlu
a. Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan 4. Pasang mayo bila perlu
mudah, tidak ada pursed lips) 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak 6. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) 8. Lakukan suction pada mayo
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal ( tekanan 9. Berikan bronkodilator bila perlu
darah, nadi, pernafasan) 10. Berikan pelembab udara kassa basah Nacl lembab
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
12. Monitor respirasi dan status O2

Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasiMonitor aliran oksigen
4. Pertahankan posisi pasien
5. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign monitoring


1. Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Kekurangan volume cairan berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 Fluid management:
dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, jam diharapkan volume cairan pasien terpenuhi 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
demam. dengan kriteri hasil: 2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Fluid balance 3. Monitor status hidrasi (kelembapan membrane mukosa, nadi
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
dan BB, BJ urine normal, Ht normal 4. Monitor vital sign
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas 5. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
normal harian
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 6. Kolaborasikan pemberian ca teriran IV
4. Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa 7. Monitor status nutrisi
lembap, tidak ada rasa haus yang berlebihan 8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian nesogastrik sesuai output
11. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
12. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
13. Kolaborasi dengan dokter
14. Atur kemungkinan transfusi
15. Persiapan untuk transfusi

Hypovolemia management:
1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan Ht
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
6. Monitor BB
7. Dorong pasien untuk menambah intake oral
8. Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
9. Monitor adanya tanda gagal ginjal
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 Activity therapy:
isolasi respirator. jam diharapkan tidak terjadi intoleransi aktivitas 1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
dengan kriteri hasil: merencanakan program terapi yang tepat
Energy conservation 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai dilakukan
peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai de ngan
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) kemampuan fisik, psikologi, dan social
secara mandiri 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
3. Tanda-tanda vital normal diperlukan untuk aktivvitas yang diinginkan
4. Energy psikomotor 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,
5. Level kelemahan krek
6. Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat 6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7. Status kardiopulmonari adekuat 7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang
8. Sirkulasi status baik 8. Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
4. Evaluasi Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi
jalan napas.
Kriteria evaluasi:
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak
ada pursed lips).
b. Menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama napas,
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal).
c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
napas.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan abses pneumatocele (kerusakan
jaringan parut).
Kriteria evaluasi:
a. Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips).
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal ( tekanan darah, nadi, pernafasan)
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam.
Kriteria evaluasi:
a. Memiliki konsentrasi urine yang normal. Sebutkan nilai dasar berat jenis urine
b. Memiliki hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal untuk pasien
c. Memiliki tekanan vena sentral dan pulmonal dalam rentang yang diharapkan
d. Tidak mengalami haus yang tidak normal
e. Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam
f. Menampilkan hidrasi yang baik (membrane mikosa lembab, mampu berkeringat)
g. Memiliki asupan cairan oral dan intavena adekuat
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respirator.
Kriteria evaluasi:
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
b. Tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR
c. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
d. Tanda tanda vital normal
e. Energy psikomotor
f. Level kelemahan
g. Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
h. Status kardiopulmunari adekuat
i. Sirkulasi status baik
j. Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Amin, huda S.Kep.,Ns. dkk. 2015. Buku asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis &
NANDA NIC-NOC. Edisi revisi jilid 3. Jogjakarta: Penerbit Mediaction Jogja.
Djojodibroto, D., 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC.
Evelyn C. Pearce. 2008. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT Gramedia.
Huda Nuarif, Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC NOC. Medication Publishing: Yogyakarta.
Qauliyah, A. 2008. Imunisasi: Pengertian, Jenis dan Ruang Lingkup. Available online:
http://www.astaqauliyah.com. Diakses pada tanggal 4 September 2017.
Rendy, M. Clevo & Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam.
Yogyakarta: NuhaMedika.
Setiadi. 2007. Anatomi fisiologi manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai