Anda di halaman 1dari 22

PERCOBAAN 5

KESETIMBANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Praktikum Kesetimbangan
Yang dibina oleh Bapak Nandang Mufti S.Si, M.Si

Oleh:
Dea Agnestasya Kurnia Ramadhani
190322623648
N

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FISIKA
OKTOBER 2019
A. Tujuan
Percobaan kesetimbangan bertujuan untuk melatih mahasiswa terampil dalam
merangkai set alat percobaan dengan benar, kemudian mampu merepkan teori ralat
rambat dengan benar, serta mampu menggunakan prinsip kesetimbangan dengan benar
B. Latar Belakang
Sebuah tangga yang disandarkan di tembok akan mengalami kesetimbangan.
Kesetimbangan yang dimaksud adalah kesetimbangn sesuai dengan Hukum I Newton
yang menyangkut kesetimbangan translasi dan rotasi.
Benda-benda dalam pengalaman kita paling tidak memiliki saatu gaya yang
bekerja pada mereka (gravitasi), dan jika tersebut dalam keadaan diam, maka pasti ada
gaya lain yang bekerja sehingga gaya total menjadi nol. Sebuah benda yang diam diatas
meja, misalnya, mempunyai gaya yang bekerja padanya, gaya gravitasi kebawah dan
gaya normal yang diberikan oleh meja keatas pada benda tersebut. Karena gaya total
adalah nol, maka gaya keatas yang diberikan oleh meja harus sama besarnya dengan gaya
gravitasi yang bekerja kebawah. Benda seperti itu dikatakan dalam keadaan setimbang
(equilibrium : bahasa Latin untuk “gaya- gaya yang sama” atau “kesetimbangan” )
dibawah pengaruh kedua gaya ini. (Giancoli : 2001)
Dalam kehidupan sehari- hari banyak sekali benda diam yang harus memenuhi
kaidah kesetimbangan. Suatu benda tegar berada dalam keadaan setimbang mekanis, jika
dilihat dari kerangka inersia, percepatan linier pusat massanya sama dengan nol dan
percepatan sudutnya dalam mengelilingi suatu sumbu tetap dalam kerangka acuan
tersebut sama dengan nol. Gerak translasi suatu benda tegar yang bermassa M ditentukan
oleh persamaan berikut.

F ekst = M a pm

F ekst adalah resultan semua gaya eksternal yang bekerja pada benda dan a pm adalah
percepatan linier dalam gerak translasi.

Syarat kesetimbangan yang pertama dalah percepatan linier suatu benda harus
sama dengan nol, maka agar suatu benda tetap diam. Jumlah gaya yang bekerja pada
benda tersebut harus berjumlah nol. Dengan demikian, syarat kesetimbangan adalah :
(Giancoli:2001)
F = F 1+ F 2 + F3 =0

Gaya yang bekerja pada sebuah benda mempunyai tiga komponen, yaitu gaya dalam arah
sumbu x, arah sumbu y, dan arah sumbu z.

Secara skalar dapat dinyatakan sebagai berikut:

F X = F 1 x + F 2 x + F 3 x =¿ 0

F y = F 1 y + F 2 y + F 3 y =¿0

F z = F 1 z + F 2 z + F 3 z=¿0

Persamaan diatas menyatakan bahwa jumlah komponen gaya sepanjang ketiga


arah sumbu yang saling tegak lurus adalah nol.

Syarat kesetimbangan yang kedua adalah percepatan sudut sama dengan nol
terhadap sembarang sumbu tetap. Percepatan sudut benda tegar berkaitan dengan torka
seperti yang telah dinyatakan dalam hukum Newton, sehingga agar sebuah benda tetap
diam maka torsi yag berkerja padanya harus bernilai nol. (Giancoli : 2001).

ƩƮ = 0

Torsi juga memiliki tiga komponen, yaitu torsi dalam arah sumbu x, arah sumbu
y, dan arah sumbu z. Secara skalar dapat dinyatakan sebagai berikut:

Ʈ X =Ʈ 1 x + Ʈ 2 x +Ʈ 3 x =¿ 0

Ʈ y =Ʈ 1 y +Ʈ 2 y +Ʈ 3 y =¿0

Ʈ z =Ʈ 1 z +Ʈ 2 z +Ʈ 3 z =¿0

Keadaan torsi diatas dapat dihitung dari sumbu mana saja yang akan dihitung.

Analisis kesetimbangan sangat penting dalam praktik ilmu teknik. Seorang


insinyur harus bisa memisahkan dan mengidentifikasi semua gaya dan torsi yang
mungkin bekerja pada struktur dan, dengan rancangan yang bagus serta pemilihan
bahan yang tepat dapat menjamin struktur akan stabil. Analisis seperti itu untuk
menjamin, misalnya,jembatan tidak akan runtuh serta roda pesawat akan berfungsi
dengan baik setelah guncangan akaibat pendaratan kasar.(Halliday : 2010)

C. Alat dan Bahan


Dalam percobaan ini alat dan bahan yang digunakan yaitu neraca analitis yang
digunakan untuk mengukur massa beban penyeimbang tali, kemudian kertas millimeter
blok yang digunakan untuk menggambar sudut ketika benda setimbang, lalu ada pipa
berongga yang digunakan sebagai pembentuk sudut sekaligus tempat menggantung beban
ketiga menggunakan benang, lalu ada statip yaitu tempat untuk melettakan triplek, ada
triplek yang digunkan untik menempel kertas millimeter blok, lalu ada beban yang
digunakan sebagai pemberat yang digantung pada kedua ujung tali dan tengah, serta ada
busur yang digunakan untuk mengukur sudut yang telah digambar pada kertas millimeter
blok.
D. Prosedur Percobaan
Susun alat seperti gambar dibawah ini:

Langkah pertama dalam melakukan percobaan adalah memastikan semua alat dan
bahan berada diatas meja praktikum. Kemudian kita awali dengan menimbang massa
beban pemberat yang berada di kedua sisi dan yang berada di tengah. Kemudian
memasang millimeter block pada papan triplek dan merekatkannya menggunakan selotip
plastik. Setelah itu memasukkan pipa berongga pada benang yang ada lalu memasangkan
beban kepada dua ujung benang dan juga satu beban pada pertengahan pipa berongga
menggunakan benang yang ada. Kemudian memasangkan seluruhnya pada alat yang
sudah tersedia serta memastikan kedua sisi benang yang tergantung beban. Setelah
setimbang, kita menandai ujung ujung titik seperti gambar diatas. Kemudian mulai
mengukur besar sudut ABC dan sudut BCD menggunakan busur dengan teliti. Setelah
itu kami mencatat hasil pengukuran pada data pengamatan. Lalu mengulangi prosedur
percobaan diatas pada percobaan 2.

E. Data Pengamatan
Massa pipa berongga : 0,02 kg
Massa beban : 0.0225 kg
Panjang pipa berongga : 0.15 m

No Sudut Kemiringan Sudut ABC Sudut BCD


1 22° 158° 113°
2 27° 130° 156°

Dengan NST:
1. Neraca : 0.005 kg
2. Mistar : 0.001 m
3. Busur : 1°
F. Analisis Data
Dengan data percobaan diatas, maka akan digunakan rumus dengan metode
analisis :
F pada sumbu x
fax=−¿ )
fbx=m . g . sinθ
F pada sumbu y
fay=m. g . sinθ
fby=m. g . cosθ

Dengan momen gaya:


τa=Fay . la
τb=Fby . lb
Digunakan Ralat rambat

√ 2 2
∆ fx= ¿ g . cosθ . ∆ m . ∨¿ 2+¿ m . g . sinθ . ∆ θ ¿2 ¿
3 3

√ 2 2 2 2
∆ fy= ¿ g . sinθ . ∆ m . ∨¿ +¿ m . g . cosθ . ∆ θ ¿ ¿
3 3

√ 2 2
∆ τ= ¿ g . sinθ .l . ∆ m. ∨¿2 +¿ m. g . cosθ . l. ∆ θ ¿2 ¿
3 3

Dengan :
1 1
∆ m= NST = . 0,005=0,0025
2 2
1 1
∆ θ= NST = . 1=0,5
2 2

Percobaan 1

Sumbu X
fax=−(m. g . cosθ)
fax=−(0,0255 . 9,8 .cos 22° )
fax=−0.2317032453

fbx=m . g . sinθ
fbx=0,0255 . 9,8 . sin 22°
fbx=0.09361418769
Sumbu Y
fay=m. g . sinθ
fay=0,0255. 9,8 . sin 22°
fay=0.09361418769

