Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkitis  adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus
tersebut disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen elastis dan otot polos bronkus. Bronkus yang terkena biasanya bronkus
kecil (medium side), sedangakan bronkus besar jarang terjadi. Bronkitis dan
emfisiema paru sering terdapat bersamaan pada seorang pasien dalam keadaan
lanjut, penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap
yang dinamakn kronik obstruksi pulmonary disease.

Penyebab  utama adalah merokok  yang berat dan berjangka panjang, yang
mengititasi tabung bronkial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang
berlebihan. Penyakit ini  di temukan di klinik dan di derita oleh  laki-laki dan
dapat di derita mulai dari anak bahkan dapat merupakan kelainan kongenital.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan timbulnya penyakit Bronkitis?
2. Gejala apa saja yang dapat ditemukan pada orang yang terkena penyakit
Bronkitis?
3. Apakah penyakit Bronkitis bisa dicegah?
4. Bagaimana cara mengobati penyakit Bronkitis?

C. Tujuan
1. Tujuan secara umum
Mengerti tentang bronkitis dan memahami apa yang harus di lakukan
untuk menangani bronkitis.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Bronkitis Akut
b. Mengetahui penyebab dari Bronkitis
c. Mengetahui patofisiologi Bronkitis Akut
d. Mengetahui gejala orang yang terkena penyakit Bronkitis
e. Mengetahui cara pengobatan penyakit Bronkitis  

D. Manfaat
       Manfaat pembuatan makalah yang ingin dicapai penulis pada kondisi
Bronkitis adalah sebagai berikut :
1. Ilmu Pengetahuan
Sebagai khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan
yang memberikan gambaran mengenai bronkitis akut.
2. Institusi pendidikan
Dapat dimanfaatkan untuk institusi pendidikan sebagai
sarana pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik dilingkungan pendidikan
kesehatan.
3. Bagi penulis
Memperdalam dan memperluas wawasan mengenai hal  kurang lebih hal-hal
yang berhubungan dengan bronkitis akut.
4. Bagi pembaca
Menyebarluaskan informasi kepada pembaca maupun masyarakat tentang
Bronkitis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi
Bronkitis akut terjadi pada bronkus dan cabang – cabangnya, oleh karena
itu perlu diketahui terlebih dahulu anatomi dan fisiologi dari saluran
pernapasan. Pada Gambar 1 yang terlampir dapat dilihat bahwa cabang
utama bronkus kanan dan kiri akan bercabang menjadi bronkus lobaris dan
bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus-menerus menjadi
bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus
terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus
terminalis mempunyai diameter kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak
diperkuat oleh kartilago tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Seluruh saluran udara sampai pada tingkat ini disebut saluran
penghantar udara karena fungsinya menghantarkan udara ke tempat
pertukaran gas terjadi ( Wilson LM, 2006).
Setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari
paru. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan
sakkus alveolaris terminalis. Asinus atau kadang disebut lobulus primer
memiliki diameter 0,5 sampai 1 cm. Terdapat sekitar 23 percabangan mulai
dari trakea sampai sakkus alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari
alveolus di dekatnya oleh septum. Lubang pada dinding ini dinamakan pori-
pori Kohn yang memungkinkan komunikasi antara sakkus. Alveolus hanya
selapis sel saja, namun jika seluruh alveolus yang berjumlah sekitar 300 juta
itu dibentangkan akan seluas satu lapangan tenis ( Wilson LM, 2006).
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi
dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa
oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan
CO2 hasil dari metabolism.
1. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang
dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk
menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis
inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi
untuk mengahangatkan udara.
2. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung,
dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir
terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah
bening.
3. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk
suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh
selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh
sel epitelium berlapis.
4. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin
yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang
berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah
dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernapasan.
5. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada
ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih
besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan
mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan
bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang
disebut alveolli.
6. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari
gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2
masuk ke dalam darah dan CO2

Alveolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang dikelilingi oleh


kapiler-kapiler darah. Batas antara cairan dengan gas akan membentuk suatu
tegangan permukaan yang cenderung mencegah ekspansi pada saat inspirasi
dan cenderung kolaps saat ekspirasi. Di sinilah letak peranan surfaktan
sebagai lipoprotein yang mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi
resistensi saat inspirasi sekaligus mencegah kolaps saat ekspirasi.
Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus dipengaruhi oleh
kematangan sel-sel alveolus, enzim biosintetik utamanya alfa anti tripsin,
kecepatan regenerasi, ventilasi yang adekuat serta perfusi ke dinding alveolus.
Defisiensi surfaktan, enzim biosintesis serta mekanisme inflamasi yang
berjung pada pelepasan produk yang mempengaruhi elastisitas paru menjadi
dasar patogenesis emphysema, dan penyakit lainnya (Wilson LM, 2006)
Bronkus merupakan percabangan dari trachea. Terdiri dari bronkus
dextra dan bronchus sinistra:
a. Bronkus dextra, mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan
letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra. Hal ini disebabkan oleh
desakan dari arcus aortae pada ujung caudal trachea ke arah kanan,
sehingga benda-benda asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra.
Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan masuk kedalam hilus pulmonis setinggi
vertebra thoracalis VI. Vena Azygos melengkung di sebelah cranialnya.
Ateria pulmonalis pada mulanya berada di sebelah inferior, kemudian
berada di sebelah ventralnya. Membentuk tiga cabang (bronkus sekunder),
masing-masing menuju ke lobus superior, lobus medius, dan lobus
inferior. Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus superior letaknya di
sebelah cranial a.pulmonalis dan disebut bronkusepar ter ialis. Cabang
bronkus yang menuju ke lobus medius dan lobus inferior berada di sebelah
caudal a.pulmonalis disebut bronkushyparterialis. Selanjutnya bronkus
sekunder tersebut mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke
segmen pulmo (Luhulima JW, 2004).
b. Bronkus sinistra, mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya
lebih panjang daripada bronkus dextra. Berada di sebelah caudal arcus
aortae, menyilang di sebelah ventral oesophagus, ductus thoracicus, dan
aorta thoracalis. Pada mulanya berada di sebelah superior arteri
pulmonalis, lalu di sebelah dorsalnya dan akhirnya berada di sebelah
inferiornya sebelum bronkus bercabang menuju ke lobus superior dan
lobus inferior, disebut letak bronkus hyparterialis. Pada tepi lateral batas
trachea dan bronkus terdapat lymphonodus tracheobronchialis superior dan
pada bifurcatio trachea (di sebelah caudal) terdapat lymphonodus
tracheobronchialis inferior. Bronkus memperoleh vascularisasi dari
a.thyroidea inferior. Innervasinya berasal dari N.vagus, n. Recurrens, dan
truncus sympathicus (Luhulima JW, 2004).

B. BRONKITIS
a. Definisi
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi
pada pembuluh bronkus,trakea dan bronchial.inflamsi menyebabkan
bengkak pada permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan
menimbulkan sekresi dari cairan inflamsi. Bronkitis juga ditandai dengan
adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus local yang bersifat
patologis.dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam dinding
bronkus berupa destruksi elemen –elemen elastic dan otot-otot polos
bronkus . pada umumnya bronkus berukuran kecil yang diserang. Hal ini
dapat menghalangi aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.
Secara klinis para ahli mengartikan  bronkitis sebagai suatu penyakit
atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan
dominan . ini berati bahwa bronchitis bukan merupakan penyakit berdiri
sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain juga. Definisi bronchitis
menurut beberpa sumber adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif
kronis berulang ulang  minimal selam3 bulan pertahun atau paling sedikit
2 tahun berturut turut pada pasien yang diketahui tidak terdapatpenyebab
lain.

b. Klasifikasi
1. Bronkitis akut merupakan proses radang akut pada mukosa bronkus
berserta cabang – cabangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan
atau tanpa sputum yang dapat berlangsung sampai 3 minggu. Tidak
dijumpai kelainan radiologi pada bronkitis akut. Gejala batuk pada
bronkitis akut harus dipastikan tidak berasal dari penyakit saluran
pernapasan lainnya. (Gonzales R, Sande M, 2008). Gambar dapat
dilihat pada lampiran, Gambar 2. Bronkitis Akut.

Gejala klinis :

Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat


berlangsung 2-3 minggu. Batuk bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak
dapat berwarna jernih, putih, kuning kehijauan, atau hijau. Selain
batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut ini :

a. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)


b. Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
c. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
d. Bengek
e. Lelah
f. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
g. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna
kemerahan
h. Pipi tampak kemerahan
i. Sakit kepala
j. Gangguan penglihatan
k. Sedikit demam.
l. Dada merasa tidak nyaman.

