Anda di halaman 1dari 9

askep PPOM pernapasan

BAB I
KONSEP DASAR

A.  Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan


Saluran pernafasan atau tractus respiratorius (respiratory rate) adalah bagian tubuh
manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang
diperlukan untuk proses pernafasan. Saluran ini berpangkal pada hidung, faring, laring,
trakhea, bronkus utama, bronkus lobaris, bronkiolus dan paru-paru (Wibowo, 2005 : 68).
Sistem pernafasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan penukaran gas
sehingga oksigen dapat disuplai ke dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh,
karena sebagian besar dari jutaan sel tubuh kita letaknya terlalu jauh dari tempat
terjadinya pertukaran gas, maka udara pertama-tama harus bertukaran dengan darah,
darah harus bersirkulasi dan akhirnya darah dan sel-sel harus melakukan pertukaran
gas (Asih, 2003 : 20).
Saluran pernafasan terbagi menjadi saluran pernafasan atas dan saluran
pernafasan bawah.
1.   Saluran pernafasan atas
a.   Hidung
                 Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup yang terbentuk
dari dua tulang hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar hidung
yaitu nostril (lubang hidung), atau neres eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di
bagian tengahnya.
b.   Faring
                 Faring atau tenggorokan adalah tuba muskular yang terletak di posterior ronggal
nasal dan oral dan di anterior vertebra servikalis. Faring dapat dibagi menjagi tiga
segmen :
1)   Nasofaring : terletak di belakang rongga nasal. Adenoid atau tonsil faringeal terletak
pada dinding posterior nasofaring, yaitu nodus limfe yang mengandung makrofag.
Nasofaring adalah saluran yang hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian faring lainnya
dapat dilalui baik oleh udara maupun makanan.
2)   Orofaring : terletak di belakang mulut. Tonsil adenoid dan lingual pada dasar lidah,
membentuk cincin jaringan limfatik mengelilingi faring untuk menghancurkan patogen
yang masuk ke dalam mukosa.
3)   Laringofaring : merupakan bagian paling inferior dari faring. Laringofaring ke arah
anterior ke dalam laring dan ke arah posterior ke dalam esofagus. Kontraksi dinding
muskular orofaring dan laringofaring merupakan bagian dari refleks menelan. 
c.   Laring
                 Fungsinya yaitu berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring
dengan trakhea. Laring menjadi sarana pembentukan suara. Dinding laring terutama
dibentuk oleh tulang rawan (kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran
mukosa bersilia. Kartilago laring yang terbesar adalah kartilago tiroid : teraba pada
permukaan anterior leher (pada pria kartilago ini membesar yang disebut Adam’s apple).
                 Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago yang paling atas, bentuknya
seperti lidah dan keseluruhannya dilapisi oleh membran mukosa. Selama menelan,
laring bergerak ke atas dan epiglotis tertekan ke bawah menutup glotis. Gerakan ini
mencegah masuknya makanan atau cairan ke dalam laring.
                 Pita suara terletak di kedua sisi glotis. Selama bernapas pita suara tertahan di
kedua sisi glotis sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea. 
2.   Saluran pernafasan bawah
a.   Trakhea
                 Terletak di depan esofagus dan saat palpasi teraba sebagai struktur yang keras,
kaku tepat di permukaan anterior leher trakhea memanjang dari laring ke arah bawah ke
dalam rongga toraks tempatnya terbagi menjadi bronkhi kanan dan kiri. Dinding trakhea
disangga oleh cincin-cincin kartilago, otot polos dan serat elastik dan dilapisi oleh
membran mukosa bersilia yang banyak mengandung sel yang mensekresi lendir.
b.   Bronkhial dan alveoli
                 Ujung distal trakhea membagi menjadi bronkhi primer kanan dan kiri yang
terletak di dalam rongga dada. Di dalam paru-paru membentuk cabang menjadi
bronkhus sekunder. Fungsi percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi
udara antara trakhea dan alveoli. Sangat penting artinya untuk menjaga agar jalan udara
ini tetap terbuka dan bersih.
                 Unit fungsi paru atau alveoli berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam
paru-paru pada rata-rata orang dewasa. Fungsinya sebagai satu-satunya tempat
pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran darah. Setiap alveolus terdiri atas
ruang udara mikroskopik yang dikelilingi oleh dinding yang tipis yang terdiri atas satu
lapis epitel skuamosa. Diantara sel epitel terdapat sel-sel khusus yang menyekresi
lapisan molekul lipid seperti deterjen yang disebut surfaktan yang melapisi permukaan
dalam dinding alveolar.
c.   Paru-paru
                 Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi
serta dilindungi oleh sangkar iga. Fungsi paru-paru adalah tempat terjadinya pertukaran
gas antara udara atmosfir dan udara dalam aliran darah. Setiap paru dibagi menjadi
kompartemen yang lebih kecil, pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas tiga lobus
dan lebih besar dari kiri yang hanya terdiri atas dua lobus. Lapisan yang membatasi
antara lobus disebut fisura. Lobus kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang
lebih kecil dan dikenal sebagai segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobulus, yang
masing-masing mempunyai bronkhiale, arteriole, venula, dan pembuluh limfatik.
                 Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai pleura.
Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan mediastium. Lapisan di
dalamnya disebut pleura viseral yang mengelilingi paru dan dengan kuat melekat pada
permukaan luarnya. Rongga pleural ini mengandung cairan yang dihasilkan oleh sel-sel
serosa di dalam pleura yang fungsinya melicinkan permukaan dua membran pleura untuk
mengurangi gesekan saat paru-paru mengembang dan kontraksi saat bernafas.
d.   Thoraks
                 Rongga thoraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang
disebut mediastrium. Thoraks mempunyai peran penting. Thoraks menjadi lebih besar
ketika dada dibusungkan dan menjadi lebih kecil ketika dikempeskan. Saat diafragma
berkontraksi, diafragma akan mendatar keluar dan dengan demikian menarik dasar
rongga thoraks ke arah bawah sehingga memperbesar volume thoraks ketika diafragma
rileks maka memperkecil volume rongga thoraks (Asih, 2003 : 3-9).     
 Proses respirasi berlangsung beberapa tahap menurut (Alsagaff, 2006 : 7) yaitu :
1.     Ventilasi : yaitu pergerakan udara ke dalam dan ke luar paru. Inspirasi yaitu pergerakan
udara dari luar ke dalam paru. Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru.
2.     Pertukaran gas di dalam alveoli dan darah. Proses ini disebut pernafasan luar.
3.     Transportasi gas melalui darah.
4.     Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan. Proses ini disebut pernafasan
dalam.
5.     Metabolisme penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang disebut juga
pernafasan seluler.
B.  Pengertian
                 Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) adalah kelainan dengan klasifikasi
yang luas, termasuk bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan asma. Ini merupakan
kondisi yang terdapat pulih yang berkaitan dengan dispnea pada aktivitas fisik dan
mengurangi aliran udara (Baughman, 2000 : 444).
                 Penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) adalah kondisi kronis yang
berhubungan dengan riwayat emfisema, asma, bronkiektasis, merokok sigaret, atau
terpajan pada polusi udara, terdapat sumbatan jalan nafas yang secara progresif
meningkat (Tucker, 1998 : 237).
                 Penyakit paru obtruksi menahun (PPOM) adalah aliran udara mengalami
obstruksi yang kronis dan pasien mengalami kesulitan dalam pernafasan. PPOM
sesungguhnya merupakan kategori penyakit paru-paru yang utama dan bronkitis kronis,
dimana keduanya menyebabkan perubahan pola pernafasan (Reeves,   2001 : 41).