fby=m. g . cosθ
fby=0,0255. 9,8 . cos 22 °
fby=0.2317032453

Anggap E adalah sebagai poros


Momen Gaya
τa=Fay . la
τa=0.09361418769 .0.059
τa=0.005523237074

τb=Fby . lb
τb=0.2317032453 . 0.118
τb=0.02734098295

Ralat Rambat Sistem 1

√ 2 2 2 2
∆ fx= ¿ g . cosθ . ∆ m . ∨¿ +¿ m . g . sinθ . ∆ θ ¿ ¿
3 3

√ 2 2 2 2
∆ fx= ¿ 9,8 . cos 22.0,0025 . ∨¿ + ¿ 0,0255.9,8. sin 22.0,5 ¿ ¿
3 3
∆ fx= √ 0.001203075952
∆ fx=0.03468538528

∆ fx
Ralat relatif = . 100 %
fx
0.03468538528
= . 100 %
0.2317032453
= 14.96974513%
= 14 % (2 AP)

Jadi, fx=( 0.23 ± 0.034 ) N dengan ralat relatif 14 % (2 AP)

√ 2 2 2 2
∆ fy= ¿ g . sinθ . ∆ m . ∨¿ +¿ m . g . cosθ . ∆ θ ¿ ¿
3 3

√ 2 2 2 2
∆ fy= ¿ 9,8.sin 22.0,0025 . ∨¿ +¿ 0,0255.9,8 . cos 22.0,5 . ¿ ¿
3 3
∆ fy=√ 0.006002591826
∆ fy=0.07747639528

∆ fy
Ralat Relatif = . 100 %
fy
0.07747639528
= . 100 %
0.09361418769
= 82.76138179%
= 82% (2 AP)
Jadi , fy=( 0.093 ± 0.077 ) N dengan ralat relative 82% (2 AP)

√ 2 2
∆ τ= ¿ g . sinθ .la . ∆ m. ∨¿2+ ¿ m. g .cosθ .la . ∆ θ ¿2 ¿
3 3

√ 2 2 2 2
∆ τ= ¿ 9,8. sin 22.0.059 .0,0025 . ∨¿ +¿ 0,0255.9,8 . cos 22.0 .059 .0,5 . ¿ ¿
3 3
∆ τ=0.004571107322

∆τ
Ralat relatif = .100 %
τ
0.004571107322
= . 100 %
0.005523237074
= 82.76138179 %
= 82 % (2 AP)
Jadi, τ =( 0,0055 ± 0.0045 ) N dengan ralat relatif 82 % (2AP)

Ralat Rambat Sistem 2

√ 2 2
∆ fx= ¿ g . cosθ . ∆ m . ∨¿ 2+¿ m . g . sinθ . ∆ θ ¿2 ¿
3 3

√ 2 2 2 2
∆ fx= ¿ 9,8 . cos 22.0,0025 . ∨¿ + ¿ 0,0255.9,8. sin 22.0,5 ¿ ¿
3 3
∆ fx= √ 0.001203075952
∆ fx=0.03468538528
∆ fx
Ralat relatif = . 100 %
fx
0.03468538528
= . 100 %
0.09361418769
= 37.05141938%
= 37% (2 AP)

Jadi fx=( 0,093 ± 0.034 ) N dengan ralat relatif 37% (2 AP)

√ 2 2 2 2
∆ fy= ¿ g . sinθ . ∆ m . ∨¿ +¿ m . g . cosθ . ∆ θ ¿ ¿
3 3

√ 2 2 2 2
∆ fy= ¿ 9,8.sin 22.0,0025 . ∨¿ +¿ 0,0255.9,8 . cos 22.0,5 . ¿ ¿
3 3
∆ fy=√ 0.006002591826
∆ fy=0.07747639528

∆ fy
Ralat Relatif = . 100 %
fy
0.07747639528
= . 100 %
0.2317032453
= 33.43776872%
= 33% (2 AP)
Jadi, fy=( 0,024 ±0,123 ) N dengan ralat relative 0,500% (3ATP)