Bronkitis akut akibat virus biasanya mengikuti gejala – gejala


infeksi saluran respiratori seperti rhinitis dan faringitis. Batuk
biasanya muncul 3 – 4 hari setelah rhinitis. Batuk pada mulanya keras
dan kering, kemudian seringkali berkembang menjadi batuk lepas
yang ringan dan produktif. Karena anak – anak biasanya tidak
membuang lendir tapi menelannya, maka dapat terjadi gejala muntah
pada saat batuk keras dan memuncak. Pada anak yang lebih besar,
keluhan utama dapat berupa produksi sputum dengan batuk serta nyeri
dada pada keadaaan yang lebih berat.

Karena bronchitis akut biasanya merupakan kondisi yang tidak


berat dan dapat membaik sendiri, maka proses patologis yang terjadi
masih belum diketahui secara jelasa karena kurangnya
ketersediaanjaringan untuk pemeriksaan. Yang diketahui adalah
adanya peningkatan aktivitas kelenjar mucus dan terjadinya
deskuamasi sel – sel epitel bersilia. Adanya infiltrasi leukosit PMN ke
dalam dinding serta lumen saluran respiratori menyebabkan sekresi
tampak purulen. Akan tetapi karena migrasi leukosit ini merupakan
reaksi nonspesifik terhadap kerusakan jalan napas, maka sputum yang
purulen tidak harus menunjukkan adanya superinfeksi bakteri.

Pemeriksaan auskultasi dada biasanya tidak khas pada stadium


awal. Seiring perkembangan dan progresivitas batuk, dapat terdengar
berbagai macam ronki, suara napas yang berat dan kasar, wheezing
ataupun suara kombinasi. Hasil pemeriksaan radiologist biasanya
normal atau didapatkan corakan bronchial. Pada umumnya gejala akan
menghilang dalam 10 -14 hari. Bila tanda – tanda klinis menetap
hingga 2 – 3 minggu, perlu dicurigai adanya infeksi kronis. Selain itu
dapat pula terjadi infeksi sekunder.

Sebagian besar terapi bronchitis akut viral bersifat suportif. Pada


kenyataannya rhinitis dapat sembuh tanpa pengobatan sama sekali.
Istirahat yang cukup, masukan cairan yang adekuat serta pemberian
asetaminofen dalam keadaan demam bila perlu, sudah mencukupi
untuk beberapa kasus. Antibiotik sebaiknya hanya digunakan bila
dicurigai adanya infeksi bakteri atau telah dibuktikan dengan
pemeriksaan penunjang lainnya. Pemberian antibiotik berdasarkan
terapi empiris biasanya disesuaikan dengan usia, jenis organisme yang
biasa menginfeksi dan sensitivitas di komunitas tersebut. Antibiotik
juga telah dibuktikan tidak mencegah terjadinya infeksi bakteri
sekunder, sehingga tidak ada tempatnya diberikan pada bronchitis
akut viral.

Bila ditemukan wheezing pada pemeriksaan fisik, dapat diberikan


bronkodilator ß2 agonist, tatapi diperlukan evaluasi yang seksama
terhadap respon bronkus untuk mencegah pemberian bronkodilator
yang berlebihan.

Jumlah bronchitis akut bakterial lebih sedikit daripada bronchitis


akut viral. Invasi bakteri ke bronkus merupakan infeksi sekunder
setelah terjadi kerusakan permukaan mukoasa oleh infeksi virus
sebelumnya. Sebagai contoh., percobaan pada tikus, infeksi virus
influenza menyebabkan deskuamasi luas epitel bersilia di trakea,
sehingga bakteri seperi Pseudomonas aeruginosa yang seharusnya
dapat tersapu dapat beradhesi di permukaan epitel.

Hingga saat ini, bakteri penyebab bronchitis akut yang telah


diketahui adalah Staphylococcus pneumoniae dan Haemophilus
influenzae. Mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan
bronchitis akut, dengan karakteristik klinis yang tidak khas, dan
biasanya terjadi pada anak berusia di atas 5 tahun atau remaja.
Chlamydia sp pada bayi dapat menyebabkan trakeobronkitis akut dan
penumonitis dan terapi pilihan yang dibeikan adalah eritromisin. Pada
anak yang berusia di atas 9 tahun dapat diberikan tertrasiklin. Untuk
terapi efektif dapat diberikan eritromisin atau tertrasiklin untuk anak –
anak di atas usia 9 tahun.

