Anda di halaman 1dari 7

REFERAT

DENGUE HEMORRAGIC FEVER

Pembimbing :
dr. Shelvi Herwati Tamzil, Sp.A

Disusun Oleh :
Desha Akbar Hosen
1102015054

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.DRADJAT PRAWIRANEGARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
MEI 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhana Wata’ala, karena berkat
rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad
Shallalahu Alaihi Wassallam, beserta para keluarganya, sahabatnya, dan umatnya
hingga akhir zaman, aamiin. Penulisan Referat yang berjudul “Dengue Hemorragic
Fever” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh kepanitraan klinik
di bagian ilmu kesehatan anak di RSUD dr. Drajat Prawiranegara.
Penulis menyadari bahwa penyusunan referat tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu, terutama kepada dr. Shelvi Herwati Tamzil, Sp.A yang telah memberikan
arahan serta bimbingan ditengah kesibukan dan padatnya aktivitas beliau.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna,
oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna
perbaikan di kemudian hari. Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

Serang, 5 Mei 2019,

Desha Akbar Hosen


Penyusun
PENDAHULUAN

Demam Berdarah dengue adalah salah satu bentuk klinis dari penyakit akibat
infeksi dengan virus dengue pada manusia. Infeksi virus dengue memiliki spektrum
klinis yang bervariasi mulai dari demam dengue, demam berdarah dengue, dan yang
terberat ialah sindrom syok dengue.

Infeksi virus dengue endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis, dan lebih
dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania, Asia Selatan, dan Pasifik Barat.
Sekitar 2,5 juta penduduk di daerah tersebut pernah terinfeksi virus dengue. Menurut
WHO terdapat kira-kira 50 – 100 juta kasus infeksi virus dengue setiap tahunnya,
dengan 250.000–500.000 demam berdarah dengue (DBD) dan 24.000 di antaranya
meninggal dunia.1

Di Indonesia DBD merupakan masalah kesehatan, karena hampir seluruh


wilayah Indonesia mempunyai risiko untuk terjangkit infeksi dengue. Dua belas di
antara 30 provinsi di Indonesia merupakan daerah endemis DBD, dengan case fatality
rate 1,2%.2 Virus penyebab dan nyamuk sebagai vektor pembawa tersebar luas di
perumahan penduduk maupun fasilitas umum. Penyakit DBD disebabkan oleh virus
famili Flaviviridae, genus Flavivirus yang mempunyai 4 serotipe yaitu den 1, den 2,
den 3, dan den 4. Virus ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Perjalanan penyakit
dengue sulit diramalkan, manifestasi klinis bervariasi mulai dari asimtomatik,
simtomatik (demam dengue, DBD), DBD dapat tanpa syok atau disertai syok (SSD).
Pasien yang pada waktu masuk rumah sakit dalam keadaan baik sewaktu-waktu dapat
jatuh ke dalam keadaan syok (SSD), oleh karena itu kecepatan menentukan diagnosis,
monitor, dan pengawasan yang ketat menjadi kunci keberhasilan penanganan DBD.
BAB 2

2.1. Definisi
Demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok. (Sudoyo, 2006).

2.2. Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
group B arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm
terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106 (Sudoyo, 2006;
Soedarmo, 2012)

Gambar 1.3 Virus Dengue (Smith, 2002)

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat
serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungnan terhadap serotipe yang lain.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau
bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat jenis serotipe virus dengue dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo, 2006; Soedarmo, 2012).

Virus Dengue dapat ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes
albopictus. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang paling sering ditemukan.
Nyamuk Aedes aegypti hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak
di dalam rumah, yaitu tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air
sekitar rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik – bintik putih,
biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari. Jarak terbang
nyamuk ini 100 meter. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus memiliki tempat habitat
di tempat air jernih. Biasanya nyamuk ini berada di sekitar rumah dan pohon – pohon,
tempat menampung air hujan yang bersih, seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas.
Nyamuk ini menggigit pada siang hari dan memiliki jarak terbang 50 meter
(Rampengan, 2008)

Gambar 1.4 Distribusi nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus (WHO,
2011)

2.3. Virus Dengue


Transmisi virus dengue bergantung pada factor biotik dan abiotik. Factor biotik
terdiri dari virus, vektor dan host. Sedangkan factor abiotik terdapat factor suhu,
kelembaban, dan musim hujan (WHO,2011).

a. Virus
virus dengue termasuk genus Flavivirus dan Famili Flaviviridae. Virus kecil ini
terdapat single-strand RNA sebagai genom. Virion terdiri dari nukleokapsid dengan
kubik simetris yang terbungkus oleh lipoprotein envelope.
Ada empat tipe serotif pada dengue virus, yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan
DENV-4. Keempat tipe serotif ini menyebabkan demam dengue namun memiliki
karakteristik keparahan yang berbeda.

b. Vektor Dengue
Aedes (Stegomyia) aegepti (Ae. Aegepti) dan Aedes ( Stegomyia) albopictus (Ae.
Albopictus) adalah 2 vektor penyakit dengue yang paling penting.
Kompetensi vektor
Kompetensi vektor memiliki:

 Kerentanan untuk terinfeksi virus


 Kemampuan untuk mereplikasi virus
 Kemampuan untuk menyebarkan virus ke host lain
Kapasitas Vektor

Kapasitas vektor ditentukan oleh lingkungan dan karakteristik biologic spesies


dan 2 spesies ini memliki kapasitas vektor yang berbeda.

Ae aegepty besifat domestik, anthrophophilic yang sangat kuat, nervous feeder


(menggigit lebih dari satu host untuk melengkapi satu porsi makan darah) dan
merupakan discordant species (membutuhkan lebih dari satu kali makan untuk
melengkapi siklus gonotropik). Sebaliknya Ae. Albopictus masih mempertahankan
sifatnya dan menyerang daerah pinggir di perkotaan, sehingga menggigit pada manusia
dan hewan. Nyamuk jenis ini adalah pemakan yang agresif dan concordant spesies.
Oleh karena itu Ae. Albopictus merupakan vektor yang buruk di daerah epidemic
perkotaan.

c. Host
Virus dengue, telah berevolusi dari nyamuk, lalu beradaptasi di nonhuman primate
dan kemudian manusia. Viraemia (virus yang sudah memasuki aliran darah) pada
manusia dibentuk dengan titer yang tinggi 2 hari sebelum mulainya panas (non-febris)
dan hari ke 5-7 terakhir setelah onset panas (febrile). Hanya pada 2 periode ini spesies
vektor ini dapat terinfeksi. Kemudian, manusia menjadi tempat pemberhentian
transmisi. Penyebaran infeksi dimulai melalui perpindahan host dan vektor.
d. Tranmisi virus Dengue
Tranmisi virus dengue dimulai dengan 3 siklus:

1. Enzootic cycle
2. Epizootic cycle
3. Epidemic cycle
(Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue
Hemorrhagic Fever, Revised and Expanded edition, WHO 2011)

Anda mungkin juga menyukai