√ 2 2 2 2
∆ τ= ¿ g . sinθ .l . ∆ m. ∨¿ +¿ m. g . cosθ . l . ∆ θ ¿ ¿
3 3

√ 2 2 2 2
∆ τ= ¿ 9,8. sin 22.0,118.0,0025 . ∨¿ + ¿ 0,0255.9,8. cos 22.0,118 .0,5 . ¿ ¿
3 3
∆ τ=0.009142214643
∆τ
Ralat relatif = .100 %
τ
0.009142214643
= . 100 %
0.02734098295
= 33.43776871%
= 33% (2 AP)
Jadi, τ =( 0,027 ± 0.0091 ) N dengan ralat relatif 33% (2 AP)
 ∑ fx=f 1 x +f 2 x
∑ fx=−0.2317032453+ 0.09361418769
= −0.1380890576

∑∆ fx=∆ f 1 x+ ∆ f 2 x
∑∆ fx=0.03468538528+0.03468538528
= 0.06937077056

∑ ∆ fx
Ralat relative = . 100 %
∑ fx
0.06937077056
= . 100 %
0.1380890576

= 50.23625461%
= 50% (2 AP)
 ∑ fy=f 1 y + f 2 y

¿ 0.09361418769 + 0.2317032453
¿ 0.325317433

∑∆ fy=∆ f 1 y +∆ f 2 y
¿ 0.07747639528+¿ 0.07747639528

= 0.1549527906
∑∆ fy
Ralat relatif = . 100 %
∑fy
0.1549527906
= . 100 %
0.325317433
= 47.63125947%

= 47% (2 AP)

 ∑τ =τ 1+τ 2
¿ 0.005523237074+ 0.02734098295
= 0.03286422002
∑∆ τ=∆ τ +∆ τ
¿ 0.004571107322+0.009142214643
= 0.01371332197
∑∆ τ
Ralat relatif = .100 %
∑τ
0.01371332197
= . 100 %
0.03286422002
= 41.7272096%
= 41% (2 AP)

PERCOBAAN 2

Sumbu X
fax=−(m. g . cosθ)
fax=−(0,0255 . 9,8 .cos 50° )
fax=−0,1606326237

fbx=m . g . sinθ
fbx=0,0255 . 9,8 . sin 27 °
fbx=0.1134522259
Sumbu Y
fay=m. g . sinθ
fay=0,0255. 9,8 . sin 50°
fay=0,1914345063

fby=m. g . cosθ
fby=0,0255. 9,8 . cos 27 °
fby=¿ 0.2226625304

Anggap E adalah sebagai poros


τa=Fay . la
τa=0 , 1914345063. 0.161
τa=¿ 0.0308209555
τb=Fby . lb
τb=¿0.2226625304. 0,004
τb=0.0008906501

Ralat Rambat Sistem 1

√ 2 2
∆ fx= ¿ g . cosθ . ∆ m . ∨¿ 2+¿ m . g . sinθ . ∆ θ ¿2 ¿
3 3

√ 2 2 2 2
∆ fx= ¿ 9,8 . cos 50 . 0,0025 . ∨¿ +¿ 0,0255 . 9,8 . sin 50 . 0.5 . ¿ ¿
3 3
∆ fx= √0,00418121339
∆ fx=0 , 0646694201
∆ fx
Ralat relatif = . 100 %
fx
0 , 0646694201
= .100 %
0,1606326237
= 0,4025920678 % = 40% ( 2 AP)

Jadi fx=¿ (0,16 ± 0.064 ) dengan ralat relative 40% ( 2 AP)

√ 2 2
∆ fy= ¿ g . sinθ . ∆ m . ∨¿2 +¿ m . g . cosθ . ∆ θ ¿2 ¿
3 3

√ 2 2 2 2
∆ fy = ¿ 9,8.sin 50. 0,0025 . ∨¿ +¿ 0,0255 . 9,8 . cos 50 .0,5. ¿ ¿
3 3
∆ fy=√ 0,0030235338
∆ fy=0,0549866693
∆ fy
Ralat Relatif = . 100 %
fy
0,0549866693
= . 100 %
0,1914345063
= 0,2872348897 %
= 28 % (2AP)
Jadi, fy=( 0,19± 0,054 ) N dengan ralat relative 28 %(2AP)