Pada anak – anak yang tidak diimunisasi, infeksi Bordatella


pertusis dan Corynebacterium diphteriae dihubungkan dengan
kejadian trakeobronkitis. Selama stadium kataral pertusis, gejala –
gejala infeksi respiratori lebih dominan, berupa rhinitis, konjungtivitis,
demam sedang dan batuk. Pada stadium paroksismal, frekuensi dan
keparahan batuk meningkat. Gejala khas berupa batuk kuat berturut –
turut dalam satu ekspirasi, yang diikuti dengan usaha keras dan
mendadak untuk ekspirasi, sehingga menyebabkan timbulnya whoop.
Batuk ini biasanya menghasilkan mukus yang kental dan lengket.
Muntah pascabatuk (posttusve emesis) dapat juga terjadi pada stadium
paroksismal.

Hasil pemeriksaan laboratorium patologi menunjukkan adanya


infiltrasi mukosa oleh limfosit dan leukosit PMN. Diagnosis dapat
dipastikan dengan pemeriksaan klutur dan sekresi mukus. Pengobatan
pertusis sebagian besar bersifat suportif. Pemberian eritromisin dapat
mengusir kuman pertusis dari nasofaring dalam waktu 3 – 4 hari,
sehingga mengurangi penyebaran penyakit. Pemberian selama 14 hari
setelah awitan penyakit selanjutnya dapat menghentikan penyakit.

Gejala bronkitis akut tidaklah spesifik dan menyerupai gejala


infeksi saluran pernafasan lainnya. Oleh karena itu sebelum
memikirkan bronkitis akut, perlu dipikirkan kemungkinan lainnya
seperti pneumonia, common cold, asma akut, eksaserbasi akut
bronkitis kronik dan PPOK (Sidney S. Braman, 2006).

Diagnosis

Diagnosis dari bronkitis akut dapat ditegakkan bila; pada


anamnesa pasien mempunyai gejala batuk yang timbul tiba – tiba
dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti pasien menderita
pneumonia, common cold, asma akut, eksaserbasi akut bronkitis
kronik dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pada pemeriksaan
fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan adanya
demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring
hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk,
pada auskultasi dada dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium
diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan
tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah. (Sidney S. Braman,
2006).

Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan


kemungkinan pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan
produksi sputum yang dicurigai menderita bronkitis akut, yang antara
lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:

 Denyut jantung > 100 kali per menit


 Frekuensi napas > 24 kali per menit
 Suhu > 38°C
 Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan
peningkatan suara napas.

Bila keadaan tersebut tidak ditemukan, kemungkinan pneumonia


dapat disingkirkan dan dapat mengurangi kebutuhan untuk foto thorax
(Sidney S. Braman, 2006). Tidak ada pemeriksaan penunjang yang
memberikan hasil definitif untuk diagnosis bronkitis. Pemeriksaan
kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan untuk
kepentingan terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada bronkitis kronis.
Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena
sebagian besar penyebabnya adalah virus.Pemeriksaan radiologis
biasanya normal atau tampak corakan bronkial meningkat.   Pada
beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan ringan uji fungsi
paru. Akan tetapi uji ini tidak perlu dilakukan pada penderita yang
sebelumnya sehat. (Sidney S. Braman, 2006).

Differensial Diagnosis

Batuk dengan atau tanpa produksi sputum dapat dijumpai pada


common cold. Common cold sendiri merupakan istilah konvensional
dari infeksi saluran pernapasan atas yang ringan, gejalanya terdiri dari
adanya sekret dari hidung, bersin, sakit tenggorok dan batuk serta bias
juga dijumpai demam, nyeri otot dan lemas. Seringkali common cold
dan bronkitis akut memiliki gejala yang sama dan sulit dibedakan.
Batuk pada common cold merupakan akibat dari infeksi saluran
pernapasan atas yang disertai postnasal drip dan pasien biasanya
sering berdeham. Batuk pada bronkitis akut disebabkan infeksi pada
saluran pernapasan bawah yang dapat didahului oleh infeksi pada
saluran pernapasan atas dan oleh sebab itu mempersulit penegakkan
diagnosis penyakit ini. (Sidney S. Braman, 2006).