C.  Etiologi
                 Faktor-faktor resiko penting yang menyebabkan PPOM
1.   Perokok kretek
2.   Polusi udara
3.   Pemajanan di tempat kerja (batu bara, kapas, padi-padian)
      Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih dari 20 sampai 30 tahun (Smeltzer,
2002 : 756).
                 Faktor penyebab lain menurut (Doenges, 1999 : 152) alergen, masalah
emosi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi.
    
D.  Manifestasi Klinik
1.      Batuk
2.      Sputum atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen.
3.      Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernafasan otot-otot pernafasan tambahan
untuk bernafas (Mansjoer, 2000 : 480)
                 Manifestasi klinis dari PPOM adalah malfungsi kronis pada sistem pernafasan
yang manifestasi awalnya ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak pada pagi
hari. Napas pendek sedang berkembang menjadi napas pendek akut. Batuk yang
produktif dahak memburuk menjadi batuk persisten yang disertai dengan produksi
dahak yang semakin banyak. Pasien sering mengalami infeksi pernapasan dan
kehilangan berat badan menurun atau cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien
tersebut tidak akan mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah tangga.
Pasien mudah lelah, mudah mengalami penurunan berat badan sebagai akibat dari
nafsu makan yang menurun. Penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan selera
makan, penurunan kemampuan pencernaan sekunder karena tidak cukupnya
oksigenasi sel dalam sistem gastrointestinal (Reeves, 2001 : 44).

E.  Patofisiologi
                 Pada bronkhitis kronik maupun emfisema terjadi penyempitan saluran nafas,
penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan menimbulkan sesak.
Pada bronkhitis kronik, saluran pernafasan kecil yang berdiameter kurang dari 2 mm
menjadi lebih sempit berkelok-kelok dan berobliterasi. Penyempitan ini terjadi karena
metaplasia sel gobles. Saluran napas besar juga menyempit karena hipertrofi dan
hiperplasi kelenjar mukus. Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas disebabkan
oleh berkurangnya elastisitas paru-paru (Mansjoer, 2000 : 480).
                 Obstruksi jalan nafas yang menyebabkan reduksi aliran udara beragam
tergantung pada penyakit. Pada bronkitis kronis dan bronkiolitis penumpukan lendir dan
sekresi yang sangat banyak menyumbat jalan nafas. Pada emfisema, obstruksi pada
pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang
disebabkan oleh overekstensi ruang udara yang mengalir ke dalam paru-paru (Smeltzer,
2002 :  594).
F.     Pathway dan Masalah Keperawatan
Sumber Polusi dan Predi
: rokok sposi
  Carpeni
 si
to
Bronkitis genet
(1999)
  Doenge
kronis ik
s  
(1999) Hipertrofi Emfis
-       Doe kelenjar ema
nges mukus brokus 
(2000) jumlah sel Elasti
-       Eng gobles sitas
gram
 bronk
(1999)
-       Ma Saluran us
nsjoer pernafasan 
(2000) menjadi kecil Pene
-       Ree dan berkelok- balan
ves(20 kelok dan
01) (bronkospasm resist
-       Sm e) ensi
eltzer
alveol
(2002)
-       Tuc i
ker 
(1998) Penin
gkata
n
resist
ensi
Alergen, jalan
emosi, latihan fisik nafas
 
Asma Kerus
 akan
Hipersensitifitas trakhea bronkial alveol

 i
Infiltrasi sel-sel
Bronkospasme edema mukosa 
radang dan
 Gang
edema
guan
mukosa
pertu
bronkus
karan

gas
Obstruksi jalan
nafas


Aktivitas silia Tidak
dan fagosit adek
menurun uatny
 a
Pembentukan perta
dan timbunan hana
mukus n
 utam
Merangsang a
batuk produktif 
 Resik
Hipersekresi mukus
Bersihan jalan o

nafas tinggi
Bunyi nafas tidak normal (mengi, ronki, krakles)
tidak efektif terha

 dap
Batuk menetap
Ketidakseimba infeks

ngan O2 dan i
Kelemahan
CO2


 Saluran nafas
kolabs saat
respirasi

Pertanyaan tentang informasi
Jebakan udara
 
Kurang pengetahuan Penggunaan
otot bantu
pernafasan

Gangguan istirahat tidur Keletihan dan
kelelahan

Intoleransi
 aktivitas
Hipoksia jaringan

Menurunnya suplai O2 ke gastrointestinal tracktus

Menurunnya mortilitas

Anoreksia

Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Anda mungkin juga menyukai