√ 2 2
∆ τ= ¿ g . sinθ .l . ∆ m. ∨¿2 +¿ m. g . cosθ . l. ∆ θ ¿2 ¿
3 3

√ 2 2 2 2
∆ τ= ¿ 9,8 . sin 50. 0,161 . 0,0025. ∨¿ +¿ 0,0255 . 9,8 .cos 50. 0,161 . 0,5 . ¿ ¿
3 3
∆ τ=√ 0.000004058+0.000074315
∆ τ=0.0088566811
∆τ
Ralat relatif = .100 %
τ
0,0088566811
= . 100 %
0.0308209555
= 0,2873590742 .100%
=28 % (2AP)
Jadi, τ =( 0,030 ± 0,0088 ) N dengan ralat relatif 28 % (2AP)

Ralat Rambat Sistem 2

√ 2 2 2 2
∆ fx= ¿ g . cosθ . ∆ m . ∨¿ +¿ m . g . sinθ . ∆ θ ¿ ¿
3 3

√ 2 2 2 2
∆ fx= ¿ 9,8 . cos 27 . 0,0025 . ∨¿ + ¿ 0,0255. 9,8 . sin 27 . 0,5. ¿ ¿
3 3
∆ fx= √0.0002117929+ 0.0014301564
∆ fx=0.0405209736
∆ fx
Ralat relatif = . 100 %
fx
0.0405209736
= . 100 %
0.1134522259
= 0,3639219777 %
= 36 % ( 2 AP)

Jadi, fx=( 0,11 ± 0,040 ) N dengan ralat relatif 36% (2AP)

√ 2 2 2 2
∆ fy= ¿ g . sinθ . ∆ m . ∨¿ +¿ m . g . cosθ . ∆ θ ¿ ¿
3 3

√ 2 2
∆ fy= ¿ 9,8. sin 27 . 0,0025 . ∨¿2 +¿ 0,0255 . 9,8. cos 27. 0,5. ¿2 ¿
3 3
∆ fy=√ 0.0000549849+ 0.0055087336
∆ fy=0.0745903378
∆ fy
Ralat Relatif = . 100 %
fy
0.0745903378
= . 100 %
0.2226625304
= 0.3349927701.100%
= 33 % (33AP)
fy=( 0,22± 0,074 ) N dengan ralat relative 33% (2AP)

√ 2 2 2 2
∆ τ= ¿ g . sinθ .l . ∆ m. ∨¿ +¿ m. g . cosθ . l. ∆ θ ¿ ¿
3 3
√ 2 2
∆ τ= ¿ 9,8 . sin 27 .0,004 .0,0025 . ∨¿2 +¿ 0,0255 . 9,8. cos 27 . 0,004 . 0,5 . ¿2 ¿
3 3
∆ τ=√ 0.0000000009+0.0000000881
∆ τ=¿ 0.0002983287
∆τ
Ralat relatif = .100 %
τ
0,0002983287
= . 100 %
0.0008906501
= 0,3349561556. 100%
= 33% (2 AP)
Jadi, τ =( 0,00089 ±0,00029 ) N dengan ralat relatif 33% (2AP)
∑ fx=f 1 x +f 2 x
∑ fx=−0,1606326237+ 0.1134522259
= −0.0471803978
∑ ∆ fx=∆ f 1 x+ ∆ f 2 x
∑ ∆ fx=0,0646694201+ 0,0405209736
= 0,1051903937
∑∆ fx
Ralat relatif = . 100 %
∑fx
0,1051903937
= . 100 %
0.0471803978

= 2.229535964 %

= 222 % (3)

∑ fy=f 1 y + f 2 y

∑ fy=¿ 0.1914345063 +0.2226625304


¿ 0.4140970367

∑ ∆ fy=∆ f 1 y +∆ f 2 y

∑ ∆ fy=0,0549866693+0.0745903378
= 0.1295770071
∑∆ fy
Ralat relatif = . 100 %
∑fy
0.1295770071
= . 100 %
0.4140970367
= 0.312914596 .100%
= 31 %
∑ τ =τ 1+τ 2
∑ τ =0.0308209555+0.0008906501
= 0.0317116056
∑ ∆ τ=∆ τ +∆ τ
∑ ∆ τ=0.0088566811+0.0002983287
= 0.0091550098
∑∆ τ
Ralat relatif = .100 %
∑τ
0.0091550098
= . 100 %
0.0317116056
=0.2886958773 .100%
= 28% (2 AP)