Bronkitis akut juga sulit dibedakan dengan eksaserbasi akut


bronkitis kronik dan asma akut dengan gejala batuk. Dalam suatu
penelitian mengenai bronkitis akut, asma akut seringkali didiagnosa
sebagai suatu bronkitis akut pada 1/3 pasien yang datang dengan
gejala batuk. Oleh karena kedua penyakit ini memiliki gejala yang
serupa, maka satu – satunya alat diagnostik adalah dengan
mengevaluasi bronkitis akut tersebut, apakah merupakan suatu
penyakit tersendiri atau merupakan awal dari penyakit kronik seperti
asma. (Sidney S. Braman, 2006). Bronkitis akut merupakan penyakit
saluran pernapasan yang dapat sembuh sendiri dan bila batuk lebih
dari 3 minggu maka diagnosis diferensial lainnya harus dipikirkan.
Pasien dengan riwayat penyakit paru kronik sebelumnya seperti
bronkitis kronik, PPOK dan bronkiektasis, pasien dengan gagal
jantung dan dengan gangguan sistem imun seperti AIDS atau sedang
dalam kemoterapi, merupakan kelompok yang beresiko tinggi terkena
bronkitis akut dan dalam hal ini kelompok tersebut merupakan
pengecualian. (Sidney S. Braman, 2006).

2. Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang


disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung
sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang
paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala
respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan
memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik
termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya
data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk
menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah
menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB. (boleh berakhir
sehingga 3 bulan dan menyerang semula untuk selama 2 tahun atau
lebih).

C. ETIOLOGI
Bronchitis akut. Virus pilek sering menyebabkan bronchitis akut. Tetapi
anda juga dapat mengalami bronchitis noninfeksi karena terkena asap rokok
dan polutan lain seperti debu. Bronchitis dapat juga terjadi ketika asam perut
sering naik ke dalam esophagus, kondisi ini dikenal dengan nama
gastroesophageal reflux disease (GERD). Dan pekerja yang terkena debu atau
asap tertentu dapat mengalami bronchitis. Bronchitis akut umumnya hilang
ketika tidak lagi terkena iritan.
Bronchitis kronis. Terkadang peradangan dan penebalan dinding pipa
bronchial menjadi permanen. Kondisi yang diketahui sebagai bronchitis
kronis. Anda umumnya mempertimbangkan bahwa anda mengalami
bronchitis kronis jika anda batuk setiap hari yang hilang setelah tiga bulan
dalam setahun dalam dua tahun berturut. Tidak seperti bronchitis akut,
bronchitis kronis terus berlanjut dan merupakan penyakit yang serius.
Merokok adalah penyebab yang paling besar, tetapi polusi udara dan debu
atau gas beracun pada lingkungan atau tempat kerja juga dapat berkontribusi
pada penyakit ini.
Penyebab Penyakit Bronkitis juga biasanya disebabkan oleh gaya
hidup yang kurang sehat. Sehingga imun tubuh tidak terlalu bagus dan ketika
virus penyebab penyakit bronkitis masuk, imun tubuh tidak bisa
menghadangnya. Penyebab lainnya infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri
dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan
Chlamydia). Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan
penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi
berulang bisa merupakan akibat dari:

 Sinusitis kronis
 Bronkiektasis
 Alergi
 Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.

Penyebab penyakit Bronkitis Iriatif adalah :

 Terkena berbagai jenis debu


 Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen
sulfida, dan bromin
 Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
 Tembakau dan rokok lainnya.
Faktor yang meningkatkan risiko terkena bronchitis antara lain:

 Merokok. Rokok memang sumber dari berbagai macam penyakit. Karena


itu, berhentilah merokok karena sangat merugikan kesehatan.
 Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau
kondisi lain yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah
 Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal reflux
disease)
 Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu

Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu


rokok, infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor
keturunan dan status sosial.

1. Rokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking


Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat
hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi
paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia
kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan
juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi
virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang
diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus
pneumonie
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi
bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga
menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat
pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau
tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang
merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom
resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan
paru.
5. Faktor sosial ekonomi
          Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan
sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan
ekonomi yang lebih jelek.

D. PATOFISIOLOGI
Seperti disebutkan sebelumnya penyebab dari bronkitis akut adalah virus,
namun organisme pasti penyebab bronkitis akut sampai saat ini belum dapat
diketahui, oleh karena kultur virus dan pemeriksaan serologis jarang
dilakukan. Adapun beberapa virus yang telah diidentifikasi sebagai penyebab
bronkitis akut adalah virus – virus yang banyak terdapat di saluran
pernapasan bawah yakni influenza B, influenza A, parainfluenza dan
respiratory syncytial virus (RSV). Influenza sendiri merupakan virus yang
timbul sekali dalam setahun dan menyebar secara cepat dalam suatu populasi.
Gejala yang paling sering akibat infeksi virus influenza diantaranya adalah
lemah, nyeri otot, batuk dan hidung tersumbat. Apabila penyakit influenza
sudah mengenai hampir seluruh populasi di suatu daerah, maka gejala batuk
serta demam dalam 48 jam pertama merupakan prediktor kuat seseorang
terinfeksi virus influenza. RSV biasanya menyerang orang – orang tua yang
terutama mendiami panti jompo, pada anak kecil yang mendiami rumah yang
sempit bersama keluarganya dan pada tempat penitipan anak. Gejala batuk
biasanya lebih berat pada pasien dengan bronkitis akut akibat infeksi RSV
(Zambon M, Stockton J, Clewley J, et al, 2009.
Virus yang biasanya mengakibatkan infeksi saluran pernapasan atas
seperti rhinovirus, adenovirus dapat juga mengakibatkan bronkitis akut.
Gejala yang dominan timbul akibat infeksi virus ini adalah hidung tersumbat,
keluar sekret encer dari telinga (rhinorrhea) dan faringitis (Gonzales R,
Sande M, 2008).

Bakteri juga memerankan perannya dalam pada bronkitis akut, antara


lain, Bordatella pertusis, bordatella parapertusis, Chlamydia pneumoniae dan
Mycoplasma pneumoniae. Infeksi bakteri ini biasanya paling banyak terjadi
di lingkungan kampus dan di lingkungan militer. Namun sampai saat ini,
peranan infeksi bakteri dalam terjadinya bronkitis akut tanpa komplikasi
masih belum pasti, karena biasanya ditemukan pula infeksi virus atau terjadi
infeksi campuran (Sidney S. Braman, 2006).

Pada kasus eksaserbasi akut dari bronkitis kronik, terdapat bukti klinis
bahwa bakteri – bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, Moraxella
catarrhalis dan Haemophilus influenzae mempunyai peranan dalam
timbulnya gejala batuk dan produksi sputum. Namun begitu, kasus
eksaserbasi akut bronkitis kronik merupakan suatu kasus yang berbeda
dengan bronkitis akut, karena ketiga bakteri tersebut dapat mendiami saluran
pernapasan atas dan keberadaan mereka dalam sputum dapat berupa suatu
koloni bakteri dan ini bukan merupakan tanda infeksi akut (Sidney S.
Braman, 2006).

Penyebab batuk pada bronkitis akut tanpa komplikasi bisa dari berbagai
penyebab dan biasanya bermula akibat cedera pada mukosa bronkus. Pada
keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary
defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan
siliari. Pada pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-
paru mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika
infeksi timbul, akan terjadi pengeluaran mediator inflamasi yang
mengakibatkan kelenjar mukus menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran
membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat.
Infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali
sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya
mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar
mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil
dan mempersempit saluran udara besar. Mukus yang kental dan pembesaran
bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi .Jalan
napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian
distal dari paru-paru.. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio
ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan
ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis
(Melbye H, Kongerud J, Vorland L, 2009).

Pada bronkitis akut akibat infeksi virus, pasien dapat mengalami reduksi
nilai volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) yang reversibel.
Sedangkan pada infeksi akibat bakteri M. pneumoniae atau C. Pneumoniae
biasanya mempunyai nilai reduksi FEV1 yang lebih rendah serta nilai
reversibilitas yang rendah pula (Melbye H, Kongerud J, Vorland L, 2009).

E. CARA PENGOBATAN PENYAKIT BRONKITIS


Penatalaksanaan Pengobatan :
1. Tindakan suportif
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :
i. Menghindari merokok
ii. Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.
iii. Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.
iv. Nutrisi yang baik.
v. Hidrasi yang adekuat.
3. Terapi khusus (pengobatan) :
i. Bronchodilator
ii. AntimikrobaK
iii. Kortikosteroid
iv. Terapi pernafasan
v. Terapi aerosol
vi. Terapi oksigen
vii. Penyesuaian fisik
viii. Latihan relaksasi

Penatalaksanaan Bronkitis kronis juga dapat dilakukan secara


berkesinambungan untuk mencegah timbulnya penyulit, meliputi:
a. Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk
mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
b. Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
c. Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan
mencegah kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan
kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.
d. Oksigenasi (terapi oksigen)
 Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.
 Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami
eksaserbasi oleh infeksi kuman ( H. influenzae, S. pneumoniae, M.
catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan
seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.