G. Pembahasan
Kesetimbangan suatu benda akan terjadi bila resultan dari gaya suatu benda sama
dengan nol atau ∑ F=0 dan resultan dari momen gaya sama dengan nol. Jika suatu
benda memiliki resultan gaya sama dengan nol makan percepatan dari benda tersebut
juga akan sama dengan nol, sehingga menyebabkan benda setimbang saat keadaan diam.
Dalam percobaan kali terdapat dua kali percobaan dengan menggunakan massa
senilai 0 ,0255 kg. Dengan panjang pipa 0,015 m dan memiliki massa 0,02 kg.
Dalam percobaan pertama kami mendapat data sebagai berikut:
1. Sistem pertama dengan:
Sumbu X :
fax=−0.2317032453
∆ fx=0.03468538528
Maka fx=( 0.23 ± 0.034 ) N dengan ralat relatif 14 % (2 AP)
Sumbu y :
fay=0.09361418769
∆ fy=0.07747639528
Maka, fy=( 0.093 ± 0.077 ) N dengan ralat relative 82% (2 AP)
Momen inersia dengan panjang 0.059:
τa=0.005523237074
∆ τ=0.004571107322
Maka,τ =( 0,0055 ± 0.0045 ) N dengan ralat relatif 82 % (2AP)
2. Sistem ke-2 dengan:
Sumbu X :
fbx=0.09361418769
∆ fx=0.03468538528
Maka fx ¿ ( 0,093 ± 0.034 ) N dengan ralat relatif 37% (2 AP)
Sumbu y :
fby=0.2317032453
∆ fy=0.07747639528
Maka, fy ¿ ( 0,23 ± 0,077 ) N dengan ralat relative 33%(2ATP)

Momen inersia dengan panjang 0.118:


τb=0.02734098295
∆ τ=0.009142214643
Maka , τ =( 0,027 ± 0.0091 ) N dengan ralat relatif 33% (2 AP)
3. Seluruh sistem:
Sumbu X:
∑ fx=¿ −0.1380890576
∑∆ fx=0.06937077056
Maka , ∑ fx=( 0,13 ± 0.069 ) N dengan ralar relatif 50 % (2 AP)
Sumbu Y:
∑ fy=0.325317433
∑ ∆ fy = 0.1549527906
Maka , ∑ fy=( 0,32± 0.15 ) N dengan ralar relatif 47 % (2 AP)
Seluruh torsi :
∑ τ =0.03286422002
∑ ∆ τ =0.01371332197
Maka ,∑ τ =( 0,032 ±0.013 ) N dengan ralar relatif 41 % (2 AP)

Dalam percobaan kedua kami mendapat data sebagai berikut:

1. Sistem pertama dengan:


Sumbu X :
fax=−0,1606326237
∆ fx=0 , 0646694201
Maka fx=( 0.16 ± 0.064 ) N dengan ralat relatif 40 % (2 AP)
Sumbu y :
fay=0,1914345063
∆ fy=0,0549866693
Maka, fy =( 0.19 ± 0.05 ) N dengan ralat relative 28% (2 AP)
Momen inersia dengan panjang 0.161:
τa=¿0.0308209555
∆ τ=0.0088566811
Maka,τ =( 0,03 ± 0.08 ) N dengan ralat relatif 28% (2AP)
2. Sistem ke-2 dengan:
Sumbu X :
fbx=0.1134522259
∆ fx=0.0405209736
Maka fx ¿ ( 0,11 ±0.040 ) N dengan ralat relatif 36% (2 AP)
Sumbu y :
fby=0.2226625304
∆ fy=0.0745903378
Maka, fy ¿ ( 0,22 ±0,074 ) N dengan ralat relative 22%(2ATP)
Momen inersia dengan panjang 0.118:
τb=0.0008906501
∆ τ=0.0002983287
Maka , τ =( 0,00089 ±0.00029 ) N dengan ralat relatif 33% (2 AP)
3. Seluruh sistem:
Sumbu X:
∑ fx=¿ −0.0471803978
∑∆ fx=0,1051903937
Maka , ∑ fx=( 0,0471 ± 0.105 ) N dengan ralar relatif 222 % (3 AP)
Sumbu Y:
∑ fy=0.4140970367
∑ ∆ fy = 0.1295770071
Maka , ∑ fy=( 0,41± 0.12 ) N dengan ralar relatif 31% (2 AP)
Seluruh torsi :
∑ τ =0.0317116056
∑ ∆ τ =0. 0091550098
Maka ,∑ τ =( 0,031 ±0.0091 ) N dengan ralar relatif 28 % (2 AP)

Dari data percobaan di atas dapat ditunjukkan jika kami belum dapat
membuktikkan teori tentang kesetimbangan bahwa gaya dan momen gaya harus sama
dengan nol(∑ F=0). Terjadinya hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor saat
kami melakukan percobaan tersebut,yaitu:

1. Kurangnya ketelitian saat mengambil data percobaan pada titik A-E


2. Kurangnya ketelitian dalam mengukur sudut titik ABC dan BCD
menggunakan.
3. Kurangnya ketelitian dalam menentukan panjang tali pada masing masing
percobaan
4. Serta kurang teliti dalam menghitung ralat lambat.
H. Kesimpulan
Jadi kesetimbangan suatu benda dapat terjadi jika resultan dari suatau gaya pada
benda dan momen gayanya berjumlah nol. Namun saat meelakukan percobaan diatas
belum dapat dibuktikan jika resultan gaya dan momen gaya adalah nol. Kesalahan dalam
pengambilan data ataupun kurangnya ketelititian dapat menjadi penyebab kegagalan
untuk membuktikan teori tentang kesetimbangan .
I. Rujukan
Tim Fisika Dasar. 2016. Modul Praktikum Fisika Dasar 1, Malang: Jurusan
Fisika Universitas Negeri Malang.
Tim Fisika Dasar. 2018. Seminar Teori Ralat , Malang: Fakultas MIPA
Universitas Negeri Malang
Halliday. 1960. Fisika Dasa Edisi 7 Jilid 1, Jakarta: Erlangga
Giancoli , Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga

Bustami, yoki Jaya. 2019. Kesetimbangan Benda Tegar.(Online),


(https://yokijayabustami.blogspot.com/2015/06/kesetimbangan-benda-tegar.html ),
diakses 4 November 2019.
Plagiarism Checker X Originality Report
Similarity Found: 11%

Date: Monday, November 04, 2019


Statistics: 14 words Plagiarized / 129 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

PERCOBAAN 5 KESETIMBANGAN LAPORAN PRAKTIKUM UNTUK MEMENUHI TUGAS


MATA KULIAH Praktikum Kesetimbangan Yang dibina oleh Bapak Nandang Mufti Oleh:
Dea Agnestasya Kurnia Ramadhani 190322623648 PFD3/N / UNIVERSITAS NEGERI
MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI
FISIKA OKTOBER 2019 Tujuan Percobaan kesetimbangan bertujuan untuk melatih
mahasiswa terampil dalam merangkai set alat percobaan dengan benar, kemudian
mampu merepkan teori ralat rambat dengan benar, serta mampu menggunakan prinsip
kesetimbangan dengan benar Latar Belakang Sebuah tangga yang disandarkan di
tembok akan mengalami kesetimbangan.

Kesetimbangan yang dimaksud adalah kesetimbangn sesuai dengan Hukum I Newton


yang menyangkut kesetimbangan translasi dan rotasi. Dalam kehidupan sehari- hari
banyak sekali benda diam yang harus memenuhi kaidah kesetimbangan. Suatu benda
tegar berada dalam keadaan setimbang mekanis, jika dilihat dari kerangka inersia,
percepatan linier pusat massanya sama dengan nol dan percepatan sudutnya

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
4% - https://www.wajibbaca.com/2019/02/sumber-hukum-islam.html
6% - https://yokijayabustami.blogspot.com/2015/06/kesetimbangan-benda-tegar.html

Anda mungkin juga menyukai