Para penderita Bronkitis kronis seyogyanya periksa dan berkonsultasi ke


dokter manakala mengalami keluhan-keluhan batuk berdahak dan lama, sesak
napas, agar segera mendapatkan pengobatan yang tepat

PENGOBATAN PENYAKIT BRONKITIS

a. Tindakan Perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lender.
1. Berjemur dipagi hari.
2. Sering mengubah posisi.
3. Banyak minum.
4. Inhalasi
5. Nebulizer

Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan


tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
b. Tindakan Medis.
1. Jangan beri obat antihistamin berlebih.
2. Beri antibiotic bila ada kecurigaan infeksi bacterial. Antibiotik
diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa
penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau
hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya
memiliki penyakit paru-paru.
3. Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative.
5. Untuk penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau asetaminofen.
Untuk anak-anak, sebaiknya hanya diberikan asetaminofen.
6. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprimsulfametoksazol,
tetracyclin, atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai
penyebabnya adalah mycoplasma penumoniae.
7. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya
virus, tidak diberikan antibiotik. Jika gejalanya menetap atau berulang
atau jika bronkitisnya sangat berat maka dilakukan pemeriksaan biakan
dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan
penggantian antibiotik.

PENCEGAHAN PENYAKIT BRONKITIS

Jika Anda telah sering mengalami serangan bronkitis atau berulang,


penyebabnya mungkin sesuatu di lingkungan Anda. Lokasi yang dingin,
lembab - khususnya dikombinasikan dengan polusi udara atau asap rokok -
dapat membuat Anda lebih rentan terhadap bronkitis akut. Ketika masalah
menjadi berat, Anda mungkin perlu untuk mempertimbangkan perubahan di
mana dan bagaimana Anda hidup dan bekerja.
Tindakan yang dapat membantu menurunkan risiko bronchitis dan
melindungi paru-paru anda secara umum adalah:
 Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau
meningkatkan risiko bronkitis kronis dan emphysema.
 Cobalah untuk menghindari orang-orang yang telah pilek atau flu.
Semakin sedikit Anda terkena virus yang menyebabkan bronkitis, semakin
rendah risiko Anda mendapatkannya. Hindari kerumunan orang selama
musim flu.
 Hindari keluar malam karena saat malam kondisi udara dingin dan sangat
lembab sehingga membuat bronkus mengalami vasokontriksi dan
peningkatan produksi secret.
 Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Misalnya telur, susu, daging dan sebagainya.
 Dapatkan vaksin flu tahunan. Banyak kasus bronkitis akut hasil dari
influenza, virus. Mendapatkan vaksin flu tahunan dapat membantu
melindungi Anda dari flu, yang pada gilirannya, dapat mengurangi risiko
bronkitis.
 Tanyakan kepada dokter tentang pneumonia shot. Jika usia Anda lebih
dari 60 tahun atau Anda memiliki faktor risiko seperti diabetes, penyakit
jantung dan paru-paru, perlu dipertimbangkan melakukan shot bronkitis.
Selain itu, dikenal sebagai vaksin Prevnar dapat membantu melindungi
anak-anak terhadap pneumonia. Kami menganjurkan untuk semua anak di
bawah usia 2 tahun dan untuk anaku usia 2 hingga 5 tahun yang berada
pada risiko tertentu penyakit pneumokokus, seperti mereka yang memiliki
kekurangan sistem kekebalan tubuh, asma, penyakit jantung atau anemia
sel sabit. Efek samping dari vaksin pneumokokus biasanya kecil dan
ringan termasuk rasa nyeri atau bengkak di tempat suntikan. Jika Anda
memiliki radang paru-paru atau lebih lima tahun yang lalu menjalankan
shot, dokter anda dapat merekomendasikan bahwa Anda mendapatkan satu
lagi.
 Cuci tangan atau menggunakan sanitizer tangan secara teratur. Untuk
mengurangi risiko terkena infeksi virus, sering mencuci tangan anda dan
membiasakan menggunakan sanitizer tangan. Dan jangan menggosok
hidung atau mata Anda.
 Ketika praktek, memakai masker. Jika Anda harus menghabiskan banyak
waktu di sekitar orang lain yang batuk dan bersin, ide yang baik untuk
memakai masker yang menutupi mulut dan hidung untuk mengurangi
risiko infeksi.

HERBAL TRADISIONAL ANTI-BRONCHITIS


Beberapa tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan
bronkhitis ternyata bisa dijumpai dengan mudah karena cenderung mudah
ditanam dan dipelihara. Berbagai tumbuhan tersebut memiliki efek anti-
peradangan (anti-inflamasi), antibiotik, anti-bakterial, meredakan batuk, dan
lainnya. Beberapa jenis tumbuhan obat yang bisa digunakan untuk
pengobatan bronkhitis antara lain:
 Sambiloto
Sambiloto memiliki efek farmakologis seperti anti-radang,
menurunkan panas, menghilangkan sakit (analgetik), menghilangkan
bengkak, dan penawar racun (anti-toksik).
 Pegagan
Efek farmakologis dari pegagan yakni anti-infeksi, anti-bakterial,
penurunan panas, penenang, peluruh kemih, membesihkan darah, dan
lainnya.
 Bawang putih
Bawang Putih memiliki efek farmakologis seperti efek hangat, sebagai
antibiotik, antioksidan, melancarkan peredaran darah, menstimulasi sistem
imu, dan lainnya.
 Sirih
Sirih memiliki efek farmakologis seperti menimbulkan rasa hangat,
pedas, berkhasiat menghentikan batuk, mengurangi peradangan,
menghilangkan gatal, dan lain-lain.
 Kulit Jeruk mandarin
Efek farmakologis dari kulit jeruk mandarin seperti pedas dan hangat.
Khasiat dari kulit Jeruk Mandarin ialah anti-asma, peluruh dahak, anti-
peradangan, dan lainnya.
 Jahe
Efek farmakologis Jahe ialah antibiotik, peluruh dahak, anti-radang,
melancarkan sirkulasi darah, dan lainnya.
 Daun Saga
Efek farmakologis Daun Saga ialah penyejuk pada kulit dan selaput
lendir serta anti-batuk.
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi
pada pembuluh bronkus, trakea dan bronchial. Inflamsi menyebabkan
bengkak pada permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan
menimbulkan sekresi dari cairan inflamsi. Secara klinis para ahli mengartikan
bronchitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk
merupakan gejala utama dan dominan . Ini berati bahwa bronchitis bukan
merupakan penyakit berdiri sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain
juga. Penyakit bronkitis memang “derajat” bahayanya masih lebih rendah
dibandingkan penyakit-penyakit berbahaya lain seperti jantung, kanker, dan
lainnya. Namun, jika tidak segera ditangani, bukan mustahil akan
membahayakan. Bronkhitis memang termasuk penyakit ringan tetapi, jika
diderita oleh penderita penyakit lain yang bersifat tahunanseperti jantung
maupun paru-paru sifatnya akan membahayakan. Makanya, kalau Anda
terindikasi bronkitis harus segera diobati.
b. Saran
Agar terhindar dari Penyakit Bronkitis sebaiknya membiasakan diri kita
untuk melaksanakan pola hidup sehat. Sehingga selain lebih sehat, berbagai
penyakit pun tidak akan menghampiri.
Kemudian disarankan untuk hindari merokok atau asap rokok, hindari
mereka yang sedang sakit pilek atau flu serta gunakan masker untuk
mengurangi risiko infeksi.
BAB IV
LAMPIRAN

Gambar 1. Anatomi saluran napas.

Gambar 2. Bronkitis Akut.


Gambar 3: Patogenesis Bronkitis Akut
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Gambar

 Hasan I, 2006
 www.usdrugstore.blogspot.com, diakses tanggal 25 Oktober 2016; 19.00
WIB

Sumber Materi

 http://penyakitbronkitis.com/, diakses tanggal 25 Oktober 2016; 19.30 WIB


 http://www.slideshare.net/Sumadin1112/sistem-pernafasan-42922493 ,
diakses tanggal 26 Oktober 2016; 09.00 WIB
 https://www.scribd.com/doc/133625083/Asuhan-Keperawatan-Gangguan-
Pernapasan-Pada-Bronkitis-Aku , diakses tanggal 26 Oktober 2016; 10.00
WIB
 http://staff.ui.ac.id/system/files/users/achmad.hudoyo/material/
anatomiparu05.pdf , diakses tanggal 26 Oktober 2016; 10.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai